Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Bab I : Pendahuluan

1.1 Latar belakang …………………………………………………………

1.2 Permasalahan ………………………………………………………….

1.3 Tujuan …………………………………………………………………

Bab II : Titanium dan Paduannya

2.1 Sejarah …………………………………………………………………

2.2 Pengertian ……………………………………………………………...

2.3 Sumber Titanium ………………………………………………………

2.4 Sifat – Sifat Titanium ………………………………………………….

2.5 Struktur dan sifat-sifat oksida, oksida campuran, dan sulfida titanium .......

2.5 Proses Pembuatan ……………………………………………………...

2.6 Paduan Titanium ……………………………………………………….

2.7 Aplikasi Titanium ……………………………………………………...

Bab III: Penutup

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Titanium adalah logam berlimpah nomor empat di dunia setelah aluminium, besi, dan magnesium.
Selain itu, titanium juga merupakan elemen berlimpah kesembilan (mencakup 0,63% pada kerak bumi)
ditemukan pada tahun 1791 di Inggris oleh Reverend William Gregor, yang diberi nama sebagai ilmenite.
Elemen ini ditemukan kembali beberapa tahun kemudian oleh German Chemist Heinrich Klaporth dalam
bentuk rutile. Logam titanium tidak pernah ditemukan sendirian, keberadaannya selalu berikatan
dengan mineral lainnya seperti rutile, ilmenite, leucoxene, anatase, brookite, perovskite, dan sphene
yang ditemukan dalam titanat dan beberapa besi ore. Titanium juga ditemukan dalam batu bara, abu,
tanaman dan dalam tubuh manusia (O. Carp, 2004).

Material yang mengandung titanium dan paling banyak ada di bumi dan paling sering dimanfaatkan oleh
manusia adalah rutile dan anatase. Rutile adalah bentuk paling stabil dari titania dan paling banyak
ditemukan pada sumber titanium. Titanium dioksida dapat dibuat dari bahan-bahan alam yang ada di
alam, umumnya berasal dari ilminate yang berasal dari China, Norwegia, Uni Soviet (pasir), Australia
(pasir), Kanada dan Afrika selatan (pasir) (O. Carp, 2004). Titania dapat diaplikasikan sebagai bahan
fotokatalisis, sensor gas, pembersih polutan yang ada di udara, tanah dan air, sebagai bahan campuran
cat agar tahan korosi, pelapis alat-alat dibidang kedokteran, kosmetik, sel surya, penyerap gelombang
elektromagnetik dan lain-lain.
1.2 Permasalahan

Dalam memahami tentang bahan titanium dan molibdenum ini terdapat beberapa aspek permasalahan
yang akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Sejarah dan pengertian serta sumber dari titanium dan paduannya

2. Proses Pembuatan Titanium dan paduannya beserta aplikasinya.

3. Klasifikasi paduan Titanium dan Paduannya

1.3 Tujuan

Makalah tentang bahan Titanium dan Paduannya ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan memahami sifat-sifat dari Titanium dan Paduannya meliputi sifat fisik, sifat kimia
dan sifat mekanik.
BAB II

TITANIUM DAN PADUANNYA

Sejarah

Titanium pertama kali ditemukan dalam mineral di Cornwall, Inggris, tahun 1791 oleh geolog
amatir dan pendeta William Gregor kemudian oleh pendeta Kredo paroki. Ia mengenali adanya unsur
baru dalam ilmenite ketika ia menemukan pasir hitam sungai di dekat paroki dari Manaccan dan melihat
pasir tertarik oleh magnet. Analisis terhadap pasir tersebut menunjukkan adanya kehadiran dua oksida
logam, yaitu besi oksida (menjelaskan daya tarik magnet) dan 45,25% dari metalik putih oksida yang
pada saat itu belum dapat dipastikan jenisnya. Gregor yang menyadari bahwa unsur tak dikenal yang
mengandung oksida logam tersebut tidak memiliki kesamaan dengan sifat-sifat dari unsur yang telah
lebih awal dikatahui, melaporkan penemuannya kepada Royal Geological Society of Cornwall dan di
jurnal ilmiah Jerman Crell’s Annalen.

Pada waktu yang hampir bersamaan, Franz-Joseph Müller von Reichenstein menghasilkan substansi
yang serupa, tetapi tidak dapat mengidentifikasi unsur tersebut. Oksida secara independen ditemukan
kembali pada tahun 1795 oleh Jerman kimiawan Martin Heinrich Klaproth di dalam rutil dari Hungaria.
Klaproth menemukan bahwa hal itu berisi unsur baru dan menamakannya Titan yang merupakan nama
dewa matahari dari mitologi Yunani. Setelah mendengar tentang penemuan Gregor sebelumnya, ia
memperoleh sampel manaccanite yang di dalamnya terdapat titanium.

