Anda di halaman 1dari 66

KELAS

PENALARAN
KLINIS SPESIAL
November-Desember 2021

THT (1)
Anatomi & Pemeriksaan Telinga
Fisiologi Telinga • PF telinga
DAFTAR ISI
• Telinga luar, tengah, • Uji penala
dalam • Audiometri nada murni
• Fisiologi pendengaran
• Jaras pendengaran
• Keseimbangan
Penalaran Klinis
Telinga
• Pendengaran berkurang
Anamnesis THT • Otorea
• Otalgia
• Gangguan
keseimbangan
Anatomi &
Fisiologi
Telinga
Anatomi Telinga
Telinga luar: pinna & meatus acusticus
externus

Dipisahkan oleh
membran timpani

Telinga tengah: kavum timpani berisi ossicles, tuba


Eustachius, mastoid air cells

Oval window Round window


menghubungkan menghubungkan koklea &
stapes & vestibulum kavum timapni

Telinga dalam
- Labirin tulang: kanalis semisirkularis, koklea
- Labirin membran: ductus semisirkularis, ductus
koklearis, utriculus, sakulus
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Moore clinically oriented anatomy. 8th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2018
Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology: a step-by-step learning guide. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2018
Telinga Luar
Inervasi Aurikula:
• Cabang nervus C2,C3 dan n. V3 Di dalam meatus acusticus
→ bagian superfisial externus terdapat kelenjar
• N. X (vagus) dan n. VII (facialis) keringat yang termodifikasi
memproduksi serumen
→ bagian dalam

MEMBRAN TIMPANI

• Pars flaccida 4 kuadran membran timpani


❑ Hanya berlapis 2 → epitel kulit liang telinga & sel - Refleks cahaya di kuadran anterior-
kubus bersilia inferior
❑ Daerah atik → terdapat aditus ad antrum → - Miringotomi/parasentesis di
menghubungkan telinga tengah & mastoid posteroinferior → Relatif aman

• Pars tensa
Terdiri dari 3 lapis → tambahan lapisan tersusun dari Refleks cahaya
kolagen dan elastin • Refleks cahaya → cahaya luar yang
dipantulkan MT. Timbul karena
• Umbo terdapat serabut sirkuler dan radier
Penonjolan bagian bawah os maleus. Refleks cahaya • Normal: AD jam 5, AS jam 7
bermula dari umbo • Mendatar → gangguan fungsi tuba
Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray’s anatomy for students. 4th ed. Philadelphia: Elsevier; 2020
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018
Telinga Tengah
Berbentuk kubus dengan batas
sbb:
• Batas luar: membrane timpani
• Batas anterior: tuba Eustachius Inervasi Telinga
• Batas inferior: vena jugularis tengah
• Batas posterior: aditus ad antrum, kanalis utamanya oleh n. IX
fasialis pars vertikalis (glossopharyngeus)
• Batas superior: tegmen timpani

Tersusun dari epitel selapis kuboid


Di area tuba Eustachius → epitel Makna klinis: sekret dari
respiratori kolumnar bersilia bersel telinga tengah bersifat
Goblet mukoid

Fungsi tuba Eustachius


Tuba Eustachius 1. Ventilasi
• Menghubungkan telinga tengah 2. Drainase secret
dengan nasofaring telinga tengah ke
• Pada anak tuba lebih pendek nasofaring
dan horizontal → mudah 3. Proteksi telinga
terjadi infeksi telinga tengah tengah dari patogen
nasofaring
Netter FH. Atlas of human anatomy. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019.
Mescher AL. Junqueira’s basic histology text & atlas. 13th edition. New York: McGraw-Hill; 2013
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Moore clinically oriented anatomy. 8th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2018
Telinga Dalam

Labirin tulang → Terisi


cairan perilimfe
Labirin membran → Terisi
cairan endolimfe Ductus koklearis
- Ligamen spiralis
- Membran vestibular
(membrane Reissner)
Mescher AL. Junqueira’s basic histology text & atlas. 13th edition. New York: McGraw-Hill; 2013
- Membran basilar
Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray’s anatomy for students. 4th ed. Philadelphia: Elsevier; 2020
Telinga Dalam

Mescher AL. Junqueira’s basic histology text & atlas. 13th edition. New York: McGraw-Hill; 2013
Fisiologi Pendengaran

Frekuensi tinggi ditangkap pada area basal Bila frekuensi terlalu rendah →
(struktur kaku), frekuensi rendah pada getaran akan melalui helicotrema →
apex (struktur fleksibel) skala timpani → disipasi energi
melalui round window

Refleks akustik: kontraksi m. stapedius &


Amplifikasi getaran mll: m. tensor tympani → mencegah
- daya ungkit tulang pendengaran masuknya suara yang terlalu keras
- perbandingan luas MT dan oval window

Gelombang suara Transmisi


Pergerakan Defleksi sterosilia
menggetarkan Vibrasi tulang Vibrasi oval Vibrasi membran Depolarisasi sel potensial aksi
perilimfe pada sel rambut organ
membran pendengaran window basilaris rambut menuju korteks
skala vestibuli Corti
timpani aurditori

Sherwood L, Ward C. Human physiology: from cells to systems. 4th ed. Toronto: Nelson Education; 2019.
Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray’s anatomy for students. 4th ed. Philadelphia: Elsevier; 2020
Jaras Pendengaran
Nervus cochlearis

