Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUTORIAL

MODUL I (ABORTUS)
DEPARTEMEN OBGYN
BLOK : SISTEM REPRODUKSI

Disusun oleh :

Nama :

NPM :

Fasilitator

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
laporan tutorial blok Reproduksi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Reproduksi ini, penulis menyadari sepenuhya
banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok
Reproduksi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatanini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. dr. Juliyanti Tarigan, M.Ked (DV), Sp.DV, FINS-DV selaku dosen atas segala masukkan,
bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada
penulis,mendapatkan balasan dari Tuhan, serta laporan tutorial blok Reproduksi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.

Medan, 20 September 2099

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................i

Daftar Isi ...................................................................................................................ii

Pemicu .....................................................................................................................1

I. Klarifikasi Istilah .........................................................................................1

II. Identifikasi Masalah ....................................................................................1

III. Analisa Masalah ..........................................................................................1

IV. Kerangka Konsep ........................................................................................3

V. Learning Objective .....................................................................................4

VI. Pembahasan .................................................................................................8

VII. Kesimpulan ..................................................................................................19

VIII. Daftar Pustaka .........................................................................................20

3
Pemicu

Ny Gina, 24 tahun G1P0A0 datang ke poliklinik dengan keluhan keluar darah dari
kemaluan sedikit- sedikit sejak 3 hari yang lalu disertai rasa mules –mules. Sejak 2
bulan yang lalu Ny Gina tidak mendaptkan haid. Hal ini disertai mual dan muntah
sesekali terutama pagi hari

Pemeriksaan fisik : tanda vital dalam batas normal.

Abdomen simetris dan soepel, nyeri tekan (-), fundus uteri tidak teraba.

Inspekulo : Portio livide, ostium uteri eksternum (OUE) tertutup, darah tampak di
OUE tidak mengalir. Tidak terdapat laserasi, erosi dan polip pada serviks.

Pemeriksaan bimanual : serviks lunak, OUE tertutup, nyeri goyang serviks (-), uterus
sebesar telur bebek, kedua adneksa dan parametrium dalam batas normal.

Laboratorium : HB 11 gr % , leukosit 10.200/mm3

Urin : beta hCG (+).

I KLARIFIKASI ISTILAH

1. Soepel : respon tubuh yang tidak terasa kaku tau tegang pada
abdomen.
2. Portolivide : pintu masuk di bagian cervix yang berwarna kemerahan.
3. Adneksa : struktur tambahan atau penyokong pada uterus.
4. Inspekulo : inspeksi menggunakan speculum untuk membuka rongga
vagina
5. Ostium uteri eksternum : lubang terluar vagina

II IDENTIFIKASI MASALAH

1. Pasien memiliki keluhan keluar darah dari kemaluan sedikit demi sedikit sejak
3 hari yang lalu disertai rasa mules-mules
2. Pasien memiliki keluhan mual dan muntah sesekali terutama pagi hari
3. Sejak 2 bulan lalu pasien tidak mendapatkan haid
4. Hb pasien rendah
5. Pada pemeriksaan urin beta hCG (+)

1
III ANALISIS MASALAH

1. Penyebab
 Adanya luka pada dinding rahim akibat trauma fisik seperti benturan
 Kemungkinan keguguran pada saat kehamilan
 Terjadinya kehamilan ektopik yang menyebabkan pendarahan
 Sebagai tanda dan gejala kehamilan
2. Penyebab
 Pengaruh dari hormone progesterone yang dihasilkan pada saat
kehamilan
 Adanya gangguan asam basa dan elektrolit
 Sebagai tanda dan gejala kehamilan
3. Penyebab
 Karena terganggunya hormone Fsh dan Lh
 Kemungkinan terjadinya fertilisasi atau pembuahan pada uterus
 Kemungkinan adanya tumor di uterus
4. Penyebab
 Adanya pendarahan
 Kurangnya asupan nutrisi
5. Karena hormon ini diproduksi oleh plasenta atau ari-ari, yang terbentuk setelah
sel telur dibuahi dan menempel di dinding rahim

