Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Memahami Pengelolaan Kelas


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar

Mengajar

Dosen Pengampu : Siti Mashitoh S.Psi , MM

Disusun Oleh :

1. Lulu Zihan Azizah


2. Nining Indarsih

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-KARIMIYAH

Jl. H. Maksum No.23 Sawangan Baru

Sawangan-Kota Depok

1
2022
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Kelas


Menurut Nurhalisah pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu
pengelolaan dan kelas. Pengelolaan dalam makna umum adalah
pengadministrasian, pengaturan, dan penataan suatu kegiatan1
Kelas merupakan sekelompok siswa yang belajar bersama ketika kelompok
itu menjalani proses pembelajaran pada tempat dan waktu yang diformat secara
formal2. Di dalam kelas terdiri dari sejumlah peserta didik yang sedang menerima
pengajaran dari seorang guru. Ada dua mata rantai yang tidak terpisah pada makna
tersebut yaitu peserta didik dan guru.
Menurut Made Pidarta yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah mengatakan,
“pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat
terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan,
memperbaiki, dan memelihara sistem / organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat
memanfaatkan kemampuannya,bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas
individual”. Sedangkan menurut Sudirman yang dikuti oleh Syaiful Bahri
Djamarah menjelaskan, “pengelolaan kelas merupakan upaya dalam
mendayagunakan potensi kelas. Karena itu kelas mempunyai peranan dan fungsi
tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Maka agar
memberikan dorongan dan rangsanagan terhadap anak didik untuk belajar, kelas
harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru”3
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
belajar yang kondusif agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan
baik dan efektif dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik,
karena kelas adalah tempat berhimpun samua anak didik dan guru dalam rangka
menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan
menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola
dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil
akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di dalam kelas. Hal ini akan berakibat
mengganggu jalannya proses interaksi Edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan
anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak
menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak
sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan

1
Nurhalisah, “Peranan Guru dalam Pengelolaan Kelas”,Jurnal Lentera Pendidikan, Vol 13 no
2,
(Desember, 2010), 194.
2
Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen
Kelas(Bandung:Pustaka Setia, 2010) ,98.
3
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka
Cipta,
2010),172.

2
menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik dan optimal.
Menurut Mu’awanah Pengelolaan kelas dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Pengelolaan fisik, yaitu ketatalaksanaan dan pengaturan ruangan kelas yang
mendukung terjadinya proses belajar mengajar secara efektifitas dan efisien,
seperti pengaturan pergantian udara, pengaturan cahaya, tempat duduk siswa,
meja kursi guru, papan tulis, alat-alat pelajaran dan sebagainya.
b. Pengelolaan yang menyangkut siswa, yaitu upaya menciptakan dan
mempertahankan motivasi siswa untuk secara sadar berperan serta dan terlihat
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan, tingkah laku atau
suasana yang diatur atau diciptakan oleh guru dengan merangsang dan menantang
siswa secara penuh. Pengelolaan kelas yang baik akan menggerakkan terjadinya
proses interaksi belajar mengajar yang baik pula.4
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas memiliki tujuan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah tujuan
pengelolaan kelas dibagi menjadi dua, yaitu untuk anak didik dan guru. Tujuan
pengelolaan kelas untuk anak didik adalah:
a. Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap
tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b. Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata
tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu
peringatan dan bukan kemarahan.
c. Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas
dan pada kegiatan yang diadakan
Sedangkan tujuan pengelolaan kelas untuk guru adalah:
a. Membangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang
lancar dan kecepatan yang tepat
b. Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi
petunjuk secara jelas kepada anak didik
c. Memperlajari bagaimana merspon secara efektif terhadap tingkah laku anak
didik yang mengganggu
d. Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan
dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di
dalam kelas. 5
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pengelolaan kelas
menurut Syaiful Bahri Djamarahadalah:
a. Hangat dan Antusias
Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias
pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
4
Mu’awanah, Strategi Pembelajaran, 89.
5
Djamarah., 147-148

3
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang
akan meningkatkan gairah dan perhatian siswa untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan muncunya tingkah laku yang menyimpang.
c. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar, dan pola interaksi
akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian anak
didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi, sesuai dengan
kebutuhan,merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim
belajar mengajar yang efektif.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-
hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang
negatif.
f. Penanaman disiplin diri
Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh
atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.6
Lois V. Johnson dan Mary Bany yang dikutip oleh Sudarwan Danim
mengemukakan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas,
sebagai berikut:
a. Sifat-sifat kelas. Sebagai wahana belajar, kelas memiliki berbagai
aneka “varians” yang mempengaruhinya, seperti jumlah siswa,
ventilasi, ukuran ruang kelas, kepengapan, kebisingan, teknologi yang
tersedia, fasilitas pembelajaran, dan lain-lain.
b. Pendorong kekuatan kelas. Misalnya, kondisi siswa sebagai masukan,
iklim interaksi guru dengan siswa, kewibawaan sekolah, dan
sebagainya.
c. Memahami situasi kelas. Misalnya pemahaman tentang lingkungan
kelas, sumber daya kelas, pencahayaan, kebisingan, dan sebagainya.
d. Mendiagnosis situasi kelas.
e. Bertindak selektif, yakni guru tidak gegabah dalam memberi
pertimbangan atau tindakan terhadap siswa.
f. Bertindak kreatif, yakni guru memberi peluang kepada siswa untuk
membuat keputusan sendiri, mencari terobosan baru dalam disiplin
kelas, dan lain-lain.
g. Untuk memperbaiki kondisi kelas. Misalnya melakukan
penyempurnaan tata kelas, disiplin siswa, sistem pembelajaran, dan
lain-lain.

6
Djamarah, Guru dan Anak Didik., 148-149.

4
C. Masalah Pengelolaan Kelas
Sebelum guru mulai melakukan kegiatan pengelolaan kelas, langkah awal
yang seharusnya dilakukan adalah mengenal masalah pengelolaan kelas.Masalah
pengelolaan kelas dibagi menjadi dua, yaitu masalah individu dan .asalah
kelompok. Berikut penjelasannya:
a. Masalah individu
Kategori masalah individu dalam pengelolaan siswa didasarkan pada
asumsi bahwa tingkah laku manusia itu mempunyai maksud dan tujuan.
Setiap individu mempunyi kebutuhan pokok untuk menjadi dan merasa
berguna. Menurut Abdul Majid, masalah individu dibagi menjadi empat,
yaitu:
1) Perilaku untuk menarik perhatian
Murid-murid yang tidak menaikkan statusnya dengan cara yang
dapat diterima oleh lingkungannya, biasanya akan mencari jalan
lain, baik melalui tindakan untuk menarik perhatian yang aktif
maupun yang pasif. Bentuk mencari perhatian yang aktif bersifat
merusak, misalnya bergaya sok, melawak, mengacau, menjadi
anak nakal, anak yang terus menerus bertanya atau rewel. Bentuk
pasif dalam mencari perhatian yang bersifat merusak, misalnya
pemaksaan atau ingin mendapatkan perhatian orang lain dengan
meminta tolong terus.
2) Perilaku untuk mencari kekuasaan
Perilaku untuk mencari kekuasaan hampir sama dengan kasus
tindakan di atas, namun sifatnya lebih kuat yakni mencari
perhatian yang sifatnya merusak. Pencari kekuasaan yang aktif
biasanya suka membantah, berbohong, pemukul, mempunyai
watak pemarah, menolak perintah, dan benar-benar tidak mau
tunduk. Pencari kekuasan yang pasif adalah orang yang
kemalasannya sangat nyata, yang biasanya tidak mau bekerja
sama sekali.
3) Perilaku untuk melampiaskan dendam
Murid yang mencari pelampiasan dendam disebabkan putus asa
dan bingung sehingga mencari keberhasilan dengan cara
menyakiti orang lain, menyerang secara fisik, bermusuhan dengan
teman-temannya, dan memaksa dengan kekuasaan. Mereka adalah
anak yang tidak mempunyai rasa sakit dan kurang sportif.
4) Perilaku yang memperlihatkan ketidakmampuan
Murid yang berkelakuan buruk merupakan pribadi yang sangat
putus asa, pesimis dalam mencapai keberhasilan, dan hanya
mengalami kegagalan yang terus menerus. Perasaan tidak
berharga dan tidak berdaya menyertai kelakuan murid yang
dikucilkan. Perasaan ketidakmampuan ini selalu mempunyai
bentuk pasif.
b. Masalah kelompok