Cochlear nuclei di medulla oblongata

Nucleus olivarius superior

Colliculus inferior di midbrain

Nucleus geniculatum medius di talamus

Korteks auditori lobus temporal

Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray’s anatomy for students. 4th ed. Philadelphia: Elsevier; 2020
Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology: a step-by-step learning guide. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2018
Fisiologi Keseimbangan
Apparatus vestibular:
• Organ otolith (sakula & utrikula) → akselerasi linear
• Kanalis semisirkularis → akselerasi rotasi

• Reseptor sensoris pada KSS: krista ampularis


• Reseptor sensoris organ otolith: makula

• KSS posterior: “memiringkan kepala ke arah


bahu”
• KSS superior: “menganggukkan kepala”
• KSS horizontal: “menggelengkan kepala”
Sherwood L, Ward C. Human physiology: from cells to systems. 4th ed. Toronto: Nelson Education; 2019.
Silverthorn DU. Human physiology: an integrated approach. 6th ed. Boston: Pearson; 2013
Fisiologi Keseimbangan

Sherwood L, Ward C. Human physiology: from cells to systems. 4th ed. Toronto: Nelson Education; 2019.
Silverthorn DU. Human physiology: an integrated approach. 6th ed. Boston: Pearson; 2013
Anamnesis THT
& Pemeriksaan
Telinga
Anamnesis THT
Keluhan THT

Telinga • Demam
• Penurunan BB
• Pendengaran berkurang • Komplikasi intrakranial
• Otorea
• Otalgia RPD, RPK
• Vertigo/gangguan keseimbangan
• Penyakit THT sebelumnya
Hidung • Obat-obatan
• Riwayat trauma
• Hidung tersumbat • Riwayat keganasan
• Rinorrhea • Riwayat alergi/atopi
• Nyeri wajah • Metabolik/imunologis: HT, DM, HIV

Riwayat Sosial
Tenggorok
• Merokok
• Nyeri tenggorokan • Kebiasaan membersihkan
• Nyeri & sulit menelan (odinofagia & disfagia) telinga dengan cotton bud
• Rasa mengganjal (sense of lump)
PF THT
PF TELINGA
Alat:
• Lampu kepala
• Otoskop 1. Inspeksi aurikula &
• Penlight retroaurikula
• Garpu tala 512 Hz • Ukuran → normotia, mikrotia,
• Spekulum hidung makrotia
• Spatula lidah • Deformitas
• Kapas lidi (bila perlu melakukan swab • Benjolan
tenggorok) • Ulkus
• Kaca laring • Tanda peradangan
• Kaca nasofaring • Sikatriks
• Bekas operasi
• Sinus & fistula
Pasien duduk berhadapan dengan
dokter, posisi badan pasien condong 2. Palpasi aurikula &
sedikit ke depan & kepala lebih tinggi retroaurikula
sedikit dari kepala pemeriksa
• Nyeri tekan tragus
• Nyeri tekan mastoid
Bansal M. Diseases of Ear, Nose, and Throat. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2013.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018
Bickley LS. Bates’ guide to physical examination and history taking. 12th ed. Wolters Kluwers: Philadelphia; 2017
PF Telinga
Tarik pinna ke arah
posterosuperior (dewasa) atau
3. Inspeksi Liang posterior (anak) → membuat 4. Inspeksi Membran Timpani
Telinga liang telinga lurus

• Hiperemis, kebiruan, putih


• Retraksi
• Pemeriksaan dengan • Bulging
inspeksi langsung & • Perforasi → ukuran, bentuk, jumlah,
otoskop letak (sentral/marginal/attic) Membran timpani normal
• Lapang/sempit/atresia • Sekret, darah
• Isi liang telinga → serumen, • Refleks cahaya → telinga kanan jam
secret, jaringan granulasi, 5, telinga kiri jam 7
polip, benda asing • Pergerakan membran timpani →
• Bengkak, furunkel menilai fungsi tuba
• Manuver Valsalva
• Manuver Toynbee
• Otoskop dipegang seperti memegang pensil
• Pegang otoskop dengan tangan kanan u/
memeriksa telinga kanan, dan pegang
dengan tangan kiri saat memeriiksa telinga
kiri
• Stabilkan otoskop dengan meletakkan jari
kelingking pada pipi pasien

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology: a step-by-step learning guide. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2018
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018
Bansal M. Diseases of Ear, Nose, and Throat. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2013.
PF Telinga – Uji Penala
• Garpu tala 512 Hz → frekuensi yang tidak terpengaruh lingkungan yang bising Rinne Weber Schwabach
• Getarkan garputala dengan jari; atau ketuk pada siku/lutut pemeriksa
Tidak ada Sama dengan
Normal Rinne (+)
lateralisasi pemeriksa
Rinne Weber Schwabach
Lateralisasi ke
• Membandingkan air • Membandingkan BC 2 • Membandingkan BC Tuli Konduktif Rinne (-) Memanjang
telinga sakit
conduction (AC) & bone telinga secara pasien dengan
conduction (BC) di 1 bersamaan pemeriksa (yang
Tuli Lateralisasi ke
telinga • Letakkan penala pada dianggap normal) Rinne (+) Memendek
Sensorineural telinga sehat
• Letakkan kaki garputala sumbu tengah tubuh → • Letakkan garputala
pada mastoid selama 2- vertex, dahi, pangkal pada mastoid pasien →
3 detik → saat pasien hidung, gigi seri atas, saat pasien tidak
tidak mendengar suara, dagu mendengar bunyi,
pindahkan ke depan • Tanyakan pasien dapat pindahkan penala ke
liang telinga selama 2-3 mendengar bunyi mastoid pemeriksa
detik dengan lebih jelas di sisi • Konfirmasi hasil dengan
• Rinne (+): bunyi di mana? → Sama saja / melakukan pemeriksaan
depan liang telinga Lateralisasi ke salah kembali pada pemeriksa
masih terdengar → AC satu telinga → saat pemeriksa tidak
> BC mendengar bunyi,
• Rinne (-): bunyi di pindahkan penala ke
depan liang telinga mastoid pasien
tidak terdengar → AC <
BC

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018
Ludman H, Bradley PJ, editors. ABC of ear, nose and throat. 6th ed. Chichester: Wiley-Blackwell; 2013
Audiometri Nada Murni
• Mengetahui intensitas ambang SIMBOL AUDIOMETRI:
pendengaran pada berbagai frekuensi
tertentu (500, 1000, 2000, 4000 Hz), baik AC BC

melalui air conduction & bone conduction


Unmasked Masked Unmasked Masked
• Suara AC dihantarkan melalui headphone;
BC dihantarkan melalui transducer di AD O △ < [
belakang pinna
• Dapat diberikan “masking” / pemberian AS X □ > ]
bising pada telinga yang sedang tidak
diperiksa → untuk menghindari bunyi yang • Hantaran udara di berbagai frekuensi dihubungkan garis lurus
• Hantaran tulang di berbagai frekuensi dihubungkan garis putus-
dihantarkan melalui tengkorak putus

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018
Audiometri Nada Murni
Derajat Gangguan Pendengaran:
Rata-Rata Intensitas
Derajat Keparahan
(dB)
0-25 Normal
Menentukan derajat
26-40 Ringan
keparahan berdasarkan
41-55 Sedang rata-rata intensitas AC
56-70 Sedang-berat pada 4 frekuensi

71-90 Berat
>90 Sangat berat (profound)

Tuli konduktif Tuli sensorineural


• AC > 25 dB • AC > 25 dB
• BC < 25 dB • BC > 25 dB
• Terdapat air-bone gap (>10 • Tidak ada air-bone gap
dB pada 1 oktaf / 2
frekuensi berurutan)
Tuli campur
• AC > 25 dB
• BC > 25 dB
• Terdapat air-bone gap (>10
dB pada 1 oktaf / 2
frekuensi berurutan)

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018
No. 1
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan keluhan nyeri
telinga kanan sejak 3 hari yang lalu. Dikeluhkan juga penurunan pendengaran pada telinga kanannya.
Pasien menderita batuk dan pilek sejak 2 minggu yang lalu namun pasien tidak berobat dan telah sembuh
sendiri. Pemeriksaan tanda vital didapatkan anak tampak gelisah, suhu mencapai 39,7oC. Pada otoskopi
telinga kanan didapatkan gambar membran timpani hiperemis dan bulging. Apabila dilakukan tes penala,
maka hasil yang didapatkan adalah…

A. Rinne -/+, Weber lateralisasi ke telinga kiri, Schwabach telinga kanan memendek
B. Rinne +/-, Weber lateralisasi ke telinga kanan, Schwabach telinga kanan memanjang
C. Rinne -/+, Weber lateralisasi ke telinga kanan, Schwabach telinga kanan memendek
D. Rinne -/+, Weber lateralisasi ke telinga kanan, Schwabach telinga kanan memanjang
E. Rinne -/-, Weber lateralisasi ke telinga kanan, Schwabach telinga kanan memanjan
No. 1
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan keluhan nyeri
telinga kanan sejak 3 hari yang lalu. Dikeluhkan juga penurunan pendengaran pada telinga kanannya.
Pasien menderita batuk dan pilek sejak 2 minggu yang lalu namun pasien tidak berobat dan telah sembuh
sendiri. Pemeriksaan tanda vital didapatkan anak tampak gelisah, suhu mencapai 39,7oC. Pada otoskopi
telinga kanan didapatkan gambar membran timpani hiperemis dan bulging. Apabila dilakukan tes penala,
maka hasil yang didapatkan adalah…

A. Rinne -/+, Weber lateralisasi ke telinga kiri, Schwabach telinga kanan memendek
B. Rinne +/-, Weber lateralisasi ke telinga kanan, Schwabach telinga kanan memanjang
C. Rinne -/+, Weber lateralisasi ke telinga kanan, Schwabach telinga kanan memendek
D. Rinne -/+, Weber lateralisasi ke telinga kanan, Schwabach telinga kanan memanjang
E. Rinne -/-, Weber lateralisasi ke telinga kanan, Schwabach telinga kanan memanjan
No. 2
Seorang balita usia 12 bulan dibawa ibunya ke tempat praktik dokter spesialis anak dengan keluhan
bahwa anaknya belum bisa mengoceh atau meniru bunyi. Lahir cukup bulan langsung menangis dan
tanpa penyulit. Saat usia 3 bulan pernah terdiagnosis meningitis. Pada pemeriksaan fisik tak tampak
kelainan. Pemeriksaan pendengaran yang dapat dilakukan untuk menilai fungsi koklea secara objektif
adalah

