Laporan Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasiyah
Laporan Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Daulah Abbasiyah
Disusun Oleh :
2023
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb, salam sejahtera untuk kita semua. Segala puja
dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah
Abbasiyah ini tepat pada waktunya.
Laporan ini membahas mengenai perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa daulah Abbasiyah, yang merupakan salah satu zaman keemasan dalam
sejarah dunia Islam. Ilmu pengetahuan pada masa itu berkembang pesat. Tidak
hanya pada pada bidang ilmu agama, namun juga ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya seperti, geografi, geometri, sejarah, ilmu filsafat, dan kedokteran.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Hamdiyah,
S.Pd. selaku guru mata pelajaran PAI (Pengetahuan Agama Islam) yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami sadar bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya, laporan
ini dapat menjadi referensi yang baik bagai pengembangan ilmu pengetahuan di
masa depan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berikut ini beberapa rumusan masalah dari laporan ini :
1. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Abbasiyah?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah?
3. Seperti apa kontribusi ilmuwan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
pada masa Daulah Abbasiyah?
4. Bagaimana peran politik dan ekonomi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah?
5. Apa saja penemuan dan inovasi ilmiah yang dihasilkan pada masa Daulah
Abbasiyah dan bagaimana dampaknya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan modern?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan laporan perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa Daulah Abbasiyah adalah :
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kami tentang berbagai ilmu
pengetahuan yang ada pada masa Daulah Abbasiyah.
2. Memahami keunggulan dan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Abbasiyah dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
3. Memberikan informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
Daulah Abbasiyah kepada pembaca agar terus mempertahankan ilmu
pengetahuan.
4. Memperlihatkan bahwa ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah
tidak hanya berkutat pada ilmu agama Islam tetapi juga mencakup ilmu
pengetahuan lain seperti geometri, geografis, kedokteran, filsafat, dan
sebagainya.
5
5. Meningkatkan kebanggaan atas kemajuan ilmu pengetahuan pada masa
Daulah Abbasiyah yang memperlihatkan sisi kebesaran Islam pada masa
tersebut.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari pembuatan laporan perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa Daulah Abbasiyah :
1. Meningkatkan kemampuan menulis siswa, sebab laporan harus ditulis
dengan terstruktur dan memiliki deskripsi yang memuat topik secara jelas.
2. Mempererat hubungan solidaritas antar siswa.
3. Menambah pengetahuan kami dan para pembaca mengenai perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
2.1.1 Latar Belakang Masa Daulah Abbasiyah
Latar belakang Masa Daulah Abbasiyah salah satunya adalah
dimulai dengan adanya masalah pemerintahan dalam Bani Umayyah dan
krisis pada pemerintahan Bani Umayyah. Sejak awal berdirinya Dinasti
Umayyah (Sunni), kelompok Muslim Syiah telah memberontak karena
merasa hak mereka terhadap kekuasaan dirampok oleh Muawiyah (pendiri
Bani Umayyah) dan keturunannya. Begitu pula dengan kelompok Khawarij,
yang juga merasa bahwa hak politik tidak dapat dimonopoli oleh keturunan
tertentu, tetapi hak setiap Muslim.
Masalah itu terus memburuk hingga pada pertengahan abad ke-8,
banyak umat yang tidak lagi mendukung Bani Umayyah, yang dinilai korup,
sekuler, dan memihak sebagian kelompok. Kelompok lain yang sangat
membenci kekuasaan Dinasti Umayyah adalah Mawalli, yaitu orang-orang
Muslim non-Arab. Mereka yang kebanyakan dari Persia ini merasa tidak
diperlakukan setara dengan orang Arab karena diberi beban pajak lebih
tinggi. Keadaan pun semakin diperburuk oleh perang saudara antara sesama
Bani Umayyah, yang oleh masyarakat telah dicap bermoral buruk.
8
Pada masa kepemimpinan Al-Mahdi, perekonomian mulai meningkat.
Utamanya peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan
hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Selain itu, para
pedagang yang transit dari Timur dan Barat juga banyak membawa
kekayaan. Pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya, Al-Ma'mun,
kekayaan negara banyak dimanfaatkan untuk keperluan sosial.
Faktor utama penyebab tumbuhnya peradaban ilmu pengetahuan pada
masa Dinasti Abbasiyah adalah didirikannya tempat-tempat pendidikan,
seperti akademi dan perpustakaan. Selain itu juga karena terjadinya
asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, kemajemukan dalam
pemerintahan dan politik yang berguna untuk mengokohkan dinastinya, dan
gerakan penerjemahan manuskrip kuno seperti hasil karya cendekiawan
Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain itu masih banyak lagi ilmu yang
berkembang pada masa tersebut sehingga zaman ini disebut sebagai “The
Golden Age of Islam”.
9
Ketika mendirikan Khilafah Abbasiyah, Bani Abbas bersekutu dengan
orang-orang Persia yang tidak senang dengan pemerintahan Bani
Umayyah. Namun dalam prosesnya, orang-orang Persia juga tidak
merasa puas dengan pemerintahan Abbasiyah dan menginginkan sebuah
dinasti dengan pejabat dari bangsanya sendiri.
c) Kemeresoton Ekonomi
Meski sempat bergelimang kekayaan, Kekhalifahan Abbasiyah mulai
mengalami kemunduran di bidang ekonomi karena pendapatan terus
menurun sementara pengeluaran mereka terus meningkat. Selain
itu, Perang Salib yang berlangsung selama beberapa periode tidak hanya
menelan banyak korban, tetapi juga menimbulkan kerugian materi yang
besar bagi Bani Abbasiyah.
d) Perang Salib dan Serangan Tentara Mongol
Serangan yang dilancarkan oleh pihak Kristen terhadap kekuatan Muslim
dalam periode 1095-1291 M yang dikenal dengan perang Salib. Hal ini
dikarenakan adanya dugaan bahwa pihak Kristen melancarkan serangan
yang didorong oleh motivasi keagamaan, Dengan peristiwa ini
menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen
terhadap umat Islam.
10
b. Al Mahdi (775 – 785 M)
Al-Mahdi dikenal sebagai sosok dermawan, pemurah, terpuji, disukai
rakyat serta banyak memberikan hadiah-hadiah. Ia lahir pada 129 H dan
wafat pada tahun 166 H karena terinfeksi oleh racun. Dibawah
kepemimpinannya, keadaan perekonomian meningkat. Hasil pertanian
diantaranya adalah gandum, beras, korma, dan zaitun. Sedangkan hasil
tambang diantaranya adalaah perak, emas, tembaga, dan besi. Keadaan
ini terus berlanjut hingga kedudukannya digantikan oleh Harun Al-
Rasyid.
c. Harun Ar Rasyid (785 – 809 M)
Khalifah Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada
tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan dan merupakan khalifah kelima
dari Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 809 M. Beliau
adalah raja agung dan besar yang terkenal baik. Pada pemerintahan ini,
kehidupan yang sejahtera dapat dirasakan oleh penduduk seluruh negeri.
Fasilitas yang dibangun antara lain adalah mendirikan Baitul Hikmah,
sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi
dan membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian
masalah-masalah keagamaan. Harun al-Rasyid wafat dalam usia 45
tahun atau 46 tahun dalam perangnya di Khurasan tahun 809 M.
d. Al Ma’mun (813 – 833 M)
Al-Ma’mun adalah salah seorang Khalifah Bani Abbas, beliau anak
kedua Khalifah Harun Al-Rasyid. Beliau dilahirkan pada tanggal 14
September 786 M dan wafat pada tanggal 9 Agustus 833 M. Perhatian
Khalifah Al Ma’mun banyak tertuju pada ilmu pengetahuan seperti
diadakannya penerjemahan buku-buku filsafat Yunani ke dalam Bahasa
Arab. Untuk kepentingan ini, beliau telah membuat Al Hikmah. Oleh
karena itu saat berada di bawah pimpinan beliau, Baghdad menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
e. Abu Ishaq Al Mu’tasim (833 – 842 M)
11
Khalifah Abu Ishaq Al Mu’tasim merupakan Khalifah ke-8 dari Daulah
Abbasiyah yang berkuasa dari 833 – 843 M. Beliau lahir pada tahun 794
M dan wafat pada tahun 842 M. Dalam pemerintahannya, beliau banyak
mengangkat orang-orang Turki untuk duduk dalam pemerintahannya.
