Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN ALAT PENANGKAPAN IKAN

2023

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

AFRA MUFIDAH 225080201111030

BELLA AULIA DWINANDA 225080207111008

MARETA PUTRI WAHYU 225080200111047

MOHAMAD GANDHI 225080207111024

MUHIMATUR ROFIAH 225080201111024

NABILLA YUYUN 225080207111023

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN

DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN ALAT PENANGKAPAN IKAN

2023

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

AFRA MUFIDAH 225080201111030

BELLA AULIA DWINANDA 225080207111008

MARETA PUTRI WAHYU 225080200111047

MOHAMAD GANDHI 225080207111024

MUHIMATUR ROFIAH 225080201111024

NABILLA YUYUN 225080207111023

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN

DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN ALAT PENANGKAPAN IKAN

2023

Oleh:

Kelompok 7

Dinyatakan memenuhi prasyarat

Praktikum Bahan Alat Penangkapan Ikan

Malang, 21 November 2023

Mengetahui

Asisten 1 Asisten 2

Ammara Astrie Enhardhani Sekar Dewi Mawarida

NIM. 215080201111038 NIM. 215080200111027

Tanggal: 21 November 2023 Tanggal: 21 November 2023

Asisten 3 Asisten 4
Hidayatul Aisytu Nurul A.

NIM. 215080200111034 Oktafina Darmayanti

Tanggal: 21 November 2023 NIM. 215080200111006

Tanggal: 21 November 2023

Asisten 5 Asisten 6

Dewa Galisaffa Hermawan Hari Kusuma

NIM. 215080200111036 NIM. 215080201111027

Tanggal: 21 November 2023 Tanggal: 21 November 2023


Menyetujui,

Koordinator Asisten Asisten Kelompok

Moch. Rafli Radiansyah Cintanya Yustina Pratana

NIM. 215080207111026 NIM. 215080201111047

Tanggal: 21 November 2023 Tanggal: 21 November 2023


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata

kuliah Bahan dan Alat Penangkapan ini dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat

serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan

kelak. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

terutama untuk tim dosen dan tim asisten yang turut serta membantu proses

pembuatan laporan praktikum Bahan dan Alat Penangkapan. Penulis berharap

laporan praktikum Bahan dan Alat Penangkapan ini dapat memenuhi syarat

penilaian ujian akhir praktikum dan dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis

tentunya menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan

dalam pembuatan laporan praktikum ini, penulis juga menyadari bahwa laporan

praktikum ini masih memerlukan adanya penyempurnaan terutama pada bagian

isi. Penulis sebagai pembuat laporan bersedia untuk menerima segala bentuk

kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan laporan praktikum Bahan dan

Alat Penangkapan Ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata,

semoga laporan praktikum Bahan dan Alat Penangkapan ini dapat bermanfaat

bagi para pembacanya.

Malang, 13 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Maksud dan Tujuan......................................................................................1

1.3 Waktu dan Tempat........................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Macam-Macam Benang................................................................................4

2.1.1 Serat Alami.............................................................................................4

2.1.2 Serat Buatan..........................................................................................5

2.2 Uji Tali...........................................................................................................7

2.2.1 Uji Bakar.................................................................................................8

2.2.2 Uji Larut..................................................................................................9

2.2.3 Uji Berat Jenis......................................................................................10

BAB III. PENUTUP..............................................................................................12

3.1 Kesimpulan.................................................................................................12

3.2 Saran..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Serat Alami...........................................................................................4

Gambar 2. Serat Buatan........................................................................................5

Gambar 3. Uji Bakar...............................................................................................8

Gambar 4. Uji Larut................................................................................................9

Gambar 5. Uji Berat..............................................................................................10

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1. Waktu dan Tempat Praktikum...................................................................2

Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Serat Alami dan Buatan...............................6

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Ama (2022), secara umum bahan alat penangkap ikan

dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan tekstil dan bahan non tekstil. Kedua

bahan tersebut dalam proses pembuatan alat tangkap ikan selalu dioperasikan

secara bersama-sama. Hanya saja terdapat sedikit perbedaan, yaitu besar

kecilnya perbandingan penggunaan bahan. Perbedaan penggunaan bahan ini

tergantung jenis alat tangkap yang akan dibuat. Sebagai contoh perbandingan

bahan yang dipakai pada alat tangkap purse seine, trawl dan lain-lain,

pemakaian bahan tekstil lebih banyak dibanding non tekstil. Sebaliknya, pada

alat tangkap bubu pemakain bahan non tekstil lebih banyak dibanding dengan

bahan tekstil.

Bahan penyusunan alat untuk kegiatan penangkapan ikan dibagi menjadi

dua yaitu tekstil dan non tekstil. Bahan tersebut selalu dioperasikan secara

bersamaan antara bahan tekstil dan nontekstil. Perbandingan penggunaan

kedua tersebut besar dan kecil tergantung dengan jenis alat tangkapnya. Contoh

perbandingan bahan tekstil lebih besar dan nontekstil lebih kecil yaitu pada alat

tangkap purse seine.Contoh perbandingan bahan nontekstil lebih besar dan

bahan tekstil lebih kecil adalah pada alat tangkap bubu.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari dilaksanakannya Praktikum Bahan dan Alat Penangkapan

adalah agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam benang, cara

menyimpulkan benang, cara menjurai benang untuk menjadi sebuah alat

1
tangkap yang dapat dioperasikan untuk penangkapan ikan. Tujuan dari praktikum

ini adalah untuk melatih dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam:

1. Mengetahui macam-macam benang.

2. Mengetahui definisi serat alami dan serat buatan.

3. Mengetahui hasil uji tali, uji bakar, berat jenis, dan uji larut benang.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Bahan dan Alat Penangkapan dilaksanakan pada bulan

September – November 2023 selama 8 kali pertemuan secara luring.

Tabel 1. Waktu dan Tempat Praktikum


No. Tempat Tanggal Jam Kegiatan
1 Lab. Eksploitasi 12 September 13.00 – 14.00 Praktikum 1

Penangkapan 2023 WIB

Ikan

2 Lab. Eksploitasi 19 September 13.00 – 14.00 Praktikum 2

Penangkapan 2023 WIB

Ikan

3 Lab. Eksploitasi 26 September 13.00 – 14.00 Praktikum 3

Penangkapan 2023 WIB

Ikan

4 Lab. Eksploitasi 3 Oktober 2023 13.00 – 14.00 Praktikum 4

Penangkapan WIB

Ikan

5 Lab. Eksploitasi 10 Oktober 2023 13.00 – 14.00 Praktikum 5

Penangkapan WIB

Ikan

6 Lab. Eksploitasi 17 Oktober 2023 13.00 – 14.00 Praktikum 6

Penangkapan

2
Ikan WIB

7 Lab. Eksploitasi 24 Oktober 2023 13.00 – 14.00 Praktikum 7

Penangkapan WIB

Ikan

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-Macam Benang

Macam-macam benang dapat dibedakan menurut seratnya yaitu serat

alami dan serat buatan.Serat alami adalah serat yang dibuat dengan bahan

dasar tumbuhan dan hewan.Contoh serat alami antara lain adalah

abaca,jute,wol,sutra dan lainnya.Serat buatan adalah serat yang terbuat dari

bahan bahan kimia yang sederhana kemudian diolah menjadi serat.Contoh serat

buatan adalah polyamide (PA), polyester (PES), polyethylene (PE), dan lainnya.

2.1.1 Serat Alami

Sumber : Google image, 2023


Gambar 1. Serat Alami.

Menurut Victor, et al (2015), serat alami adalah serat yang dapat langsung

diperoleh dari alam (tumbuhan atau hewan). Serat alami ini memiliki dasar kimia

seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selanjutnya dikemukakan bahwa serat

alam dari tumbuh-tumbuhan dapat diperoleh dari bagian biji (kapas dan kapuk),

daun 6 (abaka, sisal, henequen), batang (flax, jute, rosella, henep, rami, urena,

kenaf, sunn), dan buah (sabut kelapa). Serat alami memiliki beberapa

kelemahan, seperti cepat membusuk, tidak kuat, dan menyerap air. Kelemahan

4
ini mengakibatkan serat alami jarang dipilih dalam pembuatan sebuah alat

tangkap.

Serat yang didapatkan secara langsung dari alam berupa tumbuhan

maupun hewan disebut dengan serat alami. Contoh serat alami yang berbahan

dasar hewan atau yang disebut dengan animal fibre adalah wool, camel, mohair,

alpaca, yak, silk dan lain sebagainya. Adapun contoh serat alami yang berbahan

dasar tumbuhan atau yang disebut dengan plant fibre adalah jute, abaca, sisal,

cotton, ramie dan lain-lain. Penggunaan serat alami dalam pembuatan benang

dapat memberikan berbagai sifat pada benang tersebut, seperti kelembutan,

ketahanan, dan kemampuan untuk menyerap kelembaban. Proses produksi

benang dari serat alami melibatkan beberapa langkah, seperti pembersihan,

pemintalan, dan pemolesan untuk menciptakan produk yang sesuai dengan

kebutuhan tertentu.

2.1.2 Serat Buatan

Sumber : Google image, 2023


Gambar 2. Serat Buatan

Menurut Sugiyanto, et al (2013), serat buatan terbentuk dari polimer-

polimer yang berasal dari alam maupun polimer-polimer muatan yang dibuat

dengan cara kepolimeran senyawa-senyawa kimia yang relatif sederhana.

Semua proses pembuatan serat dilakukan dengan menyemprotkan polimer yang

5
berbentuk cairan melalui lubang-lubang kecil (spinneter). Serat buatan disebut

juga man-maderfibres terdiri dari nylon, perlon, decron, teriline, trivera, terlenka,

tetoron, prinsip, bellini, laceri, larici, orlon, cashmilon, silk, caterina, dan lain-lain.

Serat buatan memiliki kekuatan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan serat

alami. Serat buatan juga tidak mudak membusuk dibandingkan serat alami yang

lebih cepat mengalami kebusukan.

Serat yang dibuat dari unsur-unsur kimia yang sederhana kemudian

digabungkan sehingga terbentuk susunan baru secara lengkap dan kompleks.

Mempunyai sifat-sifat baru yang semakin rumit dan berubah dari sifat semula

adalah pengertian dari serat buatan. Contoh dari serat buatan adalah Polyamide

(PA), Polyester (PES), Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), Polyvinyl Chloride

(PVC), Polyvinylidene Chloride (PVD), Polyvinyl Alcohol (PVA), dan lain-lain.

Serat buatan sering dipilih karena kekuatan, daya tahan, dan kemampuan untuk

memberikan sifat-sifat tertentu pada produk tekstil. Kekhawatiran lingkungan dan

keberlanjutan telah memotivasi penelitian terus-menerus untuk mengembangkan

serat buatan yang lebih ramah lingkungan.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari serat alami dan serat buatan :

Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Serat Alami dan Buatan


No Serat Alami Serat Buatan
1. Mudah membusuk Tidak mudah membusuk

2. Tidak seberapa Kebanyakan kuat

3. Susunanya staple fibres Kebanyakan terdiri dari continuous

filament fibres

4. Tidak dipengaruhi oleh sinar Beberapa ada yang dipengaruhi sinar

ultra violet ultra violet

5. Menyerap air Sedikit bahkan tidak menyerap air

6. Tidak mencair Mencair pada temperature tertentu

6
2.2 Uji Tali

Menurut Noerati, et al (2013), analisis serat terutama didasarkan pada

beberapa sifat khusus dari serat, yaitu morfologi, sifat fisika, dan sifat kimia serat.

Pemeriksaan morfologi serat memerlukan alat bantu yaitu mikroskop dan

perlengkapan lainnya. Pengamatan dengan mikroskop meliputi pengamatan

penampang memanjang dan penampang melintang. Pengujian kimia dari serta

dilakukan secara makro maupun diamati dibawah mikroskop, pengujian ini

meliputi uji kelarutan dan uji pewarnaan. Uji sifat fisika meliputi uji pembakaran,

uji berat jenis, dan uji titik leleh untuk serat sintetis. Identifikasi jenis serat tidak

dapat dilakukan hanya dengan satu cara uji saja, tetapi dengan penggabungan

berbagai cara uji baru dapat ditentukan jenis serat yang diuji.

Serat atau tali dapat digolongkan jenisnya setelah diketahui sifat fisika, sifat

kimia, dan sifat morfologi yang dimiliki oleh serat tersebut. Sifat fisika serat

diidentifikasi melalui uji berat jenis. Sifat kimia serat diidentifikasi melalui uji larut.

Sifat morfologi serat diidentifikasi melalui uji bakar. Pengujian tersebut dapat

dilakukan apabila ditemukan potongan serat dan tidak diketahui jenis serat

tersebut.

7
2.2.1 Uji Bakar

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023


Gambar 3. Uji Bakar

Menurut Kardono (2018), uji pembakaran serat ini termasuk kedalam uji

sifat fisika pada serat. Uji pembakaran adalah cara yang paling mudah dilakukan.

Uji pembakaran hanya dapat digunakan untuk memperkirakan golongan serat

secara umum dan tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk serat campuran.

Sumber api untuk pembakaran yang digunakan adalah nyala api dari bunsen,

dengan bahan bakar alkohol. Uji pembakaran ini biasanya digunakan untuk

menguji dan mengamati warna dari asap yang terbentuk, menguji dan

mengamati bau, menguji dan mengamati sifat pembakaran serat, dan menguji

dan mengamati sisa pembakarannya.

Secara umum, uji pembakaran ini bertujuan untuk menentukan jenis dan

golongan serat. Uji pembakaran adalah uji yang paling mudah dilakukan dan uji

pembakaran termasuk uji sifat fisika pada serat. Uji pembakaran hanya dapat

dilakukan untuk memperkirakan golongan serat secara umum, tidak dapat

digunakan untuk serat campuran. Nyala api untuk pembakaran serat yaitu dari

8
Bunsen dengan pembakaran alkohol. Uji pembakaran dilakukan untuk menguji

dan mengamati warna dari asap, menguji dan mengamati bau, menguji dan

mengamati sifat pembakaran serat, dan menguji dan mengamati sisa

pembakarannya.

2.2.2 Uji Larut

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023


Gambar 4. Uji Larut

Menurut Okvisia, et al (2020), uji larut benang adalah proses pengujian

untuk menentukan kelarutan serat tekstil dalam berbagai pelarut kimia. Uji larut

benang dilakukan untuk mengetahui serat apa saja yang larut dalam pelarut

tertentu. Penggunaan larutannya berupa asam sulfat (H2SO4) 70% dapat

melarutkan serat kapas, rami, rayon viskosa, rayon asetat, nilon, dan sutera. Uji

larut benang juga dapat melibatkan pengujian fisik dan kimia pada serat, benang

tunggal, kain tenun, rajutan, non-woven, dan produk jadi. Proses ini penting

untuk memancarkan sifat-sifat kimia dari serat tekstil dan dapat membantu dalam

menentukan penggunaan dan aplikasi yang tepat untuk bahan tersebut.

9
Uji larut digunakan untuk mengklasifikasikan sifat serat berdasarkan sifat

kimianya. Uji larut pada bahan alat penangkapan ikan merupakan langkah

penting dalam pengembangan materi yang ramah lingkungan.Hasil uji larut ini

membantu dalam menentukan kekuatan serat sebagai bahan alami untuk alat

penangkapan ikan. Pengujian uji larut dilakukan dengan cara melarutkan serat

kedalaman beberapa larutan pelarut dan diamati sifat kelautan serat tersebut.

Beberapa pelarut yang sering digunakan adalah asam sulfat 60%, asam sulfat

70%, NaOCI, Metil Salisilat, NaOH 45%, Meta cresol, DMF, Asam Nitrat. Pada

praktikum ini menggunakan larutan zat kimia berupa HCl 32%, H2SO4 80%,

NaOCI, dan NaOH.

2.2.3 Uji Berat Jenis

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023


Gambar 5. Uji Berat

Menurut Mainnah, et all (2016), nilai berat jenis suatu material perlu

diketahui, karena akan berpengaruh terhadap performa alat penangkapan ikan

ketika diopera-sikan. Seperti diketahui bahwa secara teori, jika berat jenis suatu

10
benda lebih besar (>) dari berat jenis air maka benda tersebut akan

tenggelam.Jika berat jenis benda sama dengan (=) berat jenis air, maka benda

tersebut akan melayang.Jika berat jenis benda kurang dari (<) berat jenis air,

maka benda tersebut akan mengapung. Analisis tersebut penting dalam

menentukan material alat penangkapan ikan.

Kadar air dan berat jenis suatu material saling berkaitan satu sama lainnya

dan sifatnya berbanding lurus. Nilai berat jenis suatu material alat penangkapan

ikan akan membantu dalam merancang atau modifikasi alat penangkapan ikan

yang baik, antara lain dalam hal penentuan jumlah pemberat dan pelampung. Uji

berat jenis dilakukan dengan cara menimbang benang menggunakan timbangan

digital untuk mengetahui beratnya. Dilakukan juga perhitungan volume benang

dengan menenggelamkannya ke dalam baker glass berisi air melalui selisih

volume air. Analisis uji berat jenis serat sangat penting dilakukan untuk

menentukan material alat penangkapan ikan.

11
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Bahan dan Alat Penangkapan tahun 2023, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Praktikan dapat mengetahui hasil dari uji bakar, uji berat jenis, dan uji larut

benang. Pada uji bakar, didapatkan hasil bahwa rata-rata bahan yang diuji

memiliki karakteristik cepat terbakar, dan rata-rata asap yang dihasilkan

berwarna putih. Pada uji berat jenis, didapatkan hasil bahwa rata-rata

bahan yang diuji masuk dalam kategori tenggelam. Pada uji larut benang,

didapatkan hasil bahwa serat multifilament larut pada larutan H2SO4.

2. Praktikan dapat mengetahui cara menyimpul benang dan menjurai benang

sampai menjadi jaring. Simpul untuk kegiatan menyimpul benang terbagi

menjadi 8 yang dimana masing-masing simpul memiliki cara berbeda

dalam pembuatannya. Cara menjurai benang sampai menjadi jaring dapat

dilakukan dengan membentuk sebuah lembaran jaring yang terdiri dari

kumpulan mata jaring yang saling bertemu.

3. Praktikan dapat mengetahui cara memotong serta memperbaiki jaring.

Cara memotong jaring dapat dilakukan secara vertikal (N), horizontal (T),

diagonal (B), dan kombinasi. Sedangkan, cara memperbaiki jaring dapat

dilakukan dengan cara menjurai dan juga menambal jaring tergantung

seberapa besar kerusak jaring yang harus diperbaiki.

4. Praktikan dapat mengetahui cara merakit jaring sehingga menjadi sebuah

alat tangkap dengan cara menyambungkan beberapa lembar jaring

menjadi satu lembar jaring yang berukuran sangat besar. Selain itu,

12
dibutuhkan juga tambahan berupa pelampung, pemberat, tali ris sebagai

pelengkap suatu alat tangkap.

3.2 Saran

Berdasarkan praktikum Bahan dan Alat Penangkapan tahun 2023, ada

sedikit saran yang ingin praktikan sampaikan kepada tim asisten, yaitu sebaiknya

tim asisten praktikum Bahan dan Alat Penangkapan tahun 2023 dapat

memberikan kesempatan lebih banyak lagi dalam sesi tanya jawab, karena sesi

ini dirasa sangat membantu praktikan dalam menambah nilai praktikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, R. I., Tarkono, T., & Sugiyanto, S. (2013). Studi sifat mekanik komposit

serat Sansevieria cylindrica dengan variasi fraksi volume bermatrik

polyester (Doctoral dissertation, Lampung University).

Lembang, V. W. R., Tilaar, W., & Frans, T. M. (2015, May). POTENSI EKOLOGI,

POLA PENYEBARAN, DAN POLA PEMANFAATAN SERAT ALAM DALAM

KAWASAN HUTAN PRODUKSI TERBATAS (HPT) GUNUNG

SINONSAYANG, PROVINSI SULAWESI UTARA. In COCOS (Vol. 6, No.

10).

Mainnah, M., & Iskandar, BH (2016). Perpaduan Serat Daun Nanas (Ananas

Comosus) Dan Kitosan Sebagai Bahan Alat Penangkapan Ikan Ramah

Lingkungan (Kombinasi Serat Daun Nanas dan Kitosan untuk Bahan Alat

Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan). Perikanan Laut: Jurnal Teknologi

dan Manajemen Perikanan Laut , 7 (2), 149-159.

Okvisia, Y., Kusumastuti, A., & Himmah, L. N. (2020). Kualitas Hasil Pencelupan

Zat Warna Alam dari Kunyit (Curcuma domestica Val) pada Benang Tenun.

Fashion and Fashion Education Journal, 9(1), 34-39.

14

Anda mungkin juga menyukai