A. Behavioral Observation Audiometry


B. Stenger test
C. Audiometri nada murni
D. Brainstem Evoked Response Audiometry
E. Otoacoustic Emission
No. 2
Seorang balita usia 12 bulan dibawa ibunya ke tempat praktik dokter spesialis anak dengan keluhan
bahwa anaknya belum bisa mengoceh atau meniru bunyi. Lahir cukup bulan langsung menangis dan
tanpa penyulit. Saat usia 3 bulan pernah terdiagnosis meningitis. Pada pemeriksaan fisik tak tampak
kelainan. Pemeriksaan pendengaran yang dapat dilakukan untuk menilai fungsi koklea secara objektif
adalah

A. Behavioral Observation Audiometry


B. Stenger test
C. Audiometri nada murni
D. Brainstem Evoked Response Audiometry
E. Otoacoustic Emission
Penalaran
Klinis Telinga
Outline
Pendengaran Berkurang Otorea

Otalgia Gangguan Keseimbangan


Pendengaran Berkurang

Anamnesis Diagnosis PF dan PP


NOISE-INDUCED HEARING LOSS (NIHL)

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pendengaran Berkurang
TULI KONDUKTIF TULI SENSORINEURAL

Usia Anak-anak atau dewasa muda Paruh baya, usia lanjut

• Patologi telinga luar: impaksi serumen, OE,


Penyakit Meniere, Presbikusis, Noise-induced hearing loss,
benda asing
Etiologi Infeksi telinga dalam, Neuroma akustik / vestibular
• Patologi membrane timpani & telinga tengah:
schwannoma
otitis media, barotrauma
• Pendengaran memburuk di lingkungan bising
• Pendengaran membaik di lingkungan bising • Saat berbicara suaranya lebih keras
Gejala klinis • Volume suara saat berbicara normal • Tuli pada frekuensi tinggi → distorsi suara
• Suara tidak terdistorsi • Gejala tambahan: tinnitus

Rinne Rinne - Rinne +

Weber Lateralisasi ke telinga sakit Lateralisasi ke telinga sehat

Schawabach Memanjang Memendek

Air conduction >25 dB, bone conduction <25 dB, Air conduction >25 dB, bone conduction >25 dB, air
Audiometri
terdapat air-bone gap conduction > bone conduction, tidak ada air-bone gap
Otorea

Anamnesis Diagnosis PF dan PP


Otalgia

Anamnesis Diagnosis PF dan PP


Kelainan Liang Telinga AKUT
Otitis Eksterna Otitis Eksterna Diffuse Otitis Eksterna Maligna
Sirkumskripta (SKDI 2)
- ⅓ liang telinga luar - ⅔ liang telinga dalam-seluruh - Seluruh liang terkena
- Membran Timpani (MT) liang (hingga osteomyelitis)
terlihat - Membran Timpani (MT) tidak - Membran Timpani (MT)
- Furunkel terlihat tidak terlihat
- Liang telinga edema - Faktor risiko : Orang tua
dengan DM (pH serumen
lebih tinggi,
mikroangiopati,
immunocompromised)
Etiologi penyebab: S.aureus, S. Etiologi penyebab: Pseudomonas sp. Etiologi penyebab:
albus Pseudomonas sp.

Tanda & Gejala : Tanda & Gejala : Tanda & Gejala :


- Nyeri hebat - Nyeri tekan tragus - Rasa gatal diikuti nyeri
- Ada furunkel/bisul - Liang telinga sempit (semakin lama semakin
- Ada sekret berbau hebat)
- Liang telinga tertutup jar.
granulasi
Paralysis nervus (-) Paralysis nervus (-) Paralysis nervus (+)

- Antibiotik salep seperti - Tampon yang mengandung - Antibiotik (Ciprofloxacin 400


Polimyxin, Bacitracin, antibiotik (campuran polimyxin mg IV/8 jam ; 750 mg PO/2
Gentamicin 0,1% B, neomycin, hidrokortison, dan jam)
- Dioleskan selama 7 hari anastesi topikal) 2 hari, lanjut - Debridement
antibiotic tetes telinga selama 7
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok
kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
hari
2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Stuttgart: Thieme; 2006.
Otomikosis
Tanda & Gejala :

• Gatal
• Otalgia
• Otorrhea
• Pendengaran berkurang (tuli konduktif)

Faktor Risiko :
Aspergillus niger → Newspaper
appearance
• Berenang dan olahraga air lainnya
• Imun rendah
• Penggunaan steroid jangka panjang

Tatalaksana :

• Untuk Candida sp : Nistatin


• Untuk Aspergillus sp : Miconazole
• Pemberian Asam Asetat 2% dalam alkohol → memiliki sifat keratolitik

Candida sp → Cotton wool


Anwar K, Gohar MS. Otomycosis; clinical features, predisposing factors and treatment implications. Pak J Med Sci. 2014;30(3):564-567. doi:10.12669/pjms.303.4106 appearance
Serumen Prop
Tanda & Gejala:
Conductive hearing loss (CHL)
• Penurunan pendengaran setelah
berenang

Telinga terasa penuh

Batuk-batuk

Macam-macam Serumen dan Tatalaksana:


