Kompetensi Inti
KI3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
MATERI AJAR
Pertemuan 1
Indikator:
1. Mengklasifikasikan sumber daya alam.
Menganalisis potensi sumber daya alam kehutanan, pertambangan, kelautan,
dan pariwisata di Indonesia.
Menggambarkan persebaran sumberdaya alam kehutanan,
pertambangan, kelautan, dan pariwisata di Indonesia
Sumber : https://pixabay.com/id/iguaz%C3%BA-falls-air-terjun-water-wall-377990/
dihasilkan sendiri oleh manusia. Contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui
adalah berbagai barang tambang, mineral logam, mineral bukan logam dan mineral
penghasil energi, timah, besi, bauksit, batu bara, dan minyak bumi.
Sumber daya hayati adalah sumber daya alam yang berbentuk makhluk hidup, yaitu
hewan dan tumbuhan. Sumber daya alam tumbuh-tumbuhan disebut sumber daya nabati,
sedangkan sumber daya hewan disebut sumber daya hewani.
Gambar 3. Hutan
Sumber: http://leuserconservation.org/wp-content/uploads/2017/03/hutan-sumatera.jpg
Kawasan hutan adalah wilayah hutan tertentu, yang ditunjuk dan ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Penetapanini
dilakukan untuk menjamin kepastian hukum mengenai status kawasan hutan, letak batas
dan luas suatu wilayah tertentu yang sudah ditunuk sebagai kawasan hutan menjadi
kawasan hutan tetap. Kawasan Hutan Indonesia ditetapkan oleh Mentri Kehutanan dalam
bentuk surat Keputusan Mentri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi. Penunjukan kawasan hutan juga mencakup kawasn perairan yang
menjadi bagian dari Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
Berdasarkan Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, kawasan hutan
dibagi kedalam kelompok Hutan Konservasi, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi.
1) Hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan bukan
kayu. Hutan kayu dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, bahan baku kertas, bahan
baku industri meubel dan lain-lain. Diantara jenis kayu yang bernilai ekonomis
tinggi adalah a) kayu jati yang tersebar di Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Bali, b)
kayu meranti yang tersebar di hutan Kalimantandan Sumatera, c) kayu cendana,
tersebar di Nusa Tenggara dan hutan-hutan daerah Jawa, d) kayu akasia, tersebar di
hutan-hutan Jawa Barat. Hasil hutan non kayu berupa buah, madu, kareat, rempah-
rempah, rotan, dan sagu.
a. Hutan produksi tetap (HP). Berdasarkan statistik Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan tahun 2015, luas hutan produksi tetap sekitar
29.250.783,10 ha
b. Hutan produksi terbatas (HPT), merupakan hutan yang hanya dapat diekploitasi
dengan cara tebang pilih. Berdasarkan statistik Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan tahun 2015, luas hutan produksi tetap sekitar 26.798.382,01 ha.
c. Hutan produksi yang dikonversi (HPK). Hutan produksi yang dapat dikonversi
adalah kawasan hutan produksi yang dapat diubah untuk kepentingan usaha
pekebunan dan tidak dipertahankan sebagai hutan tetap. Hutan jenis ini juga
dicadangkan sebagai pengembangan transmigrasi, pemukiman, pertanian, dan
perkebunan. Berdasarkan statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tahun 2015, luas hutan produksi tetap sekitar 12.942.295,24 ha.
2) Hutan lindung, dikelola untuk mengelola tanah dan air Hutan suaka alam, dikelola
untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati atau keindahan alam.
Berdasarkan statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015,
luas hutan produksi tetap sekitar 29.673.382,37 ha.
3) Hutan konservasi, yakni kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang memiliki
fungsi perlindungan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Berdasarkan statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015,
luas hutan produksi tetap sekitar 22.108.630,99 ha. Hutan konservasi terdiri dari:
a. Kawasan suaka alam berupa cagar Alam (CA) dan suaka Margasatwa (SM),
adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang
mempunyai funsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan.
b. Kawasan pelestarian alam,berupa Taman Nasional (TN), Taman Hutan raya
(THR), dan Taman Wisata Alam (TWA). Adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok
perlindungan sistem penyangga kehidupan pengaweetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya.
c. Taman Buru (TB), adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata
berburu.
Ada berbagai jenis hutan di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
a. Hutan hujan tropis, adalah hutan belantara dengan tumbuhan yang sangat bervariasi.
Tingkat kerapatan tumbuhannya cukup tinggi seingga sinar matahari tidak dapat
menembus permukaaan tanah. Hutan ini banyak terdapat di daerah dengan curah
hujan tahunan minimum antara 1.750 mm-2.000 mm, dan rata-rata temperatur
bulanan >18o C sepanjang tahun. Terdapat di Kalimantan, Sumatera, dan Papua.
b. Hutan musim, yaitu hutan campuran yng terdapat di daerah dengan cuah hujan
tahunan antara 1.500-4.000 mm, yang dikombinasikan degan bulan-bulan kering
selama 4-6 bulan. Pada saat musim kemarau, pohon-pohon menggugurkan daunna
agar dapat menyesuaikan diri dan berkembang. Pohon yang terdapat di hutan musim
adalah pohon jati, bungur, kesambi dan lain-lain. Hutan ini terdapat di Indonesia
bagian tengah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.
c. Hutan hujan pegunungan, terdapat pohon-pohon yang selalu menghijau. Kerapatan
tumbuhannya cukup tinggi. Pohon-pohonnya diantara lain jemuju, pinus, rasamala,
dan damar. Hutan ini tersebar di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.
d. Hutan sabana, adalah hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar yang
diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Tumbuhannya antara lain
kaktus, Saesalpinae, Leguminosae, dan Euphorbiaceae. Hutan sabana dapat ditemuii
di Flores, Sumba, dan Timor.
e. Hutan rawa, merupakan hutan yang tumbuh pada tanah aluvial yang selalu
tergenang air tawar. Tumbuhannya berupa pohon berakar lutut yang tunasnya
terendam air. Hutan ini banyak terdapat di sepanjang pantai timur Sumatera, dataran
rendah Kalimantan, dan Papua.
f. Hutan mangrove, disebut juga hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau
hutan bakau. Hutan mangrove terdapat di dataran rendah pantai Sumatera,
Kalimantan, Maluku, Bali, Jawa, dan Papua.
g. Hutan gambut, terdapat di daerah beriklim tipe A atau B menurut klasifikasi
Koppen. Hutan ini tumbuh di atas tumpukan bahan organik yang tergantung pada
turunnya hujan. Hutan ini tersebar di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Papua, dan Riau.
h. Hutan lumut. Lumut di hutan ini tidak hanya menutupi permukaan tanah, tetapi juga
batang-batang pohon. Hutan lumut terdapat pada ketinggian >.1000 mdpl di Papua,
Sumatera, Kalimantan, sulawesi, dan Jawa.
Luaas daratan kawasan Indonesia pada tahun 2015 sekitar 120.773.441,72 ha. Hutan ini
tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Hutan yang terluas terdapat di Pulau Papua.
Jambi 2.098.535
Sumatera Selatan 3.418.194
Bengkulu 924.631
Lampung 1.004,735
Kep. Bangka Belitung 654.562
Kep. Riau 382.131,73
DKI Jakarta 475,45
Jawa Barat 816.603
Jawa Tengah 647.133
DI Yogyakarta 16.819,52
Jawa Timur 1.357.640
Banten 202.787
Bali 127,271,01
NTB 1.035.838
NTT 1.528.269
Kalimantan Barat 8.198.656
Kalimantan Tengah 12.697.165
Kalimantan Selatan 1.779.982
Kal. Timur dan Utara 13.855.833
Selawesi Utara 694.939
Sulawesi Tengah 3.934.568
Sulawesi Selatan 2.118.992
Sulawesi Tenggara 2.326.419
Gorontalo 824.668
Sulawesi Barat 1.092.376
Maluku 3.910.409
Maluku Utara 2.515.220
Papua Barat 8.784.787
Papua 29.368.482
Total 120.773.441,71
Sumber: Statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015
Salah satu hasil hutan Indonesia adalah kayu bulat, sebanyak 43,87 juta ton3 pda tahun
2015. Beberapa jenis kayu bulat yang tersebar produksinya adalah kayu akasia, meranti,
rimba campuran, sengon, eukaliptus, jati, karet, mahoni, dan merbau. Selain kayu bulat,
Indonesia juga menghasilkan kayu olahan. Jenia kayu olahan utama yang ada di setiap
pulau di Indenesia adalah sebagai berikut:
Hutan Indonesia juga memiliki produksi hasil non kayu, seperti bambu, rotan, madu, nira,
getah pinus, getah karet, sagu, kemiri, daun kayu putih, jamur, dan asam.
b) Batu Bara
Batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah
mati dan mengendap selama jutaan tahun yang lalu. Unsur-unsur yang menyusunnya
terutama adalah karbon, hidrogen, dan oksigen.Batu bara digunakan sebagai sumber
energi untuk berbagai keperluan. Energi yang dihasilkan batu bara dapat digunakan
untuk pembangkit listrik, untuk keperluan rumah tangga (memasak), pembakaran
pada industri batu bata atau genteng, semen, batu kapur, bijih besi dan baja, industri
kimia, dan lain-lain. Batu bara dapat dijumpai di sejumlah pulau, yaitu Kalimantan
dan Sumatra.
Sumber: Indonesiainvestment.com
Potensi batu bara sebagai potensi sumber daya tambang di Indonesia di kedua
pulau tersebut sangat besar. Pertambangan batu bara di Kalimantan terdapat di
Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau dan Samarinda), Sumatra Barat (Ombilin
dan Sawahlunto), Sumatra Selatan (Bukit Asam dan Tanjung Enim).
c) Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan
susunan terutama dari oksida aluminium. Bauksit merupakan kelompok mineral
aluminium hidroksida yang dalam keadaan murni berwarna putih atau kekuningan.
Aluminium ini tahan panas, kuat namun lentur dan mudah dibentuk. Untuk onderdil
otomotif, perkapalan dan industri pesawat terbang, menggunakan bauksit secara
massif. Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan
Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan.
d) Biji Besi
Biji besi merupakan salah satu unsur yang paling sering dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari – hari. Bijih besi dilebur dan dicampur dengan unsur lain lalu
kemudian menjadi banyak jenis – jenis besi. Biji besi dimanfaatkan untuk bahan
baku pemebuatan besi baja dan kawat baja, bahan dasar pembuatan tiang rambu lalu
lintas dan lampu penerangan jalan, bahan pembuatan besi tuang, besi tempa,
pembuatan baja lunak, dan baja sedang yang kemudian akan diolah menjadi produk
yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
Aktivitas penambangan biji besi sebagai potensi sumber daya tambang di
Indonesia dapat ditemukan di Cilacap (Jawa Tengah), Sumatra, Lombok,
Yogyakarta, Gunung Tegak (Lampung), Pegunungan Verbeek (Sulawesi Selatan),
dan Pulau Sebuku (Kalimantan Selatan).
e) Timah Putih
Timah merupakan logam dasar terkecil yang diproduksi, yaitu kurang dari
300.000 ton per tahun, apabila dibandingkan dengan produksi aluminium sebesar 20
juta ton per tahun. Timah putih merupakan unsur langka, sebagian besar (80%)
timah putih dunia dihasilkan dari cebakan letakan (aluvial), sekitar setengah
produksi dunia berasal dari Asia Tenggara. Mineral ekonomis penghasil timah putih
adalah kasiterit (SnO2), meskipun sebagian kecil dihasilkan juga dari sulfida seperti
stanit, silindrit, frankeit, kanfieldit dan tealit. Timah di Indonesia adalah di daerah
jalur timah yang membentang dari Pulau Kundur sampai Pulau Belitung dan
sekitarnya. Potensi timah putih di Indonesia tersebar sepanjang kepulauan Riau
sampai Bangka Belitung, serta terdapat di daratan Riau yaitu di Kabupaten Kampar
dan Rokan Ulu. Sumber daya timah putih yang telah diusahakan merupakan cebakan
sekunder, baik terdapat sebagai tanah residu dari cebakan primer, maupun letakan
sebagai aluvial darat dan lepas pantai.
f) Nikel
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam
berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan
kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Cotton dan
Wilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri,
seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai,
elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit
listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium
(nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai
fungsi lain (Gerberding J.L., 2005).
Tambang Nikel di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Maluku, Papua,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
g) Mangan
Mangan banyak digunakan untuk proses pembuatan besi baja, pembuatan baterai
kering, keramik, gelas, dan sebagainya. Mangan sebagai potensi sumber daya
tambang di Indonesia ditambang di daerah Tasikmalaya (Jawa Barat), Kiripan
(Yogyakarta), dan Martapura (Kalimantan Selatan).
Selain barang tambang yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi sumber daya
mineral yang ditemukan di Indonesia. Sebaran mineral strategis di Indonesia dapat dilihat
pada peta berikut:
Sumber: http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id/
Sumber daya alam tambang termasuk dalam kelompok sumber daya alam yang tidak
bisa diperbarui.Sehingga jika kelak sumber daya alam ini habis, maka kita tidak bisa
memanfaatkannya lagi.Oleh karena itu, tindakan yang tepat dalam pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya alam tambang sangatlah penting.
Kegiatan pertambangan meliputi beberapa kegiatan yakni observasi, eksplorasi dan
eksploitasi di daerah litosfer maupun di permukaan bumi.
a) Observasi merupakan kegiatan pengamatan ke daerah yang diperkirakan secara
teoritis mempunyai sumber tambang.
b) Ekplorasi merupakan kegiatan penyelidikan tentang keadaan mineral tambang
beserta kemungkinannya untuk dimanfaatkan secara ekonomis. Kegiatan eksplorasi
terdiri dari 2 macam yakni: 1) penyelidikan tentang banyaknya mineral,
persebarannya serta keuntungan ekonomisnya bila dilakukan pengelolaan, 2)
Menentukan syarat teknis bilamana akan dilakukan ekploitasi.
c) Eksploitasi merupakan kegiatan pengambilan barang tambang. Eksploitasi bisa kita
sebut juga sebagai penambangan. Dalam melakukan eksploitasi harus
memperhatikan betul-betul tentang teknis dan ketentuan lain yang berlaku.
b) Hutan Mangrove
Adalah hutan khas yang hidup di sepanjang pantai di daerah tropis yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Banyak terdapat di pesisir timur Sumatera,
pesisir Kalimantan, dan pesisir selatan Papua.Ada dua fungsi hutan mangrove
sebagai potensi sumber daya laut di indonesia yaitu fungsi ekologis dan ekonomis.
