Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BARUS UTARA
Desa Hutaginjang, Kode Pos 22564
Email: puskesbatara22@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS BARUS UTARA


NOMOR : /UPTD Pusk.Barus Utara/SK/I/2021
TENTANG
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN DAN PENUNJANG
UPTD PUSKESMAS BARUS UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPTD PUSKESMAS BARUS UTARA,

Menimbang : a. Bahwa penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan


pasien sampai dengan pemulangan, pelayanan laboratorium dan
pelayanan farmasi dilaksanakan sesuai standar dengan memperhatikan
kebutuhan pasien, mutu pelayanan serta keselamatan pasien;
b. bahwa Surat Keputusan Pimpinan Puskesmas Nomor :
/UPTD.Pusk.Barus Utara/SK/I/2021 tentang Pelayanan Klinis
Puskesmas Barus Utara sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
pelayanan kesehatan dan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu
diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Barus
Utara tentang Penyelenggaran Upaya Kesehatan Perorangan dan
Penunjang UPTD Puskesmas Barus Utara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
2

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun


2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMASBARUS UTARA


TENTANG PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN
PERORANGAN DAN PENUNJANG UPTD PUSKESMAS BARUS
UTARA.
KESATU : Program Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan dan
Penunjang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Barus Utara


Pada tanggal :

KEPALA UPTD PUSKESMAS BARUS


UTARA,

dr. MARWATI

TembusanYth. :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah
2. Arsip
3

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS


BARUS UTARA
NOMOR : /UPTD.Pusk.Barus Utara/SK/I/2021
TENTANG : PENYELENGGARAAN UPAYA
KESEHATAN PERORANGAN DAN
PENUNJANG UPTD PUSKESMAS BARUS
UTARA

A. PELAYANAN PENERIMAAN PASIEN SAMPAI DENGAN PEMULANGAN

1. Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent) kepada pengguna


layanan atau keluarganya saat pertama kali datang untuk rawat jalan.
2. Penerimaan pasien meliputi proses pendaftaran pasien rawat jalan dengan prosedur
yang jelas.
3. Pendaftaran pasien harus memperhatikan keselamatan pasien.
4. Puskesmas memberikan informasi yang jelas tentang sarana pelayanan, antara lain:
tarif, jenis pelayanan, alur dan proses pendaftaran, alur dan proses pelayanan dan
rujukan.
5. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses pelayanan
yang dimulai dari pendaftaran sampai dengan pemulangan.
7. Hak-hak pasien meliputi:
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Puskesmas;
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien;
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7) Memilih dokter sesuai dengan keinginannya dengan tetap memperhatikan
peraturan yang berlaku di Puskesmas;
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas;
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
4

11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas terhadap dirinya;
15) Menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila Puskesmas diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
16) Mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
8. Kewajiban pasien meliputi:
1) Mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;
2) Menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggung jawab;
3) Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Puskesmas;
4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Puskesmas dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
7) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
9. Dilakukan identifikasi pasien dengan risiko kendala dan/atau berkebutuhan khusus,
antara lain: balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa, budaya, atau
kendala lainnya agar tidak terjadi hambatan atau tidak optimalnya proses asesmen
maupun pemberian asuhan klinis.
10. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan.
11. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
5

12. Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi,protokol kesehatan harus diterapkan


mulai dari proses pendaftaran sampai dengan pemulangan, yaitu dengan
penggunaan masker, menjaga jarak dan pengaturan agar tiak terjadi kerumunan.

B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN DAN PEMBERIAN ASUHAN DILAKSANAKAN


SECARA PARIPURNA
1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi status fisis / neurologis / mental, psikososiospritual, ekonomi,
riwayat Kesehatan, Riwayat alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen
fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen risiko gizi, kebutuhan edukasi, rencana
pemulangan.
3. Proses kajian dilakukan dengan mengacu standar profesi dan standar asuhan.
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang
tidak perlu.
5. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan lain wajib
diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
6. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah – langkah SOAP.
1) Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik, psikologjs, status
sosial, dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut
dilakukan anamnesis (data Subjektif = S), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (data Objektif = O).
2) Analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan
masalah,kondisi, dan diagnosis unruk mengidentifikasi kebutuhan pasien
(asesmen atau analisis = A).
3) Membuat rencana asuhan (Perencanaan asuhan = P), yaitu menyusun solusi
untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pasien.
7. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam pelayanan.
8. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional
yang kompeten.
9. Jika dilakukan pelayanan secara terpadu, tim kesehatan antar profesi harus tersedia.
10. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian maupun keputusan layanan harus
dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.
11. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang
memenuhi persyaratan.
12. Proses kajian, perencanaan dan pelaksanaan layanan dilakukan dengan peralatan
dan tempat yang memadai.
13. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien dan petugas.
14. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur klinis yang
dibakukan.
6

15. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana layanan disusun
secara kolaboratif dalam tim layanan terpadu.
16. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien.
17. Setiap rencana pelaksanaan pelayanan terapi dan/atau rencana asuhan harus
dilakukan evaluasi kesesuaian melalui audit klinis.
18. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, spritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien.
19. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan memperhatikan
efisiensi sumber daya.
20. Resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus diidentifikasi.
21. Efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus diinformasikan
kepada pasien.
22. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
23. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien.

C. PELAKSANAAN LAYANAN

1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis.


2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis, keperawatan,
kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam medis.
5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
6. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien sebelum
mendapatkan persetujuan.
7. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
8. Daftar kasus yang memerlukan informed consent adalah sebagai berikut:
1) Ruang Pemeriksaan Umum/Tindakan :
1. Menjahit luka;
2. Injeksi SC, IM, IV;
3. Pemasangan cairan intravena;
4. Nail extraction;
5. Incisi/eksisi;
6. Rujukan;
2) Ruang KIA/KB:
1. Injeksi SC, IM, IV;
2. Imunisasi;
3. Rujukan;
7

3) Ruang Persalinan:
1. Pemeriksaan VT;
2. Persalinan normal;
3. Injeksi SC, IM, IV;
4. Pemasangan cairan intravena;
5. Imunisasi bayi baru lahir;
6. Rujukan.
9. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.
10. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut
11. Kasus – kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur
pelayanan pasien gawat darurat.
12. Jenis – jenis kasus gawat darurat yang bisa ditangani di Puskesmas Barus Utara
yaitu:
1) Diare dengan dehidrasi Ringan Sedang;
2) Kejang demam;
3) Hipertensi Urgensi;
4) Head Injury GCS 14-15;
5) Shock Hipovolemik, Anafilaktik;
6) Manual Plasenta;
7) Persalinan Letak Sungsang;
8) Ketuban Pecah Dini;
9) Fraktur tertutup.
10)Hipoglikemi tanpa penyerta.
11)Retensio urine.
13. Penanganan pasien gawat darurat yang dimaksud di atas dilaksanakan sesuai SOP
Penanganan pasien gawat darurat.
14. Penanganan kasus– kasus berisiko tinggi yang memungkinkan terjadinya penularan
baik bagi petugas maupun pasien yang lain perlu diperhatikan.
15. Jenis – jenis kasus berisiko tinggi, antara lain
1) Tuberkulosis Paru
2) Hepatitis B
3) HIV-AIDS
4) Pneumonia
5) Luka Bakar grade 1-2
6) Vulnus
7) Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan-sedang
8) Asma kronik eksaserbasi akut
9) Hyperemesis gravidarum
10)DM tipe 2 tanpa komplikasi.
8

16. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus
berisiko tinggi.
17. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus
ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan universal).
18. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian
obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
19. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator yang jelas.
20. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada saat pemberian pelayanan.
21. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindak lanjuti.
22. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk menghindari
pengulangan yang tidak perlu.
23. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai
dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
24. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
25. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.
26. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh
prosedur yang baku.
27. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang
hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab
mereka berkenan dengan keputusan tersebut.
28. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan sedasi dan anestesi
lokal di Puskesmas Barus Utara, yaitu:
1) Dokter Umum dan Dokter Gigi yang telah mempunyai STR dan SIP di
Puskesmas Barus Utara.
2) Perawat dan bidan UGD dan Ruang Tindakan yang sudah mempunyai STR
dan SIP dan telah diberikan pendelegasian wewenang oleh Dokter.
3) Bidan dan Perawat yang sudah mempunyai STR dan SIP dan telah diberikan
pendelegasian wewenangan Dokter di Ruangan Persalinan, Ruangan KIA –
KB, Ruangan Imunisasi.
29. Jenis – jenis sedasi dan anestesi lokal yang dapat dilakukan di Puskesmas Barus ,
antara lain:
1) Anestesi Lokal
1. Anestesi lokal dilakukan dalam tindakan bedah minor di Puskesmas
Barus Utara.
2. Preparat yang digunakan adalah lidocaine 2%.
2) Sedasi Per Rektal
1. Sedasi per Rektal digunakan untuk pasien anak dengan kejang
demam sederhana maupun kompleks
2. Preparat yang digunakan adalah diazepam (stesolid).
9

3) Sedasi Per Oral


1. Sedasi Per Oral untuk pasien anak diberikan dengan riwayat kejang
demam, preparat yang digunakan adalah Phenobarbital/luminal dan
diazepam
2. Sedasi peroral untuk pasien dewasa dengan riwayat kejang, preparat
yang digunakan adalah Phenobarbital/luminal dan diazepam.
30. Pelayanan anestesi lokal dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur baku.
31. Pelayanan anestesi lokal dan pembedahan harus mendapatkan persetujuan tindakan
medik.
32. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi lokal dan pembedahan.

C. KESELAMATAN PASIEN

1. Proses identifikasi pasien di Puskesmas Barus Utara dilakukan sesuai dengan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Identifikasi Pasien.
2. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari identifikasi sebagai
berikut: nama pasien, dengan dua nama pasien, nomor identifikasi menggunakan
nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien).
3. Identiflkasi pasien pada kondisi tertentu, misalnya pasien tidak dapat menyebutkan
identitas, penurunan kesadaran, koma, gangguanjiwa, datang tanpa identitas yang
jelas, dua atau lebih pasien mempunyai nama yang sama atau miripmenggunakan
nomor rekam medis dan gelang (identitas pasien).
4. Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari skrining, pada saat
pendaftaran. setiap akan melakukan prosedur diagnostik, prosedur tindakan,
pemberian obat, pemberian imunisasi dan pemberian diit.
5. Pelaksanaan komunikasi secara efektif dilakukan pada proses,
1) Komunikasi antara Dokter dan Perawat/Bidan mengenai kasus atau kondisi
pasien harus tertulis pada lembar Rekam Medis Pasien dengan menggunakan
tehnik SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), ditulis
lengkap oleh Perawat/Bidan (T), dibaca ulang oleh Perawat/Bidan (B), dan
dikonfirmasi Perawat/Bidan kepada Dokter (K).
2) Penyampaian hasil kritis pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara
menggarisbawahi menggunakan spidol merah dan penyampaian secara
langsung kepada Dokter yang menangani dalam waktu dibawah 5 (lima) menit.
3) Serah terima pasien pada pergantian shift Petugas Unit Layanan dilakukan
dengan melakukan pencatatan pada lembar rekam medis pasien, yaitu:
status/kondisi pasien, pengobatan, rencana asuhan, tindak lanjut yang harus
dilakukan, perubahan status/kondisi pasien yang signifikan dan keterbatasan
maupun risiko yang mungkin dialami oleh pasien.
10

