Ab015 Geologi Struktur
Ab015 Geologi Struktur
Kumpulan edaran Praktikum Geologi Struktur ini disusun dengan tujuan sebagai pegangan
dalam pelaksanaan Praktikum Geologi Struktur di Program Studi Teknik Geologi, Jurusan
Teknik, Fakultas Sains dan Teknik – UNSOED.
Format tugas pada kumpulan ini diusahakan lebih fleksibel mengingat berdasarkan
pengalaman pelaksanaan praktikum, jika jenis soal dan foto sama dari tahun ke tahun, maka
terdapat gejala pencontekan tugas dan laporan-laporan tahun sebelumnya.
Silabus praktikum disusun tidak bersifat mutlak untuk tiap tahun, tetapi pada umumnya
urutan-urutan topik tidak bergeser dari garis besar silabus tersebut. Pada modul ini disertakan
pula diagram, foto, tabel yang dapat membantu penjelasan.
Terakhir, saran dan kritik untuk penyempurnaan kumpulan inin akan sangat berguna untuk
pembuatan kumpulan modul Praktikum Geologi Struktur yang lebih baik.
Penyusun,
Asisten Praktikum
Tata tertib dalam mengikuti Praktikum Geologi Struktur adalah sebagai berikut :
KOMPAS
1.3 Pendahuluan
Dalam geologi, Kompas merupakan alat yang sangat vital, kompas geologi merupakan
alat yang tidak dapat digantikan oleh alat apapun, karena selain dapat menunjukan arah utara,
kompas geologi juga dapat digunakan untuk hal-hal lainnya, seperti; Mengukur struktur
bidang dan struktur garis, mengukur beda ketinggian, dan banyak lagi. Kompas geologi di
bedakan menjadi kompas azimuth dan kuadran.
Kompas Geologi memiliki bagian-bagian tertentu seperti pada gambar 2.1, bagian-
bagian tersebut memiliki fungsi dan perannya masing-masing, bagian-bagian utama dari
kompas geologi antara lain :
1. Jarum kompas/magnet, kedua ujung dari jarum kompas selalu menunjuk ke arah kutub
utara dan kutub selatan magnetik bumi.
2. Lingkaran pembagian derajat, pembagian derajat yang dikenal ada dua yaitu kompas
azimuth dan kompas kwardan.
3. Klinometer, merupakan rangkaian alat yang gunanya untuk mengukur besarnya
kemiringan bidang.
4. Bull’s eye level (mata sapi), nivo bulat pengukur horizontal kompas.
5. Klinometer level, sama seperti mata sapi namun bentuknya berupa tabung.
6. Kompas needle, merupakan jarum kompas penunjuk arah utara selatan kutub magnet
Dalam konvensi azimuth, jurus harus selalu dituliskan dengan tiga digit angka
dankemiringan harus selalu dituliskan dengan dua digit angka ditambah dengan arah
kemiringan. Banyak ahli geologi menggunakan sistem yang lebih cepat untuk dituliskan, dan
sistem ini dikenal sebagai aturan tangan kanan (right-hand rule). Jika kita mengikuti aturan
tangan kanan (Gambar 2.3.a), kita harus memilih arah jurus sehingga, jika kita menghadap
pada arah jurus tersebut, struktur bidang miring ke arah kanan dari hadapan kita.
(a) (b)
Pada hakikatnya mengukur jurus dan kemiringan pada bidang yang hampir datar (ialah
bidang yang kemiringannya kurang dari 15º) sama dengan mengukur jurus dan kemiringan
pada umumnya. Hanya saja masalah yang terjadi adalah kita sulit menentukan kemana arah
kemiringan tersebut dikarenakan keadaan bidangnya yang hampir datar, dengan begitu secara
otomatis jika kita menggunakan aturan tangan kanan maka kita akan sulit menentukan arah
STRUKTUR BIDANG
2.3 Pendahuluan
Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang. Struktur
geologi yang membentuk struktur bidang antara lain: perlapisan batuan, perlipatan, kekar,
bidang sesar, ketidakselarasan, urat(vein), dan lain- lain.
Jurus (strike) : arah garis horisontal yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang yang
bersangkutan dengan bidang bantu horisontal, dimana besarnya jurus atau strike diukur
dari arah utara.
Kemiringan (dip) : besarnya sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang miring
yang bersangkutan dengan bidang horizontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus atau
strike.
Kemiringan semu : sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan (apparent dip)
dengan bidang horisontal dan pengukuran dengan arah tidak tegak lurus jurus.
Arah kemiringan : arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah (dip direction)
miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.
Cara dalam penulisan simbol struktur bidang dinyatakan dengan dua cara yaitu azimuth
N X ° E / Y° DD
dimana :
Sistem Kuadran :
( N / S) X° ( E / W) / Y°DD
dimana :
Contoh: N 35° W / 30° SW atau S 35° E / 30° SW. (dalam sistem Azimuth:
N 145° E / 30°)
Tabel 2.1. Contoh cara penulisan kemiringan dan arah kemiringan untuk struktur bidang.
Gambar 2.3. Penggambaran kedudukan batuan pada peta lokasi ditunjukkan oleh lokasi 12, 13, dan 14
Proyeksi stereografi merupakan cara pendekatan deskripsi geometri yang efisien untuk
menggambarkan hubungan sudut antara garis dan bidang secara langsung. Pada proyeksi
stereografi, unsur struktur geologi digambarkan dan dibatasi di dalam suatu permukaan bola
(sphere).
Bila pada suatu bidang miring (gambar 2.1a) ditempatkan pada suatu permukaan
bola melalui pusat bola, maka bidang tersebut akan memotong permukaan bolasebagai
b. Proyeksi dari titik-titik potong garis pada permukaan bola pada equator melalui zenith
Struktur bidang atau garis diproyeksikan dengan cara yang sama yaitu melalui
perpotongannya dengan permukaan bola sebagai proyeksi sferis atau titik, dan diproyeksikan
pada bidang horizontal melalui Zenith. Beberapa contoh proyeksi bidang dan garis, serta
gambaran pada bidang equator nya (proyeksi stereografi),ditunjukkan pada gambar 2.2
Suatu garis atau bidang dengan kecondongan yang kecil, proyeksinya akan mendekati
lingkaran equator, sedangkan garis atau bidang yang sangat menunjam, proyeksinya akan
mendekati pusat lingkaran.
Jaring Schmid Net menggambarkan proyeksi stereografi dari berbagai kemiringan dari suatu
bidang dengan arah jurus Utara - Selatan. untuk menggambarkan stereogram dari suatu
bidang, selalu digunakan arah jurus pada garis Utara-Selatan, dan kemiringannya diukur pada
arah Barat – Timur. Untuk penggambaran praktis, umumnya digunakan kertas transparan atau
kalkir.
Letakkan kertas kalkir di atas jaring dan gambarkan lingkaran luarnya, dan beri tanda
titik-titik utara - selatan dan pusat lingkaran.
Gambarkan garis jurus melalui pusat lingkaran sesuai dengan harga jurusnya.
Putar kalkir sehingga garis jurus berimpit dengan garis utara-selatan, dimana titik utara
jaring berimpit dengan harga jurusnya.
Gambarkan garis lengkung stereogram sesuai dengan besarnya kemiringan,dengan
besaran 0 di pinggir dan 90 di pusat lingkaran, dengan mengikuti lengkung lingkaran
besar pada jaring.
Apabila stereogram bidang telah digambarkan, posisi kalkir dikembalikan pada
kedudukan sebenarnya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah arah kemiringan bidang, dan ini akan sangat tergantung
pada cara pengukuran dan jenis kompas yang dipakai. Oleh karena itu mutlak disebutkan arah
kemiringannya apakah cenderung kearah Timur atau ke Barat, dengan pengertian apakah
stereogramnya digambarkan disebelah kanan (E) atau kiri (W) dari garis utara-selatan jaring.
Cara penggambaran struktur garis pada dasarnya sama, proyeksi stereografinya berupa titik
atau garis menurut besaran arah dan penunjamannya. Besaran sudut penunjaman dapat
dilakukan pada arah N-S atau E-W dari jaring.
Proyeksi kutub suatu bidang berupa suatu titik hasil proyeksi permukaan bola (Gambar 2.4),
sedangkan proyeksi kutub suatu garis merupakan suatu titik tembus suatu garis terhadap
permukaan bola pada bidang horizontal (Gambar 2.5).
Gambar 2.7 (a) Proyeksi kutub srtruktur bidang, (b) Proyeksi kutub struktur garis.
Untuk mempermudah penggambarannya maka pembagian derajat pada jaring dimulai dari
titik W (jurus 0°) searah dengan jarum jam. Sedangkan besar kemiringan 0° dihitung dari
pusat lingkaran dan 90° pada tepi lingkaran. Proyeksi kutubnya berupa titik.
Untuk mempermudah penggambarannya maka pembagian derajat pada jaring dimulai dari
titik N (bearing 0°) searah dengan jarum jam. Sedangkan besar penunjaman 0° dihitung dari
lingkaran luar (Lingkaian primitif) dan 90° pada tengah lingkaran. Proyeksi kutubnya berupa
titik.
Gambar 2.8. Cara penggambaran proyeksi kutub suatu bidang dengan kedudukan N040°E / 60°.
Diagram kontur ini dipakai untuk data hasil pengukuran unsur struktur, arah atau jurus dan
besar penunjaman atau kemiringan. Dasar yang dipakai adalah proyeksi kutub suatu bidang.
Diagram kontur dibuat untuk mendapatkan distribusi dan kerapatan dari hasil pengukuran
dalam suatu area lingkaran proyeksi. Oleh karena itu jaring yang digunakan adalah jaring
Schmidt (equal area).
Untuk mendapatkan diagram ini, semua hasil pengukuran di lapangan digambarkan dalam
proyeksi kutub, kemudian kerapatannya dihitung dengan jaring penghitung (Kalsbeek Net),
yang hasilnya merupakan angka kerapatan (gambar 2.8 a). Untuk menghitung kerapatan
dalam diagram, hasil proyeksi seluruh pengukuran dibentangkan diatas jaring penghitung.
Cara perhitungannya ditunjukkan pada gambar 2.8 b. Perhitungan dilakukan pada setiap titik
ujung segitiga dan angka yang didapat adalah jumlah titik proyeksi yang tercakup dalam 6
buah segitiga yang melingkupi nya. Beberapa perkecualian ialah apabila titik proyeksi
dipinggir, maka perhitungan akan dilakukan bersama dengan titik proyeksi yang terletak
berhadapan.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan kontur yang sesuai dengan distribusi dan harga
kerapatannya. Prinsip pembuatan kontur ditunjukan dalam gambar 2.9. (A = garis kontur
berharga 1) harga kontur merupakan harga persentase dari seluruh pengukuran.
1. Proyeksi stereografis
Schmidt Net.
* Struktur Bidang.
- Dip : 0° dimulai dari lingkaran primitif(tepi) dan.90° berada di pusat Schmidt Net.
* Struktur Garis.
- Plunge : 0° dimulai dari lingkaran primitif (tepi) dan 90° berada pada pusat Schmidt
* Struktur Bidang.
- Strike : 0° dimulai dari sisi barat (W) pada Polar equal area net.
- Dip : 0° dimulai dari pusat dan 90° berada di lingkaran primitif (tepi).
* Struktur Garis.
1. Histogram
2. Diagram Kipas
3. Stereografis
Kesemua data yang dibutuhkan menggunakan data kuantitatif untuk dibuat statistik sehingga
mendapatkan hasil yang lebih presisi untuk analisis Kekar. Untuk analisis statistik, data yang
diperkenankan umumnya 50 buah data, tetapi 30 masih diperkenankan. Dalam analisis ini,
kekar gerus dan kekar tarik dipisahkan, karena gaya yang bekerja untuk kedua jenis kekar
tersebut berbeda.