2
IV. KERANGKA KONSEP

Ny. G 24 tahun

Keluhan utama : Keluhan tambahan :

. Darah keluar dari kelamin . Tidak haid sejak 2 bulan lalu


sedikit demi- sedikit sejak 3 hari
lalu disertai rasa mules-mules . Mual dan muntah terutama
pagi hari

Pemeriksaan fisik

 Inspekulo : P. Laboratorium
portio livide Pemeriksaan bimanual
 Hb 11 gr%
(OUE) tertutup,
 normal  Urin : beta hcg
darah tampak di
(+)
OUE tidak DD:
mengalir
1. Abortus iminens
2. Abortus insipiens
3. Kehamilan ektopik

V. LEARNING OBJECTIVE

1. Anatomi sistem reproduksi wanita

3
Genitalia Interna

a. Vagina
Saluran musculo-membran yang terbentang dari vestibulum sampai
uterus. Berjalan kearah postero-superior dan membentuk sudut tajam dengan
servik uteri sehingga dinding posterior vagina akan lebih panjang (sekitar 1.5
– 3 cm) dibandingkan dengan dinding anterior (6 – 7.5 cm). Penonjolan
servik kedalam vagina akan membentuk Cavum Douglassi dan membagi
puncak vagina menjadi fornix anterior – posterior.
Di bagian anterior, vagina berbatasan dengan trigonum vesicalis ; dan
di bagian posterior dengan rektum. Dibagian posterior, ¼ bagian distal
vagina terpisah dari saluran anus dengan corpus perinealis ; 2/4 bagian
tengah vagina berhimpitan dengan ampula recti ; ¼ bagian proksimal vagina
dibelakang fornix posterior tertutup dengan peritoneum membentuk Cavum
Douglassi. Lendir yang membasahi vagina berasal dari servik yang menjadi
asamakibat fermentasi glikogen epitel oleh bakteri vagina.

b. Uterus
Uterus atau rahum merupakan organ bagian dalam yang memiliki
bentuk seperti buah pir dengan berat sekitar 30 gr yang tersusun atas lapisan-
lapisan otot. Ruang pada uterus ini berbetuk segitiga dengan bagian atas
lebih besar. Uterus berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
janin. Otot pada uterus bersifat elastis sehingga dapat menyesuaikan dan
menjada janin ketika proses kehamilan selama 9 bulan.
Uterus memiliki beberapa bagian, yaitu:
 Korpus Uteri, yaitu bagian yang berbentuk seperti segitiga pada bagian
atas
 Serviks uteri, yaitu bagian yang berbentuk seperti silinder
 Fundus Uteri, yaitu bagian korpus yang terletak di atas kedua pangkal
tuba fallopi
Pada saat proses persalinan, rahim merupakan tempat jalan lahir yang
sangat penting, karena otot rahim mampu mendorong janin untuk keluar, dan
otot uterus dapat menutupi darah sehingga dapat mencegah terjadinya

4
pendarahan pasca persalinan. Pasca melahirkan, rahim akan kembali
kebentuk smeula dalam waktu 6 minggu.
c. Tuba Fallopi
Tuba Fallopi (Oviduk) merupakan organ yang menghubungkan Uterus
dengan Indung Telur (Ovarium). Tuba Fallopi (Oviduk) juga sering disebut
sebagai saluran telur karena memiliki bentuk seperti saluran. Organ Oviduk
berjumlah dua buah dengan panjang sekitar 8-20 cm.
Tuba Fallopi terdiri dari 4 bagian, yaitu :
1. Infudibulum, yaitu bagian berbentuk seperti corong yang berada
dipangkal dan memiliki Fimbriae yang berfungsi untuk menangkap
Ovum.
2. Pars Ampularis, yaitu bagian agak lebar yang merupakan tempat
bertemunya ovum dengan sperma.
3. Pars Ismika, yaitu bagian tengah tuba yang sempit
4. Pars Interstitialis, yaitu bagian tuba yang letaknnya dekat dengan
uterus
d. Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar reproduksi utama pada wanita yang
berfungsi untuk menghasilkan ovum (sel telur) dan sebagai penghasil
hormon seks utama. Ovarium memiliki bentuk oval, dengan panjang 2,5-
4cm. Ovarium terdiri dari dua bagian yaitu terletak di sebelah kanan dan kiri
yang dihubungkan dengan rahim oleh Tuba Fallopi. Ovarium juga
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang berperan dalam proses
menstruasi.