Pengertian
Titanium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Ti dan nomor atom
22 yang ditemukan pada tahun 1791 tetapi tidak diproduksi secara komersial hingga tahun 1950-an.
Titanium ditemukan di Inggris oleh William Gregor dalam 1791 dan dinamai oleh Martin Heinrich
Klaproth untuk Titan dari mitologi Yunani.

Titanium merupakan logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi termasuk tahan air laut dan
chlorine dengan warna putih-metalik-keperakan. Titanium digunakan dalam alloy (terutama dengan
besi dan alumunium) dan senyawa terbanyaknya, titanium dioksida, digunakan dalam pigmen putih.
Salah satu karakteristik titanium yang paling terkenal yaitu bersifat sama kuat dengan baja tetapi
beratnya hanya 60% dari berat baja. Sifat titanium mirip dengan zirconium secara kimia maupun
fisika. Titanium dihargai lebih mahal daripada emas karena sifat-sifat logamnya.

Unsur ini terdapat di banyak mineral dengan sumber utama adalah rutile dan ilmenit, yang
tersebar luas di seluruh Bumi. Ada dua bentuk alotropi dan lima isotop alami dari unsur ini; Ti-46
sampai Ti-50 dengan Ti-48 yang paling banyak terdapat di alam (73,8).

Sumber Titanium
Titanium selalu berikatan dengan elemen-elemen lain di alam. Titanium merupakan unsur yang
jumlahnya melimpah ke-9 di kerak bumi (0,63% berat massa) dan logam ke-7 paling berlimpah.
Titanium selalu ada dalam igneous rock (bebatuan) dan dalam sedimen yang diambil dari bebatuan
tersebut. Dari 801 jenis batuan yang dianalisis oleh United States Geological Survey, terdapat 784
diantaranya mengandung titanium. Perbandingan Ti di dlam tanah adalah sekitar 0,5 sampai 1,5%.

Titanium ditemukan di meteorit dan telah dideteksi di dalam matahari serta pada bintang tipe-M,
yaitu jenis bintang dengan suhu terdingin dengan temperatur permukaan sebesar 32000F atau
57900F. Bebatuan yang diambil oleh misi Apollo 17 menunjukkan keberadaan TiO2 sebanyak 12,1%.
Titanium juga terdapat dalam mineral rutile (TiO2), ilmenite (FeTiO3),dan sphene, dan terdapat dalam
titanate dan bijih besi. Dari mineral-mineral ini, hanya Rutile dan ilmenite memiliki kegunaan secara
ekonomi, walaupun sulit ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi. Keberadaan Titanium dengan bijih
berupa ilmenit berada di bagian barat Australia, Kanada, Cina, India, Selandia Baru, Norwegia, dan
Ukraina. Rutile dalam jumlah banyak pun juga ditambang di Amerika Utara dan Afrika Selatan dan
membantu berkontribusi terhadap produksi tahunan 90.000 ton logam dan 4,3 juta ton titanium
dioksida . Jumlah cadangan dari titanium diperkirakan melebihi 600 juta ton. Berikut adalah tabel
penjelasan mengenai sifat-sifat dari sumber-sumber titanium.

Pembuatan Titanium
Titanium merupakan logam transisi dilambangkan dengan simbol Ti, memiliki berat yang ringan,
berwarna perak abu-abu dan dengan nomor atom 22 dan berat atom 47,90. Ti memiliki kerapatan
4510 kg/m3, yang berada antara kepadatan dari aluminium dan stainless steel. Ti memiliki titik lebur
sekitar 3032°F (1.667°C) dan titik didih 5.948 ° F (3.287°C). Ti berperilaku kimia mirip dengan zirkonium
dan silikon. Ti memiliki ketahanan korosi yang sangat baik dan kekuatan tinggi untuk perbandingan
berat. Titanium termasuk logam yang paling berlimpah keempat, sekitar 0,62% dari kerak bumi.
Titanium tidak pernah ditemukan dalam bentuk murni, melainkan sebagai oksida di dalam
mineral Ilminite (FeTiO3), Rutile (TiO2) , Sphene (CaO– TiO2–SiO2), anatase, brookite, leucoxene,
perovskit, dan rutil. Ada 2 bentuk allotropic dan 5 isotop alami dari unsur ini; Ti-46 sampai Ti-50
dengan Ti-48 yang paling banyak terdapat di alam (73,8%). Salah satu karakteristik Titanium yang
paling terkenal adalah sifat yang sama kuatnya dengan baja namun hanya dengan 60% berat baja.
Unsur Titanium terdapat dalam bentuk senyawa : TiB2(Titanium Borida), TiC(Titanium Carbida),
TiO2( Titanium Dioksida), TiN (Titanium Nitrida). Titanium juga dijumpai pada Meteorit dan
ditemukan pada Matahari dan bintang jenis M. Batuan yang dibawa dari bulan pada misi Apollo-17,
mengandung TiO2 12,1%.

Walaupun titanium melimpah di alam, namun untuk mendapatkan unsur ini membutuhkan proses
yang panjang dan dengan biaya yang mahal. Beberapa metode yang digunakan dalam proses
pembuatan titanium yaitu dengan menggunakan proses Kroll, Proses Van Arkel dan De Boer, dan
Proses J. Meggy dan M.Prieto.

1. Proses Kroll

Beberapa langkah-langkah yang terdapat dalam proses ini yaitu ekstraksi, pemurnian, produksi spons,
pembuatan paduan, dan membentuk.

 Titanium dialam terdapat dalam bentuk bijih seperti rutil (TiO2) dan ilmenit ( FeTiO3). Rutil
digunakan dalam bentuk alami, sedangkan ilmenit diproses untuk menghilangkan zat besi yang
terdapat di dalamnya, sehingga mengandung titanium dioksida paling sedikit 85%. Rutil dimasukkan
ke dalam reaktor fluidized bersama gas klor dan karbon. Materi tersebut dipanaskan sampai 1.652°F
(900°C) dan hasil reaksi kimianya adalah titanium tetraklorida murni (TiCl4) dan karbon monoksida.
Mekanisme reaksinya yaitu:

TiO2 + Cl2 (TiCl4 + CO2

 Logam kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyulingan besar dan dipanaskan. Proses ini
menggunakan metode destilasi fraksional dan presipitasi untuk memisahkan kotoran karena
kebanyakan pada proses pertama kotoran juga ikut terklorinasi . sehingga kotoran harus dihilangkan,
kotoran yang dihilangkan yaitu klorida logam termasuk besi, vanadium, zirkonium, silikon, dan
magnesium. Pada proses ini dihasilkan cairan tidak berwarna.
 Selanjutnya, setelah dimurnikan titanium tetraklorida ditransfer (dalam bentuk cairan) ke
bejana reaktor stainless steel. Kemudian ditambahkan magnesium dan reactor tersebut dipanaskan
sampai ±2012°F (1.100°C). lalu, Argon dipompa ke dalam wadah sehingga udara akan dihilang dan
umtuk mencegah terkontaminasi oleh oksigen atau nitrogen. Magnesium bereaksi dengan klor
menghasilkan magnesium klorida cair sehingga menghasilkan padatan titanium murni.

 Kemudian padatan titanium dikeluarkan dari dalam reaktor dan kemudian dengan
menggunakan air dan asam klorida untuk menghilangkan kelebihan magnesium dan magnesium
klorida. Padatan yang dihasilkan adalah logam berpori yang disebut spons. Mekanisme reaksinya
yaitu:

TiCl4 + 2Mg ( Ti + 2MgCl2

 Spons titanium murni kemudian diubah menjadi elektroda(lempengan) spons melalui tanur-
elektroda. Pada proses ini, spons dicampur dengan berbagai macam besi dan dilas sehingga
menghasilkan elektroda spons.

 Lalu elektroda spons ditempatkan dalam vakum tungku busur untuk dicairkan. Dalam wadah
air-cooled tembaga busur listrik, elektroda spons dilelehkan untuk membentuk ingot. Semua udara
dalam wadah dihilangkan (membentuk ruang hampa) atau atmosfer diisi dengan argon untuk
mencegah kontaminasi, akhirnya akan membeku dan membentuk batangan titanium murni.

2. Proses Van Arkel dan De Boer

Dengan menggunakan proses Van Arkel dan De Boer, pembuatan logam Titanium dari biji Titanium
seperti Rutile, Anatase dan Ilminite dapat dilakukan dengan cara reduksi dengan
aluminium yang selanjutnya akan di iodinasi dari produk yang diperoleh dari proses reduksi. Hasil
iodinasi ini direaksikan dengan Potassium Iodida pada suhu 100 – 200 °C. Kemudian Titanium
Tertraiodida dipisahkan dari Potassium Iodida sehingga akan membentuk logam titanium melalui
dekomposisi panas atau reduksi pada suhu 1.300 – 1.500 °C. Proses ini menggunakan titanium iodida
dengan kemurnian yang tinggi, tetapi harganya mahal sehingga membuat titanium melalui metose ini
sangat kurang ekonomis (Hard dkk, 1983).

3. Proses J. Meggy dan M.Prieto

Dengan menggunakan proses J. Meggy dan M.Priet, pembuatan logam Titanium dari
bijih Ilminite dapat dilakukan dengan cara Flourinasi. Bijih Ilminite diflourinasi dengan garam
flousilikat seperti K2SiF6, Na2SiF6 pada suhu 350–950 °C selama 6 jam. Selanjutnya besi dan Ti
dikonversikan ke flourida dengan cara dileaching dari bijih flourinasi dengan larutan encer seperti HF,
HCl dan H2SO4 pada suhu 60–95 °C selama 2jam. Setelah proses leaching, larutan dapat dievaporasi
dan didinginkan untuk mengendapkan floutitanat. Endapan floutitanat dapat ini kemudian disaring
dan dikeringkan pada suhu 110–150 °C. Kemudian mereduksinya menjadi logam Ti. Metode ini
merupakan pengontakan floutitanat dengan campuran zinc–aluminium pada suhu 400–1.000°C.
Sehingga aluminium flourida akan terpisahkan sebagai produk samping dalam bentuk cryolite.
Campuran lelehan logam zinc–titanium dipisahkan dengan cara destilasi pada suhu 800–1.000°C
sehingga diperoleh zinc pada produk destilat dan titanium sponge pada produk akhir (Hard dkk, 1983).

Paduan Titanium

paduan titanium dapat dibedakan menjadi paduan titanium α, paduan titanium mendekati α,
paduan titanium α – β, dan paduan titanium β. Paduan titanium α dan mendekati α memiliki karakteristik
umum antara lain kekuatan medium, kekuatan creep baik, ketahanan korosi baik, tidak dapat diberikan
perlakuan panas, dan dapat dilas. Paduan titanium α – β memiliki sifat antara lain kekuatan antara
medium sampai tinggi, ketahanan creep tinggi, mudah dibentuk, dan dapat diberikan perlakuan panas.
Sedangkan paduan titanium β memiliki sifat antara lain kekuatan yang sangat tinggi, keuletan yang
rendah, dapat dibentuk dan diberi perlakuan panas.

Perlakuan panas pada paduan titanium secara umum bertujuan untuk :

Mengurangi tegangan sisa dari proses fabrikasi (stress relieving)

Menghasilkan gabungan sifat keuletan, machinability, dan kestabilan dimensional yang optimal
(annealing)

Meningkatkan kekuatan (solution treating dan aging)

Meningkatkan sifat-sifat khusus seperti ketangguhan patah, ketahanan fatik, dan ketahanan
terhadap creep.

Perlakuan panas terutama diaplikasikan pada paduan titanium α – β dan paduan titanium β karena
adanya transformasi fasa α – β khususnya pada paduan titanium β isomorph. Secara umum, kekuatan dari
paduan yang mengalami annealing meningkat secara liniear dengan pertambahan unsur paduan.
Quenching dari daerah fasa β mengakibatkan adanya transformasi martensitik dengan adanya peningkatan
kekuatan (tergantung pada komposisinya). Untuk paduan Ti rendah, quenching secara cepat dari daerah
fasa β meningkatkan kekuatan secara maksimum pada M f. untuk paduan Ti tinggi, quenching secara cepat
dari daerah fasa β menurunkan kekuatan, tetapi setelah dilakukan aging, kekuatan maksimum dapat
tercapai.
Gambar 2. Diagram Perlakuan Panas pada Paduan Titanium β isomorf

Proses-proses perlakuan panas pada tiap-tiap jenis paduan titanium adalah sebagai berikut :

Paduan Titanium α

Paduan titanium α dapat dilakukan stress relieving dan annealing, tetapi tidak dapat dilakukan
peningkatan kekuatan dengan solution treatment dan aging.

Paduan Titanium Mendekati α

Paduan titanium ini mengandung jumlah penstabil α yang banyak. Penstabil β seperti Mo atau V
seringkali ditambahkan agar dapat diberikan perlakuan panas. Pada proses perlakuan panas,
paduan dipanaskan sampai mencapai temperatur dimana jumlah fasa α dan β sama. Dengan
pendinginan yang cepat fasa β dapat berubah menjadi fasa α’ martensitic yang dapat
meningkatkan kekuatan.

Paduan Titanium α – β

Paduan titanium ini dapat mengalami dua jenis annealing, yaitu β annealing dan mild annealing.
β annealing dilakukan dari daerah fasa β yang menyebabkan perubahan dari β menjadi α.
Mikrostruktur yang terebentuk adalah struktur lamellar. Temperatur yang digunakan pada β
annealing sedikit di atas temperatur perubahan β. Mild annealing dilakukan dari daerah fasa α+β
menghasilkan mikrostruktur fasa α equiaxed dan fasa β sisa.

Quenching pada paduan titanium α+β dari fasa β dapat menyebabkan transformasi martensitic
ketika melewati Ms. Fasa martensite α’ terbentuk dari plat-plat berstruktur HCP yang mengalami
twinning dan dapat meningkatkan kekerasan. Dengan penambahan unsur paduan fasa α’ dapat
menjadi fasa α” yang berstruktur orthorhombic. Quenching dari daerah α+β pada temperature di
bawah β transus tapi di atas Ms menghasilkan mikrostruktur α dan α’ sedangkan jika dibawah Ms
mikrostrukturnya adalah α dan β sisa.

β sisa dapat terdekomposisi menjadi fasa α equilibrium pada temperature aging yang tinggi yang
dapat meningkatkan kekuatan. Selain itu, β sisa juga dapat terdekomposisi menjadi fasa ω jika
diaging secara isothermal pada 100-500 0C. fasa ω ini harus dihindari karena dapat menyebabkan
kegetasan.
Paduan Titanium β

Paduan titanium β memiliki unsur penstabil β yang banyak agar terdapat struktur β seluruhnya
ketika diquenching dari daerah fasa β (menghindari terbentuknya martensite yang dapat
menyebabkan kegetasan). Setelah dilakukan solution treatment dan quenching kekerasan yang
dicapai dapat mencapai 1300-1400 <Pa. paduan titanium yang dapat dikeraskan adalah yang
memiliki fasa β metastabil (kandungan Mo < 25%), sedangkan fasa β stabil tidak dapat
dikeraskan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Titanium merupakan logam yang memiliki rasio kekuatan yang tinggi dibandingkan beratnya.
Titanium merupakan logam yang ringan, kuat dengan densitas yang rendah. Pada logam titanium
murni, logam ini cukup ulet(pada lingkungan bebas oksigen), berkilau, dan berwarna putih
metalik. Titanium memiliki melting point (titik lebur) yang cukup tinggi yaitu diatas 1649 atau
3000 sehingga dapat dipakai sebagai logam refractori. Titanium juga resistan yang baik terhadap
korosi, hampir sama dengan platinum, dan mampu bertahan terhadap serangan asam, gas klorin,
dan beberapa larutan garam dan akan lebih tahan terhadap korosi apabila ditambahkan logam
mulia, kecuali dalam lingkungan asam dan gas asam dengan konsentrasi yang tinggi dengan
temperatur yang tinggi dan terus meningkat. Dan Secara umum titanium dan paduannya
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama berdasarkan fasa yang dominan dalam strukturnya,
yaitu:

Titanium murni.

Paduan titanium alpha (α).

Paduan titanium alpha-beta.

Paduan titanium beta (β).

Daftar Pustaka

https://teknikkendaraanringan-otomotif.blogspot.co.id/2016/06/makalah-titanium-dan-
paduannya.html

http://masyhurifahmi.blogspot.co.id/2015/01/titanium.html

http://www.pikiran-rakyat.com/horison/2013/02/26/224873/titanium-dan-paduannya-untuk-
aplikasi-pesawat-terbang-dan-biomedis
http://sainskimia.com/2016/10/05/titanium-sifat-kegunaan-dan-pembuatan-skala-industri/
http://hadi-creation.blogspot.co.id/p/klasifikasi-bahan-teknik.html
https://www.google.co.id/search?
safe=active&source=hp&q=mekanik+bahan+logam+ti&oq=mekanik+bahan+logam+ti&gs_l=ps
y-ab.3...1647.15686.0.16394.23.22.0.0.0.0.434.3811.0j8j9j0j1.18.0....0...1.1.64.psy-
ab..5.14.2723.0..0j35i39k1j0i131k1j0i22i30k1j0i13i5i30k1.0.rI7uC88x2Lw
https://www.amazine.co/27101/titanium-ti-fakta-sifat-kegunaan-efek-kesehatannya/

Anda mungkin juga menyukai