5
Johnson dan Bany mengidentifikasi 7 masalah kelompok dalam
pengelolaan kelas, yaitu:
1) Kurangnya kesatuan, ditandai dengan konflik-konflik antara
individu dan sub kelompok.
2) Ketidaktaan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja
bilamana kelas menganut kebiasaan yang kurang baik, norma-
norma buruk sudah diterapkan, maka kebiasaan itu
dikategorikan sebagai ketidaktaatan tindakan terhadap standar
tingkah laku.
3) Reaksi negatif terhadap pribadi anggota ditandai dengan kesan
bermusuhan terhadap anak-anak yang tidak diterima oleh
kelompok, yang menyimpang dari aturan kelompok, atau yang
menghalangi usaha kelompok.
4) Pengakuan kelas terhadap kelakuan guru persetujuan kelas
tehadap tindakan jelek timbul ketika kelompok mendorong
dan mendukung seseorang yang berkelakuan yang tidak dapat
diterima kelompok kelas.
5) Kecenderungan adanya gangguan, kemacetan pekerjaan, dan
kelakuan yang dibuat-buat salah yang timbul pada saat
kelompok menyelesaikan tugas cenderung kelompok
memacetkan kegiatan. Kelompok terlalu bereaksi terhadap
gangguan-gangguan kecil dan membiarkan masalah-masalah
kecil yang mengganggu produktivitas. Jika kela terlibat dalam
tindak proses dan perlawanan tersembunyi atau terang-
terangan yang mengakibatkan kelambatan dan kemacetan
kegiatan, ini merupakan masalah kelompok yang paling sulit
diatasi.
6) Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan kelompok kelas yang memberi reaksi buruk pada
saat ada peraturan baru, situasi darurat, perubahan anggota
kelompok, perubahan jadwal atau pergantian guru, merupakan
ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan.
7) Semangat juang yang rendah dan adanya sikap bermusuhan.7
Ada beberapa hal yang bisa digunakan dalam mengatasi masalah peengelolaan
kelas. Keterampilan yang harus dikuasai oleh guru untuk mengelola kelas adalah
keterampilan dalam memahami, memilih, dan menggunakan berbagai pendekatan dalam
mengelola kelas. Menurut Novan Ardy Wiyani guru dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan kekuasaan
Dalam konteks pengelolaan kelas, kekuasaan tersebut terwujud melalui
kemampuan guru dalam mengatur peserta didik untuk taat dan patuh terhadap
aturan-aturan yang terdapat di dalam kelas. Tujuan utamanya adalah untuk

7
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, 117.

6
mendisiplinkan peserta didik didalam kelas. Jadi pendekatan kekuasaan dapat
diartikan sebagai cara pandang guru yang meyakini bahwa kelas yang kondusif
dapat dibentuk melalui berbagai upaya penegakan aturan-aturan di dalam kelas
yang dapat menjadikan peserta didiknya memiliki kedisiplinan diri.
b. Pendekatan ancaman
Pendekatan ancaman dapat didefinisikan sebagai cara sang guru bahwa perbuatan
mengancam dapat dijadikan sebagai metode atau cara untuk menciptakan kelas
yang kondusif.
c. Pendekatan kebebasan
Pendekatan kebebasan dapat didefinisikan sebagai cara pandang guru yang
menyatakan bahwa kondisi kelas yang kondusif dapat dicapai jika guru sebagai
pengelola kelas memberikan kebebasan kepada semua peserta didiknya untuk
bergerak bebas di dalam kelas.
d. Pendekatan pengajaran
Pendekatan pengajaran dapat diartikan sebagai cara pandang yang beranggapan
bahwa kelas yang kondusif dapat dicapai dengan kegiatan mengajar itu sendiri.
Untuk itu, sebelum mengajar seorang guru harus membuat perencanaan pengajaran
yang matang seebelum masuk kelas dan pada saat mengajar di kelas seorang guru
harus melaksanakan kegiatan mengajar sesuai dengan apa yang telah
direncanakannya.
e. Pendekatan perubahan tingkah laku
Pendekatan perubahan tingkah laku dapat diartikan sebagai cara pandang guru
yang menyatakan bahwa perilaku peserta didik yang negatif harus diubah agar
tercipta kondisi kelas yang kondusif.
f. Pendekatan kerja kelompok
Pengelolaan diartikan seabgai suatu proses menciptakan kelas sebagai suatu sistem
sosial dan proses kelompok merupakan gang paling utama. Peran guru dalam
pendekatan ini adalah mengusahakan agar pengembangan dan pelaksanaan proses
kelompok tersebut efektif. Proses kelompok sendiri diartikan sebagai usaha
mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai
pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yangng kondusif untuk kegiatan
belajar mengajar.
g. Pendekatan sosio emosional
Dalam pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk menciptakan iklim sosio emosinal yangang positif di dalam kelas. Sosio
emosional yang positif berarti ada hubungan yang positif antara guru dengan
peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik. Dalam pendekatan ini guru
menjadi kunci dalam pembentukan hubungan pribadi dan peranannya adalah
menciptakan hubungan pribadi yang sehat.8
D. Pemecahan Masalah Siswa
Pengelolaan siswa merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka
penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif.

8
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas yang
Kondusif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 106-121.

7
Tindakan tersebut menurut Abdul Majid dapat berupa tindakan yang bersifat
preventif atau kuratif.9
a. Prosedur pengelolaan yang bersifat Preventif yang dimaksud adalah apabila
upaya pengelolaan kelas dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk
menciptakan suatu kondisi dari interaksi biasa menjadi interaksi edukatif
dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan bagi proses
belajar mengajar.Upaya itu dilakukan untuk menimbulkan motivasi siswa
yang sudah baik tidak dinodai oleh tingkah laku siswa yang menyimpang
sehingga mengganggu proses belajar mengajar di kelas. Dimensi
pencegahan merupakan tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar,
mengatur peralatan, dan lingkungan sosio emosional. Pengelolaan yang
bersifat preventif menurut Ahmad Rohani dibagi menjadi tiga, yaitu:
kondisi fisik, kondisi sosio emosional, dan kondisi
10
Organisasional. Sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
1) Kondisi fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting
terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang
menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung
meningkatnya inensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan
mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan
pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud menurut Ahmad
Rohani yaitu:
a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
pada umumnya luas ruangan sebuah kelas di Indonesia
adalah 56m2. Secara ideal ruangan kelas seluas ini diisi oleh
20-25 orang siswa. Jika ruangan itu diisi lebih dari itu maka
efisiensi belajar kurang tercapai dengan baik. Di sekolah-
sekolah modern penentuan besarnya ruang kelas ditentukan
oleh jenis kegiatan yang akan dilakukan pada pelajaran,
apakah dalam bentuk tatap muka, praktikum, demontrasi,
simulasi, dll dan jumlah siswa pendaftar yang akan
melakukan kegiatan ini.
b) Pengaturan tempat duduk, Bobbi Deporter menjelaskan
bahwa cara guru mengatur tempat duduk memainkan peran
penting dalam pengorkestrasian belajar. Di sebagian besar
ruang kelas, tempat duduk siswa dapat disusun untuk
mendukung tujuan belajar bagi pelajaran apapun yang
diberikan. Guru bebas menyuruh siswa mengatur ulang
bangku mereka untuk memudahkan jenis interaksi yang
diperlukan. Atur tempat duduk sehingga siswa menghadap
ke depan untuk membantu mereka tetap fokus ke depan.
Yang ingin dicapai adalah fleksibilitas. Beberapa pengaturan
tempat duduk diantaranya:
9
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 119.
10
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), 133

8
 Berbaris berjajar
 Pengelompokan yang terdiri atas 8 sampai 10 orang
 Setengah lingkaran seperti dalam teater, dimana
disamping guru bisa langsung bertatap muka dengan
peserta didik juga mudah bergerak untuk segera
memberi bantuan kepada peserta didik.
 Berbentuk lingkaran.11
Dengan sendirinya penataan tempat duduk ini dapat diatur
sesuai kebutuhan.
c) Menghirup udara segar yang cukup mengandung oksigen,
Peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas,
tulisan dipapan, buku bacaan, dan sebagainya. Cahaya harus
datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tetapi tidak
menyilaukan. Ruang belajar yang pengap akan
menyebabkan kebosanan belajar, apalagi jika ruang itu
gelap. Untuk diperoleh ruangan yang representatif untuk
kegiatan belajar, perancang bangunan harus bekerjasama
dengan ahli kurikulum. Ia akan senantiasa memberikan
penjelasan tentang segala kebutuhan bagi keperluan belajar,
terutama tentang ventilasi dan cahaya.
d) Pengaturan penyimpanan barang-barang
Penempatan lemari atau rak tempat menyimpan barang-
barang. Lemari dan perabot lainnya tidak ditaruh dimana
saja, tetapi sebaiknya diatur dengan baik menurut prinsip:
mudah dalam mengambil barang, tidak mengganggu lalu
lintas kegiatan, dan dipandang estetis.
e) Pengaturan alat-alat pengajaran
Diantara alat-alat pengajaran dikelas yang harus diatur
adalah sebagai berikut:
 Alat peraga / media pengajaran
Alat peraga atau media pengajaran semestinya
diletakkan di kelas agar memudahkan
penggunaannya. Pengaturan alat peraga atau media
pengajaran dilakukan bersama-sama anak didik.
 Papan tulis, kapur tulis, dan lain-lain ukuran papan
tulis disesuaikan, warna papan tulis harus kontras,
dan penempatannya memperhatikan estetika dan
terjangkau oleh anak didik.
 Papan presensi anak didik
Papan presensi anak didik ditempatkan di bagian
depan sehingga dapat dilihat oleh semua anak didik
dan papan presensi anak didik digunakan sesuai
mestinya.
11
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, 128

9
 Perpustakaan kelas
Sekolah yang maju mempunyai perpustakaan di
setiap kelas dan pengaturannya dilakukan bersama-
sama anak didik.
f) Penataan keindahan dan kebersihan kelas
Terdapat berbagai macam hal yang bisa dilakukan dalam
menata keindahan dan kebersihan kelas, diantaranya adalah:
a. Hiasan dinding
Hiasan dinding hendaknya dimanfaatkan untuk
kepentingan pengajaran, misalnya: burung Garuda, teks
proklamasi, slogan pendidikan, gambar pahlawan, peta /
Globe, gambar presiden dan wakil presiden
b. Pemeliharaan kebersihan
Dalam menjaga kebersihan kelas hendaknya diberi
jadwal piket tiap anak agar membersihkan kelas setiap
hari dan juga guru harus aktif memeriksa kebersihan
kelas.
2) Kondisi sosio emosional
Suasana sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan
peserta didik merupakan efektifitas tecapainya tujuan pengajaran.
Yang termasuk dalam kondisi sosio emosional menurut Ahmad
Rohani, yaitu:
a) Tipe kepemimpinan
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada
sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap
persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling
memahami dan saling mempercayai
b) Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar
peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap
bersahabatan dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku
peserta didik akan gampang diperbaiki.
c) Suara guru
Suara guru walaupun bukan faktor yang paling besar tetapi
turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara
yangmelengking tinggi atau demikian rendah sehingga
sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas dari
jarak yang akan jauh akan membosankan
d) Pembinaan Rapot
3) Kondisi organisasional
Untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu dibentuk
organisasi anak didik di kelas. Pembentukan organisasi kelas
menurut Syaiful Bahri Djamarah merupakan langkah awal melatih

10
dan membina anak didik dalam hal berorganisasi. Mereka dipilih
untuk belajar bertanggung jawab atas tugas yang dipercayakan.
Organisasi anak didik dapat membantu guru dalam menyediakan
sarana pengajaran, seperti menyediakan kapur, alat peraga, buku
piket, mengisi presensi siswa atau guru dan sebagainya. 12
b. Prosedur pengelolaan yang bersifat Kuratif
Pengelolaan yang bersifat kuratif Johar Permana mengemukakan langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah
Pada langkah ini guru mengenal atau mengetahui masalah-
masalah pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Berdasarkan
masalah tersebut guru mengidentifikasi jenis penyimpangan
sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik
melakukan penyimpangan tersebut.
2) Menganalisis masalah
Pada langkah ini guru menganalisis penyimpangan peserta didik
dan menyimpulkan latar belakang dan sumber-suber dari
penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan alternatif-alternatif
penanggulangannya.
3) Menilai alternatif-alternatif pemecahan
Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan
masalah yang dianggap tepat dalam menaggulangi masalah
4) Mendapatkan balikan
Pada langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan maksud
pelaksanaan alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai
sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas
balik ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan
dengan para peserta didik. Maksud pertemuan perlu dijelaskan
oleh
guru sehingga peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa
pertemuan diusahakan dengan penuh ketulusan, semata-mata
untuk
perbaikan, baik peserta didik maupun madrasah.13
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas
Faktor penghambat dalam pengelolaan kelas menurut Ahmad Rohani yaitu
faktorguru, faktor peserta didik, faktor keluarga, dan faktor failitas:
a. Faktor guru
Guru bisa menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan kelas.
Penghambatnya itu berada dalam dirinya sendiri bahwa ia kurang bisa
mempersiapkan ketrampilannya dalam pengelolaan kelas. Mungkin juga
karena sifat atau kebiasaannya sehari-hari dalam pergaulan, termasuk tipe
yang terbawa sejak lahir. Guru yang kurang berlatih dalam memimpin
12
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2010). 179.
13
Majid, Perencanaan Pembelajaran, 123.

11
siswa belajar menjadi penghambat dalam pengelolaan kelas. Ada lima
penghambat yang menyebabkan pengelolaan kelas tidak dilakukan dengan
baik, yaitu
1) Tipe kepemimpinan guru. Guru yang otoriter menumbuhkan sikap
pasif dan agresif pada siswa. Suasana belajar tidak merangsang,
malah siswa menjadi ribut dan tegang.
2) Format belajar mengajar yang monoton. Gaya mengajar guru yang
monoton dapat menyebabkan kebosanan dalam belajar. Ucapan
guru dapat mempengaruhi motivasi siswa. Format belajar
mengajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para peserta
didik bosan, frustasi / kecewa.
3) Kepribadian guru. Guru yang berhasil adalah guru yang pandai
menciptakan suasana belajar yang tidak emosional. Ia
bersikaphangat, akrab, adil, dan luwes. Semua itu bisa diciptakan
berkat kepribadian yang baik.
4) Pengetahuan guru. Pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas
sangat diperlukan. Guru yang tidak tau tentang pengertian
pengelolaan akan kesulitan dalam mengelola kelas.
5) Pemahaman guru tentang peserta didik. Guru dalam proses belajar
mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan siswa
satu sama lain.

b. Faktor peserta didik


Peserta didik dalam kelas dianggap sebagai individu dalam suatu
masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tau hak-haknya
sebagai bagian dari kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus
melaksanakan kewajibannya dan menghormati hak-hak orang lain dan
teman-teman sekelasnya.
c. Faktor keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pecerminan keadaan
sekeluarganya. Di dalam kelas sering ditemukan peserta didik pengganggu
dan pembuat ribut. Mereka itu biasanya berasal dari keluarga yang tidak
utuh / kacau. Disinlah letak pentingnya hubungan kerjasama yang seimbang
antara sekolah dengan rumah agar terdapat keselarasan antara situasi dan
tuntutan dalam lingkungan keluarga dan situasi di sekolah.
d. Faktor fasilitas
Faktor fasilitas merupakan penghambat dalam pengelolaan kelas. Faktor
tersebut menurut Ahmad Rohani meliputi: jumlah peserta didik dalam
kelas, besar ruangan kelas, dan ketersediaan alat.23
e. Jumlah peserta didik dalam kelas.
Kelas yang jumlah peserta didiknya banyak sulit untuk dikelola. Siswa
tidak bisa kondusif dengan jumlah siswa yang banyak. Besar ruangan kelas
berpengaruh pada pengelolaan kelas, karena ruang kelas yang kecil
dibandingkan dengan jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta didik

12
untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi pengelolaan
dalam ketersediaan alat juga menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan
kelas.

13

Anda mungkin juga menyukai