Sumber: wordpress.com
Fungsi ekologis hutan mangrove adalah sebagai habitat (tempat hidup) binatang
laut untuk berlindung, mencari makan, dan berkembang biak. Fungsi ekologis yang
lain dari hutan mangrove adalah untuk melindungi pantai dari abrasi air laut. Fungsi
ekonomis hutan mangrove berupa nilai ekonomis dari kayu pepohonan dan makhluk
hidup yang ada di dalamnya.Biasanya penduduk memanfaatkan kayu sebagai bahan
kayu bakar atau bahan pembuat arang. Kayu bakau juga dapat dijadikan bahan
pembuat kertas. Selain kayu, hutan mangrove juga dihuni oleh beragam jenis fauna
yang bernilai ekonomis, misalnya udang dan jenis ikan lainnya yang berkembang
biak dengan baik di wilayah ini.
c) Terumbu Karang
Adalah terumbu (batuan sedimen kapur di laut) yang terbentuk dari kapur yang
sebagian besar dihasilkan dari koral (binatang yang menghasilkan kapur untuk
kerangka tubuhnya). Jika ribuan koral membentuk koloni, koral-koral tersebut akan
membentuk karang.
Sumber: goodnewsfromindonesia.id
d) Lamun
Adalah tumbuhan tinggi yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup
terendam di dalam laut. Lamun tumbuh subur di daerah terbuka pasang surut dan
perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang
mati, dengan kedalaman sampai empat meter. Lamun dapat membentuk suatu
padang lamun. Padang lamun tersebar di laut perairan Indonesia. Manfaat lamun di
lingkungan perairan dangkal adalah sebagi produsen primer, habitat biota,
penangkap sedimen, dan pendaur zat hara.
Gambar 9. Lamun
Sumber: m.viva.co.id
perairan sungai dan danau, perkebunan, pertanian, serta bentang alam kgusus
seperti gua, karst, dan padang pasir.
b. Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan untuk memperlus pandangan
hidup dengan cara mengunjungi tempat lain atau ke luar negri untuk
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup,
serta kebudayaan dan seni. Contoh objek wisata budaya adala situs purbakala
dan budaya(candi, bangunan sejarah, keraton dan kota tua), museum, dan
perkampungan tradisional (dengan adat dan tradisi budaya masyarakat yang
khas)
c. Wisata buatan, adalah kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan
objek wisata yang sangat dipengaruhi oleh upaya dan aktivitas manusia. Wisata
buatan mencakup wisata MICE (pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran),
wisata olahraga, dan wisata terintegrasi. Contoh objek wisata buatan antara lain
fasilitas rekreasi dan hiburan/taman bertema, fasilitas peristirahatan terpadu,
serta fasilitas rekreasi dan olahraga.
Gambar 10. Lembah Harau, Payakumbuh. Salah satu tujuan wisata alam Sumatera
Barat
Sumber: http://www.lihat.co.id/wisata/lembah-harau-payakumbuh-sumbar.html
Wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan tidak berdiri sendiri. Ketiga tipe
objek wisata ini tersebar di seluruh Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Tahun 2010-
2025, perwilayahan pembangunan destinasi pariwisata nasional mencakup:
Sumber: wordpress.com
a) Pulau Sumatera
Taman Nasional Gunung Leuser, Danau Laut Tawar, Rantau Prapat, Danau
Toba, Brastagi, Danau Maninjau, Danau Singkarak, Benteng Fort de Kock,
Lembah Anai, Danau Ranau, Suaka Alam Way Kambas, dan Benteng
Marlborough.
b) Pulau jawa
Gunung Tangkuban Perahu, Maribaya, Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Museum
Geologi, Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, Museum Satria Mandala,
Museum Gajah, Monumen Nasional, Kebun Binatang Ragunan, Planetarium,
Dataran Tinggi Dieng, Batu Raden, Gua Jatijajar, Candi Borobudur,
Prambanan, Keraton Jogja, Kota Gede, Pantai Parangtritis, Kaliurang, Makam
Imogiri, Gunung Bromo-Tengger, Taman Nasional Baluran, dan Pemandian
Tretes.
c) Bali
Pantai Kuta, Legian, Tanah Lot, Danau Batur, Klungkung, Pura Besakih,
Daerah Trunyan, dan berbagai macam kesenian.
d) Kalimantan
Pantai Pasir Panjang, Danau Riam Kanan, Museum Lambung Mangkurat,
Istana Kesultanan Sambas, Taman Nasional Tanjung Puting, dan masyarakat
Dayak.
e) Nusa Tenggara
Gunung Tambora, Taman laut Gili Air, Taman Nasional Komodo, dan Danau
Kelimutu.
f) Sulawesi
Taman Laut Bunaken, Danau Tondano, Tana Toraja, Suaka marga satwa Anoa
dan burung Maleo, Mesjid tua Palopo, Taman wisata Renboken, dan Pantai
Losari.
g) Papua
Danau Sentani, Gugusan pulau Raja Ampat, Pantai Koren, Hutan wisata Supiori
Tanjung Kasuari, Tugu Pepera, Tugu peninggalan gugurnya Yos Sudarso, dan
lokasi bekas markas Jendral Doglas Mc. Arthu
Potensi SDA Provinsi Gorontalo
Menjadi provinsi termuda di Indonesia ternyata tidak membuat Provinsi Gorontalo kalah bersaing
dengan daerah lain. Terletak di bagian utara Pulau Sulawesi, provinsi ke-32 ini memiliki luas wilayah
sekitar 12.215,44 km dengan jumlah penduduk sebanyak 1.038.585 jiwa (data sensus penduduk 2010
silam). Berbatasan langsung dengan laut Sulawesi di bagian utara, Provinsi SulawesiUtara di sebelah
timur, Sulawesi Tengah di sisi barat, serta Teluk Tomini di bagianselatan, secara administratif Provinsi
Gorontalo membawahi 5 wilayahkabupaten, 1 kotamadya, 75 kecamatan, 523 desa, dan 69 kelurahan
(datatersebut terus mengalami perubahan seiring dengan adanya pemekaran daerahdi Provinsi
Gorontalo).
Terletak di bagian utara Pulau Sulawesi, wilayah Gorontalo menjadi salah satu provinsi yang memiliki
potensi sumber daya alam cukup melimpah. Lokasinya yang sangat strategis (berada pada mulut
Lautan Pasifik yang menghadap langsung ke Negara Korea, Jepang, dan Amerika Latin, memberikan
keuntungan tersendiri bagi masyarakat Gorontalo. Sehingga tidak heran bila potensi bisnis di Daerah
Gorontalo bisa berkembang cukup signifikan. Lalu, kira-kira potensi sumber daya alam apa saja yang
bisa kita gali dari Provinsi Gorontalo? Berikut informasi selengkapnya.
Potensi Hasil Hutan
Memiliki potensi lahan seluas 824.668 Ha yang terbagi menjadi 24,81% hutan lindung, 51,34% hutan
produksi, dan selebihnya adalah hutan konversi. Menjadikan Daerah Gorontalo sebagai salah satu
provinsi di Pulau Sulawesi yang cukup prospektif untuk dikembangkan potensi hutannya. Beberapa
jenis hasil Potensi Sumber Daya Alam di Provinsi Gorontalo hutan seperti kayu jati, rotan, dan damar,
sekarang ini mulai dimanfaat kanmasyarakat setempat sebagai bahan baku industri meubel, industri
damar, serta dijadikan sebagai salah satu tempat yang strategis untuk membudidayakan lebah madu.
Selain itu, potensi hutan di Gorontalo juga dimanfaatkan sebagai objek wisata alam yang menawarkan
keindahan dan keasrian hutan bagi para pengunjungnya.
Potensi Perkebunan
Disamping memiliki potensi hasil hutan yang cukup berlimpah, Provinsi Gorontalo juga memiliki
potensi hasil perkebunan yang tak kalah hebat. Berdasarkan sumber yang kami dapatkan, hasil
tanaman perkebunan di Gorontalo yang cukup mendominasi adalah tanaman kelapa (sebesar 58.804
ton), tanaman kakao (sebesar 3.669 ton), tanaman kopi dengan hasil 929 ton, dan sisanya adalah
Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia | 20
Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA
tanaman cengkeh, pala, jambu, kacang mete, jagung, serta ubi kayu.
Potensi perikanan dan kelautan
Memiliki luas perairan yang cukup besar yakni sepanjang 270 kilometer di bagian utara dan 320
kilometer di sebelah selatan, Gorontalo merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
potensi perikanan dan kelautan cukup melimpah. Tiga daerah perairan yang menjadi sentra penghasil
sumber daya perikanan antara lain Teluk Tomini, Laut Sulawesi, dan Zone Ekonomi Eksklusif Laut
Sulawesi. Setidaknya sektor perikanan tangkap di Gorontalo bisa memproduksi 37.036 ton/ tahunnya,
budidaya laut menghasilkan 5.648,3 ton/tahun, budidaya air payau sebesar 1.553,2 ton/tahun, serta
ditambah dengan budidaya ikan air tawar yang terus mengalami peningkatan hingga mampu
menghasilkan 928,6 ton/tahun.
Potensi Barang Tambang
Untuk sektor pertambangan dan energi, Gorontalo memiliki beberapa produk unggulan yang memiliki
nilai ekonomi cukup tinggi. Sebut saja seperti emas,perak, tembaga, batu gamping, toseki, batu granit,
sirtu, zeolit, kaolin, pasirkuarsa, feldspar, serta lempung (clay). Di Provinsi Gorontalo sendiri,
potensipotensi tersebut banyak ditemukan di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo.
Melimpahnya potensi sumber daya alam di Provinsi Gorontalo, kini tidak hanya dimanfaatkan
masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap harinya, namun juga mulai
dimanfaatkan sebagian besar masyarakat untuk menciptakan peluang usaha yang cukup menjanjikan
bagi para pelakunya.
Pertemuan 2
Indikator:
Menjelaskan konsep AMDAL dalam pembangunan
Menguraikan prosedur AMDAL dalam pembangunan
A. Konsep Amdal
Amdal merupakan kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan yang dapat menimbulkan perhubahan
terhadap lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah keseluruan unsur atau komponen
yang berada di sekitar individu yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan
individu tersebut. Komponen lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi komponen
makhluk hidup (biotik) dan komponen benda mati (abiotik).
1) Lingkungan biotik, adalah semua makhluk hidup yang menempati bumi, terdiri atas
tumbuhan, hewan, dan manusia. Menurut fungsinya, lingkungan biotik dibedakan
menjadi:
a. Produsen, organisme yang dapat menghasilkan makanan sendiri, disebut
organisme autotrofik
b. Konsumen, adalah organisme yang hanya memanfaatkan hasil yang disediakan
oleh organisme lain. Konsumen disebut juga organisme heterotofik.
c. Pengurai, adalah organisme yang berperan menguraikan sisa-sisa makhluk
hidup yang telah mati. Contohnya adalah bakteri dan jamur.
2) Lingkungan abiotik, adalah berbagai benda mati dan unsur alam yang mempengaruhi
kehidupan makhluk hidup, antara lain udara, tanah, air, sinar matahari. Komponen-
komponen lingkungan yang ada disekitar kita merupakan suatu kesatuan yang saling
mempengaruhi antara komponen yang satu dan komponen lain, yang disebut
ekosistem.
3) Lingkungan sosial budaya, adalah lingkungan sosial dan budaya yang dibuat oleh
manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan dan juga keyakinan dalam perilaku
sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai sebuah keteraturan
berkat adanya sistem nilai dan juga sistem norma yang diakui dan ditaati oleh
segenap masyarakat.
Jenis usaha yang wajib dilengkapi dengan amdal diatur dalam Peraturan Lingkungan
Hidup No. 5 tahun 2002;
d. Bidang multisektoral, jenis kegiatan yang bersifat lintas sektor. Contohnya reklamasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan luas area reklamasi ≥25 ha, dan
volume material timbunan ≥500.000 m3 atau panjang reklamasi ≥50 m (tegak lurus
ke arah laut dari garis pantai)
e. Bidang pertahanan dan keamanan. Kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas militer
skala tertentu berpotensi menimbulkan dampak penting, seperti potensi terjadinya
ledakan serta keresahan sosial akibat kegiatan operasional dan penggunaan lahan
yang cukup luas. Jenis kegiatan bidang pertahanan dan keamanan seperti
pembangunan pangkalan TNI AL, AU, dan pembangunan pusat latihan tempur,
f. Bidang pertanian. Pada umumnya, dampak yang ditimbulkan usaha budidaya
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan berupa erosi tanah, perubahan
ketersediaan dan kualitas air akibat kegiatan pembukaan lahan, persebaran hama,
penyakit dan gulma pada saat beroperasi, serta perubahan kesuburan tanah akibat
penggunaan pestisida. Jenis kegiatan pertanian yang dimaksud seperti budidaya
tanaman pangan dengan atau tanpa unit pengolahannya, budidaya tanaman
hortikultura dengan atau tanpa unit pengolahannya, dan lain-lain.
g. Bidang perikanan dan kelautan. Dampak penting yang dihasilkan usaha budi daya
tambak udang dan ikan adalah perubahan ekosistem perairan dan pantai, hidrologi
dan bentang alam. Pembukaan hutan mangrove akan berdampak terhadap habitat,
jenis, dan kelimpahan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berada di kawasan
tersebut. Adapun jenis kegiatannya seperti usaha budidaya perikanan.
h. Bidang kehutanan, pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan adalah
gangguan terhadap hutan, hidrologi, keanekaragaman hayati, hama penyakit,
bencana alam, dan potensi konflik sosial.
i. Bidang perhubungan, misalnya pembangunan kereta api berpotensi menimbulkan
dampak berupa emisi gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran, gangguan
pandangan, ekologis, dampak sosial, gangguan jaringan prasarana sosial, serta
dampak perubahan kestabilan lahan dan air tanah.
j. Bidang teknologi satelit, misalnya pembangunan fasilitas pembuatan propelan roket.
Kegiatan ii termasuk kegiatan berbahaya.
k. Bidang perindustrian, seperti industri semendengan proses klinker, adalah industri
semen yang kegiatanya menyatu dengan kegiatan penambangan. Kegiatan ini dapat
menyebabkan keluarnya debu dari cerobong, penggunaan lahan yang luas,
kebutuhan air cukup besar. selain itu, kegiatan ini berpotensi besar menghailkan
limbah.
l. Bidang pekerjaan umum, beberapa kegiatan pada bidang pekerjaan umum
mempertimbangkan skala/besaran kawasan perkotaan.
m. Bidang perumahan dan kawasan pemukiman, dampak pentingnya antara lain efek
pembangunan terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi material, manusia, dan lalu
lintas)
n. Bidang energi dan sumber daya mineral terkait dengan proses produksi yang
memberi dampak penting seperti pada perubahan struktur dan stabilitas tanah
o. Bidang pariwisata, pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan adalah
gangguan terhadap ekosistem, hidrologi, bentang alam, dan potensi konflik sosial.
Semua jenis usaha dan/atau kegiatan ini wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan syarat yang
harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan atau kegiatan yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Dokumen amdal disusun oleh pemrakarsa yang
memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal dengan melibatkan masyarakat tertentu
seperti pihak yang terkena dampak, pemerhati lingkungan hidup, dan pihak yang
berpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal. Dokumen ini dinilai oleh
Komisi Penilai amdal yag dibentuk oleh mentri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
DAFTAR RUJUKAN
Huda, Nurul. Sumantri, Diaz. Rohman, Deri Syaeful. Urfan, Faiz. 2014. Suplemen
Sumber Belajar Olimpiade Geografi. Jakarta: PT Bina Prestasi Insani.