4) serah terima pasien dengan unit layanan lain menggunakan formulir rujukan
internal dengan kelengkapan identitas dan rencana tindak lanjut.
6. Penanggung jawab Farmasi melakukan penyimpanan, penataan, peresepan,
pelabelan, penyiapan, penggunaan dan evaluasi penggunaan pada obat yang perlu
diwaspadai (high alert), obat dengan nama atau rupa mirip (LASA) dan obat golongan
psikotropika, narkotika.
7. Penanggung jawab farmasi melakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan
obat-obatan psikotropika/narkotika.
8. UPTD Puskesmas Barus Utara menerapkan Protokol Umum (Universal Protocol)
dalam pelayanan tindakan operatif ataupun tindakan invasif di Puskesmas, yaitu:
1) Proses verifikasi sebelum dilakukan Tindakan,
2) Penandaan sisi yang akan dilakukan Tindakan/prosedur,
3) Time out (jeda waktu) yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.
9. Protokol umu tersebut untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur dan tepat sisi
pada pasien yang menjalani Tindakan operatif ataupun Tindakan invasif di Puskesmas
Barus Utara, antara lain:
1) Pemasangan cairan intravena,
2) Insisi dan drainase abses,
3) Eksisi tumor jinak kulit.
10. Puskesmas Barus Utara melakukan penapisan pasien rawat jalan dengan risiko jatuh
pada saat proses penerimaan pasien dengan menggunakan formulir get up and go
test.

C. PELAYANAN LABORATORIUM

1. Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan di Puskesmas Barus Utara


meliputi :
1) Spesimen darah
1. Golongan Darah
2. RDT Malaria
3. RDT Antigen
4. IgG IgM anti dengue.
5. Skrining HIV-AIDS
6. Gula Darah, Asam Urat, Cholesterol total.
7. Hepatitis B.
8. Sifilis.
2) Spesimendahak
1. BTA DS
11

3) Spesimen urin
1. Protein urin ibu hamil
2. Tes kehamilan
2. Ketentuan jam buka pelayanan laboratorium Puskesmas Barus Utara adalah:
1) Buka setiap hari kerja.
2) Hari Senin sampai dengan hari Kamis waktu pelayanan dimulai dari pukul
08.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB.
3) Hari Jumat waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
12.00 WIB.
4) Hari Sabtu waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
14.00 WIB.
3. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompeten, yaitu analis
kesehatan, memiliki STR dan telah mendapat pelatihan-pelatihan pemeriksaan
laboratorium.
4. Hasil pemeriksaan harus diinterpertasi oleh Dokter yang telah memiliki STR dan SIP.
5. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan harus dipandu dengan
prosedur mulai dari permintaan, pemeriksaan, penerimaan spesimen, pengambilan
dan penyimpanan spesimen, pemeriksaan sampai penyerahan hasil.
6. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD untukpemeriksaan spesimen (darah,
sputum) pada kasus-kasus berisiko tinggi.
7. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD sesuai standar operasional yang telah
ditentukan.
8. Bahan-bahan berbahaya beracun harus disimpan secara aman menurut ketentuan
yang berlaku.
9. Limbah laboratorium sebagai akibat pemeriksaan laboratorium harus dikelola sebagai
limbah infeksius.
10. Jenis Reagensia Esensial dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium harus
tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan yang disediakan, antara lain:

1) Kit Rapid test Kehamilan


2) Kit Rapid Test Malaria
3) Kit Rapid Test Protein dan Glukosa Urin
4) Kit Anti HIV
5) Kit Rapid Test Antigen
6) Kit Rapid Sifilis.
7) Kit HbsAg
8) Kit IgG & IgM
11. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat dan suhu
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
12

12. Ketersediaan reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium wajib di
evaluasi paling lambat setiap bulan sekali.
13. Untuk melakukan order reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium
guna memperlancar pelayanan pemeriksaan laboratorium dilakukan ketika reagensia
tersebut sisa stoknya tinggal 25 % dari orderan awal.
14. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
1) Waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium selambat lambatnya
dalam waktu 20 menit kecuali pemeriksaan Sputum BTA dalam waktu 1 hari.
15. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai normal.
16. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada Dokter
Puskesmas yang meminta dalam batas waktu paling lambat 5 menit setelah hasil
diperoleh dengan acuan sebagai berikut:

LIMIT LIMIT
NO PARAMETER SATUAN
RENDAH TINGGI
1 Glukosa 40 450 mg / Dl

17. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan pemantapan mutu
internal dan pemantapan mutu eksternal.
18. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus disusun dan merupakan
bagian tidak terpisahkan dari program peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan
pasien.
19. Risiko dalam pelayanan laboratorium harus diidentifikasi dan ditindak lanjuti

C. PELAYANAN FARMASI

1. UPTD Puskesmas Barus Utara melaksanakan penilaian, pengendalian, penyediaan


dan penggunaan obat dengan metode berdasarkan standar operasional pengelolaan
obat yang meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanaan,
pendistribusian pengendalian pencataan dan pelaporan obat.
2. Obat harus tersedia di Puskesmas sesuai dengan Formularium Puskesmas.
3. Yang berhak menulis resep adalah Dokter Puskesmas yang telah memiliki STR dan
SIP di Puskesmas Barus Utara.
4. Yang berhak menyediakan obat adalah oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai
penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Asisten Kefarmasian.
5. Ketersedian obat wajib di evaluasi paling lambat tiap tiga bulan sekali.
13

6. Daftar Obat yang perlu diwaspadai di Puskesmas Barus Utara, antara lain:
1) Epinefrin.
2) Lidocain.
7. Daftar Obat dengan nama atau rupa mirip di Puskesmas Barus Utara, antara lain:
1) Amlodipin 10 mg dan Amlodipin 5 mg.
2) Aloprinol 100 mg dan Aloprinol 300mg.
3) Captopril 12.5 mg dan Captopril 25 mg.
8. Petugas farmasi tidak boleh memberikan obat kadaluwarsa pada pasien, jika
ditemukan pemberian obat kadaluarsa pada pasien, maka akan diberikan sanksi
sesuai dengan peraturan internal yang telah disepakati bersama.
9. Untuk mencegah pemberian obat kadaluarsa, maka petugas farmasi memeriksa
semua obat yang diterima termasuk tanggal kedaluwarsa dan keadaan fisik obat,
menyimpan obat dalam rak dan menyusun sesuai jenis obat dengan mengikuti sistem
FIFO dan FEFO berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
10. Pemberian obat narkotika dan psikotropika, diatur sebagai berikut:
a. Peresepan obat narkotika dan psikotropika hanya boleh dilakukan oleh Dokter
Puskesmas yang telah memiliki STR dan SIP.
b. Obat narkotika dan psikotropika harus disimpan pada lemari khusus obat
narkotika dan psikotropika dengan 2 kunci dan 2 gembok, dimana kunci lemari
dipegang oleh Apoteker atau Penangggung jawab ruangan farmasi.
11. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi Dokter, yaitu:
1) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak mempunyai
kontraindikasi dengan kondisi fisik pasien,
2) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan tidak mempunyai efek bertentangan
dengan obat yang dipergunakan dalam proses pengobatan oleh dokter di
Puskesmas Barus Utara,
3) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan efek
ganda dengan obat yang dipergunakan dalam pengobatan pelanggan.
4) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan interaksi
obat dan berdampak negatif terhadap pengobatan pelanggan.
12. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga teknis kefarmasian
dengan memperhatikan higiene dan kebersihan.
13. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan tiap-tiap obat.
14. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal: nama pasien,
tanggal lahir, nomor rekam medis, aturan pakai, cara pemakaian dan waktu
menggunakan.
15. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat alergi, interaksi
obat, dan efek samping obat.
14

16. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam rekam
medis.
17. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan dan ditindak
lanjuti.
18. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk mengatasi jika terjadi
kedaruratan dalam pelayanan kesehatan.
19. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera diganti jika
digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi.

D. PELAYANAN REKAM MEDIS

1. Memberlakukan Buku International Statistical Classification of Diseases And Related


Health Problem (ICD-X) sebagai Standarisasi Kode Klasifikasi Diagnosis dan
Terminologi yang digunakan di Puskesmas Barus Utara.
2. Petugas puskesmas yang boleh mengakses rekam medik adalah:
a. Dokter, yaitu dr. Marwati, dr Dian Pebriyanti, dr. devita Faradila.
b. Perawat/bidan, yaitu yang telah mendapat surat pendelegasian wewenang
daridokter.
3. Jika ada mahasiswa/i atau peneliti yang membutuhkan akses terhadap rekam medis
harus mendapat persetujuan dari Pimpinan Puskesmas sesuai prosedur yang
berlaku dan wajib menjaga kerahasiaan,
4. Rekam medik pasien dibuat dalam bentuk perorang.
5. Rekam medis pasien diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:
a. Nomor rekam medis
b. Nama kepala keluarga
c. Nama pasien
d. Tanggal lahir
e. Alamat
6. Pengelolaan rekam medik dilakukan sesuai aturan berikut:Rekam medis disimpan
sentralisasi dengan sistem penomoran SIMPUS,
7. Penyimpanan rekam medik dilakukan diruang khusus yaitu Ruang Rekam Medik.
8. Masa retensi rekam medik adalah sebagai berikut:
a. Dikatakan inaktif apabila pasien selama lima tahun berturut-turut tidak pernah
berkunjung ke Puskesmas,
b. Rekam medik yang dapat dimusnahkan adalah rekam medik inaktif selama lima
tahun berturut-turut tidak berkunjung ke Puskesmas.
15

9. Isi rekam medik mencakup: nama, umur, jenis kelamin, nama kepala keluarga,
nomor rekam medic, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan, penyuluhan, persetujuan/penolakan rujukan/tindakan, diagnosis
terapi dan rencana pengobatan,
10. Kelengkapan isi rekam medik harus dievaluasi dan ditindak lanjut.

E. MANAJEMEN LINGKUNGAN
1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib dipantau secara rutin satu
minggu sekali,
2. Prasarana Puskesmas yang meliputi air, listrik harus dipantau secara periodik,
dipelihara dan diperbaiki dan dipastikan berfungsi,
3. Petugas inventaris bertanggung jawabatas lingkungan fisik Puskesmas yang
mencakup pada pemantauan lingkungan fisik, pemeliharaan dan pemantauan
(instalasi listrik, air, ventilasi, gas) serta perbaikan sarana dan peralatan Puskesmas
Barus Utara,
4. Hasil pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan harus didokumentasikan,
5. Bahan dan limbah berbahaya harus diidentifikasi, disimpan dengan benar, dimonitor
penyimpanan dan penggunaannya dan ditindak lanjuti,
6. Program keamanan lingkungan fisik Puskesmas direncanakan dengan:
a. membuat pagar dari besi yang ditutup setelah jam pelayanan selesai,
b. membuat kerja sama dengan penduduk untuk melakukan pengamanan
lingkungan fisik Puskesmas.
c. Membuat perencanaan, pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan petugas
keamanan lingkungan fisik Puskesmas,
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program perencanaan
keamanan linkungan fisik.
7. Peralatan yang perlu dikalibrasi harus dikalibrasi tepat waktu,
8. Peralatan yang steril harus dipisahkan dari peralatan yang kotor,
9. Peralatan yang steril harus disterilkan dengan prosedur yang benar,
10. Peralatan yang memerlukan penangan khusus harus disimpan dan dikelola sesuai
SOP.

F. MANAJEMEN SDM YANG BEKERJA DALAM PELAYANAN KLINIS


1. Pola ketenagaan SDM klinis harus disusun berdasar analisis kebutuhan SDM
2. Kredensial harus dilakukan untuk setiap tenaga klinis
3. Tenaga klinis yang bekerja di puskesmas harus mempunyai surat ijin yang berlaku
4. Evaluasi kinerja tenaga klinis harus dilakukan secara berkala paling lambat satu
tahun sekali,
16

5. Peluang untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus diinformasikan kepada


Tenaga klinis
6. Tiap tenaga klinis harus mempunayai uraian tugas dengan kejelasan kewenangan
klinis untuk masing-masing petugas,
7. Pelaksanaan uraian tugas dan wewenang setiap tenaga klinis harus dievalusasi dan
ditindak lanjuti.

KEPALA UPTD BARUS UTARA,

dr. MARWATI
NIP. 19691221200212202

Anda mungkin juga menyukai