Serumen yang terdorong Serumen yang tidak
Serumen lembek Serumen keras
ke dalam liang telinga dapat dikeluarkan
• bersihkan dengan • menggunakan cerumen • terdorong jauh • Lunakkan dengan
kapas pada cotton hook/scoop sehingga perlu irigasi carbogliserin 10% 3 dd
applicator dengan air hangat (KI : gtt III-V (selama 3 hari
MT perforasi) lalu evaluasi kembali)

Sevy JO, Singh A. Cerumen Impaction Removal. [Updated 2020 Dec 23]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448155/
Corpus Alienum Telinga
Benda asing pada liang telinga
Etiologi: Tatalaksana:

• Benda mati, hidup, binatang • Benda hidup : Matikan serangga


• Bagian tumbuhan (biji-bijian) dahulu, tetesi telinga dengan
• Kapas minyak/gliserin/NaCl hangat/
akuades selama 10 menit.
• Manik-manik
Gunakan forsep/hook/pinset /
• Batu atau kerikil Irigasi telinga
• Benda mati: forceps
alligator/irigasi/suction/hook.
• Baterai → hindari irigasi
• Benda bulat → hook

Lotterman S, Sohal M. Ear Foreign Body Removal. [Updated 2021 Jan 30]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459136/
Otitis Media dan Otitis Media Efusi

Onset Otitis media

AKUT SUBAKUT KRONIK


< 3 minggu 3 minggu - 2 bulan >2 bulan Non supuratif Supuratif

Patogenesis dan Patofisiologi


Akut otitis
Akut
media akut
barotrauma
(OMA)

Kronis otitis
Kronis otitis
media supuratif
media efusi
kronis (OMSK)

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Searight FT, Singh R, Peterson DC. Otitis Media With Effusion. [Updated 2020 Aug 30]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538293/
Otitis Media Akut
1. Stadium Oklusi 2. Stadium Hiperemis (Pre-Supurasi)

• Fungsi tuba Eustachius terganggu • Bakteri patogen mulai masuk sehingga


• Tanda & Gejala: menimbulkan peradangan pada telinga
Penurunan pendengaran, telinga tengah
terasa penuh, MT retraksi dan • Tanda & Gejala:
tampak suram, TIDAK DISERTAI Demam tinggi, MT tampak hiperemis
DEMAM disertai edema, kongesti, sekret
• Tatalaksana: (biasanya bersifat eksudat)
Tetes hidung dengan HCl Efedrin • Tatalaksana :
0,5-1% atau Oksimetazolin 0,025- Antibiotik selama 7 hari → Ampicilin
0,05% (2 dd puff II hidung kanan kiri) 4x500 mg, Amoxicilin 3x500 mg,
Eritromisin 4x500 mg (pada anak-anak
dosis disesuaikan), dekongestan, tx
suportif demam

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Danishyar A, Ashurst JV. Acute Otitis Media. [Updated 2021 Mar 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/
3. Hayashi T, Kitamura K, Hashimoto S, Hotomi M, Kojima H, Kudo F et al. Clinical practice guidelines for the diagnosis and management of acute otitis media in children—2018 update. Auris Nasus Larynx. 2020;47(4):493-526.
Otitis Media Akut
3. Stadium Supurasi

• Tanda & Gejala : terdapat PUS di telinga tengah, GEJALA MEMBERAT, nyeri
telinga hebat, demam tinggi, MT bulging dan hiperemis.
• Tatalaksana : Insisi membran timpani (miringotomi) dan antibiotik

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Danishyar A, Ashurst JV. Acute Otitis Media. [Updated 2021 Mar 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/
3. Hayashi T, Kitamura K, Hashimoto S, Hotomi M, Kojima H, Kudo F et al. Clinical practice guidelines for the diagnosis and management of acute otitis media in children—2018 update. Auris Nasus Larynx. 2020;47(4):493-526.
Otitis Media Akut
4. Stadium Perforasi
• Peningkatan tekanan → MT ruptur
• Tanda & Gejala : Nyeri telinga dan demam berkurang, tampak perforasi, ada cairan
keluar dari telinga
• Tatalaksana : Cuci telinga dengan H2O2 3% selama 3-5 hari, pemberian Antibiotik
seperti tetes telinga Ofloxacin 0,3% selama 7 hari (tidak bersifat ototoksik) + antibiotik
oral 7 hari

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Danishyar A, Ashurst JV. Acute Otitis Media. [Updated 2021 Mar 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/
3. Hayashi T, Kitamura K, Hashimoto S, Hotomi M, Kojima H, Kudo F et al. Clinical practice guidelines for the diagnosis and management of acute otitis media in children—2018 update. Auris Nasus Larynx. 2020;47(4):493-526.
Otitis Media Akut
5. Stadium Resolusi

• Cairan yang keluar sudah mulai berkurang


• Terjadi conductive hearing loss (CHL) → penurunan pendengaran
• Perforasi mulai menutup → Tatalaksana hanya observasi

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Danishyar A, Ashurst JV. Acute Otitis Media. [Updated 2021 Mar 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/
3. Hayashi T, Kitamura K, Hashimoto S, Hotomi M, Kojima H, Kudo F et al. Clinical practice guidelines for the diagnosis and management of acute otitis media in children—2018 update. Auris Nasus Larynx. 2020;47(4):493-526.
Otitis Media Supuratif Kronik
Fase lanjutan dari otitis media akut (OMA)
Etiologi: aerob (Pseudomonas sp, S. aureus, dan S. epidermidis) dan anaerob (Porphyromonas, Prevotella)

