Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PEMBENTUKAN

PUSAT PENGENDALIAN MALARIA


(MALARIA CENTER)
DI DAERAH ENDEMIS MALARIA

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT


DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (DITJEN PP DAN PL)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2012
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................ 3


Sambutan ....................................................................... 4

BAB I Latar Belakang ....................................................... 6


BAB II Pengertian dan Tujuan ........................................... 8
BAB III Pembentukan ...................................................... 9
BAB IV Tugas Pokok dan Fungsi ......................................... 10
BAB V Kedudukan dan Organisasi ..................................... 12
BAB VI Pengelolaan ......................................................... 13
BAB VII Monitoring dan Evaluasi ....................................... 14
BAB VIII Penutup ............................................................. 15

Lampiran:
Contoh Tools Monitoring dan Evaluasi ................................ 16
Contoh Pusat Pengendalian Malaria (Malaria Center)
yang sudah terbentuk (Ringkasan konsep dan kegiatan)
...................................................................................... 19
Kontributor .................................................................... 25
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat, hidayah dan karuniaNya kita dapat menyusun
Buku Pedoman Pembentukan Pusat Pengendalian Malaria (Malaria
Center) di daerah Endemis.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada
penurunan kualitas sumberdaya manusia yang dapat menimbulkan
berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap
ketahanan nasional.
Upaya pengendalian malaria harus bersifat gerakan,
konsisten dan sasaran yang jelas dengan melibatkan berbagai
program dan sektor terkait, swasta dan seluruh komponen
masyarakat sebagai mitra karena masalah malaria sangat komplek
dan berbeda di setiap wilayah. Untuk itu pemerintah daerah dapat
membentuk wadah koordinasi sebagai pusat pengendalian malaria
(Malaria Center) yang kegiatannya disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan kebutuhan setempat.
Buku pedoman ini merupakan acuan bagi daerah yang akan
membentuk Pusat Pengendalian Malaria (Malaria Center) yang
dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI.
Kepada semua pihak yang telah mendukung diterbitkannya
buku pedoman ini kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, September 2012


Direktur PPBB

dr. Rita Kusriastuti, M.Sc


` NIP 195406011982122001
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL pencapaian eliminasi malaria telah mendapat prioritas dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Disadari bahwa penyebaran malaria tidak mengenal
Maha Kuasa atas selesainya penyusunan Buku Pedoman batas wilayah, oleh karena itu eliminasi malaria memerlukan
Pembentukan Pusat Pengendalian Malaria (Malaria Center) komitmen nasional, regional bahkan global sebagaimana
di daerah Endemis. yang tercantum dalam Milenium Development Goals.
Berbagai upaya untuk mengendalikan malaria sudah Untuk mengkoordinasikan upaya-upaya eliminasi
dilaksanakan sejak 50 tahun yang lalu dan telah berhasil malaria perlu dibentuk pusat pengendalian malaria sebagai
menurunkan jumlah penderita di beberapa wilayah, seperti wadah koordinasi intensif penanggulangan malaria di tingkat
di pulau Jawa, sementara diwilayah lain Malaria masih provinsi dan kabupaten/kota.
menjadi masalah karena masih adanya kendala yang Terima kasih kepada semua pihak yang telah
dihadapi. Upaya-upaya ini harus dilanjutkan dan mendukung diterbitkannya buku pedoman ini. Semoga
ditingkatkan secara intensif dan berkesinambungan dengan upaya-upaya kita untuk mencapai dan menyelesaikan
melibatkan berbagai mitra terkait, agar malaria dapat eliminasi malaria di tanah air memperoleh ridho Allah SWT.
dieliminasi di Indonesia. Amin
Mengeliminasi malaria di Indonesia merupakan
investasi bangsa karena bebas malaria dapat meningkatkan Jakarta, September 2012
sumber daya manusia, mengatasi kemiskinan, kebodohan Direktur Jenderal PP dan PL,
dan ketertinggalan yang selama ini menjadi isu utama
malaria. Oleh sebab itu maka eliminasi malaria pada
dasarnya adalah hak asasi manusia sehingga semua pelaku
pembangunan harus mendukung dan berperan aktif.
Untuk melaksanakan eliminasi Malaria Kementerian Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama
Kesehatan RI telah menetapkan eliminasi malaria di NIP 195509031980121001
Indonesia pada tahun 2030 yang dituangkan dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No.293/MENKES/SK/IV/2009
yang didukung oleh Menteri Dalam Negeri melalui surat
No.441.43/465/SJ tanggal 8 Februari 2010 perihal Pedoman
Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Indonesia yang
ditujukan kepada Gubernur, Bupati/Walikota seluruh
Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
LATAR BELAKANG

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih


menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk
Indonesia. Menurut World Malaria Report tahun 2011, sekitar
3.3 milyar penduduk dunia berisiko menderita malaria. Kasus
terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa Negara Asia,
Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa Negara di Eropa.

Data nasional tahun 2011 menunjukkan API sebesar 1,75 per


1000 penduduk. Jumlah Kabupaten/Kota yang endemis lebih
dari 70%. Keadaan ini berdampak terhadap penurunan
kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan
berbagai masalah sosial, ekonomi bahkan berpengaruh
terhadap ketahanan nasional.

Untuk mengatasi malaria, pertemuan World Health Assembly


(WHA) ke-60 tanggal 18 Mei 2007 di Geneva, telah
menghasilkan komitmen global tentang eliminasi malaria bagi
setiap negara anggota yang dituangkan dalam resolusi WHA
BAB I
No.60.18. Petunjuk pelaksanaan eliminasi malaria tersebut tersebut perlu dibentuk Pusat Pengendalian Malaria sebagai
telah dirumuskan oleh WHO dalam Global Malaria wadah koordinasi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Programme.
Dengan terbentuknya Pusat Pengendalian Malaria diharapkan
Sejalan dengan komitmen global tersebut, Kementerian permasalahan malaria yang selama ini menjadi kendala dapat
Kesehatan RI pada tanggal 28 April 2009 telah menerbitkan diatasi.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.293/MENKES/SK/IV/
2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia pada tahun
2030. Keputusan ini didukung oleh Kementerian Dalam
Negeri melalui Surat Menteri Dalam Negeri No.443.41/
465/SJ tanggal 8 Februari 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Indonesia. Secara
operasional telah dibentuk Forum Nasional Gebrak Malaria
melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.131/MENKES/SK/
III/2012 tanggal 21 Maret 2012.

Untuk mencapai eliminasi pada tahun 2030, program


eliminasi malaria harus bersifat gerakan, konsisten dan
sasaran yang jelas dengan melibatkan seluruh komponen
masyarakat di bawah koordinasi kepala daerah provinsi dan
Kabupaten/Kota. Untuk mengkoordinasikan kegiatan
BAB II BAB III
PENGERTIAN DAN TUJUAN PEMBENTUKAN

A. Pengertian A. Dasar Pembentukan Pusat Pengendalian


Pusat Pengendalian Malaria adalah wadah yang dibentuk Malaria
atas inisiatif dan komitmen Pemerintah Daerah sebagai Pusat Pengendalian Malaria dapat dibentuk dengan
pusat koordinasi kegiatan pengendalian malaria dari mempertimbangkan antara lain hal-hal sebagai berikut:
berbagai aspek menuju eliminasi dengan melibatkan 1. Daerah endemis malaria.
seluruh pemangku kepentingan yang terkait dibawah 2. Daerah dengan permasalahan malaria yang
koordinasi Kepala Daerah. kompleks sehingga membutuhkan penanganan
secara komprehensif dan integral dengan melibatkan
B. Tujuan lintas program, lintas sektor, swasta dan

Mendukung pemerintah daerah dalam upaya masyarakat.

pengendalian malaria menuju percepatan eliminasi 3. Tahap eliminasi yang harus dicapai masih

malaria. mengalami hambatan.


4. Advokasi dan sosialisai eliminasi malaria belum
efektif.
5. Alokasi dalam APBD dan sumber dana lain untuk
Pelaksanaan Kegiatan Eliminasi Malaria masih
rendah/tidak tersedia.
6. Pengembangan potensi sumber daya yang ada BAB IV
belum optimal. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
7. Peran serta masyarakat dalam pengendalian
malaria masih rendah.

A. TUGAS POKOK
B. Tahapan / Langkah-langkah Pembentukan
1. Melakukan koordinasi, sinkronisasi dan kerjasama
Pusat Pengendalian Malaria
dengan berbagai pemangku kepentingan dalam
1. Melakukan penilaian kebutuhan atau need
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan eliminasi
assessment.
malaria.
2. Melaksanakan advokasi kepada Pemda
2. Melakukan sosialisasi dan advokasi dengan berbagai
3. Melaksanakan kalakarya untuk merumuskan
pemangku kepentingan.
pokok-pokok kegiatan, peran dan fungsi masing-
3. Mengkoordinasikan / melaksanakan peningkatan
masing, mekanisme kerja dan pengorganisasian.
kapasitas sumber daya manusia.
4. Menyusun dan menetapkan regulasi sebagai
4. Melakukan kajian situasi dan pencapaian
payung hukum yang dapat berupa:
pengendalian malaria di daerahnya dan memberikan
a. Peraturan Daerah (Perda)
rekomendasi kepada sektor terkait
b. Peraturan Kepala Daerah
5. Mengkoordinasikan dan menyinkronkan penyusunan
c. Keputusan kepala daerah
anggaran dalam pengendalian Malaria yang
d. Instruksi Kepala Daerah
dialokasikan dalam APBD melalui Bappeda serta
5. Penyiapan sumber daya (sarana, prasarana, dan
sumber dana lain yang sah.
SDM).
6. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Fungsi Pusat Pengendalian Malaria juga dapat
kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam dikembangkan sesuai kebutuhan daerah sebagai:
mendukung eliminasi malaria. 1. Pusat pengembangan sumber daya dalam
7. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan pengendalian malaria di tingkat Provinsi atau
Provinsi atau Kabupaten/Kota lain dalam mendukung Kabupaten/Kota.
eliminasi malaria (lintas batas/border meeting). 2. Pusat kajian dan penelitian dalam mendukung
8. Melaksanakan pelayanan malaria. pengendalian malaria.
9. Tugas-tugas lain untuk mendukung terlaksananya 3. Pusat pelayanan malaria (pengobatan, laboratorium,
eliminasi malaria sesuai dengan situasi dan kondisi dan lain-lain).
setempat.

B. FUNGSI
Pusat Pengendalian Malaria berfungsi sebagai:
1. Pusat koordinasi lintas program, lintas sektor, LSM,
swasta dan masyarakat dalam upaya pengendalian
malaria di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota.
2. Pusat promosi kesehatan malaria dan kegiatan
pengendaliannya menuju eliminasi di Provinsi atau
Kabupaten/Kota.
BAB V 4. Kegiatan teknis yang dilaksanakan harus sesuai

KEDUDUKAN DAN ORGANISASI dengan kebijakan teknis pengendalian malaria yang


dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat.
5. Kegiatan harian dilaksanakan oleh Sekretariat Pusat
Pengendalian Malaria.
A. Kedudukan
Pusat Pengendalian Malaria berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.

B. Susunan Organisasi
1. Pembentukan Pusat Pengendalian Malaria ditetapkan
dengan regulasi daerah.
2. Pusat Pengendalian Malaria dipimpin oleh unsur
sekretariat daerah minimal setingkat eselon II dan
sekretaris dijabat oleh Dinas Kesehatan.
3. Keanggotaan Pusat Pengendalian Malaria terdiri dari
lintas program, lintas sektor, swasta, organisasi
profesi, organisasi keagamaan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan lainnya yang terkait dengan
kegiatan penanggulangan malaria menuju eliminasi.
BAB VI C. Pelaporan
PENGELOLAAN Pelaporan dibuat oleh Sekretariat Pusat Pengendalian
Malaria setiap 6 bulan sekali berdasarkan hasil
rekapitulasi kegiatan dari masing-masing sektor terkait.
Laporan disampaikan kepada Kepala Daerah dengan
A. Perencanaan
tembusan Menteri Kesehatan (cq. Dirjen Pengendalian
Perencanaan kegiatan melibatkan semua unsur terkait
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) dan Menteri
yang kegiatannya berdampak terhadap upaya
Dalam Negeri (cq. Dirjen Otonomi Daerah dan Dirjen
pengendalian malaria. Perencanaan juga mengacu pada
Pemberdayaan Masyarakat Desa).
perencanaan-perencanaan yang sudah ada (sedang
berjalan) misal: Renstra, RPJMD, RPJMN, MDG’s dan
lain-lain, yang diarahkan untuk mempercepat eliminasi
malaria.

B. Pembiayaan
Biaya untuk kegiatan Pusat Pengendalian Malaria
bersumber dari APBD dan sumber dana lain yang sah
(CSR, BLN, dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI Hasil monitoring dan evaluasi dibahas dalam kalakarya yang
melibatkan sektor terkait sebagai bahan pengembangan
Pusat Pengendalian Malaria selanjutnya.

Secara berkala dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap


Pusat Pengendalian Malaria dan seluruh kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan upaya percepatan eliminasi
malaria.

Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai panduan dalam


melakukan monitoring dan evaluasi adalah :
 Rumusan masalah pengendalian malaria.
 Pemecahan masalah yang dihadapi.
 Keterlibatan dan ontribusi aktif lintas program, lintas
sektor, swasta dan masyarakat terkait dalam
pemecahan masalah.
 Hasil yang sudah dicapai

Masing-masing Pusat Pengendalian Malaria dapat


mengembangkan instrumen monitoring dan evaluasi sesuai
kebutuhan dan situasi kondisi daerah.
BAB VIII
PENUTUP

Pusat Pengendalian Malaria merupakan salah satu wadah


yang dapat mendukung pencapaian eliminasi malaria.
Pelaksanaan kegiatan pada malaria center memerlukan
dukungan pemerintah daerah dengan melibatkan berbagai
lintas program, lintas sektor dan masyarakat. Pedoman
Pusat Pengendalian Malaria ini dibuat sebagai acuan bagi
LAMPIRAN
daerah yang akan membentuk Pusat Pengendalian Malaria.

Dengan adanya buku pedoman ini maka diharapkan


koordinasi pengendalian malaria dapat dilaksanakan secara
terpadu dan terarah untuk tercapainya eliminasi malaria.
Pengembangan Pusat Pengendalian Malaria dalam bentuk
kegiatan maupun organisasi terpadu seperti dengan AIDS,
Tuberculosis menjadi AIDS, Tuberculosis dan Malaria (ATM)
Centre dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat.
Lampiran 1: CONTOH TOOLS MONITORING DAN i. Kehutanan
EVALUASI j. Pertambangan
k. Tenaga kerja dan Transmigrasi
l. Kesehatan
A. Need Assessment m. PKK
n. Organisasi Profesi
1. Dasar hukum pembentukan Pusat Pengendalian Malaria o. Organisasi keagamaan
2. Siapa ketua Pusat Pengendalian Malaria p. LSM
3. Siapa pelaksana harian q. Sektor swasta
4. Siapa anggota Pusat Pengendalian Malaria r. Kebudayaan dan Pariwisata
5. Peran masing-masing anggota s. Dan lain-lain
6. Dimana lokasi sekretariat Pusat Pengendalian Malaria
7. Apakah ada pertemuan rutin
8. Kegiatan apa yang dilakukan:
B. Self Assessment
a. Tehnis :
- Pelayanan diagnosis
1. Apakah masalah malaria sudah dirumuskan?
- Pengendalian vektor
2. Apakah sudah disusun rencana pemecahan masalah
- Promosi kesehatan
tersebut
b. Managemen
3. Apakah untuk pemecahan masalah sudah melibatkan
- Pertemuan rutin
lintas program dan sektor terkait
- Ketersediaan logistic
4. Apakah masing-masing anggota sudah berperan sesuai
- Sumber pembiayaan
dengan tupoksi dalam mendukung eliminasi malaria
- Peningkatan kapasitas SDM
5. Apakah rencana kegiatan sudah dilaksanakan
- Pemantapan mutu/Quality assurance
6. Apa hasil yang sudah dicapai
- Rencana kerja jangka panjang, menengah dan
7. Apakah pertemuan dilakukan secara rutin
tahunan
8. Kegiatan apa yang dilakukan:
9. Peran masing-masing anggota Pusat Pengendalian
a. Tehnis :
Malaria:
- Pelayanan diagnosis
a. Bappeda
- Pengendalian vector
b. Binsos
- Promosi kesehatan
c. PU
b. Managemen
d. Kelautan dan Perikanan
- Pertemuan rutin
e. Pertanian
- Ketersediaan logistic
f. Dikdas
- Sumber pembiayaan
g. Agama
- Peningkatan kapasitas SDM
h. Lingkungan hidup
- Pemantapan mutu/Quality assurance 7. Apakah ada pertemuan rutin
- Rencana kerja jangka panjang, menengah dan 8. Kegiatan apa yang dilakukan:
tahunan a. Tehnis :
9. Peran masing-masing anggota Pusat Pengendalian - Pelayanan diagnosis
Malaria: - Pengendalian vector
a. Bappeda - Promosi kesehatan
b. Binsos b. Managemen
c. PU - Pertemuan rutin
d. Kelautan dan Perikanan - Ketersediaan logistic
e. Pertanian - Sumber pembiayaan
f. Dikdas - Peningkatan kapasitas SDM
g. Agama - Pemantapan mutu/Quality assurance
h. Lingkungan hidup - Rencana kerja jangka panjang, menengah dan
i. Kehutanan tahunan
j. Pertambangan
k. Tenaga kerja dan Transmigrasi 9. Peran masing-masing anggota Pusat Pengendalian Malaria:
l. Kesehatan a. Bappeda
m. PKK b. Binsos
n. Organisasi Profesi c. PU
o. Organisasi keagamaan d. Kelautan dan Perikanan
p. LSM e. Pertanian
q. Sektor swasta f. Dikdas
r. Kebudayaan dan Pariwisata g. Agama
s. Dan lain-lain h. Lingkungan hidup
i. Kehutanan
j. Pertambangan
C. Forum Gebrak Malaria k. Tenaga kerja dan Transmigrasi
l. Kesehatan
1. Dasar hukum pembentukan Pusat Pengendalian Malaria m. PKK
2. Siapa ketua Pusat Pengendalian Malaria n. Organisasi Profesi
3. Siapa pelaksana harian o. Organisasi keagamaan
4. Siapa anggota Pusat Pengendalian Malaria p. LSM
5. Apakah masing-masing anggota sudah berperan sesuai q. Sektor swasta
dengan tupoksi r. Kebudayaan dan Pariwisata
6. Dimana lokasi sekretariat Pusat Pengendalian Malaria s. Dan lain-lain
Lampiran 2: CONTOH PUSAT PENGENDALIAN
MALARIA (MALARIA CENTER) YANG SUDAH
TERBENTUK :

A. Pusat Pengendalian Malaria di Kabupaten


Halmahera Selatan
 Struktur Organisasi
Pusat Pengendalian Malaria sebagai wadah/lembaga
koordinatif yang dikoordinir langsung oleh Bupati. Dalam
strukturnya menghimpun segenap lintas sektor dalam
lingkup pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat
dalam penanggulangan malaria hingga ke level/tingkat
desa

Gambar 2 : Gedung pusat pengendalian Malaria di Halmahera Selatan

Gambar 1 : Struktur organisasi Pusat Pengendalian Malaria di


Kabupaten Halmahera Selatan.

Dalam upaya menjalankan fungsi sekretariat Pusat


Pengendalian Malaria maka dibangunlah Gedung Malaria
Gambar 3 : Peresminan Pusat Pengendalian Malaria Halmahera
Center dan pada sekretariat ini terdapat struktur organisasi
Selatan oleh Ibu Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu
yang saat ini berbentuk UPTD (Unit Pelaksana Teknis Sedyaningsih, MPH, Dr.PH
Dinas).
 Kegiatan – kegiatan Pusat pengendalian
Malaria di Halsel

Gambar 6 : Penurunan kasus malaria (API) dari tahun ke tahun sebagai


hasil partisipasi masyarakat.
Gambar 4: Situasi lingkungan yang menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk malaria (sebelum adanya kegiatan Malaria Centre)

Gambar 7 : Pernyataan bupati Halmahera Selatan bahwa penurunan


Gambar 5 : Lingkungan yang telah di perbaiki oleh masyarakat kasus malaria dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
sehingga tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk malaria
(setelah ada kegiatan Malaria Centre).
B. Pusat Penanggulangan Malaria di Kabupaten
Mandailing Natal

Gambar 7 : Kantor Pusat Penanggulangan Malaria di Kabupaten Mandailing Gambar 9 : Program Pokok Penanggulangan Malaria di Mandailing Natal,
Natal, Sumatera Utara Sumatera Utara

Gambar 8 : Struktur Organisasi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria di Gambar 10 : Klinik Malaria di Mandailing Natal
Mandailing Natal, Sumatera Utara
C. Pusat Keunggulan Diagnostik AIDS, Tuberkulosis Dalam rangka proses Eliminasi di Provinsi Aceh, kualitas
dan Malaria di Provinsi Aceh diagnosis yang tinggi dan terpercaya sangat dibutuhkan. Maka
untuk mengatasi permasalahan penyakit AIDS, Tuberkulosis dan
Malaria, penguatan laboratorium dan sistem jejaring mutu
diagnosis di Aceh, yang menjamin validitas dan kualitas hasil
diagnosis sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, Pemerintah Aceh
bekerjasama dengan berbagai lembaga Internasional seperti
GFATM, UNICEF, KNCV maupun lembaga Nasional seperti Lembaga
Eijkman, serta mendapat dukungan teknis dari Kementerian
Kesehatan, sedang mengembangkan Pusat Keunggulan Diagnosis
AIDS, TB dan Malaria (ATMDCoE) yang berkedudukan di Balai
Laboratorium Kesehatan Aceh.

 Struktur Organisasi
KONTRIBUTOR: 34. dr. Pranti Sri Mulyani, MSc
35. Nurasni, AMAK
1. dr. Rita Kusriastuti, MSc 36. Hermawan Susanto, S.Si
2. dr. Asik Surya, MPPM 37. Marlinda, S.Kom
3. dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid 38. Ali Izhar, SKM
4. dr. Niken Wastu Palupi, MKM 39. Drs. Samijono
5. dr. Elvieda Sariwati, M.Epid 40. drg. Made Rasmini, M.Kes
6. Barlian, SH, M.Kes
7. Dra. Atik Yuliharti, M.Kes
8. Muhani, SKM, M.Kes
9. dr. H. Triyogo Suhadi
10. dr. Hastuti
11. dr. Helmi Sofi
12. Edi Sunandar, ST
13. dr. Liasari Armaijn, M.Kes
14. Firmansyah, SKM
15. H. Sukarni, SKM
16. Marah Rusli Harahap, SKM
17. Bayu Aji, SE, MscPH
18. dr. Yulia Zubir
19. Sinsigus, SE, M.Kes
20. dr. Iwan Mulyono, MPH
21. Nurul Badriyah, SKM
22. Iswahyudi, SKM
23. Asep Sabolakna, PG.Dip.Sc.MT
24. Asep Efendi, SKM
25. Yety Intarti, SKM, M.Kes
26. Drs. Budi Pramono, MKes
27. dr. Bangkit Hutajulu, MScPH
28. Adhi Sambodo, ST, MKM
29. dr. Minerva Theodora Polarida
30. Dewa Made Angga Wisnawa, SKM, MScPH
31. dr. Iqbal Djakaria
32. dr. Marti Kusumaningsih, M.Kes
33. dr. Worowijat, MKM

Anda mungkin juga menyukai