Acc 6
Acc 6
i
LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN KUALITAS AIR BUDIDAYA IKAN
KELOMPOK :3
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Kualitas Air Budidaya Ikan. Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna
konstruksi media budidaya dan aspek pendukung pada budidaya dari berbagai
komoditas yang ada pada beberapa Balai di Bali. Selain itu, penulis menyadari
bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik serta saran demi
perbaikan tulisan yang akan dibuat di masa yang akan datang. Demikian penulis
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.2.6 Nitrat (NO3) ................................................................................... 32
3.2.7 Fosfat (PO4).................................................................................. 32
3.3 Bahan dan Fungsinya .......................................................................... 33
3.3.1 Setting Aquarium .......................................................................... 33
3.3.2 Suhu ............................................................................................. 33
3.3.3 Dissolved Oxygen (DO) ................................................................ 33
3.3.4 Potential Hydrogen (pH) ............................................................... 34
3.3.5 Amonia (NH3) ............................................................................... 34
3.3.6 Nitrat (NO3) ................................................................................... 35
3.3.7 Fosfat (PO4).................................................................................. 36
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)...................................................... 12
vii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Pengamatan Suhu Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4 ............ 37
Grafik 2. Pengamatan DO Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4 ............... 39
Grafik 3. Pengamatan pH Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4 ................ 42
Grafik 4. Pengamatan NH3 Harian A) Kelompok 3 dan B) Harian Kelompok 4 ... 43
Grafik 5. Pengamatan NO3 Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4 .............. 45
Grafik 6. Pengamatan PO4 Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4 .............. 47
Grafik 7. Hasil SR Kelompok 3 dan Kelompok 4 ................................................ 50
Grafik 8. Hasil GR Kelompok 3 dan Kelompok 4 ................................................ 51
viii
BAB I. PENDAHULUAN
berbeda memberikan nutrisi dan aspek lingkungan yang berbeda yang dapat
budidaya beberapa jenis tanaman dan hewan (Chew et al., 2018). Pengelolaan air
yang tepat akan menghasilkan pasokan oksigen yang cukup. Kehadiran oksigen
terlarut berfungsi sebagai indikator penting kualitas air, dan ketersediaannya harus
keberhasilan kegiatan budidaya ikan. Sumber daya alam air mengalami degradasi
potensi maksimal pada kegiatan budidaya. Monitoring kualitas air bertujuan untuk
pakan atau umumnya ditemukan pada situasi ketika suhu air permukaan lebih
dingin dan berat jenisnya meningkat. Saat berat jenis air di permukaan melebihi
air di lapisan lebih dalam, maka air permukaan akan menurun dan mendorong air
9
kualitas air bervariasi tergantung pada tujuan penggunaannya. Air yang mungkin
tidak memenuhi syarat untuk satu keperluan, mungkin memadai untuk keperluan
lain, dan dalam situasi di mana air berkualitas rendah adalah satu-satunya pilihan,
air tersebut masih dapat diterima untuk kegunaan tertentu. Persyaratan kualitas
air harus sesuai dengan peraturan dan standar yang telah ditetapkan oleh otoritas
kategori standar: air mengalir, air minum, dan air limbah. Masing-masing dari
kategori ini memiliki kriteria khusus yang diukur dengan menggunakan metode
minimum untuk kualitas air minum yang direkomendasikan untuk diadopsi oleh
Tanaman air yang dapat dijadikan biofiltrasi alami untuk mengurangi kadar
menyerap logam berat oleh akar tanaman dan mengakumulasi senyawa toksik ke
bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, dan daun (Chou dan Wipranata,
2021). Tanaman air eceng gondok digunakan sebagai bioakumulator air limbah
di dalam air. Eceng gondok sebagai filter biologi, dapat menjernihkan air dan
menghambat pendangkalan titik air. Eceng gondok yang dirawat dengan baik,
eceng gondok yang mampu menyerap logam berat (Elizabeth et al., 2020).
Ikan nila merupakan ikan tawar yang sangat populer di Indonesia dengan
10
intensif dalam pemeliharaannya, terutama dalam pemberian pakan yang
mencukupi. Nutrisi pakan ikan memiliki peran krusial dalam pertumbuhan dan
terutama tingginya kandungan protein dalam pakan, menjadi faktor utama dalam
membantu ikan mencerna pakan dengan baik dan tumbuh secara optimal. Faktor
internal dan eksternal, seperti umur dan kemampuan ikan beradaptasi dengan
(Mokoginta et al., 2022). Ikan nila dengan siklus reproduksi yang cepat, dapat
mencapai kematangan seksual pada ukuran yang relatif kecil. Panjang 8-12 cm
dan berat 80-90 g sudah memungkinkan ikan nila untuk melakukan pemijahan
dengan fekunditas sekitar 123 butir telur. Semakin besar ukuran induk, semakin
ikan nila cenderung lambat, memerlukan waktu lama untuk mencapai ukuran
pasar. Faktor reproduksi yang cepat dan tingginya kelangsungan hidup larva
ini, dengan cara polikultur ikan gabus dengan ikan nila yang diharapkan dapat
adalah praktikan dapat mengetahui cara pengelolaan kualitas air yang baik untuk
budidaya ikan dengan sistem budidaya resirkulasi dengan filter kimia dan biologi.
Tujuan dari diadakannya praktikum Manajemen kualitas air budidaya ikan adalah
11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Oreochromis niloticus. Ikan Nila menurut Ghufran dan Kordi (2010), secara
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Ikan Nila mempunyai warna mata coklat kekuningan dengan warna putih pada
tepinya. Bentuk kepala dan tubuh yang pipih dengan warna hitam kekuningan.
Punggung ikan berwarna hitam kehijauan, badan berwarna putih dengan garis
hitam vertikal serta perut berwarna putih. Sirip punggung ikan Nila berwarna hitam
12
dengan garis putih, sirip ekor hitam dengan ujung merah. Ikan Nila mempunyai
sirip dada hitam kemerahan, sirip perut hitam, dan sirip anal hitam dengan garis
makan. Morfologi juga dapat berubah akibat respon plastis atau evolusi terhadap
tekanan lingkungan. Morfologi ikan nila dapat berbeda menjadi tipe yang berbeda
sebagai respon evolusi terhadap polimorfisme sumber daya (Tibihika et al., 2018).
Ikan nila adalah ikan omnivora dari keluarga Cichlid yang hidup di Afrika, Amerika
Selatan, dan Asia. Ikan nila memiliki karakteristik lateral line yang terputus. Ikan
nila adalah spesies ikan ketiga paling banyak dibudidayakan dalam akuakultur
setelah ikan karper dan salmon. Ikan nila mampu bertahan hidup di lingkungan
dengan kualitas air yang buruk dan makan berbagai jenis organisme makanan
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang hidup di perairan tropis. Habitat
yang disukai ikan nila adalah air yang bersih, mengalir, dan hangat. Ikan nila
berada di perairan tropis Indonesia dengan subu 23-32°C. Ikan nila memiliki
baik. Suhu optimal pertumbuhan ikan nila berkisar 25 - 30°C dengan pH di kisaran
7 sampai 8 (Pantow et al., 2017). Ikan nila merupakan jenis ikan herbivora yang
menjadikan tumbuhan air, lumut dan fitoplankton sebagai pakan alami. Ikan nila
berhabitat di 2 jenis yaitu keramba jaring apung dan diluar keramba jaring apung.
Habitat yang berada diluar maupun dalam keramba jaring apung akan
13
Ikan nila dapat hidup di segala macam air tawar seperti sungai, danau.
Penyebaran ikan nila luas seperti di sungai pesisir Israel, lembah Nil, danau Kivu,
dan danau Baringo. Ikan nila mempunyai kemampuan luar biasa untuk berkoloni
dan beradaptasi pada berbagai habitat, mulai dari sungai kecil hingga danau besar
(Hallermen dan Hilsdorf, 2014). Pertumbuhan ikan nila seperti di muara, kolam,
dan sungai pasang surut di Afrika. Ikan nila mampu beradaptasi dengan salinitas.
Ikan nila berada di perairan Afrika bagian barat dan utara (Yamaguchi et al., 2018).
pemakan segala. ikan nila dapat memakan udang kecil, moluska, fitoplankton
atau, tumbuhan air tingkat tinggi lainnya. Kebiasaan makan ikan nila dapat
dipengaruhi oleh musim, suhu, stadia ikan , dan ukuran ikan (Balirwa, 2017). Jenis
tumbuhan air yang menjadi makanan oleh ikan nila antara lain yaitu detritus perifit,
alga berserabut, dan epipelon perifit. Ikan nila adalah satu agen pengendali
biologis gulma air terutama di perairan danau karena kebiasaan makannya. Jenis
pakan ikan nila lainnya adalah zooplankton, bakteri, invertebrata bentik, larva
serangga, telur serangga, dan vertebrata dengan ukuran yang lebih kecil dari
namun lebih condong ke arah herbivora. Kebiasaan makan ikan nila bergantung
pada pada habitat dan ketersediaan pakan yang ada di habitatnya (Kurnia et al.,
2017). Pertumbuhan dan perkembangan ikan nila, terutama ikan nila yang hidup
di alam sangat bergantung pada ketersediaan pakan alami. Pakan alami ikan nila
dapat berupa fitoplankton atau zooplankton. Ikan nila secara alamiah dapat
14
2.2 Filter
aktifitas metabolisme ikan dan sisa pakan. Sistem resirkulasi budidaya ikan
menggunakan filtrasi untuk menjaga kualitas air (Raml et al., 2023). Filter dalam
sistem RAS (Recirculation Aquaculture System) terdiri dari filter mekanis, biologis,
dan kimia. Media yang digunakan antara lain dakron, pasir, bioball, batu zeolite,
dan karbon aktif. Media filter yang baik adalah yang mampu menyerap dan
mereduksi kandungan amonia dari hasil metabolisme ikan (fases) dan sisa pakan
amonia menjadi nitrat yang tidak beracun dalam proses nitrifikasi. Tanaman yang
dapat dijadikan filter antara lain eceng gondok dan pakcoy berfungsi sebagai
amonia, nitrit dan nitrat dengan menyerap air dan zat hara melalui akar dan
merupakan bahan yang mengandung berbagai jenis bakteri yang dapat berperan
15
biologis berperan sebagai instalasi pengolahan limbah, mengandung bahan
pengisi granular seperti kerikil, terak, kokas, bahan keramik, plastik, dll yang dapat
berpengaruh terhadap biooksidasi beberapa polutan dari air limbah. Filter biologi
merupakan proses limbah yang dapat diubah menjadi biomassa dan metabolit
dengan melalui proses yang terjadi dalam pengolahan dengan lumpur aktif (Mincu
et al., 2018). Masalah dalam nitrifikasi biofilter salah satunya yakni proses
Dampaknya dapat beracun bagi ikan yang mengganggu regulasi ion, pernapasan,
Media filter adalah bagian penting dari sistem RAS karena mereka
membantu mengolah limbah ikan dan sisa pakan yang tidak dikonsumsi,
memastikan bahwa air tetap bersih dan aman untuk kehidupan ikan. Jenis filter
yang digunakan meliputi filter kimia dan biologi. Filter kimia merupakan jenis filter
yang menghilangkan partikel yang lebih kecil yang tidak dapat ditangkap oleh filter
fisik seperti, arang aktif biasanya digunakan sebagai filter kimia. Bakteri yang
menjaga kualitas air (Tanjung et al., 2019). Media filter biologi memiliki permukaan
penting dari siklus nitrogen. Mengkombinasikan filter kimia dan biologi dapat
16
limbah RAS menggunakan filter layar drum, fraksionator busa, berbagai
konfigurasi saluran samping dan bawah tangki, dan pemisah aliran radial. Jenis
mengumpulkan padatan dari aliran keluar RAS (Gibson et al., 2020). Filter kimia
langsung. Zeolit dan arang merupakan salah satu filter kimia yang bisa digunakan
untuk meningkatkan kualitas air. Bioball, zeolit dan arang sama-sama memiliki
pori-pori permukaan yang berfungsi sebagai filter kimia yaitu menyerap kotoran
dari feses maupun sisa pelet selama pemeliharaan (Wahbi et al., 2022).
mendiaminya. Fluktuasi suhu air yang tidak sesuai dengan kondisi ikan di dalam
kolam dapat menghambat kemampuan ikan untuk mengelola energi dan berisiko
kualitas air dan mudah untuk dilihat bahwa suhu udara telah berdampak pada
kualitas air. Pertumbuhan fitoplankton dipengaruhi oleh kenaikan suhu air dan
beradaptasi dengan kisaran suhu 0-30 °C. Namun, toleransi terhadap suhu tinggi
tingkat polusi, musim, dan tingkat pemanasan global (Alabaster dan Lloyd, 2013).
Suhu air adalah faktor abiotik yang memainkan peran krusial dalam kehidupan
17
organisme di lingkungan air. Suhu air sangat dipengaruhi oleh intensitas sinar
kembali ke atmosfer dan sebagian lainnya akan diserap dalam bentuk energi
air. Kondisi yang optimal bagi kehidupan ikan adalah pada rentang suhu 25 hingga
Kualitas air yang baik menjadi syarat Faktor penting dalam suatu kegiatan
budidaya yang harus diperhatikan yaitu kualitas air. Kualitas air yang baik dapat
et al., 2021). Kondisi kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan nafsu makan
ikan berkurang, tingkat stres ikan menjadi tinggi, dan dapat menyebabkan
kematian pada ikan yang dipelihara. Dissolved Oxygen (DO) merupakan jumlah
oksigen terlarut dalam air yang berperan dalam proses penyerapan makanan oleh
Oxygen (DO) yang optimal untuk pertumbuhannya yaitu 5,6-7,9 mg/L (Febri et al.,
2021). Pernafasan organisme dalam air dan perombakan bahan organik dapat
(Oreochromis niloticus) akan menurun jika kebutuhan oksigen dalam air tidak
pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) yaitu 4,5-7 mg/L. Metode yang
dapat digunakan untuk mengukur kadar oksigen terlarut yaitu metode titrasi dan
18
Oksigen terlarut merupakan parameter penting dalam mengoksidasi
ammonia dan menjadi faktor utama dalam pembatas kelangsungan hidup ikan
nila. Pertumbuhan ikan nila dapat dipengaruhi oleh oksigen terlarut dengan
konsentrasi yang optimal yaitu >5 ppm, apabila kurang dari 5 ppm akan
untuk mengukur oksigen terlarut dalam perairan. Kualitas lingkungan yang baik
diterima oleh ikan nila. Tingkat konsumsi oksigen ikan sangat bermacam
tergantung pada suhu, konsentrasi oksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas,
dan tingkat metabolisme antar individu (Pratama et al., 2021). Kurangnya pasokan
oksigen dalam pemeliharaan ikan air tawar akan menjadi ancaman karena akan
makanan, dan efisiensi pakan. Aerasi, baik dalam bentuk aerasi buatan maupun
darurat, dianggap sebagai solusi efisien untuk mengatasi kekurangan oksigen dan
polusi organik. Aerasi meningkatkan kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air,
yang sangat penting karena DO yang rendah dapat merugikan pertumbuhan ikan,
menunjukkan bahwa kolam dengan aerasi yang tepat memiliki pertumbuhan ikan
yang lebih baik, tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, produksi yang lebih besar,
dan FCR yang lebih rendah dibandingkan dengan kolam yang tidak diaerasi.