Dalam analisis kekar dengan histogram dan diagram kipas yang dianalisis hanyalah jurus dari
kekar dengan mengabaikan besar dan arah kemiringan, sehingga analisis ini akan mendekati
kebenaran apabila kekar-kekar yang dianalisis mempunyai dip cukup besar atau mendekati
90o. Gaya yang bekerja dianggap lateral. Karena arah kemiringan kekar diabaikan, maka
dalam perhitungan kekar yang mempunyai arah N1800E dihitung sama dengan N0ºE, N220°E
dihitung sama dengan N40ºE, N115°E sama dengan N305°E. Jadi semua pengukuran
dihitung kedalam interval N0ºE-N90ºE dan N270ºE-N0ºE.
1. Buat sumbu datar untuk jurus kekar, dan sumbu tegak sebagai prosentase.
2. Sumbu datar terdiri dari N 270º E-N 0º E-N 90º E. Buat skala sesuai interval (10
derajad)
Diagram 2.1. Histogram penentuan arah gaya utama yang membentuk kekar.
1. Buat setengah lingkaran bagian atas dengan jari-jari menunjukkan besar prosentase
terbesar dari interval yang ada (misal 20%)
2. Pada sumbu datar plot prosentase jumlah kekar. Pada sumbu vertikal dari pusat 0%,
jari-jari terluar = prosentase terbesar (20%).
3. Busur lingkaran dibagi menurut interval (jika interval 10 derajat maka dibagi menjadi
18 segmen). Plot jurus kekar sesuai interval (N 270º
E,280º,…..,350º,0º,10º,……,80º,N 90º E)
4. Buat busur lingkaran dengan jari-jari = prosentase masing-masing interval mulai dari
batas bawah interval hingga batas atas interval. Misal interval N 0º E-N 350º E
prosentase = 16%, maka buat busur lingkaran dari sumbu tegak N 0º E hingga N 350º
E dengan jari-jari skala 16% (Diagram 4.2)
b) Kemudian lakukan sama halnya dengan cara penggambaran struktur bidang yang telah
dijelaskan pada sebelumnya.
Bidang 2
a) Putar kalkir 60º berlawanan jarum jam (arah N-W), tentukan kemiringannya 30º dari
sudut pelengkungan pada posisi W.
b) Kemudian lakukan sama halnya dengan cara penggambaran struktur bidang yang telah
dijelaskan pada sebelumnya.
- Dan titik potong antara dua bidang tersebut, merupakan kedudukan garis potong dari
2. Gambarkan dan berapa kedudukan garis potong dari data-data struktur bidang berikut
ini:
- N 76 o E / 30 o SE dan N 90 o W / 79 o N
- N 123 o E / 37 o SW dan N 45 o W / 23 o NE
- N 270 o E / 68 o N dan N 73 o E / 27 o SE
1. Jelaskan tentang struktur garis secara detail? Berikan gambar minimal 5 beserta
3.3 Pendahuluan
3.3.1 Struktur Garis
Struktur garis merupakan struktur yang memiliki geometri yang linear. Contohnya gores garis,
lineasi mineral, kekar kolom, sumbu lipatan dll. Struktur garis dapat dibedakan menjadi
stuktur garis riil, struktur garis semu.
Struktur garis riil : struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat diamati dan diukur
langsung di lapangan, contoh: gores garis yang terdapat pada bidang
sesar.
Struktur garis semu : semua struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari
orientasi unsur-unsur struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi,
contoh: liniasi fragmen breksi sesar, liniasi mineral-mineral dalam batuan
beku dan metamorf, arah liniasi struktur sedimen (groove cast, flute cast),
trend
pitch
plunge
Cara Penulisan (notasi) Dan Simbol Struktur Garis Pada Peta Geologi
A. Sistem azimuth
Sistem azimuth hanyamengenalsatupenulisanyaituYo,NXoE
Yoadalah “Plunge”, besarnya 0-90o (sudutvertikal)
Xoadalah “Trend”, besarnya 0-360o.
Contoh: 30°, N 45° E
B. Sistem kuadran
Penulisantergantungpadaposisi kuadran yang diinginkan,
Struktur garis dapat dinyatakan dengan simbol tertentu pada peta yaitu sebagai
berikut.
Garis horizontal
Garisvertikal
Penunjamangarispadabidang 25
10
Garisganda
Kedudukanmemanjangnya mineral o
Arahdanpenunjamandariperpotonganrekahan
>>
Arahdanpenunjamandariperpotonganbidangdanfoliasi
Kedudukanmemanjangnyafragmen 0
30
Pitch darigarispadabidang
Pada dasarnya struktur tersebut mencerminkan arah yang dapat diwakili sebagai
struktur garis yang berdiri sendiri, dan secara umum terletak pada struktur bidang yaitu
perlapisan batuan. Untuk mengetahui arah arus sebenarnya atau pada saat keadaan
pembentukannya, maka kedudukan lapisan batuan tersebut harus dikembalikan pada
posisi horizontal yaitu posisi pada saat sedimentasi.
(b) (c)
Gambar 3.3. Cara pengukuran (a) trend (arah penunjaman), (b) plunge (penunjaman), (c) pitch
(rake) menggunakan kompas geologi.
2. Putar kalkir sehingga garis trend berimpit dengan garis N-S atau W-E jaring,
kemudian ukur besarnya plunge yaitu sebesar 26°, kemudian tandai (gambar
3.4.b)
3. Untuk membaca arah arus sebenarnya kembalikan kalkir pada posisi semula,
maka garis lurus yang telah dibuat tadi merupakan arah arus sebenarnya yaitu
pada kedudukan N81°E (gambar 3.7.c)
No Plunge, Trend
No Strike/dip
Nama Asisten :
Nim :
Acc :
2. Pembahasan
5 Langkah Kerja Ploting Kedudukan Garis Potong 2 Bidang
5 Langkah Kerja Ploting Struktur Garis
ANALISIS SESAR
4.3 Pendahuluan
4.3.1 Pengertian
Sesar adalah kekar yang telah mengalami pergeseran (offset). Sesar (fault) dapat
berbentuk satu bidang diskrit yang planar atau membentuk suatu zona (faultzone) yang terdiri
dari banyak bidang-bidang sesar yang sejajar dan saling berhubungan(net-work). Pergeseran
pada sesar dapat terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau terputar (rotasi).
Sesar terdiri atas beberapa bagian yaitu berikut penjelasannya (Gambar 3.1)
1. Bidang sesar (fault plane) adalah suatu bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang
tergeserkan.
2. Jurus sesar (strike) adalah arah dari suatu garis horizontal yang merupakan
perpotongan antara bidang sesar dengan bidang horizontal.
3. Kemiringan sesar (dip) adalah sudut antara bidang sesar dengan bidang horizontal dan
diukur tegak lurus jurus sesar.
4. Atap sesar (hanging wall) adalah blok yang terletak diatas bidang sesar apabila bidang
6. Slickenside ataus lickenline adalah bukti pergerakan (slip) pada bidang sesar. Istilah
striation atau fault grooves sering juga digunakan.
7. Throw adalah komponen vertikal dari slip/separation,diukur pada bidang vertikal yang
tegak turus jurus sesar.
8. Heave adalah komponen horizontal dari slip / separation, diukur pada bidang vertikal
yang tegak lurus jurus sesar.
9. Strike-slip fault yaitu sesar yang mempunyai pergerakan sejajar terhadap arah jurus
bidang sesar kadang-kadang disebut wrench faults, tear faults atau transcurrent faults.
10. Dip-slip fault yaitu sesar yang mempunyai pergerakan naik atau turun sejajar terhadap
arah kemiringan sesar.
11. Oblique-slip fault yaitu pergerakan sesar kombinasi antara strike-slip dan dip-slip.
Jarak tegak lurus antara bidang yang terpisah oleh sesar dan diukur pada bidang sesar.
Komponen dari separation dapat diukur pada arah tertentu, umumnya sejajar jurus atau
arah kemiringan bidang sesar (gambar 3.2).
Pergeseran relatif sebenarnya pada sesar, diukur dari blok satu ke blok yang lain pada
Gambar 4.2 : Diagram blok yang memperlihatkan pergeseran sebenarnya dan semu dari sesar
Gambar 4.3 : Diagram blok yang memperlihatkan pergeseran sebenarnya dari sesar
1.) Reverse left slip fault, 2) Strike left slip fault, 3) Normal left slip fault
4) Dip slip fault (Normal slip fault), 5) Normal right slip fault
Sesar dapat diklasifikasikan dengan pendekatan geometri yang berbeda, dimana aspek
yang terpenting dari geometri tersebut adalah pergeseran. Atas dasar sifat pergeserannya,
maka sesar dibagi menjadi :
a. Strike separation
- Left separation fault, jika pergeseran ke kirinya hanya dilihat dari satu kenampakan
horizontal.
- Right separation fault, jika pergeseran ke kanannya hanya dilihat dari satu kenampakan
horizontal.
b. Dip separation
Top
Top
a. Strike slip.
- Left - slip fault. Blok yang berlawanan bergerak relatif sebenarnya ke arah kiri.
- Right - slip fault. Blok yang berlawanan bergerak relatif sebenarnya ke arah kanan.
b. Dip slip.
c. Oblique slip.
2. Kekar gerus
4. Ofset sesar
Kesemua data yang dibutuhkan menggunakan data kuantitatif untuk dibuat statistik
sehingga mendapatkan hasil yang lebih presisi untuk analisis sesar. Untuk analisis statistik,
data yang diperkenankan umumnya 50 buah data, tetapi 30 masih diperkenankan. Untuk
pencatatan data kekar pergunakanlah tabel 4.1, untuk pencatatan data breksiasi pergunakanlah
tabel 4.2, sedangkan untuk pengukuran pada sesar minor pergunakanlah tabel 4.3 untuk
mencatat data.
Persentase = x 100%
d. Membuat Diagram Kipas, buat setengah lingkaran bagian atas dengan jari-jari
menunjukkan besar prosentase terbesar dari interval yang ada (misal 20%).
e. Pada sumbu datar plot prosentase jumlah kekar. Pada sumbu vertikal dari pusat 0%,
jari-jari terluar = prosentase terbesar (20%).
f. Busur lingkaran dibagi menurut interval (jika interval 10 derajat maka dibagi menjadi
18 segmen). Plot jurus kekar sesuai interval (N 270º
E,280º,…..,350º,0º,10º,……,80º,N 90º E)
g. Buat busur lingkaran dengan jari-jari = prosentase masing-masing interval mulai dari
batas bawah interval hingga batas atas interval. Misal interval N 271º E-N 280º E
prosentase = 20% merupakan data terbanyak, maka buat busur lingkaran dari sumbu
horisontal N 271º E hingga N 280º E dengan jari-jari skala 16% (Gambar 4.9.)
Gambar 4.10. Ploting pole data shear pada polar equal net
b. Penghitungan densitas pole data shear pada kalsbeek counting grid (Gambar 4.11)
c. Penggambaran kontur densitas pole data shear pada kalsbeek counting grid (Gambar
4.12)
Gambar 4.12 Penggambaran kontur densitas pole data shear pada kalsbeek counting grid
d. Proyeksi pole Sf 1 menjadi bidang Sf1, begitu juga untuk Sf2 (Gambar 4.13)
Gambar 4.13 Proyeksi pole Sf 1 menjadi bidang Sf1, begitu juga untuk Sf2
f. Masukan data breksiasi N280°E kedalam analisis dan gambarkan bidangnya melalui
σ2, sehingga di dapatkan bidang sesarnya yang berarah N100°E/77°SW (Gambar
4.15).
g. Menentukan arah pergerakan strike slip sesar, dapat dilakukan dengan cara melihat
sudut yang dibentuk oleh σ1 dengan garis lurus bidang sesar, jika lancip maka arah
pergerakannya masuk. Untuk memberi nama arah pergerakannya jika panahnya
berputar searah jarum jam maka disebut geser kanan, jika pergerakanpanahnya
berputar berlawanan dengan arah jarum jam disebut geser kiri. Pada contoh panahnya
berputar berlawanan dengan arah jarum jam maka disebut geser kiri. (Gambar 3.16).
h. Menentukan arah netslip dengan cara menarik garis panah dari pusat stereonet hingga
pertemuan bidang sesar denga bidang bantu σ1 dan σ3. Kemudian untuk menentukan
arah pergerakan netslipnya harus memperhatikan pergerakan strike slip sesarnya.
Arah netslip akan sama dengan arah strike slipnya.
i. Membaca besar sudut pitch, petama putarlah bidang sesar kearah Utara-Selatan,
kemudian bacalah banyaknya kotak pada garis lengkung Schmidt net dari bagian luar
bidang sesar hingga titik pangkal netslipnya (lihat Gambar 3.16). Selain besarnya
sudut pitch yang perlu diperhatikan adalah arah pitch membuka pada contoh diatas
pitch mengarah ke SE (tenggara) (Gambar 4.18).
3. Penamaan Sesar
Untuk mengamati keberadaan arah dan jenis sesar di lapangan dapat diperkirakan
dengan melihat indikasi yang ada seperti adanya dragfold (lipatan seret), offset
litologi, kekar-kekar, cermin sesar, slicken side, breksiasi, zona-zona hancuran,
kelurusan mata air panas dan air terjun.
a. Klasifikasi Anderson
Seperti dikemukakan oleh beberapa penulis yaitu Anderson (1951, dalam
Sukendar Asikin, 1977) bahwa pergerakan sesar akan mengikuti arah rekahan
gunting (Conjugate Shear). Analisa kekar digunakan dalam penentuan jenis
sesar, hal ini dapat diterapkan dengan menggunakan pemodelan Anderson
(Gambar 3.17) dengan patokan sebagai berikut :
1. σ1 berada pada titik tengah perpotongan 2 bidang Conjugate Shear
yang mempunyai sudut sempit.
2. σ 2 berada pada titik perpotongan antara 2 bidang Conjugate Shear
3. σ 3 berada pada titik tengah perpotongan 2 bidang Conjugate Shear
yang mempunyai sudut tumpul.
4. σ 1 > σ 2 > σ 3.
5. Orientasi tensional joint searah dengan orientasi σ 1.
6. Orientasi stylolites σ dengan orientasi σ 1 atau searah dengan
orientasi σ 3.
7. Bidang shear dan tensional akan membentuk sudut sempit.
8. Bidang shear dengan release joint akan membentuk sudut tumpul.
Klasifikasi sesar telah banyak dikemukakan oleh para ahli terdahulu, mengingat struktur
sesar adalah rekahan kekar di dalam bumi yang ditimbulkan karena pergeseran sehingga untuk
membuat analisis strukturnya diusahakan untuk dapat mengetahui arah dan besarnya
pergeseran tersebut. Indikasi sesar di lapangan tidak mudah untuk ditemukan untuk itu
pengolahan data kekar untuk mengetahui tegasan utamanya dapat dilasifikasikan menjadi tiga
jenis berdasarkan orientasi tegasan utama (Anderson, 1951, dalam Sukendar Asikin, 1977)
dan dinyatakan dalam σ1 (tegasan terbesar), σ2 (tegasan menengah), dan σ3 (tegasan terkecil)
yang saling tegak lurus satu sama lain secara triaksial. Sesar tersebut secara dinamik
diklasifikasikan menjadi:
1. Sesar normal, dimana σ1 vertikal dan σ2 serta σ3 horizontal. Besarnya sudut
kemiringan (dip) bidang sesar mendekati 60º.
2. Sesar mendatar, dimana σ2 vertikal dan σ1 serta σ3 horizontal.
3. Sesar naik, dimana σ3 vertikal dan σ1 dan σ2 horizontal. Kemiringan bidang sesar
mendekati 30º. Dalam hal ini, bidang sesar vertikal dan bergerak secara
horizontal.
Apabila pitch 80o sampai 90o, dengan memperhatikan pergerakan sesar (naik atau
normal) maka akan diberi nama normal fault atau reverse fault. Namun apabila
o
kemiringan bidang sesar kurang dari 45 dengan pitch yang sama dengan ketentuan
tersebut maka untuk sesar normal akan dinamakan lag normal fault (low angel normal
fault) atau sesar normal bersudut kecil, dan untuk sesar naik dinamakan thrust fault
atau sesar anjak. Ditunjukan pada zona sesar normal dan naik dengan warna abu abu
pada gambar 4.8.
Apabila pitch pada sesar mendatar lebih besar dari 10 o dan kurang atau sama dengan
45o, maka sesar merupakan sesar mendatar yang memiliki pergerakan naik atau
turun. Dalam penamaan, pergerakan naik atau turun tersebut menjadi keterangan
pergerakan sesar mendatar tersebut, misalnya sesar mendatar mengiri (sinistral)
normal dengan ciri pitch lebih besar dari 10 o dan kurang atau sama dengan 45 o serta
kemiringan bidang sesar 50o maka dinamakan normal left slip fault. Apabila
kemiringan sesar kurang dari 45 o dengan pergerakan yang sama, maka disebut sebagai
lag left slip fault. Hal tersebut juga berlaku untuk pergerakan naik. Ditunjukan pada
Apabila pitch lebih dari 45 o.dan kurang dari 80o, dengan pergerakan normal atau naik,
maka sesar tersebut juga memiliki kinematika pergeseran mendatar (menganan atau
mengiri). Apabila bidang lebih dari 45o, maka dapat dinamakan right slip normal fault,
right slip reverse fault, left slip normal fault atau left slip reverse fault. Hal tersebut
juga berlaku untuk lag fault dan reverse fault. Ditunjukan pada zona sesar naik dan
normal bagian putih pada gambar 4.8.
1. Buatlah analisis sesar dari data breksiasi(tabel 4), kekar gerus (Tabel 5), dan kekar
tarikan (Tabel 6).
a. Terdapat urutan satuan batuan dari tertua ke muda, breksi, batupasir dan lempung
dengan kedudukan N283°E/38°NE, terdapat bidang sesar dengan kedudukan
N183°E/78°E dan besar pitch 80° membuka ke SW.
b. Terdapat intrusi gabbro yang memotong di bagian Barat dari satuan batugamping dan
satuan batulempung diatasnya. Pada kontak batuan beku dan sedimen terdapat sesar
naik yang memanjang Utara-Selatan, selain itu juga terdapat dragfold dengan sumbu
Utara-Selatan pada batuan sedimen.
c. Buatlah model sesar normal dengan bidang sesar N350°E/40°NE, bidang perlapisan
N45°E/45°SE. pada blok a sudah tererosi seperti pada gambar berikut.
d. Buatlah permodelan 3D sesar normal dengan bidang sesar N0°E/50°E yang memotong
perlapisan dari tua kemuda yaitu batupasir 1, batubara, batulepung dan batupasir 2.
Bidang perlapisan batuan N180°E/47°W, pada footwall sudah tererosi hingga lapisan
Batupasir 1 tersingkap. seperti pada gambar berikut:
ANALISIS LIPATAN
5.3 Pendahuluan
5.3.1 Dasar Teori
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yangditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang
didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah
struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala yang
penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi ; terutama, gambaran geometrinya
berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi).
Lipatan terbentuk bilamana unsur yang telah ada sebelumnya terubah menjadi bentuk
bidang lengkung atau garis lengkung. Perlipatan adalah deformasi yang tak seragam
(inhomogeneous) yang terjadi pada suatu bahan yang mengandung unsur garis atau
bidang. Walaupun demikian, suatu deformasi yang menghasilkan lipatan pada suatu
keadaan, tidak selalu demikian pada kondisi yang lain. Suatu masa batuan yang tidak
mempunyai unsur struktur garis atau bidang, tidak menunjukkan tanda perlipatan. Perlu
juga dipertimbangkan bahwa, suatu unsur yang sebelumnya berbentuk lengkungan dapat
berubah menjadi bidang atau garis lurus, atau suatu unsur dapat tetap sebagai struktur
bidang atau garis lurus setelah terjadi deformasi.
- Hinge point
- Crest
- Trough
- Inflection point
Gambar 5.1. Titik-titik yang dideskripsi pada profil permukaan lipatan silindris.
Pada gambaran tiga dimensi, tempat kedudukan dari hinge-point pada satu
permukaan lipatan akan berupa garis yang disebut sebagai hinge-line atau sumbu
dari lipatan (fold- axis). Demikian pula titik-titik crest dan trough, yang
merupakan perpotongan dari garis pada bidang profil, yaitu crestal-line, dan
trough-line, yang sejajar dengan sumbu perlipatan. Tempat kedudukan
dari titik dan garis ini bergantung pada orientasi dari permukaan lipatan
terhadap bidang horisontal. Unsur-unsur lipatan yang umumnya dapat
dideskripsikan kedudukannya diantaranya adalah :
Bidang yang dibentuk melalui garis-garis sumbu pada satu lipatan. Bidang ini
tidak selalu berupa bidang lurus (planar), tetapi dapat melengkung lebih umum
Secara umum merupakan sisi-sisi dari bidang yang terlipat, yang berada diantara
daerah pelengkungan (hinge-zone) dan batas pelengkungan (inflection line).
Sudut antar sayap adalah sudut yang terkecil yang dibentuk oleh sayap-sayap lipatan,
dan diukur pada bidang profil suatu lipatan.
Sudut ini mencerminkan sifat keketatan (tightness) dari lipatan. Fleuty (1964)
0o Isoclinal (Isoklin)
Simetri merupakan salah satu kriteria untuk menyatakan bentuk dari suatu permukaan
silindris. Sifat simetri ditentukan oleh bidang yang melalui hinge-line dan membagi
sama-besar sudut antar sayap lipatan, yang disebut bidang simetri. Lipatan ini disebut
sebagai lipatan simetris, dan keseluruhan lipatan memiliki sifat simetri orthorhombic.
Suatu seri dari lipatan dikatakan simetri apabila masing-masing mempunyai sifat
simetri, dan mempunyai pola yang periodik. Dalam hal ini, bidang- bidang yang
membatasi permukaan lipatan akan berupa bidang yang lurus (planar) dan saling
sejajar, dan bidang yang melalui titik-titik batas pelengkungan (inflection point)
akan tepat terletak ditengah bidang-bidang tersebut yang disebut sebagai median.
Pada lipatan simetri, besaran amplitude dan panjang gelombang (wavelenght), yang
perbandingannya merupakan parameter untuk bentuk lipatan, akan mudah
dideskripsi (gambar 5.4a)
Apabila jejak dari bidang yang melalui hinge-line (hinge surface) bukan sebagai
bidang simetri, lipatan tersebut disebut sebagai lipatan asimetris, yang hanya
mempunyai sifat simetri monoklin. Untuk itu perlu ditambahkan sifat asimetrinya,
umumnya disebutkan sifat arah miring bidang sumbunya (vergence), atau arah relatif
puncak antiform terhadap puncak sinform nya misalnya arah mata angin, kiri-kanan atau
perputaran jarum jam bagi lipatan yang sumbunya menunjam (gambar 5.4.b). Apabila
sifat asimetri dari lipatan makin besar, deskripsi dapat diberikan dengan sifat-sifat
seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.4.c
Perlu dicatat bahwa beberapa gabungan untuk penamaan lipatan tidak dapat diberikan,
karena garis sumbu posisinya berada pada bidang sumbu, misalnya, jenis lipatan
gently - inclined, steeply - plungging fold tidak mungkin diberikan atau tidak ada.
Klasifikasi ini agak sulit dipakai mengingat kerangka yang digunakan adalah kedudukan
dari sumbu lipatan, yang penunjamannya terukur pada bidang vertikal yang tidak ada
Pasangan kemiringan dan pitch dari suatu lipatan ditunjukkan sebagai titik pada
perpotongan garis lurus, yang angkanya dibaca sepanjang tepi dasar dan kiri diagram
(gambar 6.6). Untuk penunjaman digunakan kurva dan angka pada tepi kanan diagram.
Jenis-jenis kedudukan lipatan dapat ditentukan pada diagram gambar 6.7 Untuk
dapat memberikan kedudukan yang lebih pasti pada lipatan yang miring (inclined
fold), Rickard mengusulkan untuk memberikan indeks besaran angka dari kemiringan
(D) dan penunjaman dari (P), misalnya ;
Diagram ini juga dapat digunakan untuk berbagai lipatan secara lebih terinci pada suatu
wilayah, misalnya bila terdapat suatu perubahan kedudukan pada arah atau geometri
lipatan-lipatan tersebut.
Pada bab berikut akan dijelaskan mengenai analisis kinematik dari sebuah lipatan
(microfold) dengan menggunakan analisis stereografis.
1. Siapkan stereonet, kalkir, paku pines, alas untuk stereonet, dan alat tulis
2. Letakkan kalkir di atas stereonet (polar net) kemudian jepit menggunakan paku pines
3. Plotting data microfold yang ada pada tabel yang telah disediakan ke dalam polar net
dengan prinsip proyeksi kutub.
Gambar 5.8. Hasil plotting data microfold pada polarnet tanda persegi mewakili satu pole dan tanda
segitiga mewakili dua pole.
9. Setelah dibuat kontur maka kita akan mendapatkan dua titik kontur dengan kerapatan
yang paling besar. Titik kontur yang paling rapat itu mewakili kutub dari dua sayap
lipatan yang akan kita ambil sebagai sayap 1 dan sayap 2 untuk selanjutnya dianalisis
pada Schmidt Net.
10. Ubah titik kutub tersebut ke dalam bidang dengan menggunakan jaring Schmidt.
Gambar 5.11. proyeksi kutub menjadi bidang sayap lipatan pada jaring schmidt.
11. Kedua bidang sayap ini akan saling berpotongan pada suatu titik, titik itulah yang
kemudian menjadi titik sumbu lipatan yang juga mewakili sigma 2. Buat bidang sumbu
dari titik sumbu tersebut dengan cara meletakkan titik sumbu tersebut di antara kedua
sayap yang membagi sama besar sudutnya.
Gambar 5.13. Cara membuat titik bidang bantu pada jaring schmidt.
13. Bidang bantu dibuat dari titik bidang bantu yang disejajarkan dengan titik kutub kedua
sayap lipatan kemudian luruskan bidangnya.
14. Untuk mengetahui kedudukan dari sigma 1, maka kita proyeksikan kembali titik
bidang bantu di dalam bidang bantunya itu sendiri
Buatlah analisis kinematik lipatan dari data microfold berikut ini dengan langkah dan
cara yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Kemudian tentukan kedudukan dari :
1. Sayap 1
2. Sayap 2
3. Bidang sumbu
4. Sigma 1, 2, dan 3, serta
5. Klasifikasi dan penamaan lipatan secara umum; berdasarkan sudut antar sayap; dan
berdasarkan kedudukan hinge line dan axial plane nya.
No Sayap 1 Sayap 2
1 N700E/56 SE N1550E/66 SW
3 N1400E/69 SW N550E/70 SE
4 N750E/56 SE N500E/65 SE
5 N1840E/76 W N750E/69 SE
6 N1550E/56 SW N950E/60 S
7 N950E/60 S N2050E/64 NW
8 N1000E/64 SW N590E/70 SE
9 N660E/81 SE N1200E/74 SW
10 N1600E/61 SW N2500E/65 NW
11 N1190E/54 SW N1850E/50 S
12 N2300E/71 NW N1700E/53 SW
13 N2600E/77 NW N2150E/67 NW
14 N1090E/38 SW N2100E/56 NW
15 N2500E/51 NW N3250E/66 NE
16 N2550E/60 NW N3450E/70 NE
17 N2850E/69 NE N2850E/67 NE
18 N3350E/69 NE N2750E/62 N
19 N2750E/62 NE N110E/74 SE
20 N10E/77 E N2980E/60 NE
21 N250E/80 SE N3350E/69 NE
22 N340E/55 SE N250E/80 SE
23 N3010E/69 NE N3420E/70 NE
24 N2650E/57 N N2750E/71 N
25 N3310E/63 NE N2650E/57 N
26 N2650E/60 N N3350E/69 NE
27 N3320E/82 NE N2250E/48 NW
28 N2450E/46 NW N20E/75 E
30 N3400E/85 NE N3400E/81 NE
31 N1840E/23 W N3200E/64 NE
32 N2650E/54 N N1840E/23 W
33 N2950E/60 NE N2950E/43 NE
1. Buatlah artikel yang membahas tentang geometri lipatan yang ada dalam ilmu geologi
minimal 2.(misalnya lipatan chevron, recumbent, dll)
2. Carilah model klasifikasi lipatan beserta dasar klasifikasinya menurut peneliti terdahulu.
(minimal 2 kasifikasi)
PETA GEOLOGI
6.3. Pendahuluan
Menurut Badan Standardisasi Nasional (BSN, 1998) peta geologi adalah bentuk
ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/kawasan dengan tingkat
kualitas berdasarkan skala. Peta geologi menggambarkan informasi sebaran dan jenis
serta sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan sumberdaya
mineral serta energi. Peta geologi disajikan berupa gambar dengan warna, simbol dan
corak atau gabungan ketiganya. Penjelasan berisi informasi, misalnya situasi daerah,
tafsiran dan rekaan geologi, dapat diterangkan dalam bentuk keterangan pinggir
(legenda).
Selain itu, Litologi juga berperan penting dalam pembelajaran geologi. Litologi dapat
mendeskripsikan topografi. Litologi yang keras (resisten) cenderung membentuk relief
yang lebih tinggi daripada litologi yang lebih lunak atau kurang resisten. Nilai resisten
dari litologi berpengaruh memberikan relief yang berbeda-beda. Misalnya, daerah yang
disusun oleh litologi batugamping (resisten) akan membentuk suatu pola bentang alam
“karst topografi” yang membentuk pola yang khas.
Peta geologi
Peta yang menggambarkan keadaan geologi suatu daerah meliputi penyebaran litologi,
struktur, dan morfologi.
Pola singkapan
Perpotongan antara bidang litologi dan bidang permukaan bumi.
Peta lintasan
Suatu peta yang menggambarkan lintasan, lokasi pengamatan, dan hasil pengamatan
lapangan (litologi, struktur, pengambilan sample, dan gejala geologi yang lain,
misalnya mata air, gerakan tanah, penambangan).
Penampang geologi
Gambaran secara vertikal bawah permukaan geologi suatu daerah, sehingga dari
gambaran ini akan diketahui hubungan antara satu dengan yang lain.
Legenda
Keterangan litologi yang disusun secara stratigrafis.
Keterangan
Menjelaskan simbol-simbol dalam peta.
Tebal lapisan
Jarak terpendek antara dua bidang sejajar yang merupakan batas bawah dan atas (top
& bottom) lapisan tersebut.
Kedalaman
Jarakvertikal dari ketinggian tertentu (umumnya permukaan bumi) ke arah bawah
terhadap suatu titik, garis, atau bidang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi luas dan bentuk pola singkapan suatu lapisan batuan:
Ketebalan lapisan
Ketebalan suatu lapisan menentukan luas sebaran pola singkapannya.
Kemiringan lapisan
Kemiringan lapisan yang berbeda akan menunjukkan pola singkapan yang berbeda
pula meskipun slope dan ketebalan lapisannya sama.
Bentuk morfologi
Morfologi yang berbeda akan memberikan pola singkapan yang berbeda pula
meskipun dalam lapisan dengan tebal dan dip sama, dikenal dengan hukum V (V rule).
Bentuk struktur lipatan
Struktur lipatan akan membentuk pola singkapan yang khas.
Gambar 6.1. Ekspresi Hukum “V” yang menunjukkan hubungan kedudukan lapisan dengan morfologi.
Langkah kerja dalam membuat suatu peta geologi adalah sebagi berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap untuk memulai mebuat peta geologi,
berupa alat tulis, penggaris, busur, pensil warna, data litologi, data struktur, morfologi,
dan lain-lain.
2. Menentukan skala peta yang akan dibuat.
Skala peta merupakan skala perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang
dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya.
Peta geologi berskala 1:250.000 dan yang lebih besar (1:150.000 ; 1:50.000 dan
seterusnya) disebut peta geologi skala besar, bertujuan menyediakan informasi
geologi. Peta geologi berskala 1:50.000 menyajikan informasi yang lebih rinci dari
peta geologi berskala 1:100.000 dan seterusnya.
Peta geologi berskala 1:500.000 dan yang lebih kecil (1:1.000.000; 1:2.000.000 dan
1:5.000.000) disebut peta geologi berskala kecil, bertujuan menyajikan tataan geologi
regional dan sintesisnya.
3. Dalam membuat peta geologi harus mengikuti Persyaratan Teknis yang ada. (BSN,
1998)
Simbol
Merupakan tanda yang dipakai untuk menggambarkan sesuatu pada peta geologi,
berupa singkatan huruf, warna, simbol dan corak, atau gabungannya.
Singkatan Huruf
Satuan kronostratigrafi pada peta geologi ditunjukkan dengan singkatan huruf
(Gambar 9.2.). Sebagai dokumen/acuan satuan kronostratigrafi adalah tabel (chart)
yang dibuat oleh Elsevier (1989) atau revisinya.
a. Huruf pertama (huruf besar) menyatakan jaman, misalnya P untuk Perem, TR untuk
Trias, T untuk Tersier.
b. Huruf kedua (huruf kecil) menyatakan seri, misalnya Tm berarti kala Miosen dalam
jaman Tersier.
c. Huruf ketiga (huruf kecil) menyatakan nama formasi atau satuan litologi, misalnya
Tmc berarti Formasi Cipluk berumur Miosen.
d. Huruf Keempat (huruf kecil) menyatakan jenis litologi atau satuan peta yang lebih
rendah (anggota), misalnya Tmcl berarti anggota batugamping Formasi Cipluk yang
berumur Miosen.
e. Huruf kelima digunakan hanya untuk batuan yang mempunyai kisaran umur
panjang, misalnya Tpokc berarti Anggota Cawang Formasi Kikim berumur Paleosen-
Oligosen.
f. Huruf pT (p kecil sebelum T besar ) digunakan untuk singkatan umur batuan
sebelum Tersier yang tidak diketahui umur pastinya.
g. Untuk batuan yang mempunyai kisaran umur panjang, urutan singkatan umur
Tabel 6.1. Singkatan huruf Kronostratigrafi yang digunakan pada peta geologi.
4. Warna dipakai untuk membedakan satuan peta geologi, dipilih berasaskan jenis
5. Simbol dan notasi (corak) yang tertera pada peta geologi harus tertera pada legenda
dan sebaliknya. Bentuk dan ukurannya harus sama.
6. Jangan lupa memberi Keterangan pada peta yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan
terjemahannya dalam bahasa Inggris (huruf miring). Beri juga keterangan mengenai :
Informasi tebal lapisan
Fosil petunjuk, umur, lingkungan pengendapannya
Hubungan antar satuan
Sumberdaya mineral dan energi
Unsur-unsur penting
7. Proses pencetakan menggunakan bahan berupa kertas HVS 115g atau kertas konstruk
yang tahan cuaca. Dicetak dengan ukuran berskala besar yaitu di kertas berukuran
100cm x 65cm atau berskala kecil yaitu di kertas berukuran 115cm x 85cm.
8. Peta geologi yang lengkap mencangkup peta geologi, penampang geologi, dan
keterangan.