Pasalnya, adalah karena dirinya berasal dari ibu yang berkebangsaan
Turki, sehingga para Khalifah Abbasiyah akhirnya menjadi boneka
dalam tangan orang Turki. Yang memerintah hakekatnya bukan lagi
Khalifah tetai perwira-perwira dan tentara pengawal turki.
f. Al Wathiq (842 – 847 M)
Harun bin Muhammad Abu Ja'far, disebut juga Abu Al-Qasim Al-
Mu'tashim bin Ar-Rasyid. Ibunya mantan budak bernama Qarathis. Al-
Wathiq dilahirkan pada 20 Sya'ban 190 H dan wafat pada Rabu 24
Dzulhijjah 232 H, di Samarra. Ia menjadi khalifah berdasarkan wasiat
ayahnya, dan dilantik pada 19 Rabiul Awwal 227 H. Beliau menyadari
bahwa keadaan semakin parah dan berusaha keras untuk melepaskan diri
dari cengkeraman para perwira Turki. Dalam usahanya, Khalifah Wathiq
memindahkan ibu kota ke Samarra. Tetapi usahanya gagal, sehingga
khalifah-khalifah tersebut tetap berada di bawah kekuasaan perwira-
perwira Turki.
g. Al Mutawakkil (847 – 861 M)
Memiliki nama lengkap Ja’far bin Al-Mus’tahsim bin Ar-Rasyid bin
Muhammad al-Mahdi bin A-Manshur al-‘Abbasi dan dijuluki Al-
Mutawakkil Alallah. Khalifah Al Mutawakkil menjadi khalifah
berdasarkan wasiat ayahnya, dan dilantik pada Jumadil Ula 763 H (1364-
1409 M). Dia berkuasa sebagai khalifah dalam waktu yang sangat lama,
yaitu 45 tahun, dikenal sebagai sosok khalifah yang sangat dermawan,
terutama terhadap para penyair. Khalifah Al Mutawakkil merupakan
khalifah besar terkahir dari dinasti Abbasiyah. Para khalifah sesudah
beliau, umumnya memiliki sifat yang lemah dan tidak mampu melawan
kehendak kepada para sultan dan pengawal yang ingin menguasai ibu
12
kota. Akhirnya ibu kota dipindahkan Kembali ke Baghdad oleh Al
Mu’tadid (872 – 892 M).
h. Al Musta’shim Billah (1242 – 1258 M)
Memiliki nama lengkap Ishaq al-Mu’tasim ibn Harun. Julukan yang
disematkan kepada beliau, yaitu Al Mu’tashim Billah berarti ‘Yang
berlindung kepada Allah’. Al-Musta'shim Billah merupakan khalifah
bani Abbasiyah pertama yang meminta bantuan kepada bangsa Turki dan
melimpahkan tugas-tugas serta jabatan yang penting kenegaraan kepada
mereka, bahkan memberikan beberapa bidang tanah dan wilayah
pemerintahan umat Islam kepada mereka. Pada akhirnya, Khalifah Al-
Musta'shim Billah dieksekusi mati oleh Hulagu Khan pada tanggal 20
Muharram 656 H/27 Januari 1258 M. Terbunuhnya Khalifah Al-
Musta'shim Billah ini menandai berakhirnya kekhalifahan Daulah
Abbasiyah.
13
pada masa lalu ditinjau dari berbagai segi, misalnya tempat terjadi,
waktu terjadi, pelaku, dan sebab terjadinya.
b. Manfaat Mempelajari Ilmu Sejarah ;
1) Sebagai pelajaran bagi umat manusia yang hidup pada masa kini.
2) Mendorong umat manusia untuk bertoleransi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.
3) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat islam.
c. Tokoh-Tokoh Sejarawan Muslim dalam Ilmu Sejarah
1) Muhammad Ibnu Ishaq Ibnu Yasar (85-151 H)
Beliau lahir di Madinah tahun 85 H (704 M). Pada tahun 115,
beliau mengembara ke Iskandariyah (Mesir) dan berbagai
Kawasan timur lainnya, seperti Rayy, Kufah, Jazirah, Iran, dan
menetap di Irak. Hasil karyanya berjudul As-Siyar Wal Magazi
(Biografi dan Ekspedisi) yang membahas tentang biografi Nabi
Muhammad SAW. Beliau wafat di Baghdad tahun 153 H dan
jenazahnya dimakamkan di sisi timur kompleks Pemakaman
Khayzuran Baghdad.