Tipe Aman/Benign/Mukosa Tipe Bahaya/Maligna/Tulang


Perforasi Sentral marginal atau attic
Sekret/Discharge - Sekret aktif atau tenang, - Kontinyu,
- Sebatas mukosa, - Purulen,
- Mukopurulen/purulen, - Warna kekuningan/kehijauan/
- Putih atau kekuningan kecoklatan
Tuli CHL ringan-sedang CHL atau mix, ringan-berat
Kolesteatoma Jarang Sering dan hampir selalu ada

Komplikasi Jarang Sering

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Chronic Suppurative Otitis Media: Practice Essentials, Anatomy, Pathophysiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2021 [cited 8 July 2021]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/859501-overview
Otitis Media Supuratif Kronik
Tatalaksana OMSK
OMSK Tipe Aman/Benign/Mukosa OMSK Tipe
Bahaya/Maligna/Tulang
Sekret tipe aktif : Pembedahan
- Toilet aural dengan H2O2 3% - Mastoidektomi
(selama 3-5 hari) dengan/tanpa
- Antibiotik ear drops non- timpanoplasty
ototoksik (selama 1 minggu)
- Antibiotik oral (Penisilin,
Ampisilin, Eritromisin)
Sekret tipe tenang :
- Watchful waiting
- Evaluasi dan observasi selama
2 bulan
- Indikasi
miringoplasty/timpanoplasty
→ apabila MT tidak menutup

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Chronic Suppurative Otitis Media: Practice Essentials, Anatomy, Pathophysiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2021 [cited 8 July 2021]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/859501-overview
Otitis Media Supuratif Kronik
Komplikasi
Intratemporal Ekstratemporal Intra kranial

• Perforasi membrane timpani • Abses subperiosteal • Abses otak


• Mastoiditis akut • Tromboflebitis
• Petrositis • Empiema subdura
• Labirinitis
• Paresis n. Fasialis

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Danishyar A, Ashurst JV. Acute Otitis Media. [Updated 2021 Mar 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/
3. Hayashi T, Kitamura K, Hashimoto S, Hotomi M, Kojima H, Kudo F et al. Clinical practice guidelines for the diagnosis and management of acute otitis media in children—2018 update. Auris Nasus Larynx. 2020;47(4):493-526.
Otitis Media Supuratif Kronik
Komplikasi

Abses di tulang temporal → Luc’s abcess


Abses di parietal → Citelli’s Abcess
Abses di retro aurikula → Subperiosteal
Otitis Media Efusi
Otitis Media Efusi: Etiologi: Tatalaksana :

• Kondisi adanya cairan • ISPA, obstruksi tuba • Sesuai etiologi


pada telinga bagian kronik, fungsi tuba yang • Rujuk → miringotomi &
tengah tanpa disertai tidak baik (alergi), pemasangan pipa
tanda & gejala infeksi sequele dari otitis media Grommet
akut. akut.
“Glue Ear”

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Searight FT, Singh R, Peterson DC. Otitis Media With Effusion. [Updated 2020 Aug 30]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538293/
No. 3
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan keluhan
nyeri telinga kiri sejak 3 hari yang lalu. Pasien menderita batuk dan pilek sejak 1 minggu yang lalu
namun pasien tidak berobat. Pemeriksaan tanda vital didapatkan anak tampak gelisah, suhu mencapai
39,7oC. Pada otoskopi telinga kiri didapatkan gambar seperti berikut.
Diagnosis pasien pada kasus diatas adalah

A. Otitits media akut stadium oklusi


B. Otitis media akut stadium hiperemis
C. Otitis media akut stadium supuratif
D. Otitis media akut stadium perforatif
E. Otitis media akut stadium resolusi
No. 3
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan keluhan
nyeri telinga kiri sejak 3 hari yang lalu. Pasien menderita batuk dan pilek sejak 1 minggu yang lalu
namun pasien tidak berobat. Pemeriksaan tanda vital didapatkan anak tampak gelisah, suhu mencapai
39,7oC. Pada otoskopi telinga kiri didapatkan gambar seperti berikut.
Diagnosis pasien pada kasus diatas adalah

A. Otitits media akut stadium oklusi


B. Otitis media akut stadium hiperemis
C. Otitis media akut stadium supuratif
D. Otitis media akut stadium perforatif
E. Otitis media akut stadium resolusi
No. 4
Seorang laki-laki, 30 thn datang ke dokter mengeluh pendengarannya berkurang tibatiba setelah
mendengar ledakan di pabrik petasan. pasien merupakan salah satu karyawan di pabrik sekalgius
korban dari ledakan petasan tersebut. Sebelum ledakan pendengaran pasien tidak ada masalah.
Riwayat nyeri keluar cairan dari telinga disangkal. Pasien bekerja sebagai sekretaris di pabrik
tersebut.dan tidak ada riwayat paparan suara keras dalam jangka waktu panjang. Pada pemeriksaan
fisik, kanalis akustikus dan membran timpani dalam batas normal. Diagnosis yang sesuai pada kasus
tersebut adalah

