File 1619451520
File 1619451520
Lampiran:
Contoh Tools Monitoring dan Evaluasi ................................ 16
Contoh Pusat Pengendalian Malaria (Malaria Center)
yang sudah terbentuk (Ringkasan konsep dan kegiatan)
...................................................................................... 19
Kontributor .................................................................... 25
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat, hidayah dan karuniaNya kita dapat menyusun
Buku Pedoman Pembentukan Pusat Pengendalian Malaria (Malaria
Center) di daerah Endemis.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada
penurunan kualitas sumberdaya manusia yang dapat menimbulkan
berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional.
Upaya pengendalian malaria harus bersifat gerakan,
konsisten dan sasaran yang jelas dengan melibatkan berbagai
program dan sektor terkait, swasta dan seluruh komponen
masyarakat sebagai mitra karena masalah malaria sangat komplek
dan berbeda di setiap wilayah. Untuk itu pemerintah daerah dapat
membentuk wadah koordinasi sebagai pusat pengendalian malaria
(Malaria Center) yang kegiatannya disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan kebutuhan setempat.
Buku pedoman ini merupakan acuan bagi daerah yang akan
membentuk Pusat Pengendalian Malaria (Malaria Center) yang
dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI.
Kepada semua pihak yang telah mendukung diterbitkannya
buku pedoman ini kami ucapkan terima kasih.
pengendalian malaria menuju percepatan eliminasi 3. Tahap eliminasi yang harus dicapai masih
A. TUGAS POKOK
B. Tahapan / Langkah-langkah Pembentukan
1. Melakukan koordinasi, sinkronisasi dan kerjasama
Pusat Pengendalian Malaria
dengan berbagai pemangku kepentingan dalam
1. Melakukan penilaian kebutuhan atau need
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan eliminasi
assessment.
malaria.
2. Melaksanakan advokasi kepada Pemda
2. Melakukan sosialisasi dan advokasi dengan berbagai
3. Melaksanakan kalakarya untuk merumuskan
pemangku kepentingan.
pokok-pokok kegiatan, peran dan fungsi masing-
3. Mengkoordinasikan / melaksanakan peningkatan
masing, mekanisme kerja dan pengorganisasian.
kapasitas sumber daya manusia.
4. Menyusun dan menetapkan regulasi sebagai
4. Melakukan kajian situasi dan pencapaian
payung hukum yang dapat berupa:
pengendalian malaria di daerahnya dan memberikan
a. Peraturan Daerah (Perda)
rekomendasi kepada sektor terkait
b. Peraturan Kepala Daerah
5. Mengkoordinasikan dan menyinkronkan penyusunan
c. Keputusan kepala daerah
anggaran dalam pengendalian Malaria yang
d. Instruksi Kepala Daerah
dialokasikan dalam APBD melalui Bappeda serta
5. Penyiapan sumber daya (sarana, prasarana, dan
sumber dana lain yang sah.
SDM).
6. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Fungsi Pusat Pengendalian Malaria juga dapat
kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam dikembangkan sesuai kebutuhan daerah sebagai:
mendukung eliminasi malaria. 1. Pusat pengembangan sumber daya dalam
7. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan pengendalian malaria di tingkat Provinsi atau
Provinsi atau Kabupaten/Kota lain dalam mendukung Kabupaten/Kota.
eliminasi malaria (lintas batas/border meeting). 2. Pusat kajian dan penelitian dalam mendukung
8. Melaksanakan pelayanan malaria. pengendalian malaria.
9. Tugas-tugas lain untuk mendukung terlaksananya 3. Pusat pelayanan malaria (pengobatan, laboratorium,
eliminasi malaria sesuai dengan situasi dan kondisi dan lain-lain).
setempat.
B. FUNGSI
Pusat Pengendalian Malaria berfungsi sebagai:
1. Pusat koordinasi lintas program, lintas sektor, LSM,
swasta dan masyarakat dalam upaya pengendalian
malaria di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota.
2. Pusat promosi kesehatan malaria dan kegiatan
pengendaliannya menuju eliminasi di Provinsi atau
Kabupaten/Kota.
BAB V 4. Kegiatan teknis yang dilaksanakan harus sesuai
B. Susunan Organisasi
1. Pembentukan Pusat Pengendalian Malaria ditetapkan
dengan regulasi daerah.
2. Pusat Pengendalian Malaria dipimpin oleh unsur
sekretariat daerah minimal setingkat eselon II dan
sekretaris dijabat oleh Dinas Kesehatan.
3. Keanggotaan Pusat Pengendalian Malaria terdiri dari
lintas program, lintas sektor, swasta, organisasi
profesi, organisasi keagamaan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan lainnya yang terkait dengan
kegiatan penanggulangan malaria menuju eliminasi.