Genitalia Eksterna

a. Mons pubis
Mon pubis merupakan bagian yang sedikit menonjol yang terlihat dari
luar dan merupakan bagian yang menutupi tulang kemaluan (Simfisis pubis).
Bagian ini disusun oleh jaringan lemak dengan sedikit jaringan ikat. Mon
veneris sering dikenal dengan nama gunung venus, ketika wanita sudah
dewasa maka pada bagain mons veneris akan ditutupi oleh rampbut-rambut
kemaluan dan membentuk pola seperti segitiga terbalik.
b. Labia mayora

5
Disebut sebagai Labia karena bagian ini memiliki bentuk seperti bibir.
Labiya Mayora merupakan bagian lanjutan dari MOns Veneris yang
berbentuk lonjok ke arah bawah dan bersatu membentuk perineum. Pada
bagian luar Labia Mayora disusun tersusun oleh jaringan lemak, kelenjar
keringat dan saat dewasa biasanya ditutupi oleh rambut kemaluan yang
merupakan rambut dari Mons Veneris. Namun pada selaput lemak tidak
terdapat rambut kemaluan tapi ada banyak ujung-ujung saraf sehingga
sensitif saat melakukan hubungan seksual.
c. Labia minora
Labia Minora merupakan organ yang sama seperti Labia Mayora
namun memiliki ukuran lebih kecil dan terdapat di bagian dalam Labia
Mayora. Namun pada Labia Minora tidak terdapat rambut kemaluan, Labia
Minora tersusun atas jaringan lemak dan jaringan tersebut memiliki banyak
pembuluh darah sehingga dapat memperbesar gairah saat berhubungan
seksual. Bibir Minora ini mengelilingi Orifisium Vagina (lubang Kemaluan).
Labia Minora analog dengan Kulit Skrotum pada Alat Reproduksi pria.
d. Klitoris
Klitoris merupakan organ yang bersifat erektil dan sangat sensitif
terhadap rangsangan pada saat berhubungan seksual. Klitoris merupakan
bangunan yang terdiri dari Glans klitoris,korpus klitoris dan krura klitoris.
Pada ujung klitoris memiliki banyak pembuluh darah, karena itulah klitoris
merupakan bagiah yang erektil, seperti pada penis (alat reproduksi pria).
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga pembatas antara labia minora pada sisi
kanan dan kiri. Pada bagian atas dibatasi oleh klitoris dan pada bagian
belakang (bawah) dibatasi oleh pertemuan dua labia minora. Vestibulum
merupakn tempat beradanya Uretra (saluran kencing) dan muara vagina
(liang Senggama). Masing-masing pada bagian ini akan mengeluarkan cairan
seperti lendir pada lubang saluran Bartholini dan Skene untuk memudahkan
masuknya penis pada saat berhubungan seksual.
f. Hymen (selaput dara)
Himen merupakan selaput membran tipis yang menutupi lubang
vagina. Organ himen sangat mudah robek sehingga keperawan seorang
wanita ddi nilai sari salah satu aspek ini. Normalnya Himen memiliki satu
lubang agak besar yang membentuk seperti lingkaran. cairan atau darah saat
menstruasi menstruasi keluar dari himen. Selaput dara biasanya akn robek
dan mengeluarkan darah pada saat pertama kali melakukan hubungan
seksual. Sedangkan sisa-sisa himen disebut caruncula Hymenalis (caruncula
mirtifomis) yang akan tertinggal setelah melahirkan

2. Fisiologi system reproduksi Wanita


A. Hormon Reproduksi Pada Wanita
1) Hormon yang dilepaskan oleh hipotalamus : hormon pelepas
Gonadotropin (GnRH)

6
2) Hormon seks hipofisis anterior, hormon perangsang folikel, hormon
luteinisasi. Hormon ini disekresi karena pelepasan GnRH dari
hipotalamus
3) Hormon ovarium (estrogen dan progesteron) sebagai respon terhadap
hormon seks dan kelenjar hipofisis anterior
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan
perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah
satu peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus
menstruasi.

B. Menstruasi
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus
ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi
lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus
uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga
korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari
dinding uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut
menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi
tipis. Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah
menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini
biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-
rata sekitar 50 ml
1. Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis
untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel
primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel
primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel
menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya.\
Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.
Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel
penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Peningkatan
konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi
serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa. Lendir yang bersifat
basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih
mendukung lingkungan hidup sperma
2. Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi
perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-
ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan

7
terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi
FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan
oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu
saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi
oleh sperma. Umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
3. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit
sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah
menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen
(namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan
hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen
dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan
menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron
juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar
susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen)
tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada
uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan Proses pasca-ovulasi ini
berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari
ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi
korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen
dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan
progesteron akan menurun.

3. Menegakan diagnosis kehamilan


A. Dugaan kehamilan (presumptive)
1. Amenorea
2. Mual dan muntah
3. Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri
4. Sering buang air kecil
5. Konstipasi/obstipasi
6. Pigmentasi kulit
7. Epulis
8. Varices
9. Mudah lelah

B. Kemungkinan kehamilan (probable)


1. Perut membesar
2. Uterus membesar
3. Tanda hegar : pelunakan dan kompresibilitas ismus uteri
4. Tanda Chadwick : perubahan warna pada vulva, vagina, dan serviks
5. Tanda piscaseck : pembesaran asimetri dan penonjolan salah satu kornu
6. Braxton hicks
7. ballotement

8
C. Diagnosa pasti kehamilan (positive)
1. Gerakan janin : dirasakan ibu 16-20 minggu
2. Denyut jantung janin :
 Awal minggu ke 4
 20 minggu dengan fetoskop
 10-12 minggu dengan doppler atau USG
3. USG :
 Aktivitas jantung dapat dilihat pada 5-6 minggu
 Ekstremitas janin terlihat pada 7-8 minggu
 Gerakan jari tangan terlihat 9-10 minggu

4. Etiologi abortus
Penyebab abortus dapat merupakan gabungan dari beberapa faktor baik dari
dalam maupun dari luar. Abortus pada umumnya disahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu :
1) Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai adalah gangguan pertumbuhan zigot,
embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus
pada trimester pertama yakni :
 Kelainan telur dimana telur yang dibuahi ternyata kosong, kerusakan
embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomo, atau poliploidi).
 Embrio dengan kelainan lokal
 Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)
2) Faktor maternal
 Infeksi-infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester
kedua. Tidak diketahui penyebab kematian bayi secara pasti, apakah
janin yang terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebab. Beberapa organisme yang dapat
menyebabkan keguguran diantaranya adalah virus (Rubella,
Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Varicella zoster, Vacinia,
Campak, Hepatitis, Polio, Ensefalomielitis), bakteri (Salmonella typhi),
dan parasit (Toxoplasma gondii, Plasmodium).
 Penyakit vaskular misalnya hipertensi vaskuler.
 Kelainan endokrin abortus spontan dapat terjadi bila produksi
progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid,
defisiensi insulin.
 Faktor imunologis dimana terdapat ketidak cocokan (inkompabilita
sistem HLA (Human Leukocyte Antigent).
 Trauma kasus ini jarang terjadi, jika terjadi biasanya karena jatuh, dan
adanya pembedahan pengangkatan ovarium yang mengandung korpus
luteum graviditatum sebelum minggu ke 8 atau pembedahan
intraabnormal dan operasi pada uterus pada saat hamil.

