Narator: “21 April 1879 lahir seorang anak perempuan dari pasangan Raden Mas Adipati Ari
o Sosroningrat dan M. A Ngasirah, anak tersebut diberi nama Raden Ajeng Kartini. Semasa re
maja Kartini merupakan anak yang menginginkan kebebasan, menentang adat yang berlaku p
ada saat itu untuk mewujudkan kesetaraan hak antara pria dan wanita. Bahkan Kartini mendir
ikan sekolah untuk wanita kaum miskin.”
lighting merah
Busono : “Untuk apa kau mengajar…wanita harus menikah, dan juga mengurus rumah”
Kartini dan murid : “Apakah salah jika, wanita melakukan, hal yang kita inginkan. Wanita ma
sih manusia.”
Busono : “ Sudahlah Kartini kau tak perlu mengajari mereka. Ayo sekarang ikut kang mas bal
ik ke pingitanmu.” (menarik Kartini)
…………………………………………………………………………………………………..
Ibu Tiri: “Ni, keluar! Cepat keluar!” (Sambil berteriak) (lighting putih)
Kartini: “(Keluar dan bersimpuh) Ada apa Ibuuu?” (Dengan nada sedikit takut dan terbata-b
ata)
Ibu Tiri: “Ni. Sudah saatnya kamu harus dipingit Ibu tidak mau melihat kamu terus mengajar
dan belajar. Persiapkan dirimu hingga calon suami mu menjemput.” (Sambil menunjuk Kartin
i)
Kartini: “Mengapa Ibu? Apakah salah jika seorang wanita belajar? Apakah salah jika wanita,
memiliki kedudukan yang sama dengan pria.”
Ibu Tiri; “Cukup, tradisi tetaplah tradisi.”(menoleh ke kartini)
Kartini: “Dan saya (berdiri) akan tetap berpendapat seperti ini, Ibu.”
Ibu Tiri: “Terserah kamu saja. Hingga tiba saatnya mau siap atau tidak siap harus melakukan
pingitan.” (Pergi)
BAGIAN 2
Kartini: “Saya ingin meminta izin, untuk melanjutkan sekola di Belanda, Romo.”
Romo: “Trinil, apakah kamu sangat menginginkan sekolah di Belanda?” (Sambil memegang
proposal sekolah di Belanda)
Kartini : “Benar Romo, Trinil sangat ingin sekolah di Belanda dan ingin menggapai cita-cita
Romo.” (lighting biru)
T.K Slamet : “Maaf tuan saya kurang setuju dengan pendapat di ajeng kartini tentang sekolah
ke belanda”
Slamet : “kenapa??”
T.K Slamet : “Jika ibu mendengar mungkin beliau akan marah tuan”
…………………………………………………………………………………………………..
Di meja makan terdapat Kartini, Ibu Tiri dan Slamet. (lighting putih)
Ibu Tiri: “Kamu harus bersyukur, Ni. Karena ada orang yang melamarmu.”
Kartini: “Apa yang harus disyukuri, dari seorang laki-laki yang sudah memiliki 3 istri, Ibu.”
Kartini: “Saya tidak mau membuat Romo kecewa. Mohon maaf, Ibu.”
Kartini ingin pergi tetapi langsung dicekal oleh Ibu tiri. Ibu tiri ingin marah tetapi dice
gah oleh Slamet.
Slamet: “Mohon maaf, Ibu. Izinkan saya berbicara kepada adik saya.” (lighting oren)
Slamet: “Kamu bisa meminta tolong kepada Romo untuk membatalkan proposal itu.”
Ibu Tiri: “Sekarang semuanya sudah jelas, kamu hanya memikirkan dirimu sendiri.” (lighting
merah)
Setelah bernyanyi, Kartini ketiduran di meja. Setelah itu yu ngasirah masuk untuk me
mbangungkan Kartini untuk dibawa pergi ke danau.
…………………………………………………………………………………………………..