A. sudden sensorineural hearing loss


B. presbiakusis
C. noise induced hearing loss
D. trauma akustik
E. otosklerosis
No. 4
Seorang laki-laki, 30 thn datang ke dokter mengeluh pendengarannya berkurang tibatiba setelah
mendengar ledakan di pabrik petasan. pasien merupakan salah satu karyawan di pabrik sekalgius
korban dari ledakan petasan tersebut. Sebelum ledakan pendengaran pasien tidak ada masalah.
Riwayat nyeri keluar cairan dari telinga disangkal. Pasien bekerja sebagai sekretaris di pabrik
tersebut.dan tidak ada riwayat paparan suara keras dalam jangka waktu panjang. Pada pemeriksaan
fisik, kanalis akustikus dan membran timpani dalam batas normal. Diagnosis yang sesuai pada kasus
tersebut adalah

A. sudden sensorineural hearing loss


B. presbiakusis
C. noise induced hearing loss
D. trauma akustik
E. otosklerosis
No. 5
Seorang pria usia 50 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri pada daun telinga kiri disertai
mulut mencong sejak 5 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat DM. Pada pemeriksaan otoskopi telinga
kiri didapatkan kanalis akustikus eksternus edema. Nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+). Pada
pasien juga didapatkan paresis N. VII sinistra. Diagnosis yang dan penyebab tersering yang tepat untuk
pasien tersebut adalah

a. Otitis eskterna sirkumskripta, Staphylococcus aureus


b. Otitis eksterna difus, Pseudomonas Sp
c. Herpes zoster otikus, VZV
d. Otitis media supuratif kronis, Candica albicans
e. Otitis eksterna maligna, Pseudomonas Aeruginosa
No. 5
Seorang pria usia 50 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri pada daun telinga kiri disertai
mulut mencong sejak 5 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat DM. Pada pemeriksaan otoskopi telinga
kiri didapatkan kanalis akustikus eksternus edema. Nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+). Pada
pasien juga didapatkan paresis N. VII sinistra. Diagnosis yang dan penyebab tersering yang tepat untuk
pasien tersebut adalah

a. Otitis eskterna sirkumskripta, Staphylococcus aureus


b. Otitis eksterna difus, Pseudomonas Sp
c. Herpes zoster otikus, VZV
d. Otitis media supuratif kronis, Candica albicans
e. Otitis eksterna maligna, Pseudomonas Aeruginosa
No. 6

Anak perempuan, 3 tahun, dibawa ibunya karena rewel dengan demam sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
disertai dengan batuk pilek. Anak juga terlihat sering menarik telinga kanannya. Dari pemeriksaan,
didapatkan suhu 38.5 C dan membran timpani hiperemis. Apakah diagnosis dan tatalaksana yang
tepat pada kasus ini

A. Otitis media akut fase oklusi - tetes hidung ephedrin 0.5%


B. Otitis media akut fase presupurasi - antibiotik dan analgetik
C. Otitis media akut fase supurasi - miringotomi
D. Otitis media akut fase presupurasi - tetes hidung ephedrin 0.5%
E. Otitis media akut fase supurasi - cuci telinga H2O2 3%
No. 6

Anak perempuan, 3 tahun, dibawa ibunya karena rewel dengan demam sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
disertai dengan batuk pilek. Anak juga terlihat sering menarik telinga kanannya. Dari pemeriksaan,
didapatkan suhu 38.5 C dan membran timpani hiperemis. Apakah diagnosis dan tatalaksana yang
tepat pada kasus ini

A. Otitis media akut fase oklusi - tetes hidung ephedrin 0.5%


B. Otitis media akut fase presupurasi - antibiotik dan analgetik
C. Otitis media akut fase supurasi - miringotomi
D. Otitis media akut fase presupurasi - tetes hidung ephedrin 0.5%
E. Otitis media akut fase supurasi - cuci telinga H2O2 3%
Gangguan Keseimbangan

Anamnesis Diagnosis PF dan PP


Gangguan Keseimbangan
Vertigo Sentral dan Perifer
Dizziness
Perifer Sentral
Onset Mendadak Gradual atau mendadak

Vertigo Presinkop Disequilibrium Lightheadedness Gejala Severe Mild, subtle

• Perasaan • Faintness • Perasaan • Seperti Nistagmus Unidirectional, horisontal Vertical (adalah sebuah red
berputar (persaan ingin ketidakseimban berenang / (biasanya, terkadang flag), multidirectionl /
pingsan / gan anggota mengambang rotatory) downbeating
hilang gerak bawah • Bergoyang
kesadaran) • Perbaikan Pengaruh posisi kepala (e.g. Diperparah posisi tertentu, Tidak membaik /
dengan duduk Dix-Hallpike Maneuver) dicetuskan denagan Dix- memburuk dengan
Hallpike perubahan posisi

Gejala tambahan Mual muntah Biasanya bersamaan gejala


Dapat disertai tinnitus. neurologis lain
Tidak ada gejala neurologis
lain

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Stuttgart: Thieme; 2006.
BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)

Pemicu → Perubahan posisi kepala (berbaring, miring pada posisi supine)

Diagnosis : Pemeriksaan Dix Hallpike

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. DG Balatsouras.[Internet]. 2021 [cited 8 July 2021]. Available from: https://www.researchgate.net/figure/Diagnostic-test-characteristics-and-treatment-of-BPPv-types_tbl1_328734872
BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)