Pengaturan pakan yang baik, kondisi yang terkendali, dan tingkat DO yang cukup
(H+) dalam larutan air. Nilai pH dinyatakan sebagai logaritma negatif dari
konsentrasi ion H, dan skala pH berkisar dari 0 hingga 14. Nilai pH 7 dianggap
19
netral, sedangkan nilai pH di bawah 7 bersifat asam dan nilai pH di atas 7 bersifat
basa. Semakin rendah nilai pH, semakin tinggi konsentrasi ion hidrogen, dan
semakin tinggi nilai pH, semakin rendah konsentrasi ion hidrogen (Darmayanti et
al., 2018). Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat asam atau basa
dalam suatu larutan adalah pH. Menjaga kadar keasaman (pH) adalah salah satu
faktor penting untuk menjaga pertumbuhan ikan budidaya (Mufida et al., 2020)
lingkungan perairan. Proses kimiawi dalam sistem akuatik seperti reaksi asam-
dipengaruhi oleh pH. Derajat keasaman (pH) menjadi faktor penting dalam
menentukan sifat kimia dan biologi air. Derajat keasaman (pH) juga dapat
(Saalidong et al., 2022). Umumnya, pH yang sangat tinggi atau sangat rendah
dapat membuat air menjadi tidak stabil. Derajat keasaman yang sangat tinggi,
konsentrasi amonia menjadi racun bagi air. Derajat keasaman yang rendah,
kelarutan logam cenderung tinggi sehingga bahan kimia seperti sianida dan sulfida
Amonia adalah senyawa kimia yang diperoleh berupa gas dengan bau
tajam yang khas. Amonia memiliki peran sebagai nutrisi pada bumi tetapi
kekurangan dari amonia yaitu bersifat kaustik sehingga dapat merusak kesehatan.
Amonia merupakan gas tidak berwarna dan sangat larut dalam air terdiri dari
nitrogen dan hidrogen (Mulyono dan Ritonga, 2019). Amonia jika berada pada pH
20
yang tinggi maka racun amonia semakin meningkat karena sebagian besar berada
dalam bentuk NH3. Amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun dibandingkan
dengan ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul mendapat bagian membran sel
0,05 mg/L. Konsentrasi diatas 0,26 mg/L tidak mempengaruhi kinerja pertumbuhan
dan tingkat kelangsungan hidup yang lama. Analisis korelasi kualitas air dan
nitrogen, pertumbuhan ikan serta pemberian pakan ikan (Omitoyin et al., 2017).
produk nitrogen utama dari katabolisme protein, secara pasif dan langsung
dikeluarkan dari darah ke dalam air melalui insang ikan. Amonia dapat
menyebabkan efek toksik kronis dan akut bahkan pada konsentrasi yang relatif
ikan, selain kerugian ekonomi yang sangat besar bagi budidaya ikan nila, sifat dan
tingkat toksisitas amonia bergantung pada ikan nila. Ikan nila mudah beradaptasi
dengan banyak orang jenis sistem budidaya pada berbagai kondisi lingkungan,
ambang batas kadar nitrat di perairan adalah tidak lebih dari 5 mg/L. Nitrat berasal
dari hasil penguraian amonia dan nitrit yang bersumber dari sisa metabolisme ikan
seperti feses dan urin. Kadar nitrat di perairan dapat dikendalikan dengan
menggunakan tanaman air atau menggunakan sistem resirkulasi (Li et al., 2019).
Kadar nitrat yang berlebih di perairan dapat memicu eutrofikasi sehingga akan
21
terjadi blooming alga dan Cyanobacteria. Blooming alga dan Cyanobacteria akan
menurunkan hematokrit pada ikan atau organisme air lainnya (Gomez et al., 2021).
berperan dalam pertumbuhan alga atau tumbuhan air lainnya, oleh karena itu
kadar nitrat berlebih di perairan dapat memicu blooming alga (Kabalamy et al.,
2017). Nitrat memiliki sifat mudah larut dalam air dan stabil. Nitrat menjadi indikator
perairan yang tidak tercemar karena nitrat adalah salah satu bentuk nitrogen di
dalam perairan yang kaya oksigen. Kadar nitrat di atas 5 mg/L menunjukkan
nutrien utama pada produksi primer laut. Fosfat dan nitrat mengandung unsur
nitrogen dan fosfor yang berasal dari alam, buangan antropogenik, dekomposisi
material organik, limbah pertanian, sisa pakan peternakan, dan dari buangan
domestik dan industri yang masuk ke laut. Limbah zat organik perkotaan, industri
dan pupuk yang mengandung unsur nitrogen dan fosfat yang tinggi dan masuk ke
yang akan menyebabkan efek beragam kepada perairan tersebut dan ekosistem
laut sekitarnya. Kandungan nitrogen dan fosfor yang berlimpah pada perairan
rendahnya kadar fosfat dan nitrat di suatu perairan adalah salah satu indikator
dari kegiatan pertanian dan pertambakan, limbah industri atau bahkan limbah
22
rumah tangga. Rendahnya konsentrasi fosfat disebabkan karena pemanfaatan
Fosfor adalah nutrisi mineral yang penting bagi semua spesies hidup.
Jumlah fosfor yang berlebihan di badan air biasanya disebabkan akibat dari tidak
diolah limbah cair dan limpasan pertanian sebelum dibuang yang menyebabkan
mengurangi populasi spesies air dan mempercepat kelangkaan air (Huang et al.,
2017). Konsentrasi fosfat pada perairan yang lebih dari 0,1 mg/l menunjukkan
bahwa perairan tersebut mengalami eutrofikasi. Nilai fosfat yang disarankan atau
baik bagi pertumbuhan ikan nila yakni 0,025 mg/l (Devi et al., 2017).
Hasil dari pemeliharaan ikan dengan sistem bioflok, pemberian pakan XOS
(FCR). Spesies ikan yang diteliti, komunitas mikroba usus, tahap perkembangan
ikan, dan sifat fermentasi XOS dan bagaimana prebiotik ini mempengaruhi
mikroba usus ikan juga dapat mempengaruhi temuan ini. Hasil pada ikan nila yang
diberi dosis XOS yang berbeda (10 g kg-1 versus 20 g kg-1) menunjukkan bahwa
ada perbedaan dalam respons individu dan kebutuhan nutrisi setiap spesies ikan
(Doan et al., 2018). Rumus FCR (Feed Conversion Ratio) yang digunakan untuk
23
Food Convertion Ratio (FCR) dapat diperkirakan dengan membagi total
Keterangan :
FCR = Feed Convertion Ratio
Total Pakan Komulatif = Total pakan yang dikonsumsi ikan (kg)
Biomassa = Total berat ikan (kg)
berat pakan yang dikonsumsi dengan total pertambahan berat suatu kelompok
(atau individu) selama periode tertentu, dengan nilai yang lebih rendah
badan dan konsumsi pakan secara kolektif terdiri dari FCR, sehingga salah satu
atau kedua pengukuran ini dapat disesuaikan secara terpisah atau bersamaan
dan berbagai tingkat konsumsi oksigen menjadi faktor pendorong utama FCR
(Elvy et al., 2022). Nilai konversi pakan (FCR) menunjukkan efektivitas pakan yang
dikonsumsi ikan nilainya berkisar antara 0,4-0,7 selama pemeliharaan dan masih
dianggap efisien jika nilai FCR kurang dari 3. Nilai FCR yang lebih rendah
pakan yang dikonsumsi daripada pakan yang tersisa (Sukardi et al., 2018).
Tingkat kelangsungan hidup atau Survivale Rate (SR) sering diukur dalam
bentuk persentase atau rasio, yang menunjukkan proporsi entitas yang bertahan
dalam jangka waktu tertentu. Kepadatan tebar yang lebih tinggi mengurangi
kesehatan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bergantung pada faktor ini
24
menggunakan analisis ragam (ANOVA). Nilai kelulushidupan dihitung dengan
Keterangan :
SR = Kelulushidupan (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
jumlah ikan pada saat awal dan akhir. Faktor-faktor pendukung yang dapat
ikan. Semakin tinggi tingkat kelangsungan hidup, semakin besar jumlah ikan yang
dapat dijual atau dikonsumsi, yang pada gilirannya menguntungkan hasil produksi
budidaya. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah pada perlakuan kontrol juga
berdampak pada biomassa yang rendah. Biomassa adalah berat total ikan yang
besar biomassa yang tersedia untuk budidaya. Produksi budidaya ikan sangat
produksi mereka dan mencapai hasil yang lebih besar jika mereka memiliki tingkat
kelangsungan hidup yang tinggi (Sukoco et al., 2016). Tingkat kelangsungan hidup
ikan sekitar 91% adalah angka yang baik yang menunjukkan bahwa ikan dalam
sistem budidaya memiliki tingkat kelangsungan hidup yang relatif tinggi. sistem
hidup, dapat dianggap sebagai hal yang baik karena menunjukkan bahwa sistem
budidaya yang digunakan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang konsisten dan
25
tidak mempengaruhi tingkat kanibalisme (Chakraborty et al., 2021).
pertumbuhan ikan menjadi tidak optimal, sedangkan untuk salinitas yang sesuai
dapat dilakukan dengan mengukur bobot badan ikan setiap 10 hari sekali selama
SGR = ln Wt − ln Wo / t × 100%
Deskripsi :
t = waktu (hari)
hidup benih ikan yang lebih baik, kepadatan tebar yang sesuai sangatlah penting.
kesehatan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bergantung pada faktor ini.
26
kelangsungan hidup selama budidaya ikan. Terkadang benih ikan yang unggul
pertumbuhan dan produksi yang diinginkan (Ferdous et al., 2014). Kepadatan ikan
yang rendah berdampak pada pertumbuhan yang baik dan tingginya tingkat
kelangsungan hidup tetapi produksi per area rendah, sedangkan kepadatan ikan
pada ikan, selain itu tingginya interaksi ikan akan menimbulkan heterogenitas
ukuran ikan. Kepadatan ikan yang tepat akan meningkatkan produksi dan biaya
27
BAB III. METODE PRAKTIKUM
akuaponik.
Akuaponik.
3.1.2 Suhu
28
3.1.3 Dissolved Oxygen (DO)
29
• Nampan : Untuk wadah alat dan bahan.
(Oreochromis niloticus).
30
3.2.2 Suhu
31
• Tisu : Sebagai pembersih alat yang digunakan.
32
3.3 Bahan dan Fungsinya
3.3.1 Setting Aquarium
Aquarium
aquarium
Running
3.3.2 Suhu
Thermometer Hg
- Disiapkan thermometer
Hasil
DO meter
- Disiapkan DO meter
- Ditekan “ON/OFF”
Hasil
33
3.3.4 Potential Hydrogen (pH)
pH meter
- Di siapkan pH meter
- Ditekan “ON/OFF”
Hasil
Air Sampel
Hasil
34
3.3.6 Nitrat (NO3)
Air Sampel
dihomogenkan.
dihomogenkan.
warna dari atas ke bawah lalu catat hasilnya sebagai nilai nitrat yang
Hasil
35
3.3.7 Fosfat (PO4)
Air Sampel
36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
(A) (B)
Grafik 1. Pengamatan Suhu Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4
Kelompok 3 memperoleh hasil pengamatan suhu secara harian yaitu suhu air saat
sore hari cenderung lebih tinggi daripada saat pagi hari. Suhu tertinggi yakni 30°C
diperoleh oleh kelompok 3 pada sore hari tanggal 16 Oktober 2023. Pengamatan
yang dilakukan oleh kelompok 4 yaitu suhu air juga lebih tinggi sore hari
dibandingkan pagi hari, namun terjadi penurunan suhu menjadi 21,5 °C pada sore
hari pada tanggal 18 Oktober 2023. Kedua kelompok memiliki persamaan pada
37
Ikan nila (Oreochromis niloticus) termasuk kedalam ikan yang memiliki
daya tahan tubuh yang tinggi terhadap serangan berbagai penyakit, toleran suhu
rendah maupun tinggi, efisiensi terhadap pakan dan pertumbuhan yang cepat.
dengan kualitas air yang optimal. Suhu sangat berpengaruh pada pertumbuhan
merupakan suhu yang optimal untuk menunjang pertumbuhan ikan nila. Kenaikan
suhu dalam batas yang masih dapat ditoleransi, menyebabkan laju metabolisme
ikan nila (Oreochromis niloticus) untuk pemeliharaan tubuh bertambah dan lebih
aktif mengambil pakan (Anggriani et al., 2020). Suhu merupakan parameter utama
untuk budidaya ikan yang mempengaruhi respirasi, asupan makanan, dan sistem
kekebalan tubuh ikan. Sebagian besar ikan memiliki suhu tubuh yang sama
dengan suhu air di sekitarnya. Setiap ikan di perairan memiliki batas toleransi atau
suhu optimal yang berbeda. Ikan yang berada di daerah tropis akan mati jika suhu
kurang dari 10°C. Kondisi suhu pada perairan harus dipertahankan untuk menjaga
memperoleh suhu tertinggi yakni 28°C pada pagi hari tanggal 18 Oktober 2023.
Kedua kelompok memiliki persamaan pada titik suhu terendah yang berada
terhadap kelangsungan hidup ikan. Ikan juga memiliki toleransi suhu agar dapat
38
4.1.2 Dissolved Oxygen (DO)
(A) (B)
Grafik 2. Pengamatan DO Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4
dengan baik, dan hasil perbandingan antara kelompok 3 yang menggunakan filter
Eceng Gondok dan kelompok 4 yang menggunakan filter Batu Apung telah
menghasilkan tingkat konsentrasi oksigen terlarut (DO) yang bervariasi, mulai dari
9,5 pada pagi hari di hari pertama, mengalami kenaikan drastis hingga mencapai
9,1 pada minggu ke-3, dan kemudian mengalami penurunan drastis mencapai 4,9.
Konsentrasi DO pada sore hari mencapai level terendah pada minggu ke-3, yaitu
4,8. Perbandingan kelompok 4 dengan filter Batu Apung juga mengalami fluktuasi
dalam konsentrasi DO, dimulai dengan 9,5 pada pagi hari di hari pertama,
penurunan hingga 5,8 pada minggu ke-3, dan kembali meningkat hingga
39
peningkatan pada hari ke-2 hingga 9,3, lalu kembali mengalami penurunan
yang optimal untuk kelangsungan hidup ikan guppy biasanya berada dalam
kesehatan ikan. Pengelolaan dan pemantauan kualitas air menjadi sangat penting
dalam budidaya ikan guppy untuk memastikan kondisi lingkungan yang sesuai
bagi ikan.
bergantung pada sumber daya hayati perairan dan layanan ekosistem laut.
Winkler sering digunakan dalam penelitian oksigen karena keandalannya dan tidak
memerlukan kalibrasi (Hamzah et al., 2022). Aerasi mekanis air sangat penting
untuk menjaga konsentrasi DO yang cukup dalam air. Intensifikasi pertanian dapat
merusak kualitas air, berdampak negatif pada perairan yang menerima limbah.
dalam budidaya ikan, dengan upaya seperti persiapan tangki yang sesuai,
40
penggunaan unit oksigen, evaluasi distribusi oksigen terlarut, dan pemantauan
data yang diperoleh dan grafik. Hasil pengamatan menunjukkan fluktuasi yang
signifikan dalam konsentrasi oksigen terlarut (DO) dalam dua kelompok tersebut
Eceng Gondok, memiliki konsentrasi DO yang awalnya baik (9,5) pada pagi hari
hingga 9,1 pada minggu ke-3, serta penurunan drastis hingga 4,9. Kelompok 4
yang menggunakan filter Batu Apung, juga mengalami fluktuasi dalam DO, dengan
perubahan dari 9,5 pada pagi hari di hari pertama, penurunan hingga 5,8 pada
hingga 4,2. Pengamatan pada sore hari juga mencerminkan variasi DO yang
terlihat pada pagi hari. Kesimpulannya bahwa konsentrasi DO yang optimal untuk
kelangsungan hidup ikan guppy biasanya berada dalam kisaran antara 5 hingga
sangat penting dalam budidaya ikan guppy. Kesadaran akan kualitas air yang baik
kondisi DO yang cukup, dan pengelolaan yang efektif dari DO sangat penting
kualitas air dan peran penting DO dalam ekosistem perairan menjadi kunci dalam
41
perikanan.
(A) (B)
Grafik 3. Pengamatan pH Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4
parameter kualitas air telah dilakukan dan didapatkan hasil. Derajat keasaman
(pH) merupakan salah satu parameter kualitas air yang diukur dalam praktikum ini.
eceng gondok yaitu 6,02 yang diperoleh pada hari pertama. Nilai pH tertinggi yang
didapatkan kelompok 3 yaitu 9,03 pada hari kelima. Kelompok 4 sebagai kelompok
hari kelima sebesar 6,48. Nilai pH tertinggi yang diperoleh kelompok 4 yaitu 8,17
pada hari kelima di sore hari. Nilai pH yang optimal untuk pertumbuhan ikan secara
larut, seperti arsenik dan fluorida, dan mempengaruhi efisiensi proses ED.
arsenik yang lebih tinggi (Aliaskari & Schäfer, 2021). Parameter yang
mempengaruhi kualitas air budidaya ikan air tawar adalah suhu, tingkat pH
42
(kandungan ion hidrogen), kadar oksigen terlarut (DO), ammonia, dan nitrat. Biota
akuatik sangat peka terhadap perubahan tingkat pH, dan lebih menyukai kondisi
kualitas air, yaitu pH. Hasilnya menunjukkan variasi pH dalam kelompok 3 dan 4,
dengan nilai optimal untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 6-8,5. Variasi pH
dalam perairan alami berkisar antara 3,7 hingga 8,9, memengaruhi kontaminan
anorganik dan efisiensi proses ED. Parameter kualitas air lainnya meliputi suhu,
DO, ammonia, dan nitrat. Organisme akuatik lebih menyukai kondisi pH netral
(A) (B)
Grafik 4. Pengamatan NH3 Harian A) Kelompok 3 dan B) Harian Kelompok 4
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Materi yang
diuji adalah parameter kualitas berupa kadar amonia atau NH3. Kadar amonia dari
menggunakan filter batu apung. Hasil yang diperoleh setelah pengamatan selama
43
3 minggu pada kelompok 3 yaitu di minggu pertama kadar amonia didapatkan
sebesar 0 ppm, minggu kedua kadar amonia meningkat menjadi kurang dari 0.15
ppm, dan di minggu ketiga kadar amonia menjadi 0.25 ppm. Kadar amonia pada
minggu kedua meningkat menjadi 0.25 ppm, dan di minggu ketiga kadar amonia
Kandungan amonia yang tinggi pada perairan dapat menjadi beracun pada
oleh suhu lingkungan, pH, dan kekuatan ionik. Semakin tinggi populasi ikan maka
semakin tinggi konsentrasi amonia yang dihasilkan. Tingkat kepadatan ikan dan
jumlah pakan yang tinggi, maka kadar buangan sisa pakan dan metabolisme akan
dan sisanya dari hasil ekskresi. Batas konsentrasi amonia pada budidaya ikan Nila
adalah kurang dari 1,5 mg/L (Prasetia et al., 2022). Sistem akuakultur tanpa
pertukaran air (zero water exchange) seperti kolam air tergenang, konsentrasi
limbah akuakultur seperti amonia (NH3) dan nitrit (NO2) akan meningkat dengan
cepat dan bersifat toksik bagi organisme yang dibudidayakan. Limbah akuakultur
nitrogen yang larut dalam air, ammonia (NH3) adalah yang paling berbahaya bagi
ikan dan sebagian besar spesies ikan tropis umumnya lebih sensitif terhadap
amonia. Pakan sebagai sumber utama amonia dalam sistem budidaya karena ikan
hanya mampu menyerap 20-30% nutrisi yang berasal dari pakan sedangkan
Sisa pakan dan feses yang dibuang ke perairan berpotensi menjadi kontaminan
organik berupa N dan P yang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan kualitas
44
air (Effendi et al., 2020).
amonia yang dihasilkan dari sisa pakan dan hasil metabolisme. Kadar optimal dari
amonia pada perairan khususnya pada budidaya ikan Nila adalah 1.5 mg/L. Hasil
amonia yang terkandung masih dalam batas normal. Kadar amonia tertinggi dan
terendah pada kelompok 3 adalah 0.25 ppm dan 0 ppm, sedangkan pada
kelompok pembanding 0.25 ppm dan 0.14 ppm. Kadar ini tergolong tidak
dari kedua kelompok ini tidak berpengaruh secara signifikan dalam proses
menguraikan amonia.
(A) (B)
Grafik 5. Pengamatan NO3 Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4
muncul hasilnya (0 ppm), minggu kedua hasilnya 25 ppm dan minggu ketiga
ppm, minggu kedua hasilnya 100 ppm dan minggu ketiga hasilnya 100 ppm. Hasil
pengamatan nitrat tertinggi pada kelompok 3 yaitu pada minggu ketiga sebesar 50
45
ppm. Hasil pengamatan nitrat tertinggi pada kelompok 4 yaitu pada minggu kedua
nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Nitrat yang
memiliki nilai lebih dari 0,2 mg/l dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi perairan
dan bahkan dapat menyebabkan blooming. Kadar nitrat dengan nilai lebih dari 5
merupakan fraksi terbesar dari total N yang tidak difilter dan difilter. Tingkat
penghilangan NO3 dalam bioreaktor serpihan kayu yang mengolah air tanah
terjadi karena dibatasi oleh muatan nitrat yang rendah. Laju penghilangan
parameter kualitas air yaitu nitrat pada kelompok 3 pada minggu pertama belum
muncul hasilnya (0 ppm), minggu kedua hasilnya 25 ppm dan minggu ketiga
ppm, minggu kedua hasilnya 100 ppm dan minggu ketiga hasilnya 100 ppm.
Bentuk dasar nitrogen di perairan alami dan sumber nutrisi utama bagi
Nitrat merupakan fraksi terbesar dari total N yang tidak difilter dan difilter. Laju
46
4.1.6 Fosfat (PO4)
(A) (B)
Grafik 6. Pengamatan PO4 Harian A) Kelompok 3 dan B) Kelompok 4
kualitas air yaitu fosfat telah dilaksanakan dan mendapatkan hasil. Hasil
yaitu kelompok 4. Hasil yang didapatkan oleh kelompok 3 pada minggu pertama
yaitu sebesar 0,1 mg/l, sedangkan hasil yang didapatkan oleh kelompok 4 yaitu
sebesar 0,1 mg/l. Hasil yang didapatkan oleh kelompok 3 pada minggu kedua yaitu
sebesar 0,1 mg/l, sedangkan hasil yang didapatkan oleh kelompok 4 sebesar 0
mg/l. Hasil yang didapatkan oleh kelompok 3 pada minggu ketiga yaitu sebesar
tertinggi didapatkan oleh kelompok 3 pada minggu pertama dan kedua dan
hasil tertinggi pada minggu pertama dan terendah pada minggu kedua.
Fosfat yang berada pada wilayah budidaya dihasilkan dari sisa pakan pellet
yang terbuang dari aktivitas budidaya. Kandungan fosfat di perairan dihasilkan dari
sisa pertanian yang mengandung fosfor dan jika terjadi erosi maka butir tanah dan
fosfat akan hanyut ke sungai dan apabila ada danau maka akhirnya akan menuju
47
difusi dari bahan-bahan organik dari sedimen (Sinaga et al., 2021). Fosfor yang
pertama dan kedua dan terendah adalah pada minggu ketiga. Pengukuran fosfat
kelompok 4 mendapatkan hasil tertinggi pada minggu pertama dan terendah pada
minggu kedua. Fosfat yang berada pada wilayah budidaya dihasilkan dari sisa
fosfat di perairan diduga karena difusi dari bahan-bahan organik dari sedimen.
ikan.
tanggal 14 Oktober 2023 mengenai Food Conversion Ratio (FCR) telah dilakukan.
membagi jumlah pakan selama pemeliharaan dengan total berat ikan di akhir
pada kelompok 3 yaitu sebesar 0,2. Hasil perhitungan oleh kelompok pembanding
biologi berupa batu apung. Batas maksimum nilai FCR pada ikan yaitu sebesar
1,6. Hasil perhitungan kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa berada pada
48
Food Conversion Ratio (FCR) merupakan jumlah rasio pakan yang
dapat dilakukan melalui pemberian probiotik pada pakan ikan. Probiotik dapat
memperkecil rasio pakan sehingga dapat diartikan bahwa nilai FCR yang semakin
kecil menunjukkan ikan dapat mencerna pakan dengan baik. Probiotik yang dapat
sistem tubuh ikan melalui senyawa nitrogen yang dapat menghasilkan protein,
Conversion Ratio (FCR) telah dilakukan. Hasil perhitungan FCR oleh kelompok
3 yaitu sebesar 0,2. Hasil perhitungan FCR oleh kelompok pembanding yaitu
kelompok 4 juga didapatkan hasil sebesar 0,394. Batas maksimum nilai FCR
adalah sebesar 1,6 sehingga semakin kecil nilai FCR maka dapat diartikan bahwa
ikan dapat mencerna makanannya secara maksimal. Peningkatan nilai FCR pada
mikroba yang dapat meningkatkan stabilitas sistem tubuh ikan melalui senyawa
nitrogen.
49
4.1.8 Survival Rate (SR)
tanggal 14 Oktober 2023 mengenai materi Survival Rate (SR). Nilai SR ditentukan
dikalikan 100 %. Hasil didapatkan dari kelompok 3 dengan filter eceng gondok dan
kelompok 4 berupa batu apung sebagai kelompok pembanding. Hasil data pada
kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan jika lebih dari 50% tergolong baik.
Tingkat kelangsungan hidup jika berkisar antara 30-50% sedang dan kurang dari
30% tidak baik. Kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi
ikan terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan
kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan. Kematian yang lebih tinggi, dan
Faktor fisika dan kimia dapat mendukung kelangsungan hidup ikan pada perairan
50
(Mulyani et al., 2014).
(SR) telah dilakukan. Hasil didapatkan dari kelompok 3 dengan filter eceng gondok
Tingkat kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan jika lebih dari 50%
tergolong baik. Tingkat kelangsungan hidup jika berkisar antara 30-50% sedang
dan kurang dari 30% tidak baik. Nilai SR kelompok 3 lebih baik dibandingkan
dengan kelompok 4 sebagai pembanding sehingga filter eceng gondok lebih efektif
Growth Rate
100.00%
50.00%
0.00%
Kelompok 3 Kelompok 4
Growth Rate
pembanding yaitu kelompok 4 memperoleh hasil Growth Rate (GR) yaitu sebesar
42,18%. Pengamatan pada ikan dilakukan selama 16 hari, dan diperoleh rata-rata
51
berat awal ikan yaitu 0,33 gram dan berat akhir 3,18 gram. Pengamatan yang
dilakukan oleh kelompok 4, memperoleh rata-rata berat awal ikan yaitu 0,38 gram
dan berat akhir 3,29 gram. Kelompok 3 memperoleh nilai Growth Rate (GR) yang
lebih tinggi daripada kelompok 4 yaitu sebesar 57,3%, yang menandakan bahwa
Persentase peningkatan ukuran ikan dari perbedaan antara berat akhir dan
berat awal ikan dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan disebut dengan
diberikan, nilai gizi pakan, dan laju penyerapan nutrisi sehingga pakan dapat
digunakan secara efisien (Sinaga dan Mukti, 2022). Laju pertumbuhan spesifik
merupakan hasil dari selisih berat akhir dan berat awal, dibagi dengan lamanya
SGR = ln Wt − ln Wo / t × 100%
Keterangan:
Rate (GR) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Kelompok 3 memperoleh hasil
52
pengamatan Growth Rate (GR) sebesar 57,3%, sementara kelompok pembanding
yaitu kelompok 4 memperoleh hasil Growth Rate (GR) yaitu sebesar 42,18%.
Kelompok 3 memperoleh nilai Growth Rate (GR) yang lebih tinggi daripada
kelompok 4 yaitu sebesar 57,3%, yang menandakan bahwa ikan nila (Oreochromis
niloticus) kelompok 3 memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada ikan nila
mempengaruhi nilai Growth Rate (GR) yaitu pemberian probiotik EM4. Probiotik
EM4 mampu meningkatkan kecernaan pakan yang diberikan, nilai gizi pakan, dan
53
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
kelangsungan hidup ikan guppy, dengan kisaran optimal antara 5-8 ppm.
ikan, dengan kisaran optimal yang harus dijaga agar tidak melebihi 0,25
ppm.
5. Monitoring kualitas air sangat penting dalam budidaya ikan, terutama untuk
6. Suhu air cenderung lebih tinggi pada sore hari dibandingkan pagi hari.
8. Kualitas air yang baik memiliki dampak positif pada pertumbuhan ikan dan
10. Pemahaman yang baik mengenai kualitas air dan peran penting DO dalam
54
ekosistem perairan menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan
11. Nitrit (NO2) adalah senyawa yang dihasilkan dari penguraian amonia dalam
air. Kadar nitrit yang tinggi dapat menyebabkan keracunan pada ikan dan
organisme air lainnya. Ambang batas kadar nitrit yang aman dalam
12. Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen yang penting dalam perairan. Kadar
Ambang batas kadar nitrat yang aman dalam perairan adalah kurang dari
5 mg/L.
13. Fosfat (PO4) adalah nutrien utama untuk pertumbuhan fitoplankton dan
tumbuhan air lainnya. Kadar fosfat yang tinggi dalam perairan dapat
batas kadar fosfat yang aman dalam perairan adalah kurang dari 0,1 mg/L.
5.2 Saran
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
55
DAFTAR PUSTAKA
Abinaya, T., Ishwarya, J., & Maheswari, M. (2019, January). A novel methodology
for monitoring and controlling of water quality in aquaculture using internet
of things (IoT). In 2019 International Conference on Computer
Communication and Informatics (ICCCI) (pp. 1-4). IEEE.
Adi, C. P., & Suryana, A. (2023). pola pertumbuhan ikan nila oreochromis niloticus
di fase pendederan. KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan
Pengembangan, 3(2), 147-158. DOI:
https://doi.org/10.51878/knowledge.v3i2.2372
Affandi, A., Nasution, A. R., Tanjung, I., & Harahap, R. S. (2021). Rancang bangun
alat ukur ph dan ketinggian air berbasis smartphone guna meningkatkan
produktifitas budidaya ikan nila. Jurnal MESIL (Mesin Elektro Sipil)/Journal
MESIL (Machine Electro Civil), 2(2), 75-80.
Alabaster, J. S., & Lloyd, R. S. (2013). Water quality criteria for freshwater fish (No.
3117). Elsevier.
Alfia, A. R., Arini, E., & Elfitasari, T. (2013). Pengaruh kepadatan yang berbeda
terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis
niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter bioball. Journal of
Aquaculture Management and Technology, 86-93.
Aliaskari, M., & Schäfer, A. I. (2021). Nitrate, arsenic and fluoride removal by
electrodialysis from brackish groundwater. Water Research, 190, 116683.
Angriani, R., Halid, I., & Baso, H. S. (2020). Analisis pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan nila salin (Oreochromis niloticus, linn)
dengan dosis pakan yang berbeda. Fisheries Of Wallacea Journal, 1(2),
84-92. Doi: http://dx.doi.org/10.55113/fwj.v1i2.583
Astuti, M. Y., & Supono, S. (2017). Evaluasi kesesuaian perairan untuk budidaya
ikan nila (Oreochromis Niloticus) di Kawasan Pesisir Desakandang Besi
Kecamatan Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus. E-Jurnal Rekayasa
Dan Teknologi Budidaya Perairan, 2(5), 621-630.
56
Azis, H. Y., Rustam., Karim, M. Y., Alimuddin., & Nurfadilah. (2023). Productivity
of snakehead fish (Channa striata) And tilapia (Oreochromis niloticus)
cultured in policultural systems at tarpaulin ponds. International Journal of
Scientific and Research Publications (IJSRP), 13(1). DOI :
http://dx.doi.org/10.29322/IJSRP.13.01.2023.p13332
Baldissera, M. D., Souza, C. F., da Silva, A. S., Velho, M. C., Ourique, A. F., &
Baldisserotto, B. (2020). Benefits of nanotechnology: Dietary
supplementation with nerolidol-loaded nanospheres increases survival
rates, reduces bacterial loads and prevents oxidative damage in brains of
Nile tilapia experimentally infected by Streptococcus agalactiae. Microbial
pathogenesis, 141, 103989. DOI
https://doi.org/10.1016/j.micpath.2020.103989
Balirwa, J. S. (2017). Lake victoria wetlands and the ecology of the nile
tilapia. Belanda: CRC Press.
Bhateria, R., & Jain, D. (2016). Water quality assessment of lake water: a review.
Sustainable Water Resources Management, 2, 161-173.
https://doi.org/10.1007/s40899-015-0014-7
Chakraborty, S. B., Mazumdar, D., Chatterji, U., & Banerjee, S. (2011). Growth of
mixed-sex and monosex nile tilapia in different culture systems. Turkish
Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 11(1).
Chew, K. W., Chia, S. R., Show, P. L., Yap, Y. J., Ling, T. C., & Chang, J. S. (2018).
Effects of water culture medium, cultivation systems and growth modes for
microalgae cultivation: A review. Journal of the Taiwan Institute of Chemical
Engineers, 91, 332-344.
Chou, V., & Wipranata, D. (2021). Ruang ajar balang: fasilitas edukasi
pemanfaatan dan pengolahan eceng gondok di Sungai Siak. Jurnal Sains,
Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(2), 2937-2950. Doi:
https://doi.org/10.24912/stupa.v3i2.12425
Devi, P. A., Padmavathy, P., Aanand, S., & Aruljothi, K. (2017). Review on water
quality parameters in freshwater cage fish culture. International Journal of
Applied Research, 3(5), 114-120.
Edi, M. H., Nasuki, N., Alauddin, M. H. R., Abrori, M., Ritonga, L. B., Primasari, K.,
& Rizky, P. N. (2021). Pengaruh penggunaan microbubble terhadap
kelimpahan plankton pada budidaya udang vannamei. Chanos Chanos,
57
19(2), 155-60.
Effendi, H., Utomo, B. A., & Pratiwi, N. T. (2020). Ammonia and orthophosphate
removal of tilapia cultivation wastewater with Vetiveria zizanioides. Journal
of King Saud University-Science, 32(1), 207-212.
https://doi.org/10.1016/j.jksus.2018.04.018
Elizabeth, J., Yuniati, R., & Wardhana, W. (2020, July). The capacity of water
hyacinth as biofilter and bioaccumulator based on its size. In IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol. 902, No. 1, p.
012067). IOP Publishing. Doi: 10.1088/1757-899X/902/1/01206
Elvy, J. E., Symonds, J. E., Hilton, Z., Walker, S. P., Tremblay, L. A., Casanovas,
P., & Herbert, N. A. (2022). The relationship of feed intake, growth, nutrient
retention, and oxygen consumption to feed conversion ratio of farmed
saltwater Chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha). Aquaculture, 554,
738184. DOI: https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2022.738184
Febri, S. P., Fikri, A., Nazlia, S., Putriningtias, A., & Faisal, T. M. (2021, February).
Application of virgin coconut oil in feed in efforts to increase growth and
survival rate of red tilapia (Oreochromis sp.). In IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science (Vol. 674, No. 1, p. 012110). IOP
Publishing. Doi: 10.1088/1755-1315/674/1/012110
Ferdous, Z., Masum, M. A., & Ali, M. M. (2014). Influence of stocking density on
growth performance and survival of monosex tilapia (Oreochromis
niloticus) fry. International Journal of Research in Fisheries and
Aquaculture, 4(2), 99-103.
Ferdous, Z., Masum, M. A., & Ali, M. M. (2014). Influence of stocking density on
growth performance and survival of monosex tilapia (Oreochromis
niloticus) fry. International Journal of Research in Fisheries and
Aquaculture, 4(2), 99-103.
Ghufran, K., & Kordi, K. (2010). Budidaya ikan nila di kolam terpal. Lily Publisher
58
Gibson, T. F., Watanabe, W. O., Losordo, T. M., Whitehead, R. F., & Carroll, P. M.
(2020). Evaluation of chemical polymers as coagulation aids to remove
suspended solids from marine finfish recirculating aquaculture system
discharge using a geotextile bag. Aquacultural Engineering, 90, 102065.
DOI: https://doi.org/10.1016/j.aquaeng.2020.10206
Girgibo, N., Lü, X., Hiltunen, E., Peura, P., & Dai, Z. (2023). The air temperature
change effect on water quality in the Kvarken Archipelago area. Science of
the Total Environment, 874, 162599. DOI:
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2023.162599
Gomez Isaza, Daniel F., Rebecca L. Cramp, and Craig E. Franklin. "Exposure to
nitrate increases susceptibility to hypoxia in fish."Physiological and
Biochemical Zoology 94, no. 2 (2021): 124-142.
Haekal, A. F., Halang, B., & Zaini, M. (2022). Studi jenis dan kerapatan ikan familia
cichlidae sebagai handout biologi SMA. JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan
Ilmu Sosial, 1(1), 27-36. https://doi.org/10.57218/jupeis.Vol1.Iss1.24
Hamzah, F., Agustiadi, T., Trenggono, M., Susilo, E., & Triyulianti, I. (2022).
Alternatif pengukuran konsentrasi oksigen terlarut di laut indonesia bagian
barat pada muson tenggara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
14(3), 405-425.
Huang, W., Zhang, Y., & Li, D. (2017). Adsorptive removal of phosphate from water
using mesoporous materials: A review. Journal of Environmental
Management, 193, 470-482.
Indartono, K., Kusuma, B. A., & Putra, A. P. (2020). Perancangan sistem pemantau
kualitas air pada budidaya ikan air tawar. Journal of Information System
Management (JOISM), 1(2), 11-17. DOI:
https://doi.org/10.24076/joism.2020v1i2.23
Koniyo, Y. (2020). Analisis kualitas air pada lokasi budidaya ikan air tawar di
Kecamatan Suwawa Tengah. Jurnal Technopreneur (JTech), 8(1), 52-58.
Kurnia, R., Widyorini, N., & Solichin, A. (2017). Analisis kompetisi makanan antara
ikan tawes (Barbonymus gonionotus), ikan mujair (Oreochromis
mossambicus) dan ikan nila (Oreochromis niloticus) di Perairan Waduk
Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Management of Aquatic Resources
Journal (MAQUARES), 6(4), 515-524. Doi:
https://doi.org/10.14710/marj.v6i4.21343
Kurnia, R., Widyorini, N., & Solichin, A. (2018). Analisis kompetisi makanan antara
59
ikan tawes (Barbonymus gonionotus), ikan mujair (Oreochromis
mossambicus) dan ikan nila (Oreochromis niloticus) di Perairan Waduk
Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Management of Aquatic Resources
Journal (MAQUARES), 6(4), 515-524. Doi:
https://doi.org/10.14710/marj.v6i4.21343
Lailiyah, M., Harwanto, D., & Desrina, D. (2023). Effectiveness of filter media
compositions on water quality, growth and survival rate of tilapia
(Oreochromis niloticus) cultured in recirculation system. Omni-
Akuatika, 19(1), 34-46.
Li, C., Zhang, B., Luo, P., Shi, H., Li, L., Gao, Y., & Wu, W. M. (2019). Performance
of a pilot-scale aquaponics system using hydroponics and immobilized
biofilm treatment for water quality control. Journal of Cleaner Production,
208, 274-284. DOI: https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.10.170
Meirinawati, H., & Muchtar, M. (2017). Fluktuasi nitrat, fosfat dan silikat di perairan
Pulau Bintan. Jurnal Segara, 13(3).
Mincu, M., Marcus, M., Mitiu, M. A., & Raischi, N. S. (2018). Increasing the
efficiency of pollutants removal from municipal wastewater using biological
filters. Rev. Chim, 69(12), 3553-3556.
https://doi.org/10.37358/RC.18.12.6790
Mufida, E., Anwar, R. S., Khodir, R. A., & Rosmawati, I. P. (2020). Perancangan
alat pengontrol ph air untuk tanaman hidroponik berbasis arduino uno.
INSANTEK-Jurnal Inovasi dan Sains Teknik Elektro, 1(1), 13-19.
Mulyani, Y. S., & Fitrani, M. (2014). Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang dipuasakan secara periodik. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1), 1-12.
Nuswantoro, S., Sung, T. Y., Kurniawan, M., Wu, T. M., Chen, B., & Hong, M. C.
(2023). Effects of phosphate-enriched nutrient in the polyculture of Nile
Tilapia and freshwater prawn in an aquaponic system. Fishes, 8(2), 81.
Omitoyin, B. O., Ajani, E. K., Okeleye, O. I., Akpoilih, B. U., & Ogunjobi, A. A.
(2017). Biological treatments of fish farm effluent and its reuse in the culture
60
of nile tilapia (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Research &
Development, 8(2), 1-9.doi: 10.4172/2155-9546.1000469
Palladino, A., De Felice, E., Attanasio, C., Barone, C. M., Crasto, A., D’Angelo, L.,
& Maruccio, L. (2023). A morphological and ultrastructural study of the
anterior digestive tract of adult nile tilapia Oreochromis niloticus. Animals,
13(3), 420.
Pantow, J. G., Suhaeni, S., & Wasak, M. (2017). Analisis usaha budidaya ikan nila
pada CV. Tiga Mas di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten
Minahasa Utara. AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, 5(9)
541-548
Patahiruddin, P., Hasrul, H., & Baso, H. S. (2023). Pengaruh wadah berbeda
terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila putih
(Oreochromis niloticus). Fisheries Of Wallacea Journal, 4(1), 19-26.
Pramana, R. (2018). Perancangan sistem kontrol dan monitoring kualitas air dan
suhu air pada kolam budidaya ikan. Jurnal Sustainable: Jurnal Hasil
Penelitian dan Industri Terapan, 7(1), 13-23.
Prasetia, N. E., Putra, R. E., & Viridi, S. (2022). Rancangan mini ekosistem bagi
budi daya ikan nila (Oreochromis niloticus) dan tanaman genjer
(Limnocharis flava) di dalam ember yang dilengkapi dengan sistem
peringatan amonia. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 27(1), 95-102.
https://doi.org/10.18343/jipi.27.1.95
Pratama, M. A., Arthana, I. W., & Kartika, G. R. A. (2021). Fluktuasi kualitas air
budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan beberapa variasi sistem
resirkulasi. Current Trends in Aquatic Science, 4(1), 102-107.
Prihanto, A. A., Nursyam, A., & Kurniawan, A. (2021). Probiotik perikanan: konsep,
metode, dan aplikasi. (2021). (n.p.): Universitas Brawijaya Press.
Putra, A., Ilham, I., Rukmono, D., Aini, S., Larasati, R. F., & Suriadin, H. (2023).
Peningkatan produktivitas budidaya udang vaname sistem intensif melalui
pendekatan kaizen. Sains Akuakultur Tropis: Indonesian Journal of
Tropical Aquaculture, 7(2), 153-174. DOI:
https://doi.org/10.14710/sat.v7i2.17044
Rahim, T., & Tuiyo, R. (2015). Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap pertumbuhan
dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila merah (Oreochromis
Niloticus) di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo. The NIKe Journal, 3(1). DOI:
https://doi.org/10.37905/.v3i1.1315
Raml, T. H., Aripudin, A., Adi, C. P., & Santika, P. A. P. (2023). Pertumbuhan ikan
mas (Cyprinus carpio) pada filter air yang berbeda. KNOWLEDGE: Jurnal
Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan, 3(2), 175-185.
61
Saalidong, B. M., Aram, S. A., Otu, S., & Lartey, P. O. (2022). Examining the
dynamics of the relationship between water pH and other water quality
parameters in ground and surface water systems. PloS one, 17(1),
e0262117. DOI: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0262117
Said, A. E. A., Shazly, M. A., Zedan, A. M., & Hassan, A. A. (2021). Evaluation of
an aeration system for fish cultured in closed systems. Journal of
Agricultural Research, 48(2), 371-386. DOI:10.21608/ZJAR.2021.175262
Sains, U. N. P., & Utara, T. W. M. (2013). Pembuatan sistem aplikasi basis data
kualitas air sungai (data environmen) berbasis web di Kecamatan Weda
Tengah. Indonesian Journal of Networking and Security (IJNS), 5(4).
Sinaga, R., Undap, S. L., Kusen, D. J., Pangemanan, N. P., Mudeng, J. D., &
Pangemanan, J. (2021). Studi kualitas air di area akuakultur Desa Eris
Kabupaten Minahasa. E-journal Budidaya Perairan, 9(2).
Sukardi, P., Soedibya, P. H. T., & Pramono, T. B. (2018). Produksi budidaya ikan
nila (Oreochromis niloticus) sistem bioflok dengan sumber karbohidrat
berbeda. Jurnal AJIE-Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship,
3(02), 198-203.
Sukoco, F. A., Rahardja, B. S., & Manan, A. (2019). Pengaruh pemberian probiotik
berbeda dalam sistem akuaponik terhadap FCR (feed convertion ratio) dan
biomassa ikan lele (Clarias sp.). Journal of Aquaculture and Fish Health,
6(1), 24-31. DOI: https://doi.org/10.20473/jafh.v6i1.11271
Sultana, T., Haque, M. M., Salam, M. A., & Alam, M. M. (2017). Effect of aeration
on growth and production of fish in intensive aquaculture system in earthen
ponds. Journal of The Bangladesh Agricultural University, 15(1), 113-122.
DOI:10.3329/JBAU.V15I1.33536
Tanjung, R. R. M., Zidni, I., Iskandar, I., & Junianto, J. (2019). Effect of difference
filter media on Recirculating Aquaculture System (RAS) on tilapia
(Oreochromis niloticus) production performance. World Scientific News,
(118), 194-208.
Tibihika, P. D., Waidbacher, H., Masembe, C., Curto, M., Sabatino, S., Alemayehu,
E., & Meimberg, H. (2018). Anthropogenic impacts on the contextual
morphological diversification and adaptation of nile tilapia (Oreochromis
niloticus, L. 1758) in East Africa. Environmental Biology of Fishes, 101,
363-381.
62
Van Doan, H., Hoseinifar, S. H., Faggio, C., Chitmanat, C., Mai, N. T., Jaturasitha,
S., & Ringø, E. (2018). Effects of corncob derived xylooligosaccharide on
innate immune response, disease resistance, and growth performance in
Nile tilapia (Oreochromis niloticus) fingerlings. Aquaculture, 495, 786-793.
Von Ahnen, M., Pedersen, P. B., Hoffmann, C. C., & Dalsgaard, J. (2016).
Optimizing nitrate removal in woodchip beds treating aquaculture effluents.
Aquaculture, 458, 47-54.
DOI:https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2016.02.029
Wahbi, W., Amir, S., & Setyono, B. D. H. (2022). Pengaruh penggunaan filter yang
berbeda pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vaname) dengan
sistem resirkulasi. Jurnal Perikanan Unram, 12(4), 513-523. DOI:
http://doi.org/10.29303/jp.v12i4.348
Wahyudi, W., Setiyono, A., & Jayanthi, O. W. (2014). Studi kualitas dan potensi
pemanfaatan airtanah dangkal di Pesisir Surabaya
Timur. Eksplorium, 35(1), 43-56.
Wicaksono, D., Bhakti, T. L., Taruno, R. B., Subroto, M. R. S., & Mustikasari, A.
(2021). Sistem sensor untuk pemantauan kadar oksigen terlarut berbasis
galvanik pada kolam budidaya ikan air tawar. Jurnal Teknologi dan Sistem
Komputer, 9(2), 83-89. Doi: https://doi.org/10.14710/jtsiskom.2021.13996
Yamaguchi, Y., Breves, J. P., Haws, M. C., Lerner, D. T., Grau, E. G., & Seale, A.
P. (2018). Acute salinity tolerance and the control of two prolactins and their
receptors in the Nile tilapia (Oreochromis niloticus) and Mozambique tilapia
(O. mossambicus): a comparative study. General and comparative
endocrinology, 257, 168-176. DOI:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ygcen.2017.06.018
Yustiati, A., Chaerani, A. S., Rosidah, R., & Rostini, I. (2019). Effectiveness of
potassium diformate in artificial feed against the growth rate of Nilem fish
Osteochilus hasselti (Valenciennes, 1842) seed. World Scientific News,
(132), 244-255.
63
LAMPIRAN
1. Pemasangan Filter
64
2. Setting Aquarium
65
3. Kualitas Air
a.) Suhu
Memasukkan DO meter
Menyiapkan DO meter kedalam akuades dan Memasukkan DO meter
dan menyalakannya menekan CAL untuk kedalam air sampel
mengkalibrasi selama
5 detik
66
c.) Potential of Hydrogen (pH)
67
e.) Nitrat (NO3-)
68
f.) Fosfat (PO4)
69
Lampiran 2. Data Harian dan Mingguan
a) Data Harian
b) Data Mingguan