Musik : suara air relaksasi 0:05-0:10 (lighting hijau)
Yu Ngasirah: “Ada yang ingin ibu tanyakan dan mengerti. Ilmu apa yang sudah kamu pelajari
dari aksara Belanda?” (Sambil memegang tangan Kartini)
Yu Ngasirah: (Menghela napas) “Kesetiaan, manusia Ketika dipangku hatinya tentram karena
keseimbangannya terjaga. Sepintar-pintarnya orang Belanda untuk menguasai dunia, mereka t
idak akan mengenal Kesetiaan.”
Yu Ngasirah: (Menangis/sedih) “Selama ini ibu menerima dipisahkan oleh tembok kehidupan
dengan anak-anak yang lahir dari rahim Ibu, Ni. Harapan ibu, anak-anak bisa sekolah dan der
ajatnya lebih tinggi dari ibu.”
kartini menangis dan memeluk Yu Ngasirah
BAGIAN 3
Romo: “Bagaimana? Apa kamu siap untuk menyandang gelar Raden Ayu?”
Kartini: “Saya siap, untuk menerima pinangan, dari kanjeng Adipati Dyayu Adiningrat dari R
embang. Tapi saya ingin meminta syarat.”(lighting oren)
Kartini: “pertama saya tidak mau membasuh kakinya dan tidak mau dibebani oleh berbagai p
erintah sopan santun yang rumit serta saya mau diperlakukan seperti orang biasa saja, yang te
rakhir…”
Ibu Tiri: “Cukup, ni. Kamu hanya memikirkan dirimu , ibu tidak akan membiarkan syaratmu
terpenuhi.” (Nada marah) (lighting merah)
Lastri: “Suami saya menikah lagi, bu. Lastri mengerti suami Lastri lebih mencintai istri muda
nya yang lebih pintar dan terpelajar. Lastri tidak kuat bu.” (Menangis) (menghampiri kartini)
Kartini: “Yang terakhir saya mengharuskan calon suami saya untuk membantu mendirikan se
kolah untuk perempuan dan orang miskin.(jeda helaan nafas) Saya juga ingin Yu Ngasirah ti
dak tinggal dirumah belakang tapi dirumah depan serta saya ingin semua putri-putri Romo m
emanggil Yu Ngasirah dengan sebutan mas Ajeng bukan Yu lagi.” (Kartini menunduk dan me
nangis)
Slamet: “Mohon maaf, Romo. Izinkan saya menulis surat ini Romo. Saya anak yang paling tu
a. Sudah jadi bukti saya sebagai kakak untuk melindungi adik-adiknya.”
Kartono : “Dan saya akan membantu untuk mengantarkan surat itu langsung ke Bupati Remb
ang, Romo.”
Romo : “Baiklah.”
…………………………………………………………………………………………………..
Kartini: “Benar Kang mas. Apabila Kang mas keberatan dengan syarat itu. Saya mohon supa
ya Kang mas tidak memperpanjang masalah ini menjadi permusuhan antara keluarga.”(sambi
l menunduk)
R. A. Joyodiningrat: “Saya sangat ingin anak-anak di asuh oleh ibu yang berhati kuat dan pint
ar seperti di Ajeng Kartini. Aku akan ikut mengawal cita-citamu. Bagaimana, di Ajeng?”
………………………………………………………………………………………………......
Kartini: “Saya izin pamit, Ibu. Ni mau jadi Raden Ayu” (Kartini sungkem ke ibu kandung dan
di beri anggukan oleh ibu kandung sambil menangis) (melodi)
Setelah itu Kartini pergi meninggalkan ibu kandung, lalu menghampiri suaminya untu
k digiring ke pelaminan
Narator :”Setelah pernikahan dilaksanakan. Kartini dan R.A. Joyodiningrat pergi melihat laha
n yang akan dijadikan sekolah sesuai yang Kartini impikan.
Kartini: “Terimakasih suami ku telah memenuhi persyaratan yang aku ajukan sebelum menik
ah.” (memeluk suami kartini) (lighting pink$
R. A. Joyodiningrat: “Sama – sama dek Kartini” (membalas pelukan kartini dan mengelus ke
pala kartini)
ENDING
TOKOH:
STRUKTUR DRAMA: