DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BARUS UTARA
Desa Hutaginjang, Kode Pos 22564
Email: puskesbatara22@gmail.com
MEMUTUSKAN
dr. MARWATI
TembusanYth. :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah
2. Arsip
3
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas terhadap dirinya;
15) Menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila Puskesmas diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
16) Mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
8. Kewajiban pasien meliputi:
1) Mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;
2) Menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggung jawab;
3) Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Puskesmas;
4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Puskesmas dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
7) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
9. Dilakukan identifikasi pasien dengan risiko kendala dan/atau berkebutuhan khusus,
antara lain: balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa, budaya, atau
kendala lainnya agar tidak terjadi hambatan atau tidak optimalnya proses asesmen
maupun pemberian asuhan klinis.
10. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan.
11. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
5
15. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana layanan disusun
secara kolaboratif dalam tim layanan terpadu.
16. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien.
17. Setiap rencana pelaksanaan pelayanan terapi dan/atau rencana asuhan harus
dilakukan evaluasi kesesuaian melalui audit klinis.
18. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, spritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien.
19. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan memperhatikan
efisiensi sumber daya.
20. Resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus diidentifikasi.
21. Efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus diinformasikan
kepada pasien.
22. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
23. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien.
C. PELAKSANAAN LAYANAN
3) Ruang Persalinan:
1. Pemeriksaan VT;
2. Persalinan normal;
3. Injeksi SC, IM, IV;
4. Pemasangan cairan intravena;
5. Imunisasi bayi baru lahir;
6. Rujukan.
9. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.
10. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut
11. Kasus – kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur
pelayanan pasien gawat darurat.
12. Jenis – jenis kasus gawat darurat yang bisa ditangani di Puskesmas Barus Utara
yaitu:
1) Diare dengan dehidrasi Ringan Sedang;
2) Kejang demam;
3) Hipertensi Urgensi;
4) Head Injury GCS 14-15;
5) Shock Hipovolemik, Anafilaktik;
6) Manual Plasenta;
7) Persalinan Letak Sungsang;
8) Ketuban Pecah Dini;
9) Fraktur tertutup.
10)Hipoglikemi tanpa penyerta.
11)Retensio urine.
13. Penanganan pasien gawat darurat yang dimaksud di atas dilaksanakan sesuai SOP
Penanganan pasien gawat darurat.
14. Penanganan kasus– kasus berisiko tinggi yang memungkinkan terjadinya penularan
baik bagi petugas maupun pasien yang lain perlu diperhatikan.
15. Jenis – jenis kasus berisiko tinggi, antara lain
1) Tuberkulosis Paru
2) Hepatitis B
3) HIV-AIDS
4) Pneumonia
5) Luka Bakar grade 1-2
6) Vulnus
7) Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan-sedang
8) Asma kronik eksaserbasi akut
9) Hyperemesis gravidarum
10)DM tipe 2 tanpa komplikasi.
8
16. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus
berisiko tinggi.
17. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus
ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan universal).
18. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian
obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
19. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator yang jelas.
20. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada saat pemberian pelayanan.
21. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindak lanjuti.
22. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk menghindari
pengulangan yang tidak perlu.
23. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai
dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
24. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
25. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.
26. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh
prosedur yang baku.
27. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang
hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab
mereka berkenan dengan keputusan tersebut.
28. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan sedasi dan anestesi
lokal di Puskesmas Barus Utara, yaitu:
1) Dokter Umum dan Dokter Gigi yang telah mempunyai STR dan SIP di
Puskesmas Barus Utara.
2) Perawat dan bidan UGD dan Ruang Tindakan yang sudah mempunyai STR
dan SIP dan telah diberikan pendelegasian wewenang oleh Dokter.
3) Bidan dan Perawat yang sudah mempunyai STR dan SIP dan telah diberikan
pendelegasian wewenangan Dokter di Ruangan Persalinan, Ruangan KIA –
KB, Ruangan Imunisasi.
29. Jenis – jenis sedasi dan anestesi lokal yang dapat dilakukan di Puskesmas Barus ,
antara lain:
1) Anestesi Lokal
1. Anestesi lokal dilakukan dalam tindakan bedah minor di Puskesmas
Barus Utara.
2. Preparat yang digunakan adalah lidocaine 2%.
2) Sedasi Per Rektal
1. Sedasi per Rektal digunakan untuk pasien anak dengan kejang
demam sederhana maupun kompleks
2. Preparat yang digunakan adalah diazepam (stesolid).
9
C. KESELAMATAN PASIEN
4) serah terima pasien dengan unit layanan lain menggunakan formulir rujukan
internal dengan kelengkapan identitas dan rencana tindak lanjut.
6. Penanggung jawab Farmasi melakukan penyimpanan, penataan, peresepan,
pelabelan, penyiapan, penggunaan dan evaluasi penggunaan pada obat yang perlu
diwaspadai (high alert), obat dengan nama atau rupa mirip (LASA) dan obat golongan
psikotropika, narkotika.
7. Penanggung jawab farmasi melakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan
obat-obatan psikotropika/narkotika.
8. UPTD Puskesmas Barus Utara menerapkan Protokol Umum (Universal Protocol)
dalam pelayanan tindakan operatif ataupun tindakan invasif di Puskesmas, yaitu:
1) Proses verifikasi sebelum dilakukan Tindakan,
2) Penandaan sisi yang akan dilakukan Tindakan/prosedur,
3) Time out (jeda waktu) yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.
9. Protokol umu tersebut untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur dan tepat sisi
pada pasien yang menjalani Tindakan operatif ataupun Tindakan invasif di Puskesmas
Barus Utara, antara lain:
1) Pemasangan cairan intravena,
2) Insisi dan drainase abses,
3) Eksisi tumor jinak kulit.
10. Puskesmas Barus Utara melakukan penapisan pasien rawat jalan dengan risiko jatuh
pada saat proses penerimaan pasien dengan menggunakan formulir get up and go
test.
C. PELAYANAN LABORATORIUM
3) Spesimen urin
1. Protein urin ibu hamil
2. Tes kehamilan
2. Ketentuan jam buka pelayanan laboratorium Puskesmas Barus Utara adalah:
1) Buka setiap hari kerja.
2) Hari Senin sampai dengan hari Kamis waktu pelayanan dimulai dari pukul
08.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB.
3) Hari Jumat waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
12.00 WIB.
4) Hari Sabtu waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
14.00 WIB.
3. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompeten, yaitu analis
kesehatan, memiliki STR dan telah mendapat pelatihan-pelatihan pemeriksaan
laboratorium.
4. Hasil pemeriksaan harus diinterpertasi oleh Dokter yang telah memiliki STR dan SIP.
5. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan harus dipandu dengan
prosedur mulai dari permintaan, pemeriksaan, penerimaan spesimen, pengambilan
dan penyimpanan spesimen, pemeriksaan sampai penyerahan hasil.
6. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD untukpemeriksaan spesimen (darah,
sputum) pada kasus-kasus berisiko tinggi.
7. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD sesuai standar operasional yang telah
ditentukan.
8. Bahan-bahan berbahaya beracun harus disimpan secara aman menurut ketentuan
yang berlaku.
9. Limbah laboratorium sebagai akibat pemeriksaan laboratorium harus dikelola sebagai
limbah infeksius.
10. Jenis Reagensia Esensial dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium harus
tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan yang disediakan, antara lain:
12. Ketersediaan reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium wajib di
evaluasi paling lambat setiap bulan sekali.
13. Untuk melakukan order reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium
guna memperlancar pelayanan pemeriksaan laboratorium dilakukan ketika reagensia
tersebut sisa stoknya tinggal 25 % dari orderan awal.
14. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
1) Waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium selambat lambatnya
dalam waktu 20 menit kecuali pemeriksaan Sputum BTA dalam waktu 1 hari.
15. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai normal.
16. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada Dokter
Puskesmas yang meminta dalam batas waktu paling lambat 5 menit setelah hasil
diperoleh dengan acuan sebagai berikut:
LIMIT LIMIT
NO PARAMETER SATUAN
RENDAH TINGGI
1 Glukosa 40 450 mg / Dl
17. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan pemantapan mutu
internal dan pemantapan mutu eksternal.
18. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus disusun dan merupakan
bagian tidak terpisahkan dari program peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan
pasien.
19. Risiko dalam pelayanan laboratorium harus diidentifikasi dan ditindak lanjuti
C. PELAYANAN FARMASI
6. Daftar Obat yang perlu diwaspadai di Puskesmas Barus Utara, antara lain:
1) Epinefrin.
2) Lidocain.
7. Daftar Obat dengan nama atau rupa mirip di Puskesmas Barus Utara, antara lain:
1) Amlodipin 10 mg dan Amlodipin 5 mg.
2) Aloprinol 100 mg dan Aloprinol 300mg.
3) Captopril 12.5 mg dan Captopril 25 mg.
8. Petugas farmasi tidak boleh memberikan obat kadaluwarsa pada pasien, jika
ditemukan pemberian obat kadaluarsa pada pasien, maka akan diberikan sanksi
sesuai dengan peraturan internal yang telah disepakati bersama.
9. Untuk mencegah pemberian obat kadaluarsa, maka petugas farmasi memeriksa
semua obat yang diterima termasuk tanggal kedaluwarsa dan keadaan fisik obat,
menyimpan obat dalam rak dan menyusun sesuai jenis obat dengan mengikuti sistem
FIFO dan FEFO berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
10. Pemberian obat narkotika dan psikotropika, diatur sebagai berikut:
a. Peresepan obat narkotika dan psikotropika hanya boleh dilakukan oleh Dokter
Puskesmas yang telah memiliki STR dan SIP.
b. Obat narkotika dan psikotropika harus disimpan pada lemari khusus obat
narkotika dan psikotropika dengan 2 kunci dan 2 gembok, dimana kunci lemari
dipegang oleh Apoteker atau Penangggung jawab ruangan farmasi.
11. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi Dokter, yaitu:
1) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak mempunyai
kontraindikasi dengan kondisi fisik pasien,
2) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan tidak mempunyai efek bertentangan
dengan obat yang dipergunakan dalam proses pengobatan oleh dokter di
Puskesmas Barus Utara,
3) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan efek
ganda dengan obat yang dipergunakan dalam pengobatan pelanggan.
4) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan interaksi
obat dan berdampak negatif terhadap pengobatan pelanggan.
12. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga teknis kefarmasian
dengan memperhatikan higiene dan kebersihan.
13. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan tiap-tiap obat.
14. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal: nama pasien,
tanggal lahir, nomor rekam medis, aturan pakai, cara pemakaian dan waktu
menggunakan.
15. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat alergi, interaksi
obat, dan efek samping obat.
14
16. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam rekam
medis.
17. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan dan ditindak
lanjuti.
18. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk mengatasi jika terjadi
kedaruratan dalam pelayanan kesehatan.
19. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera diganti jika
digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi.
9. Isi rekam medik mencakup: nama, umur, jenis kelamin, nama kepala keluarga,
nomor rekam medic, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan, penyuluhan, persetujuan/penolakan rujukan/tindakan, diagnosis
terapi dan rencana pengobatan,
10. Kelengkapan isi rekam medik harus dievaluasi dan ditindak lanjut.
E. MANAJEMEN LINGKUNGAN
1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib dipantau secara rutin satu
minggu sekali,
2. Prasarana Puskesmas yang meliputi air, listrik harus dipantau secara periodik,
dipelihara dan diperbaiki dan dipastikan berfungsi,
3. Petugas inventaris bertanggung jawabatas lingkungan fisik Puskesmas yang
mencakup pada pemantauan lingkungan fisik, pemeliharaan dan pemantauan
(instalasi listrik, air, ventilasi, gas) serta perbaikan sarana dan peralatan Puskesmas
Barus Utara,
4. Hasil pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan harus didokumentasikan,
5. Bahan dan limbah berbahaya harus diidentifikasi, disimpan dengan benar, dimonitor
penyimpanan dan penggunaannya dan ditindak lanjuti,
6. Program keamanan lingkungan fisik Puskesmas direncanakan dengan:
a. membuat pagar dari besi yang ditutup setelah jam pelayanan selesai,
b. membuat kerja sama dengan penduduk untuk melakukan pengamanan
lingkungan fisik Puskesmas.
c. Membuat perencanaan, pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan petugas
keamanan lingkungan fisik Puskesmas,
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program perencanaan
keamanan linkungan fisik.
7. Peralatan yang perlu dikalibrasi harus dikalibrasi tepat waktu,
8. Peralatan yang steril harus dipisahkan dari peralatan yang kotor,
9. Peralatan yang steril harus disterilkan dengan prosedur yang benar,
10. Peralatan yang memerlukan penangan khusus harus disimpan dan dikelola sesuai
SOP.
dr. MARWATI
NIP. 19691221200212202