2) Ibnu Qutaibah (213-276 H)
Nama lengkapnya ialah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Muslim
Ibnu Qutaibah Ad Dainuri. Beliau lahir di Kufah tahun 213 H dan
wafat tahun 2726 H dalam usia 63 tahun. Selain sejarawan, beliau
juga merupakan seorang sastrawan dan ahli hadits. Karyanya
berjudul Uyun Al-Akhbar (kabar-kabar penting) membicarakan
tentang kekuasaaan dan peperangan, masalah akhlak, ilmu
pengetahuan dan pidato terkenal dalam sejarah.
3) Ibnu Khaldun (1322 1406)
Nama lengkapnya adalah Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad
bin Khaldun. Beiau lahir di Tunis tahun 1322 M dan wafat di Kairo
1406 M. Beliau telah hafal Al’Quran sejak kecil dan mempelajari
berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti tafsir, hadist, Fiqih,
Usul Fiqih, tauhid, matematika, fisika, dan ilmu Bahasa. Beliau
14
terkenal sebagai seorang sejarawan dan ahli sosiologi Islam yang
aktif dalam politik. Karya yang terkenal adalah Al-Ibar (sejarah
umum), yang berisi Mukkadimah, Akhbarul Arabi, dan Akhbarul
Barbar.
2. Geografi
a. Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk,
flora, fauna, serta hasil yang di peroleh di bumi dan telah mampu
membuat peta dunia yang sangat bermanfaat bagi manusia.
b. Manfaat Mempelajari Geografi :
1) Memperkuat iman dan taqwa kepada Allah SWT
2) Membantu manusia dalam berbagai jenis dan bidang usaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya dalam bidang pertanian,
perikanan, perdagangan, pertambangan, dan industri.
3) Membantu umat islam dalam beribadah. Misalnya, menentukan
arah kiblat ketika shalat dan dalam melaksanakan ibadah haji.
c. Tokoh-Tokoh Muslim dalam Ilmu Geografi :
1) Ibnu Batuta (703 – 770 H)
Beliau lahir di Tangler (Tanjah) tahun 703 (1304 M) dan wafat di
Marakisy tahun 770 H (1378 M). Beliau seorang pengembara yang
telah pergi ke berbagai wilayah di antaranya adalah Mekkah,
Madinah, Baghdad, Afrika Utara, Afrika Timur, Mesir, Somalia,
Yaman, Aden, Siria, Irak, Afghanistan, India, Cina, dan Asia.
Berbagai pengamatan dan catatan telsh dibukukan oleh seseorang
yang hidup semasa dengan beliau, yaiu Ibnu Juza’I dengan judul
Tihfat Annajar Fi Garra’aib Al-Amsar Wa FA’ib Al-Asfar (Hadiah
Pengamat Tentang Keunikan Negeri-Negeri dan Keanekaan
Peradaban).
3. Geometri
a. Pengertian Geometri
15
Geometri diartikan ilmu ukur (pengukur bumi), cabang matematika
yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang dan ruang.
b. Manfaat Mempelajari Ilmu Geometri :
1) Berguna untuk meningkatkan berpikir logik dan membuat
generalisasi secara benar.
2) Bermanfaat untuk kepentingan para perancang bangunan
3) Geometri mampu memberikan pengetahuan yang lebih lengkap
mengenai dunia
c. Tokoh-Tokoh Muslim dalam Ilmu Geometri :
1) Al Khawarizmi (194 – 266 H)
Nama Lengkapnya adalah Muhammad Ibnu Musa Al-
Khawarizmi. Beliau lahir di Khawarijm Uzbekistan tahun194 H
(780 M) dan wafat di Baghdad tahun 266 H (850 M). Beliau
menemukan angka nol (0), sedang angka 1 – 9 dari India yang
dikembangkan oleh Islam. Oleh karena itu 1, 2, 3, 4, 5, 6. 7, 8, 9,
dan 0 disebut bilangan 9 (angka Arab). Selain itu, beliau juga
merupakan ahli matematika dan mengarang Ilmu Al-Jabar.
