Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERKULIAHAN

MEKANIKA TEKNIK

Modul 2 : Penguraian Gaya

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


i 0
Teknik Teknik Industri TIMKK0207 BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T.
02
Abstrak Kompetensi
Pengertian metode penguraian gaya. 1. Mampu memahami metode penguraian gaya
batang dengan cara grafis.
2. Mampu membagi sebuah gaya menjadi dua
buah gaya yang tidak konkruen dan tidak
konkruen.
A. Metode penguraian gaya batang dengan cara grafis

1. Membagi sebuah gaya menjadi dua buah gaya yang konkruen


Secara grafis dapat dilakukan dengan jajaran genjang gaya atau segitiga gaya.

Gambar 2.1. Pembagian gaya dengan jajaran genjang dan segitiga


Secara analitis dapat dirumuskan sebagai berikut ini:

𝑎𝑎 𝑏𝑏 𝑐𝑐
= =
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ∝ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

bila salah satu sisinya (gaya yang akan dibagi) diketahui besarnya dan besar sudut dalam
diketahui, maka panjang (besarnya) sisi yang lain dapat diketahui.

2. Contoh Soal dan penyelesaian


Diketahui gaya P = 10kN akan dibagi menjadi dua gaya yang bergaris kerja L1 = 1,9 cm
dan L2 = 2,4 cm. Diminta menentukan besar gaya komponen (P1 dan P2)
Penyelesaian:
Besarnya gaya komponen P1 dan P2 dapat dihitung dengan mengalikan
panjang garis masing-masing terhadap skala gaya 4kN : 1cm.
Diperoleh :
P1 = 1,9 x 4kN = 7,6kN;
P2 = 2,4 x 4kN = 9,6kN.

Mekanika Teknik
BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T. Halaman | 2
Jika diketahui gaya P = 10kN dengan pola arah sesuai gambar. Diminta menentukan besar
gaya komponen (P1 dan P2)

Gambar 2.2. Membagi gaya dengan cara grafis

Penyelesaian Cara Analitis:


Besarnya gaya komponen P1 (L1) dan P2 (L2) dapat dihitung sebagai berikut :
𝑃𝑃 𝑃𝑃1 𝑃𝑃2
= =
sin 𝛼𝛼 sin 𝛽𝛽 sin 𝛾𝛾
𝑃𝑃 𝐿𝐿1 𝐿𝐿2
= =
sin 𝛼𝛼 sin 𝛽𝛽 sin 𝛾𝛾
Dari gambar pembagian gaya dengan cara grafis diatas didapati :

Dari segitiga ACO


𝛽𝛽 = 180° − 90° − 45°
𝛽𝛽 = 45°
Dari segitiga BCO
𝛾𝛾 = 180° − 90° − 30°
𝛾𝛾 = 60°
Sehingga :
𝛼𝛼 = 180° − 𝛽𝛽 − 𝛾𝛾
𝛼𝛼 = 180° − 45° − 60° = 75°
𝛼𝛼 = 75°

Mekanika Teknik
BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T. Halaman | 3
Menghitung 𝑷𝑷𝟏𝟏 :
𝑃𝑃 𝑃𝑃1 𝑃𝑃2
= =
sin 𝛼𝛼 sin 𝛽𝛽 sin 𝛾𝛾
𝑃𝑃 𝑃𝑃1
=
sin 𝛼𝛼 sin 𝛽𝛽
10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑃𝑃1
=
sin 75° sin 45°
10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑃𝑃1
=
sin 75° sin 45°
𝑃𝑃1 𝑥𝑥 sin 75° = 10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥 sin 45°
10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥 sin 45° 10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥 0,707
𝑃𝑃1 = = = 𝟕𝟕, 𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑
sin 75° 0,965

Menghitung 𝑷𝑷𝟐𝟐 :
𝑃𝑃 𝑃𝑃1 𝑃𝑃2
= =
sin 𝛼𝛼 sin 𝛽𝛽 sin 𝛾𝛾
𝑃𝑃 𝑃𝑃2
=
sin 𝛼𝛼 sin 𝛾𝛾
10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑃𝑃2
=
sin 75° sin 60°
10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑃𝑃2
=
sin 75° sin 60°
𝑃𝑃2 𝑥𝑥 sin 75° = 10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥 sin 60°
10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥 sin 60° 10𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥 0,866
𝑃𝑃2 = = = 𝟖𝟖, 𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗
sin 75° 0,965

B. Membagi sebuah gaya menjadi dua buah gaya yang tidak konkruen

Gaya sebesar 10kN seperti pada Gambar 2.3 di bawah ini akan dibagi menjadi P 1 dan P 2 , yang
garis kerjanya masing-masing melalui A dan C.
Penyelesaian dengan cara Grafis:
1. Gambarlah garis kerja gaya P, P 1 dan P 2 dengan skala jarak antar garis kerja yang tertentu,
misalnya dibuat skala 1cm : 1m.
2. Gambar gaya P = 10kN dengan skala tertentu juga, misalkan 1cm: 4kN; tentukan titik
kutub O (sembarang). Usahakan jarak kutub itu sedemikian rupa sehingga lukisan poligon
batang nantinya tidak terlalu tumpul dan tidak terlalu runcing.

Mekanika Teknik
BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T. Halaman | 4
3. Tarik garis 1 melalui pangkal gaya P = 10kN dan melalui titik O.
4. Lukis garis I sejajar garis 1, yang memotong garis kerja gaya P 1 dan gaya P.
5. Lukis garis 2 melalui ujung P = 10kN dan melalui titik O
6. Lukis garis II sejajar garis 2, yang melalui perpotongan garis I dan garis kerja P, dan
melalui garis kerja P 2 .
7. Lukis garis S yang melalui titik potong antara garis kerja P 1 dan garis I, dan melalui titik
potong antara garis P 2 dan garis 2.
8. Lukis garis S sejajar garis S yang melalui titik kutub dan memotong gaya P=10kN.

Setelah selesai langkah lukisan di atas, selanjutnya adalah mengukur Panjang garis yang
menyatakan besarnya P 1 dan P 2 , besarnya P 1 diukur dari pangkal gaya P = 10kN sampai
dengan perpotongan garis S dengan gaya P sampai dengan ujung gaya P, hasil pengukuran
tersebut kemudian dikalikan dengan skala gaya yang digunakan. Dalam persoalan ini
diperoleh gaya P 1 = 1,5 x 4 = 6kN; dan gaya P 2 = 1 x 4 = 4kN.

Gambar 2.3. Penyelesaian dengan cara grafis.

Mekanika Teknik
BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T. Halaman | 5
Cara Analitis :
Dengan menggunakan statis momen, “momen resultan = jumlah momen komponennya”

Statis Momen Terhadap TITIK A, berarti mencari P 2 = ?

𝑃𝑃2 𝑎𝑎1 𝐴𝐴𝐴𝐴


= =
𝑃𝑃 𝐿𝐿 𝐴𝐴𝐴𝐴

𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑎𝑎1 = 𝑃𝑃2 𝑥𝑥 𝐿𝐿

𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑎𝑎1 10 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥 3 𝑚𝑚 30 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑚𝑚


𝑷𝑷𝟐𝟐 = = = = 𝟑𝟑, 𝟕𝟕𝟕𝟕 𝒌𝒌𝒌𝒌
𝐿𝐿 (3 𝑚𝑚 + 5 𝑚𝑚) 8 𝑚𝑚

Statis momen terhadap TITIK C, berarti mencari P 1 = ?

𝑃𝑃1 𝑎𝑎2 𝐵𝐵𝐵𝐵


= =
𝑃𝑃 𝐿𝐿 𝐴𝐴𝐴𝐴

𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑎𝑎2 = 𝑃𝑃1 𝑥𝑥 𝐿𝐿

𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑎𝑎2 10 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑥𝑥 5 𝑚𝑚 50 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑚𝑚


𝑷𝑷𝟏𝟏 = = = = 𝟔𝟔, 𝟐𝟐𝟐𝟐 𝒌𝒌𝒌𝒌
𝐿𝐿 (3 𝑚𝑚 + 5 𝑚𝑚) 8 𝑚𝑚

Mekanika Teknik
BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T. Halaman | 6
C. Membagi atau mengganti sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkruen
Misalnya gaya P akan diganti menjadi gaya P 1 , P 2 dan P 3 yang telah ditentukan garis kerjanya.