BAB VI C. Pelaporan
PENGELOLAAN Pelaporan dibuat oleh Sekretariat Pusat Pengendalian
Malaria setiap 6 bulan sekali berdasarkan hasil
rekapitulasi kegiatan dari masing-masing sektor terkait.
Laporan disampaikan kepada Kepala Daerah dengan
A. Perencanaan
tembusan Menteri Kesehatan (cq. Dirjen Pengendalian
Perencanaan kegiatan melibatkan semua unsur terkait
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) dan Menteri
yang kegiatannya berdampak terhadap upaya
Dalam Negeri (cq. Dirjen Otonomi Daerah dan Dirjen
pengendalian malaria. Perencanaan juga mengacu pada
Pemberdayaan Masyarakat Desa).
perencanaan-perencanaan yang sudah ada (sedang
berjalan) misal: Renstra, RPJMD, RPJMN, MDG’s dan
lain-lain, yang diarahkan untuk mempercepat eliminasi
malaria.
B. Pembiayaan
Biaya untuk kegiatan Pusat Pengendalian Malaria
bersumber dari APBD dan sumber dana lain yang sah
(CSR, BLN, dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI Hasil monitoring dan evaluasi dibahas dalam kalakarya yang
melibatkan sektor terkait sebagai bahan pengembangan
Pusat Pengendalian Malaria selanjutnya.
Gambar 7 : Kantor Pusat Penanggulangan Malaria di Kabupaten Mandailing Gambar 9 : Program Pokok Penanggulangan Malaria di Mandailing Natal,
Natal, Sumatera Utara Sumatera Utara
Gambar 8 : Struktur Organisasi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria di Gambar 10 : Klinik Malaria di Mandailing Natal
Mandailing Natal, Sumatera Utara
C. Pusat Keunggulan Diagnostik AIDS, Tuberkulosis Dalam rangka proses Eliminasi di Provinsi Aceh, kualitas
dan Malaria di Provinsi Aceh diagnosis yang tinggi dan terpercaya sangat dibutuhkan. Maka
untuk mengatasi permasalahan penyakit AIDS, Tuberkulosis dan
Malaria, penguatan laboratorium dan sistem jejaring mutu
diagnosis di Aceh, yang menjamin validitas dan kualitas hasil
diagnosis sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, Pemerintah Aceh
bekerjasama dengan berbagai lembaga Internasional seperti
GFATM, UNICEF, KNCV maupun lembaga Nasional seperti Lembaga
Eijkman, serta mendapat dukungan teknis dari Kementerian
Kesehatan, sedang mengembangkan Pusat Keunggulan Diagnosis
AIDS, TB dan Malaria (ATMDCoE) yang berkedudukan di Balai
Laboratorium Kesehatan Aceh.
Struktur Organisasi
KONTRIBUTOR: 34. dr. Pranti Sri Mulyani, MSc
35. Nurasni, AMAK
1. dr. Rita Kusriastuti, MSc 36. Hermawan Susanto, S.Si
2. dr. Asik Surya, MPPM 37. Marlinda, S.Kom
3. dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid 38. Ali Izhar, SKM
4. dr. Niken Wastu Palupi, MKM 39. Drs. Samijono
5. dr. Elvieda Sariwati, M.Epid 40. drg. Made Rasmini, M.Kes
6. Barlian, SH, M.Kes
7. Dra. Atik Yuliharti, M.Kes
8. Muhani, SKM, M.Kes
9. dr. H. Triyogo Suhadi
10. dr. Hastuti
11. dr. Helmi Sofi
12. Edi Sunandar, ST
13. dr. Liasari Armaijn, M.Kes
14. Firmansyah, SKM
15. H. Sukarni, SKM
16. Marah Rusli Harahap, SKM
17. Bayu Aji, SE, MscPH
18. dr. Yulia Zubir
19. Sinsigus, SE, M.Kes
20. dr. Iwan Mulyono, MPH
21. Nurul Badriyah, SKM
22. Iswahyudi, SKM
23. Asep Sabolakna, PG.Dip.Sc.MT
24. Asep Efendi, SKM
25. Yety Intarti, SKM, M.Kes
26. Drs. Budi Pramono, MKes
27. dr. Bangkit Hutajulu, MScPH
28. Adhi Sambodo, ST, MKM
29. dr. Minerva Theodora Polarida
30. Dewa Made Angga Wisnawa, SKM, MScPH
31. dr. Iqbal Djakaria
32. dr. Marti Kusumaningsih, M.Kes
33. dr. Worowijat, MKM