Terapi Simtomatik
Antikolinergik :
• Atropin sulfat 0,4 mg IM
• Scopolamin 0,6 mg IV (ulang tiap 3 jam)
Antihistamin :
• Diphenhidramine 1,5 mg IM/oral (ulang tiap 2 jam)
• Dimenhidrinate 50-100 mg per 6 jam
• Betahistine mesylate 3 x 12 mg
Repositioning maneuvers → Brandt Daroff exercise, Epley, dan Semont.
Observasi dan Evaluasi

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Brandt Daroff Maneuver

3 x 5 (selama 2 minggu)

8. Brandt-Daroff Exercise for Vertigo | Michigan Medicine [Internet]. Uofmhealth.org. 2021 [cited 9 July 2021]. Available from: https://www.uofmhealth.org/health-library/hw205649
Epley Maneuver

1. Epley maneuver. [Internet]. 2021 [cited 8 July 2021]. Available from: https://www.researchgate.net/figure/Diagnostic-test-characteristics-and-treatment-of-BPPv-types_tbl1_328734872
Semont Maneuver

SAMONT MANEUVER - SAMARPAN PHYSIOTHERAPY CLINIC AHMEDABAD [Internet]. SAMARPAN PHYSIOTHERAPY CLINIC AHMEDABAD. 2021 [cited 9 July 2021]. Available from: https://samarpanphysioclinic.com/2019/10/14/samont-maneuver/
Meniere’s Disease
Etiologi : Hidrops endolymph pada koklea dan vestibulum

Gejala dan Tanda

TRIAS MENIERE (TTV)


Vertigo (periodik tapi paling berat saat serangan pertama dan selanjutnya
semakin menurun)

Tinnitus
Tuli Sensorineural (Low pitch)

Pemeriksaan Penunjang → Lakukan Tes Gliserin

Tatalaksana :

• Simtomatik sesuai etiologi vertigo


• Obat diuretik
• Atur konsumsi diet → rendah garam

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Stuttgart: Thieme; 2006.
Vestibular Neuritis dan Labirintitis
Tanda dan Gejala Vestibular Labirintitis
neuritis
Vertigo onset mendadak & ✓ ✓
nausea sekitar 1–4 hari
Dipicu infeksi virus / bakteri ✓ ✓
Hilangnya / turunnya fungsi ✗ ✓
pendengaran pada 1 sisi
Dizziness atau ✓ ✓
ketidakseimbangan untuk
minggu –bulan
Serangan vertigo sering ✗ ✗
berulang

Manifestasi Klinis:
Benign, self limiting
Kemungkinan disebabkan inflamasi / postinflamasi CN VIII vestibularis viral
Nistagmus (unilateral, horisontal, berkurang dengan fiksasi)
Head thrust (+)

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
No. 7
Seorang perempuan 20 thn, datang ke klinik dengan keluhan pusing berputar yang memberat sejak
kemarin. Pusing tidak dipengaruhi perubahan posisi, terasa seperti isi ruangan berputar. Keluhan lain
yang juga menyertai adalah sensasi berdenging disertai penurunan pendengaran telinga kiri. Pasien
sebelumnya memiliki riwayat batuk pilek namun sudah sembuh dengan sendirinya. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pada otoskopi telinga kiri, ditemukan membrane
timpani intak, kolesteatoma negatif. Tidak didapatkan deficit neurologis, Diagnosis yang sesuai adalah

A. Neuritis vestibular
B. Otitis media supuratif kronik
C. Penyakit meniere
D. Labirintitis
E. Vertigo sentral
No. 7
Seorang perempuan 20 thn, datang ke klinik dengan keluhan pusing berputar yang memberat sejak
kemarin. Pusing tidak dipengaruhi perubahan posisi, terasa seperti isi ruangan berputar. Keluhan lain
yang juga menyertai adalah sensasi berdenging disertai penurunan pendengaran telinga kiri. Pasien
sebelumnya memiliki riwayat batuk pilek namun sudah sembuh dengan sendirinya. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pada otoskopi telinga kiri, ditemukan membrane
timpani intak, kolesteatoma negatif. Tidak didapatkan deficit neurologis, Diagnosis yang sesuai adalah

A. Neuritis vestibular
B. Otitis media supuratif kronik
C. Penyakit meniere
D. Labirintitis
E. Vertigo sentral
No. 8
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 hari yang lalu.
Bila muncul, keluhan dirasakan sekitar 2 menit dengan intensitas berat. Keluhan disertai mual dan
muntah sebanyak 3x. Keluhan dipicu oleh pergerakan kepala. Keluhan telinga berdenging
disangkal. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu
36,6 C, RR 20x/menit. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah...

A. Vertigo servikal
B. Vertigo paroksismal laten
C. BPPV
D. Hipotensi ortostatik
E. Meniere’s disease
No. 8
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 hari yang lalu.
Bila muncul, keluhan dirasakan sekitar 2 menit dengan intensitas berat. Keluhan disertai mual dan
muntah sebanyak 3x. Keluhan dipicu oleh pergerakan kepala. Keluhan telinga berdenging
disangkal. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu
36,6 C, RR 20x/menit. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah...

A. Vertigo servikal
B. Vertigo paroksismal laten
C. BPPV
D. Hipotensi ortostatik
E. Meniere’s disease

Anda mungkin juga menyukai