Gambar 2.4. Pembagian gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkruen

Usaha pertama adalah membuat gaya-gaya tersebut menjadi konkruen. Dalam membuat
konkruen tidak dapat dilakukan sekali, tetapi harus dilakukan dua kali. Dalam hal ini, carilah
lebih dahulu titik-titik pertemuan antara garis kerja gaya yang diganti dengan salah satu garis
kerja gaya pengganti, misalnya titik petemuannya di A, kemudian agar diperoleh titik tangkap
yang konkruen, maka dua garis kerja gaya pengganti yang lain disatukan menjadi sebuah garis
kerja (garis kerja persekutuan), misalnya titik pertemuan antara dua gaya pengganti tersebut di
C. Garis yang menghubungkan titik A dengan titik C merupakan garis kerja persekutuan yang
dimaksud di atas dan membuat gaya diganti dengan ketiga gaya penggantinya yang konkruen.
Dari tiga garis kerja gaya yang konkruen inilah dapat dilukis penggantian P 3 dan sebuah gaya
persekutuan (Panduan P 1 dan P 2 ). Selanjutnya gaya persekutuan ini diganti menjadi gaya P 1
dan P 2 . Jadi, ketiga gaya pengganti telah diketahui semuanya, besarnya tinggal mengukur
pajang garisnya dikalikan dengan skala gaya yang digunakan.
Mengganti atau membagi sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkruen ini
merupakan dasar metode cullman dalam menghitung besarnya gaya batang pada konstruksi
rangka.

Cara analitis :
Karena gaya-gayanya tidak konkruen, maka untuk menghitung gaya yang belum diketahui,
digunakan “Status Momen”. Pemilihan titik yang dipakai pusat momen harus diperhatikan
sedemikian sehingga dalam sebuah persamaan hanya mengandung sebuah bilangan yang
Belum diketahui. Pada persoalan di atas, dipilih dahulu titik C sebagai pusat momen, sehingga
dapat dihitung gaya P 3 (bila dipilih titik A sebagai pusat momen, maka ada dua bilangan yang
Belum diketahui, yaitu P 1 dan P 2 ).

Mekanika Teknik
BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T. Halaman | 7
Statis momen terhadap titik C
−𝑃𝑃3 (𝑎𝑎 + 𝑏𝑏)
=
𝑃𝑃 𝑐𝑐
𝑃𝑃 𝑥𝑥 (𝑎𝑎 + 𝑏𝑏) = −𝑃𝑃3 𝑥𝑥 𝑐𝑐  P 3 dimisalkan arahnya ke kanan
𝑃𝑃 𝑥𝑥 (𝑎𝑎+𝑏𝑏)
𝑃𝑃3 = − 𝑐𝑐
 berarti arah P 3 sebenarnya ke kiri

Statis momen terhadap titik B


𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑎𝑎 = 𝑃𝑃2 𝑥𝑥 𝑐𝑐  P 2 dimisalkan arahnya ke kanan
𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑎𝑎
𝑃𝑃2 = 𝑐𝑐
 berarti arah P 2 sebenarnya ke kanan

Statis momen terhadap titik D


𝑃𝑃 𝑥𝑥 (𝑎𝑎 + 𝑏𝑏) = 𝑃𝑃2 𝑥𝑥 𝑐𝑐 + 𝑃𝑃1 𝑥𝑥 𝑑𝑑  P 1 dimisalkan arahnya ke atas
𝑃𝑃 𝑥𝑥 (𝑎𝑎+𝑏𝑏)−𝑃𝑃2 𝑥𝑥 𝑐𝑐
𝑃𝑃1 = 𝑑𝑑
(𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑎𝑎)+(𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑏𝑏)−𝑃𝑃2 𝑥𝑥 𝑐𝑐
𝑃𝑃1 = 𝑑𝑑
 lihat persamaan sebelumnya P 2 x c = P x a
(𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑎𝑎)+(𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑏𝑏)−(𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑎𝑎) 𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑏𝑏
𝑃𝑃1 = 𝑑𝑑
= 𝑑𝑑
 berarti arah P 1 sebenarnya ke atas

Hitungan cara analitis ini merupakan dasar dari metode Ritter untuk mencari besarnya gaya
batang pada konstruksi rangka batang. Untuk lebih mendalami sebuah gaya menjadi tiga buah
gaya yang tidak konkruen, baik secara grafis ataupun analitis, berikut disajikan contoh soal dan
penyelesaiannya.
Contoh :
Hitunglah gaya pengganti P 1 , P 2 dan P 3 dari sebuah gaya P = 2kN, yang masing-masing garis
kerjanya L 1 , L 2 dan L 3 seperti pada Gambar 2.5 di bawah ini.

Gambar 2.5. Metode grafis untuk mencari besarnya gaya pengganti

Mekanika Teknik
BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T. Halaman | 8
Skala gaya yang digunakan 1cm : 2kN; skala jarak 1cm: 1m; lukisan untuk menghitung gaya
pengganti adalah seperti pada Gambar 2.6 di bawah ini.

Gambar 2.6. Lukisan gaya pengganti dengan cara grafis

Cara analitis:
Statis momen terhadap titik E
−𝑃𝑃3 𝐴𝐴𝐴𝐴
=
𝑃𝑃 𝐶𝐶𝐶𝐶
𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝐴𝐴𝐴𝐴 = −𝑃𝑃3 𝑥𝑥 𝐶𝐶𝐶𝐶
𝑃𝑃 𝑥𝑥 8 = −𝑃𝑃3 𝑥𝑥 1,732  arah P 3 dimisalkan ke kanan
𝑃𝑃 𝑥𝑥 8 2 𝑥𝑥 8 16
𝑷𝑷𝟑𝟑 = − 1,732 = − 1,732 = − 1,732 = −𝟗𝟗, 𝟐𝟐𝟐𝟐 𝒌𝒌𝒌𝒌  arah P 3 berarti ke kiri

Statis momen terhadap titik D


𝑃𝑃1 𝐴𝐴𝐴𝐴
=
𝑃𝑃 (𝐵𝐵𝐵𝐵 − 𝐶𝐶𝐶𝐶)
𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝐴𝐴𝐴𝐴 = 𝑃𝑃1 𝑥𝑥 (𝐵𝐵𝐵𝐵 − 𝐶𝐶𝐶𝐶)
𝑃𝑃 𝑥𝑥 9 = 𝑃𝑃1 𝑥𝑥 (3 − 1)  arah P 1 dimisalkan ke atas
𝑃𝑃 𝑥𝑥 9 2 𝑥𝑥 9 18
𝑷𝑷𝟏𝟏 = 2
= 2
= 2
= 𝟗𝟗 𝒌𝒌𝒌𝒌  arah P 1 berarti ke atas

Statis momen terhadap titik B


−𝑃𝑃2 𝐴𝐴𝐴𝐴
=
𝑃𝑃 𝐵𝐵𝐵𝐵
𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝐴𝐴𝐴𝐴 = −𝑃𝑃2 𝑥𝑥 𝐵𝐵𝐵𝐵
𝑃𝑃 𝑥𝑥 5 = −𝑃𝑃2 𝑥𝑥 3,464  arah P 2 dimisalkan ke atas
𝑃𝑃 𝑥𝑥 5 2 𝑥𝑥 5 10
𝑷𝑷𝟐𝟐 = − 3,464 = − 3,464 = − 3,464 = −𝟐𝟐, 𝟖𝟖𝟖𝟖 𝒌𝒌𝒌𝒌  arah P 2 berarti ke bawah

Mekanika Teknik
BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T. Halaman | 9
Latihan SOAL

Gambar 2.7. Gelagar balok dengan beban terpusat lebih dari satu

Daftar Pustaka

1. Heinz Frick, Ir., Mekanika Teknik 1 Statika dan Kegunaannya, Penerbit PT Kanisius
Yogyakarta, 1979.
2. Heinz Frick, Ir., Mekanika Teknik 2 Statika dan Kegunaannya, Penerbit PT Kanisius
Yogyakarta, 1979.

Mekanika Teknik
BY. Rahadi Meta Tri Sulaksana, S.T., M.T. Halaman | 10

Anda mungkin juga menyukai