2) Umar Khayam
Ia memiliki nama lengkap Abu al-Fath Ghiyat al-Din Umar ibn
Ibrahim al-Khayyam al-Nishapuri. Ia lahir di Nishapur, Persia (Iran)
pada 10 Mei 1048 M. Nama Khayyam diambil dari pekerjaan
ayahnya, Ibrahim, yaitu pembuat tenda (al-Khayyam). Buku
karyanya tentang Al-Jabar berjudul Treatles on Al-Gebra, telah
diterjemahkan ke Bahasa Perancis oleh F. Woepoke (Paris 1857).
4. Filsafat
a. Pengertian Filsafat
Kata “Filsafat” berasal dari Bahsa Yunani, yaitu dari kata “Philo” yang
berarti suka atau cinta, dan “Shopia” yang artinya kebijaksanaan.
Seorang pecinta kebijaksanaan, hikmat, dan ilmu pengetahuan disebut
sebagai filsuf. Dalam KBBI, kata “Filsafat” diartikan sebagai
16
pengetahuan dan penyelidikan akal budi mengenai hakekat segala yang
ada, sebab, asal, dan hukumnya.
b. Manfaat Filsafat islam antara lain :
1) Membimbing seorang muslim agar mapu berpikir secara sistematis
dan Islami terhadap suatu persoalan.
2) Memperkuat keyakinan umat islam terhadap kebenaran agamanya.
3) Dapat dijadikan sebagai senjata untuk mempertahankan kebenaran
dan kesucian Islam dari tuduhan-tuduhan yang dilontarkan musuh-
musuhnya dengan maksud mendau Islam dan meremehkannya.
c. Pengaruh Filsafat island terhadap Ilmu Pengetahuan :
1) Ilmu Kalam, yaitu ilmu yang mempelajari kalamullah (Firman Allah
SWT) yang berkaitan dengan aqidah islam. Pengaruhnya yaitu
adanya dalil-dalil akli (alasan yang bersumber pada akal sehat).
2) Ilmu Fiqih, yaitu ilmu tentang hukum atau perundangan tentang
Islam. Pengaruhnya terhadap ilmu yaitu dengan adanya filsafat
hukum islam.
3) Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang mempelajari tentang interpretasi,
Analisa, dan penjelasan makna ayat-ayat Al-Qur’an. Pengaruhnya
yaitu dengan adanya penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara
sistematis, analisis, universal, dan berwawasan luas.
d. Tokoh-Tokoh Filsuf Islam :
1) Al-Kindi (805 – 873 M)
Nama asli beliau adalah Ya’kub bin Ishak Al-Kindi. Beliau lahir di
Kufah pada tahun 805 M dan wafat di Baghdad pada tahun 873 M.
Al-Kindi filsuf Islam berkebangsaan Arab dan keturunan kaum
bangsawan. Karya beliau diantaranya adalah Filsafat, Logika,
Astronomi, Kedokteran, Ilmu Jiwa, Politik, Musik, dan Matematika.
Menurut Al-Kindi, Filsafat tidak bertentangan dengan agama Islam,
karena sama-sama membicarakan tentang kebenaran.
2) Al-Farabi (872 – 950 M)
17
Nama aslinya adalah Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu
Uzlaq Al-Farabi. Beliau lahir di farah Tranxonia pada tahun 872 M
dan wafat di Damsyik pada tahun 950 M. Al-Farabi adalah seorang
filsuf keturunan Turki, ayahnya seorang panglima perang Dinasti
Semani. Kara ilmiahnya yang terkenal adalah Arro’yu Ahlul
Madinah Al-Fadilah (Pemikian tentang Penduduk Negara). Menurut
beliau, negara yang baik dipimpin oleh Rasul kemudian Filsuf.
3) Ibnu Sina (980 – 1036 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu
Sina. Beliau lahir di Afsyana dekat Bu khara dan wafat serta
dimakamkan di Hamazan. Beliau hafal Al-Qur’an dan mendalami
ilmu-ilmu Islam, Sastra Arab, Matematika, Filsafat Astronomi,
Logika, dan Isfahan selama 23 tahun. Karyanya yang terkenal
diantara lain adalah Asy-Syifa dan Al-Qur’an fi Al-Tib. Di dunia
barat, Ibnu Sina dikenal sebagai Avicena. Beliau berpendapat bahwa
Nabi itu lebih tinggi dari pada filsuf, oleh karenanya ajaran Nabi itu
harus dijadikan pedoman hidup.
4) Al-Ghazali (450 -505 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Al-Ghazali. Beliau lahir di
Gazalah (Iran Utara) pada tahun 450 H dan wafat di Tus tahun 505
H dalam usia 55 tahun. Pada waktu kecilnya, beliau dididik dalam
lingkungan keluarga dan guru yag Zahid atau zuhud (hidup
sederhana dan tidak tamak terhadap duniawi). Al-Ghazali memuntut
ilmu di Nizamiyah (Tus), Jurjan, dan Nisyafur.
Pada usia 20 – 28 tahun, beliau berguru dan bergaul dengan seorang
ulama besar yang bernama Imam Al-Juwaeni. Karya beliau yang
terkenal diantaranya adalah Ihya Ulumuddin, Minhaj Al-A’bidin,
dan Maqasid al Falasifa. Jasa-jasanya terhadap Islam adalah
Memmpin Madrasah Nizamiyah di Baghdad, mendirikan madrasah
untuk calon ahli fiqih di Tus, dan menulis berbagai macam buku atau
18
risalah yang jumlahnya mencapai 228 buku yang mengenai fiqih dan
filsafat.
5) Ibnu Rusyd (520 – 595 H)
Nama lengkapnya Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd. Beliau
lahir di Kordova (Spanyol) tahun 520 H anak seorang hakim dan
wafat di Marakesy (Maroko) tahun 595 H. Beliau pernah menjabat
sebagi hakim di Seville dan di Kordova serta menjadi dokter di Istana
Sultan Abu Ya’kub Yusuf. Karya-kaya beliau yang terkenal adalah
Bidayat Al-Mujtahid (fiqih), Kulliyat fi At-Tib (Kedokteran), dan
Fasi Al maqal fi Ma Bain wa Asysyari’at (Kata Putus Tentang Kaitan
Antara Filsafat dan Syari’at atau Agama).
5. Kedokteran
a. Pengertian Kedokteran
Ilmu Kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
memelihara kesehatan, mencegah suatu penyakit, dan menyembuhkan
penyakit. Bagi umat Islam mempelajari ilmu kedokteran hingga
menguasai dan menjadi dokter adalah Fardu Kifayah. Pada masa Daulah
Abbasiyah, ilmu kedokteran mengalami perkembangan dan kemajuan,
khususnya saat pemerintahan Harun ar-Rasyid dan khalifah-khalifah
besar sesudahnya. Pada waktu itu sekolah-sekolah tinggi kedokteran
didirikan sehingga banyak mencetak sarjana kedokteran.
b. Manfaat Ilmu Kedokteran antara lain :
1) Memberi petunjuk kepada umat manusia tentang cara memelihara
Kesehatan dan usaha pencegahan terhadap berbagai penyakit
2) Memberi pertolongan kepada orang yang menderita sakit agar
sembuh
3) Memperoleh kebaikan bagi kehidupan di dunia dan akhirat
4) Memperoleh tambahan bukti tentang adanya Allah SWT dengan
segala sifat-Nya yang Maha Sempurna sehinggan keimanan dan
ketaqwaan meningkat
c. Tokoh-Tokoh Muslim Dalam ilmu Kedokteran :
19
1) Hunain Ibnu Ishak (804 – 874 M)
Terkenal sebagai dokter ahli mata dan juga menerjemahkan buku-
buku ilmu pengetahuan ke dalam Bahasa Arab.
2) Ibnu Sina (980 – 1036 M)
Ibnu Sina bernama lengkap Ali al-Husein bin Abdullah bin Hasan
Ali bin Sina. Dalam dunia barat, ia lebih dikenal dengan nama
Avicenna yang lahir pada tahun 980 M di daerah Afsyahna, dekat
daerah Bukhara. Ibnu Sina merupakan ilmuwan kedokteran
muslim yang dijuluki oleh banyak ilmuwan sebagai bapak
kedokteran modern. Terlebih buku karangannya berjudul Al Qanun
fi Ath Thibb yang dijadikan buku rujukan wajib bagi para dokter
dunia selama berabad-abad.
3) Ibnu Nafis (1213 – 1288 M)
Memiliki nama lengkap Alaudin Abu al-Ala Ali bin Abi al-Haram
al-Kuraisyi ad-Dimasyqi bin Nafis. Ibnu Nafis juga dikenal di
dunia barat sebagai The Second Avicenna atau Ibnu Sina kedua dan
ahli peredaran darah. Bahkan, berbagai penemuannya dipakai
sebagai bahan penelitian oleh para dokter ternama dunia. Beliau
memiliki karya tulis dalam bidang kedokteran, yaitu Kitab asy-
Syamil fi ath-Thibb (ensiklopedia kedokteran). Kitab al-
Muhadzdzab fi al-Kuhl (membahas seluruh ilmu
kedokteran), Mujiz al-Qanun yang merupakan inti sari lengkap
dari karya Ibnu Sina yang berjudul Al Qanun Fith Ath Thibb
4) Ar-Razi (809 – 873 M)
Memiliki nama lengkap Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakariyya ar-
Razi. Ilmuwan yang lahir pada 865 M. Dalam penemuannya, Ar-
Razi merupakan ilmuwan muslim pertama yang menemukan
perbedaan antara penyakit cacar air dengan cacar merah dan
menemukan diagnosa khas dengan pemanasan saraf untuk
mengukur tekanan darah, serta memperkenalkan penggunaan
bahan kimia dalam pembuatan obat-obatan. Beliau membuat buku
20
yang judulnya Al-Hawi. Selain itu ia juga menulis sembilan
ensiklopedia kedokteran yang pada jilid sembilan ditulis bersama
Ibnu Sina.
5) Abi Mahasin (1874 – 1923 M)
Abi Mahasin merupakan seorang dokter ahli mata yang lahir di
Kota Aleppo. Ia memiliki nama lengkap Khalifah bin Abi al-
Mahasin al-Halabi. Sebagai seorang dokter ahli mata, ia berhasil
menemukan berbagai penyakit mata disertai dengan
pengobatannya. Selain itu, beliau juga memiliki karya yang
terkenal mengenai ilmu kedokteran mata atau oftalmologi, yang
berjudul Al-Kafi fi al-Kuhl fi ath-Thibb. Dengan penemuannya,
lima ilmuwan kedokteran muslim dimasa Dinasti Abbasiyah di atas
telah memasang titik perkembangan dalam dunia ilmu kedokteran.
21
2) Makam Zumurrud Khatun
Di Baghdad, ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah ini pernah dibangun
makam Zumurrud Khatun yang tak kalah indah. Dibangun sekitar
1193, kompleks makam ini tersohor karena kubah muqarnas-nya yang
tinggi dan berbentuk kerucut. Berlokasi di pusat kota Baghdad,
bangunan ini sangat dekat dengan Madrasah Mustansiriya yang
tersohor itu. Sesuai dengan namanya, bangunan ini didirikan oleh
Zumurrud Khatun, ibunda Khalifah An-Nashir Lidinillah. Ia adalah
khalifah Bani Abbasiyah ke-34 (1180-1225). Kompleks makam ini
pernah beberapa kali dipugar, antara lain, pada 1590 oleh negarawan
Turki Utsmani, Cigalazade Sinan Pasha, dan 1969 oleh Badan Wakaf
Irak.
3) Masjid Agung Samarra
Pada abad ke-9, Khalifah al-Mu’tashim memindahkan ibu kota
kekhalifahan ke Samarra. Di kota baru ini, terdapat sejumlah istana
megah, jalan raya, barak besar, taman rindang, juga masjid raya.
Masjid itu adalah Masjid Agung Samarra yang kala itu merupakan
masjid terbesar di dunia. Masjid yang terkenal dengan menara
berbentuk spiral ini dibangun pada 848-852 oleh putra sekaligus
pewaris al-Mu’tasim, al-Mutawakkil. Berukuran 239 m x 156 m,
masjid ini dilindungi oleh tembok-tembok tinggi yang disokong oleh
44 menara semimelingkar. Keseluruhan bangunan berdiri di dalam
daerah berpagar seluas 444 m x 376 m.
Berabad-abad berlalu, hanya sedikit yang tersisa dari bagian interior
masjid ini kecuali menara spiral yang dikenal sebagai al-Malwiya.
Menara melingkar ini berdiri di atas landasan persegi dan menjulang
setinggi 55 m di atas permukaan tanah. Terdapat sebuah tangga spiral
memutar berlawanan arah jarum jam di sekeliling bagian luar menara
sampai ke paviliun di puncak.
4) Baitul Hikmah
22
Baitul Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) adalah pusat penelitian dan
ilmu pengetahuan yang didirikan oleh pemerintahan Dinasti
Abbasiyah dan meiliki fungsi yang sangat banyak. Pasalnya, Baitul
Hikmah digunakan sebagai perpustakaan, pusat penerjemahan teks-
teks kuno dari Yunani, dan pusat keilmuan pada masa kejayaan Islam.
Baitul Hikmah didirikan pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-
Rasyid (786-809). Dari sinilah muncul ilmuwan-ilmuwan Islam era
Abbasiyah yang terkenal, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Al-
Khawarizmi, dan Al-Battani.
Pembangunan Baitul Hikmah merupakan misi panjang Dinasti
Umayyah di bidang ilmu pengetahuan yang diteruskan oleh Dinasti
Abbasiyah. Sejak era pemerintahan Muawiyah I (661-680), Dinasti
Umayyah telah melakukan pengumpulan teks-teks kuno untuk
diterjemahkan. Di Baghdad, Khalifah Al-Mansur melakukan kegiatan
penerjemahan teks-teks kuno untuk diaplikasikan di Abbasiyah. Pada
akhirnya, ketika Dinasti Abbasiyah runtuh akibat serangan bangsa
Mongol pada 1258, pusat ilmu pengetahuan di Bagdad juga ikut
hancur dan serangan bangsa Mongol menghancurkan Baitul Hikmah
beserta catatan ilmu pengetahuan yang telah dibangun. Mulai saat itu,
perkembangan Islam mulai menurun karena Dinasti Abbasiyah yang
menjadi simbol kemajuan peradaban Islam hancur oleh bangsa
Mongol.
5) Masjid Ibnu Tulun
Dinasti Abbasiyah juga meninggalkan jejaknya di kota Kairo, Mesir
yaitu Masjid Ibnu Tulun yang dibangun Khalifah Ibnu Tulun selama
3 tahun dimulai sejak 876 sampai 879. Masjid ini berada di tengah
kota Al-Qatai dengan total luas 2,6 hektar dengan arsitektur bangunan
yang mirip dengan masjid di Samarra bahkan menara pertamaya
berbentuk spiral namun telah diubah oleh khalifah-khalifah
selanjutnya. Khalifah Ibnu Tulun mendirikan masjid ini karena masjid
sebelumnya yakni Masjid Amr tidak dapat menampung jamaah yang
23
semakin berkembang pesat sehingga dibuatlah masjid yang lebih
besar lagi. Masjid Ibnu Tulun ini menjadi masjid tertua kedua di Mesir
setelah Masjid Amr.
24
terhadap pengembangan dunia Barat dan telah menjadi dalam
pengiriman pengetahuan antar negara, budaya, dan bahasa.
25
arsitektur. Peradaban ini telah memberikan kontribusi besar terhadap
pengembangan dunia Barat dan telah menjadi tali penghubung dalam
pengiriman pengetahuan antar negara, budaya, dan bahasa.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari laporan di atas, dapat disimpulkan bahwa masa Daulah Abbasiyah
telah menjadi era kejayaan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
ditunjukkan oleh adanya berbagai kemajuan dalam bidang matematika,
astronomi, kedokteran, dan filsafat pada saat itu. Para ilmuwan Abbasiyah,
termasuk Al-Khwarizmi dan Al-Farabi, telah memberikan kontribusi besar
bagi perkembangan ilmu pengetahuan, tidak hanya pada masa itu, tetapi juga
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa depan.
Selain itu, pemerintahan Daulah Abbasiyah memiliki peran penting dalam
mempromosikan perkembangan ilmu pengetahuan melalui pendirian akademi
dan perpustakaan. Hal ini memungkinkan penyebaran pengetahuan dan
penelitian yang lebih baik di antara para ilmuwan dan akademisi di seluruh
dunia Islam pada saat itu.
Namun, kejayaan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial dan politik pada saat itu, seperti hubungan erat
antara pemimpin politik dan komunitas ilmuwan, dukungan meriah dari
masyarakat dan pandangan terbuka pada ilmuwan dan ide-ide mereka. Oleh
karena itu, di masa yang akan datang, kita perlu mempertahankan nilai-nilai ini
dan mengapresiasi kontribusi para ilmuwan dalam upaya untuk terus
memajukan ilmu pengetahuan dalam masyarakat.
27
3.2 LAMPIRAN
28