9
 Kelainan uterus seperti hipoplasia uterus, mioma terutama mioma sub
mukosa, serviks inkompelen, atau retrofixcio uteri gravisi incarcerata
 Faktor psikosomatik dimana hal yang mempengaruhi psikomatik belum
jelas
3) Faktor eksternal
 Radiasi
 Obat-obatan seperti antagonis asam folat dan antikoagulan. Ibu hamil
sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16
minggu kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak
membahayakan janin.
 Bahan-bahan kimia lain yang mengandung arsen dan benzen.

5. Patogenesa abortus

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis. Diikuti nekrosis jaringan
disekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dam dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudia uterus berkontraksi utuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
 Pada kehamilan kurang 8 minggu, vili korialis belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
 Pada kehamilan 8-14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
 Pada kehamilan > 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada
plasenta.

6. Klasifikasi, tanda dan gejala abortus


Klasifikasi abortus berdasarkan tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut.

Klasifikasi Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain

Sedikit hingga Tertutup Sesuai umur Plano test (+)


Abortus sedang kehamilan
Kram
imminens
Uterus lunak

Sedang Terbuka Sesuai atau Kram


Abortus
hingga lebih kecil
insipiens Uterus lunak
banyak

Abortus Sedikit hingga Terbuka Lebih kecil Kram


inkomplit banyak dari umur
kehamilan Keluar
jaringan

10
Uterus lunak

Sedikit atau Lunak Lebih kecil Sedikit/kram


Abortus tidak ada (terbuka atau dari umur (-)
komplit tertutup) kehamilan
Uterus kenyal

Sedikit dan Agak kenyal Lebih kecil Gejala


warna dan tertutup dari umur kehamilan
Missed kehitaman kehamilan menghilang
abortion
Uterus tak
membesar

7. Diagnosis banding abortus


a. Perdarahan vagina fisiologis akibat flek nidasi
Flek nidasi akibat implantasi tekadang terjadi pada kehamilan normall.
Gejala yang timbul berupa spotting atau flek ringan yang mungkin terjadi
pada 1-2 minggu paska pembuahan dimana sel telur mulai menempel pada
uterus. Pada keadaan ini, flek akan menghilang dalam 3-5 hari.
b. Mola hidatidosa
Pada mola hidatidosa, pasien datang dengan keluhan perdarahan yang
disertai tanda kehamilan, sama seperti abortus. Namun, pada mola
hidatidosa, hormon HCG akan sangat meningkat, sehingga kehamilan sering
disertai hiperemesis. Pada hasil pemeriksaan USG, tidak didapati hasil
konsepsi, tetapi didapati gambaran honeycomb pattern.
c. Kehamilan etopik
Pasien dengan kehamilan etopik juga bisa datang dengan keluhan mirip
abortus. Pada kehamilan ektopik, akan didapatkan nyeri perut, distensi
abdomen, dan juga teraba massa adneksa. Pada USG, akan didapatkan janin
ekstrauterine.
d. Blighted ovum
Blighted ovum atau hamil kosong adalah kehamilan yang tidak mengandung
embrio. Dalam dunia medis, blighted ovum juga dikenal dengan istilah
anembryonic gestation. Diperkirakan setengah dari seluruh kasus keguguran
di trisemester pertama kehamilan disebabkan oleh kondisi ini.
Blighted ovum biasanya terjadi akibat kelainan kromosom. Kelainan
kromosom itu sendiri dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang tidak
sempurna serta kualitas sel telur dan sperma yang buruk.

8. Pemeriksaan penunjang abortus


a. Tes kehamilan

11
Hal ini untuk memastikan kehamilan terlebih dahulu, jika terjadi perdarahan
pervaginam. Jika tes ternyata negatif, maka akan dilakukan tes diagnostik
lain yang dapat mengkonfirmasi sifat dan penyebab perdarahan vagina. Jika
positif, maka aborsi akan dipertimbangkan dan akan diklasifikasikan
menurut tanda dan gejala yang muncul.
b. USG
Tes usg merupakan tes untuk konfirmasi kehamilan yang dapat
mengonfirmasi jika kehamilan positif serta juga mengkonfirmasi bahwa
konsepsi masih utuh. Pemeriksaan USG dapat menunjukkan bahwa beberapa
hasil konsepsi masih ada di dalam rahim. Pada pemeriksaan ukuran uterus
lebih kecil dari usia kehamilan, kanalis servikalis masih terbuka, teraba
jaringan/menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahan bisa sedikit
sampai banyak tergantung pada jaringan yang tersisa.

9. Penatalaksanaan abortus
Penatalaksanaan abortus atau keguguran pada kebanyakan pasien
adalah expectant management, terutama pada usia kehamilan awal, karena
kebanyakan pasien hanya mengalami perdarahan dan kram perut yang sedikit
lebih berat dari menstruasi normal. Obat yang paling banyak digunakan untuk
penatalaksanaan abortus adalah mifepristone oral 200 mg diikuti dengan
misoprostol 800 µg yang diberikan secara bukal atau vagina. Pada beberapa
kasus, pasien mungkin memerlukan tindakan dilatasi dan kuretase.
Penanganan abortus iminens terdiri atas :
1) Tirah baring
Istirahat baring (bedrest), bertujuan untuk menambah aliran darah ke
uterus dan mengurangi perangsangan mekanis. Ibu (pasien) dianjurkan
untuk istirahat baring. Apabila ibu dapat istirahat dirumah, maka tidak
perlu dirawat. Ibu perlu dirawat apabila perdarahan sudah terjadi
beberapa hari, perdarahan berulang atau tidak dapat beristirahat dirumah
dengan baik misalnya tidak ada yang merawat atau ibu merasa sungkan
bila rumah hanya beristirahat saja. Perlu dijelaskan kepada ibu dan
keluarganya, bahwa beristirahat baring dirumah atau dirumah bersalin
atau rumah sakit adalah sama saja pengaruhnya terhadap kehamilannya.
Apabila akan terjadi abortus inkomplit, dirawat dimanapun tidak
mencegahnya.
2) Periksa tanda-tanda vital (suhu, nadi dan pernafasan).
3) Kolaborasi dalam pemberian sedativa (untuk mengurangi rasa sakit dan
rasa cemas), tokolisis dan progesterone, preparat hematik (seperti sulfat
ferosus atau tablet besi).
4) Hindarkan intercose.
5) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
6) Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi terutama
saat masih mengeluarkan cairan coklat.

12
10. Komplikasi abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi,
dan syok
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi dikerjakanlah penjahitan luka
perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas; mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih dan usus.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukaan pada alat-alat lain, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi keadaan.
3. Infeksi
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok endoseptik).

13
KESIMPULAN
Berdasarkan skenario diatas, pasien berusia 24 tahun tersebut mengalami
kehamilan pertama dan abortus iminens. Hal ini dapat dinilai dari gejala klinis yang
dirasakan seperti keluar darah dari kemaluan sedikit-sedikit yang disertai rasa mules,
tidak haid, dan mual muntah. Pada pemeriksaan inspekulo, portio livide, dan ostium
uteri eksternum (OUE) tertutup. Pada pemeriksaan bimanual, uterus sebesar telur
bebek dan hasil tes urine beta hcg (+). Penanganan yang dapat dilakukan adalah
dengan stabilisasi pasien seperti menilai kesadaran, tanda vital serta tanda syok dan
melakukan expectan management untuk mengeluarkan jaringan kehamilan secara
alami. Perlu dilakukan konsultasi lebih lanjut kepada dokter kandungan apabila pasien
diindikasi untuk kuretase.

14
DAFTAR PUSTAKA
A. Y. Weintraub and E. Sheiner, In Bleeding During Pregnancy: A Comprehensive
Guide, 2011, 25-44. DOI 10.1007/978-1-4419-9810-1

Cunningham, F.Gary, dkk. 2015. Obstetri Williams. EGC : Jakarta

E. E. Puscheck. Early Pregnancy Loss. 2018.

Hanafiah, Jusuf, dkk. 2017. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Ed.4. EGC :
Jakarta

Mochtar, R. 2018. Sinopsis Obstetri : Obstetri operatif , Obstetri Sosial Ed.2. EGC :
Jakarta

Prawiroharo. 2019. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta

Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2015. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi


Ed.2. EGC : Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai