Anda di halaman 1dari 3

Servis Kayu: Hal-hal yang Perlu Dilakukan kepada Produk Sebelum Masuk Proses Amplas

Oleh: Awang

Servis kayu adalah proses produksi yang dilakukan guna memperbaiki keadaan kayu
pada produk agar produk yang semula masih cacat dapat menjadi lebih baik. Pengerjaan servis
kayu disesuaikan dengan keadaan cacat yang terjadi pada produk. Kondisi cacat pada produk
dan teknik servis kayu yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kayu cuil
Kayu cuil biasa diservis dengan metode penambalan. Metode penambalan ini
adalah metode yang dilakukan dengan cara menempelkan kayu penambal yang ditatah
untuk menyesuaikan bagian produk yang cuil atau berlubang menggunakan lem alteko
baru kemudian produk dapat dihaluskan dengan amplas. Jenis dan warna kayu
penambal yang digunakan untuk menambal bagian cuil harus sesuai dengan jenis kayu
yang digunakan pada produk.

2. Kayu berlubang
Lubang pada kayu yang tidak bisa diratakan menggunakan amplas mesin dan
terlalu kecil untuk ditambal biasanya diperbaiki dengan cara didempul. Dempul adalah
bahan semacam lem yang digunakan untuk menutup lubang pada kayu. Kayu yang
berlubang diolesi atau diisi menggunakan bahan dempul ini hingga permukaan kayu
yang semula cacat berlubang menjadi rata.

3. Luapan lem yang sudah kering


Luapan lem kering biasa dijumpai pada bagian sambungan kayu setelah proses
perakitan. Luapan lem kering ini dapat dihilangkan dengan cara memahat lem kering
yang meluap pada kayu kemudian dihaluskan dengan amplas.

4. Cutter mark
Cutter mark adalah cacat kayu yang kebanyakan ditemukan setelah kayu
mengalami proses sanding atau planer. Cutter mark ini dapat dihilangkan atau diratakan
dengan cara digosok menggunakan pecahan kaca maupun amplas ke bagian yang cacat
cutter mark, atau bisa saja menggunakan amplas mesin atau gerinda.
Poin-poin yang Menjadi Acuan Pengecekan Barang Jadi Setelah Proses Perakitan

Setelah komponen-komponen kayu mengalami proses penghalusan/amplas, komponen-


komponen tersebut kemudian akan dirakit menjadi barang jadi. Komponen-komponen kayu ini
akan dirakit sesuai dengan gambar kerja yang telah ditentukan sebelum proses produksi
dimulai. Untuk memastikan kesesuaian barang jadi dengan gambar kerja yang sudah ditentukan,
maka perlu dilakukan pengecekan terhadap barang jadi. Yang menjadi poin-poin acuan dalam
pengecekan barang jadi setelah proses perakitan adalah sebagai berikut :
1. Dimensi
Dimensi adalah ukuran barang jadi yang terdiri dari panjang, tinggi, lebar,
maupun ukuran diagonal barang jadi. Barang jadi harus diukur dimensinya untuk
memastikan kesesuaian barang jadi dengan gambar kerja.
Dimensi barang jadi terbagi menjadi 2, yaitu dimensi overall/dimensi
keseluruhan dari barang jadi dan dimensi per komponen barang jadi. Ke-2 jenis dimensi
ini harus dipastikan sesuai dengan gambar kerja. Ketidaksesuaian ukuran dimensi overall
barang jadi dapat ditoleransi hingga 5mm, sedangkan ketidaksesuaian ukuran dimensi
komponen, tiap-tiap komponennya dapat ditoleransi hingga 2mm. Namun alangkah
baiknya jika barang jadi dapat dibuat secara tepat dan sesuai dengan gambar kerja tanpa
harus ada toleransi terhadap ketidaksesuaian ukuran.
Ada pula pengukuran diagonal barang jadi harus dipastikan seimbang antara satu
sisi dengan yang lain untuk barang yang didesain simetris. Hal ini penting untuk
dilakukan supaya tidak terjadi ketidakseimbangan pada berdirinya barang jadi sehingga
barang jadi yang didesain berbentuk simetris tidak nampak miring di satu sisi atau tidak
seimbang.

2. Konstruksi
Konstruksi per komponen barang menjadi barang jadi yang utuh harus dipastikan
rapi, rapat, bersih, tidak cacat, dan sesuai dengan gambar kerja. Pertemuan konstruksi
tiap-tiap komponen harus sesuai dengan gambar kerja. Barang yang didesain komponen-
komponennya tersambung secara menang-kalah maka konstruksi sambungannya harus
dirakit menang-kalah juga. Apabila dalam gambar kerja terdapat komponen yang
didesain memiliki gap, maka ukuran gap barang jadi harus sesuai gambar kerja dengan
ukuran, bentuk, dan alur yang sama dan konsisten.
Adapun kelengkapan dan ketepatan penggunaan hardware harus disesuaikan
dengan gambar kerja baik dari segi jumlah, jenis hardware, teknis pemasangan, ukuran,
spesifikasi, dan lain-lainnya. Konstruksi hardware juga harus dipasang dengan benar
hingga hardware-hardware tersebut dapat difungsikan dengan normal, lancar, tanpa
kendala, dan tanpa ada bunyi yang asing. Contoh dari hardware yang biasa digunakan
dalam produk barang kayu yaitu: engsel pintu, gagang pintu, gagang laci, rel laci, slot
kunci pintu, dan lain-lain.
3. Kebersihan dan kerapian
Konstruksi yang baik adalah konstruksi yang bersih, rapi, dan sesuai gambar kerja.
Kebersihan dan kerapian barang sangatlah penting untuk menjaga kualitas dan look dari
barang jadi. Contoh dari konstruksi yang bersih dan rapi adalah :
a. Tiap-tiap konstruksi yang sambungannya menggunakan lem harus bebas
dari luapan lem. Lem harus diaplikasikan secara rapi, tidak tampak, dan
tidak meluap/secukupnya untuk menghindari glue line supaya barang jadi
dapat terlihat rapi dan bersih setelah proses finishing. Jika sekiranya ada
luapan lem, maka luapan tersebut harus dihilangkan melalui proses servis
yang dilakukan sebelum proses finishing.
b. Pemasangan paku tembak dan sekrup tidak boleh nampak ataupun
muncul ke permukaan. Pemasangan paku dan sekrup yang baik dan aman
harus dipasang dengan kedalaman minimal 2mm.
c. Laci ataupun pintu harus dipasang sejajar atau tidak miring dan dengan
besar gap aman paling besar 3mm keliling dari body laci atau frame pintu.
Gap tidak boleh terlalu besar dan tidak boleh terlalu kecil untuk
menghindari macet. Tiap-tiap engsel pintu harus sesuai secara jenis dan
spesifikasi dan rel laci pun harus dipasang dengan pemasangan sekrup
minimal ¾ dari lubang sekrup yang tersedia.

Dibuat Diperiksa Mengetahui

Anda mungkin juga menyukai