Meskipun telah
ditemukan lebih dari 200 tahun yang lalu dan telah diteliti sejak 85 tahun yang lalu namun hingga kini
penelitian tentang TiO2 masih aktif dan tetap dikembangkan (Hoffmann et al., 1995). TiO2 ditemukan
pertama kalinya pada tahun 1821, dan tahun 1916 telah dikomersialkan sebagai zat pewarna putih.
Potensi mineral titanium di Indonesia cukup besar, dan memiliki nilai ekonomis cukup
tinggi jika dieksploitasi. Kecuali logam emas perak, tembaga, timbal dan timah putih, hingga
saat ini Indonesia masih merupakan negara pengimpor puluhan jenis logam.
Mulai dari aneka jenis logam dasar, logam-logam mulia golongan platina, dan mineral tanah
jarang (rare earth elements). Meskipun sebagai negara dengan kandungan mineral logam
terlengkap di dunia, namun hingga saat ini industri metalugi kita justru belum berdaya.
Jadi kita masih mengimpor sebagian dari kebutuhan bahan baku industri baja nasional.
Sedangkan batuan atau pasir besi yang merupakan bahan baku besi justru diekspor
Sejarah
(Latin: titans, anak pertama bumi dalam mitologi romawi) Ditemukan oleh Gregor di
tahun 1791 dan dinamakan oleh Klaproth di tahun 1795. Titanium yang tidak murni
dipersiapkan oleh Nilson dan Pettersson di tahun 1887, tetapi unsur yang murni tidak
dibuat sampai pada tahun 1910 oleh Hunter dengan cara memanaskan TiCl4 dengan
natrium dalam bom baja.
Keberadaan di alam
Titanium ditemukan di meteor dan di dalam matahari. Bebatuan yang diambil oleh
misi Apollo 17 menunjukkan keberadaan TiO2 sebanyak 12,1%. Garis-garis titanium
oksida sangat jelas terlihat di spektrum bintang-bintang tipe M. Unsur ini merupakan
unsur kesembilan terbanyak pada kerak bumi. Titanium selalu ada dalam igneous
rocks (bebatuan) dan dalam sedimen yang diambil dari bebatuan tersebut. Ia juga
terdapat dalam mineral rutile, ilmenite dan sphene dan terdapat dalam titanate dan bijih
besi. Titanium juga terdapat di debu batubara, dalam tetumbuhan dan dalam tubuh
manusia. Logam ini hanya dikutak-kutik di laboraturium sampai pada tahun 1946, Kroll
menunjukkan cara memproduksi titanium secara komersil dengan mereduksi titanium
tetraklorida dengan magnesium. Metoda ini yang dipakai secara umum saat ini.
Selanjutnya logam titanium dapat dimurnikan dengan cara medekomposisikan iodanya.
Titanium adalah logam transisi bewarna putih keperakan, yang bersifat ringan dan
kuat dan mempunyai lambang kimia Ti. Selain itu, titanium juga memiliki massa jenis
yang rendah, keras tahan karat, dan mudah diproduksi. Titanium tidak larut dalam
larutan asam kuat, tidak reaktif diudara karena memilki lapisan oksida dan nitrida
sebagai pelindung. Logam ini tahan pengikisan 20 kali lebih besar daripada logam
campuran tembaga nikel. Batu permata titania lebih tampak cemerlang dari intan apabila
dipotong dan dipoles dengan baik. Pada sistem periodik terletak pada golongan IVB dan
periode 4. nomor atam titanium adalah 22 dengan massa atom relatifnya adalah 47,88
gr/mol. Titanium memiliki titik lebur 1.660oC dan titik didih 3.287oC. Titanium pertama
kali ditemukan oleh William Gregor kimiawan Inggris pada tahun 1791, yang kemudian
diberi nama oleh Martin Heinrich Klaproth pada tahun kimiawan Jerman 1795. Titanium
banyak dijumpai hampir semua batuan. Selain banyak ditemui dalam bentuk bijih
mineral, titanium juga banyak terdapat dalam batuan meteorit. Titanium juga merupakan
unsur kesembian terbanyak didalam kerak bumi.
Titanium dialam terdapat dalam bentuk bijih seperti rutil (TiO2) dan ilmenit (
FeTiO3). Walau melimpah dibumi, namun untuk mendapatkan unsur ini membutuhkan
proses yang panjang dan dengan biaya yang mahal. Salah satu metode yang digunakan
dalam proses pembuatan titanium adalah Metode Kroll yang banyak menggunakan klor
dan karbon. Hasil reaksinya adalah titanium tetraklorida yang kemudian dipisahkan
dengan besi triklorida dengan menggunakan proses distilasi. Senyawa titanium
tetraklorida, kemudian direduksi oleh magnesium menjadi logam murni. Udara
dikeluarkan agar logam yang dihasilkan tidak dikotori oleh unsur oksigen dan nitrogen.
Sisa reaksi adalah antara magnesium dan magnesium diklorida yang kemudian
dikeluarkan dari hasil reaksi menggunakan air dan asam klorida sehingga meninggalkan
spons titanium. Spon ini akan mencair dibawah tekanan helium atau argon yang pada
akhirnya membeku dan membentuk batangan titanium murni
Kegunaan
Militer. Oleh karena kekuatannya, unsur ini digunakan untuk membuat peralatan perang
(tank) dan untuk membuat pesawat ruang angkasa.
Industri. Beberapa mesin pemindah panas (heat exchanger)dan bejana bertekanan tinggi
serta pipa-pipa tahan korosi memakai bahan titanium.
Kedokteran. Bahan implan gigi, penyambung tulang, pengganti tulang tengkorak, struktur
penahan katup jantung.
Mesin. Material pengganti untuk batang piston.
Keunggulan Titanium
Salah satu karakteristik Titanium yang paling terkenal adalah dia sama kuat
dengan bajatapi hanya 60% dari berat baja.
Kekuatan lelah (fatigue strength) yang lebih tinggi daripada paduan aluminium.
Tahan suhu tinggi. Ketika temperatur pemakaian melebihi 150 C maka dibutuhkan
titanium karena aluminium akan kehilangan kekuatannya seacara nyata.
Tahan korosi. Ketahanan korosi titanium lebih tinggi daripada aluminium dan baja.
Dengan rasio berat-kekuatan yang lebih rendah daripada aluminium, maka komponen-
komponen yang terbuat dari titanium membutuhkan ruang yang lebih sedikit dibanding
aluminium.
Pada waktu yang hampir bersamaan, Franz-Joseph Müller von Reichenstein menghasilkan
substansi yang serupa, tetapi tidak dapat mengidentifikasi unsur tersebut. Oksida secara independen
ditemukan kembali pada tahun 1795 oleh Jerman kimiawan Martin Heinrich Klaproth di dalam rutil dari
Hungaria. Klaproth menemukan bahwa hal itu berisi unsur baru dan menamakannya Titan yang
merupakan nama dewa matahari dari mitologi Yunani. Setelah mendengar tentang penemuan Gregor
sebelumnya, ia memperoleh sampel manaccanite yang di dalamnya terdapat titanium.
2.2.2 Pengertian
Titanium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Ti dan nomor atom
22 yang ditemukan pada tahun 1791 tetapi tidak diproduksi secara komersial hingga tahun 1950-an.
Titanium ditemukan di Inggris oleh William Gregor dalam 1791 dan dinamai oleh Martin Heinrich
Klaproth untuk Titan dari mitologi Yunani.
Titanium merupakan logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi termasuk tahan air laut dan
chlorine dengan warna putih-metalik-keperakan. Titanium digunakan dalam alloy (terutama dengan
besi dan alumunium) dan senyawa terbanyaknya, titanium dioksida, digunakan dalam pigmen
putih. Salah satu karakteristik titanium yang paling terkenal yaitu bersifat sama kuat dengan baja tetapi
beratnya hanya 60% dari berat baja. Sifat titanium mirip dengan zirconium secara kimia maupun
fisika. Titanium dihargai lebih mahal daripada emas karena sifat-sifat logamnya.
Unsur ini terdapat di banyak mineral dengan sumber utama adalah rutile dan ilmenit, yang
tersebar luas di seluruh Bumi. Ada dua bentuk alotropi dan lima isotop alami dari unsur ini; Ti-46 sampai
Ti-50 dengan Ti-48 yang paling banyak terdapat di alam (73,8%).
Titanium bersifat allotropy, yaitu memiliki dua struktur kristal yang berbeda pada temperatur
yang berbeda.
Pada temperatur ruang, titanium murni memiliki struktur kristal hexagonal closed packed (HCP).
Struktur ini disebut fasa alpha, dan stabil sampai temperature 1620oF (882oC) sebelum struktur
kristalnya berubah.
Pada temperatur yang lebih tinggi, struktur kristal berubah menjadi body centered cubic (BCC). Struktur
ini disebut fasa beta. Temperature transisi dari alpha menjadi beta disebut beta transus. Fasa alpha beta
dari 1620 F sampai titik leleh (3130 F).
Pada paduan titanium, unsur yang ditambahkan cenderung mengubah jumlah fasa yang ada dan
temperatur beta transus. Unsur-unsur yang menaikkan temperatur beta transus dengan menstabilkan
fasa alpha disebut alpha stabilizer, yaitu aluminium, oksigen, nitrogen, dan karbon. Unsur-unsur yang
menurunkan temperatur beta transus disebut beta stabilizer. Beta stabilizer dibagi menjadi dua, yaitu
unsur beta isomorphous (kelarutan tinggi dalam titanium, termasuk molybdenum, vanadium, niobium,
tantalum) dan beta eutectoid (kelarutan terbatas, termasuk silicon, kobalt, besi, nikel, tembaga,
kromium).
Titanium murni merupakan logam putih yang sangat bercahaya. Ia memiliki berat jenis rendah,
kekuatan yang bagus, mudah dibentuk dan memiliki resistansi korosi yang baik. Jika logam ini tidak
mengandung oksigen, ia bersifat ductile. Titanium merupakan satu-satunya logam yang terbakar dalam
nitrogen dan udara. Titanium juga memiliki resistansi terhadap asam sulfur dan asam hidroklorida yang
larut, kebanyakan asam organik lainnya, gas klor dan solusi klorida. Titanium murni diketahui dapat
menjadi radioaktif setelah dibombardir dengan deuterons. Radiasi yang dihasilkan adalah positrons dan
sinar gamma. Ketika sinar gamma ini direaksikan dengan oksigen, dan ketika mencapai suhu 550 ° C
(1022 ° F) , sinar tersebut bereaksi dengan klorin. Sinar ini kemudian bereaksi dengan halogen yang lain
dan menyerap hidrogen.
Logam ini dimorphic. Bentuk alfa heksagonal berubah menjadi bentuk beta kubus secara
perlahan-lahan pada suhu 8800C. Logam titanium tidak bereaksi dengan fisiologi tubuh manusia
(physiologically inert). Titanium oksida murni memiliki indeks refraksi yang tinggi dengan dispersi optik
yang lebih tinggi daripada berlian.
Titanium bersifat paramagnetik (lemah tertarik dengan magnet) dan memiliki konduktivitas
listrik dan konduktivitas termal yang cukup rendah.
Tekanan Uap
Sifat kimia dari titanium yang paling terkenal adalah ketahanan terhadap korosi yang sangat baik
(pada suhu biasa membentuk oksida, TiO2), hampir sama seperti platinum, resistan terhadap asam, dan
larut dalam asam pekat. Diagram Pourbaix menunjukkan bahwa titanium adalah logam yang sangat
reaktif, tetapi lambat untuk bereaksi dengan air dan udara.
Titanium terbakar di udara ketika dipanaskan menjadi 1200 ° C (2190 ° F) dan pada oksigen
murni ketika dipanaskan sampai 610 ° C (1130 ° F) atau lebih , membentuk titanium dioksida. Sebagai
hasilnya, logam tidak dapat dicairkan dalam udara terbuka sebelum titik lelehnya tercapai, jadi mencair
hanya mungkin terjadi pada suasana inert atau dalam vakum. 2 ] Titanium juga merupakan salah satu
dari sedikit elemen yang terbakar di gas nitrogen murni (Ti terbakar pada 800 ° C atau 1.472 ° F dan
membentuk titanium nitrida). Titanium tahan untuk melarutkan asam sulfat dan asam klorida, bersama
dengan gas klor, larutan klorida, dan sebagian besar asam-asam organik.
Bilangan oksidasi 4
Titanium selalu berikatan dengan elemen-elemen lain di alam. Titanium merupakan unsur yang
jumlahnya melimpah ke-9 di kerak bumi (0,63% berat massa) dan logam ke-7 paling berlimpah.
Titanium selalu ada dalam igneous rock (bebatuan) dan dalam sedimen yang diambil dari bebatuan
tersebut. Dari 801 jenis batuan yang dianalisis oleh United States Geological Survey, terdapat 784
diantaranya mengandung titanium. Perbandingan Ti di dlam tanah adalah sekitar 0,5 sampai 1,5%.
Titanium ditemukan di meteorit dan telah dideteksi di dalam matahari serta pada bintang tipe-
M, yaitu jenis bintang dengan suhu terdingin dengan temperatur permukaan sebesar 32000F atau
57900F. Bebatuan yang diambil oleh misi Apollo 17 menunjukkan keberadaan TiO2 sebanyak 12,1%.
Titanium juga terdapat dalam mineral rutile (TiO2), ilmenite (FeTiO3),dan sphene, dan terdapat
dalam titanate dan bijih besi. Dari mineral-mineral ini, hanya Rutile dan ilmenite memiliki kegunaan
secara ekonomi, walaupun sulit ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi. Keberadaan Titanium dengan
bijih berupa ilmenit berada di bagian barat Australia, Kanada, Cina, India, Selandia Baru, Norwegia, dan
Ukraina. Rutile dalam jumlah banyak pun juga ditambang di Amerika Utara dan Afrika Selatan dan
membantu berkontribusi terhadap produksi tahunan 90.000 ton logam dan 4,3 juta ton titanium
dioksida . Jumlah cadangan dari titanium diperkirakan melebihi 600 juta ton. Berikut adalah tabel
penjelasan mengenai sifat-sifat dari sumber-sumber titanium.
Kategori Mineral
Titanium juga terdapat di debu batubara, dalam tumbuhan dan dalam tubuh manusia. Sampai
pada tahun 1946, proses pembuatan logam Ti di laboratorium yang dilakukan oleh Kroll menunjukkan
cara memproduksi Titanium secara komersil dengan mereduksi titanium tetraklorida dengan
magnesium. Selanjutnya logam titanium dapat dimurnikan dengan cara mendekomposisikan iodanya.
Proses-proses yang diperlukan untuk mengekstrak titanium dari berbagai bijih merupakan proses
yang sulit dan mahal. Logamnya tidak dapat dibuat dengan mereduksi bijih (rutil) oleh karbon (C),
karena akan dihasilkan karbida yang sangat stabil. Logam Ti murni pertama kali dibuat pada tahun 1910
oleh Matius A. Hunter di Rensselaer Polytechnic Institute dengan memanaskan TiCl4 dengan natrium
pada suhu 700-800°C yang disebut dengan proses Hunter. Logam Titanium tidak digunakan di luar
laboratorium sampai 1932 ketika William Justin Kroll membuktikan bahwa Ti dapat dihasilkan dengan
mereduksi titanium tetraklorida (TiCl4) dengan kalsium. Delapan tahun kemudian proses ini
disempurnakan dengan menggunakan Magnesium (Mg) yang kemudian dikenal sebagai proses Kroll.
Meskipun penelitian tentang proses untuk menghasilkan logam Ti terus berlanjut agar proses produksi
Ti menjadi lebih efisien dan proses lebih murah (misalnya, proses FFC Cambridge), proses Kroll masih
tetap digunakan untuk produksi komersial walaupun mahal. Itulah yang menyebabkan tingginya harga
Titanium di pasaran, karena prosesnya pembuatannya yang rumit dengan melibatkan logam mahal
lainnya seperti magnesium.
Proses Kroll
Oksida (rutile atau ilmenite) pertama kali dikonversi menjadi klorida melalui karboklorinasi dengan
mereaksikan rutile atau ilmenite tersebut pada suhu nyala merah dengan menggunakan karbon (C) dan
klorin (Cl2) sehingga dihasilkan TiCl4 (titanium tetraklorida) yang kemudian berlanjut dengan proses
distilasi fraksionasi untuk membebaskannya dari kotoran seperti FeCl3. Senyawa titanium tetraklorida,
kemudian direduksi oleh lelehan magnesium bersuhu 800 °C dalam atmosfer argon. Ti yang dihasilkan
masih berbentuk massa yang berbusa dimana kelebihan Mg dan MgCl2 kemudian dibuang melalui
penguapan pada suhu 10000 C. Busa tersebut kemudian dilelehkan dalam loncatan listrik dan dicetak
menjadi batangan Ti murni ; harus digunakan atmosfer helium atau argon karena titanium mudah
bereaksi dengan N2 dan O2 jika dipanaskan.
Metode penemuan terbaru, proses FFC Cambridge dikembangkan untuk menggantikan proses
Kroll bila memungkinkan. Metode ini menggunakan serbuk titanium dioksida (hasil pemurnian rutil)
sebagai bahan baku untuk menghasilkan hasil akhir yang berupa bubuk atau spons. Jika campuran
serbuk oksida digunakan, produk yang dihasilkan akan menghabiskan biaya yang lebih rendah daripada
proses multi tahap peleburan konvensional. Proses FFC Cambridge dapat memproduksi titanium yang
lebih langka dan mahal untuk industri penerbangan dan barang-barang mewah, dan dapat dilihat di
banyak produk yang saat ini diproduksi dengan menggunakan bahan baku aluminium dan baja.
Titanium paduan biasanya dibuat dengan proses reduksi. Sebagai contoh, cuprotitanium
(reduksi rutile dengan tambahan tembaga), ferrocarbon titanium (ilmenite direduksi dengan coke dalam
tanur listrik), dan manganotitanium (Rutile dengan mangan atau mangan oksida) yang direduksi.
2.6 Isotop
44
ε - Sc
44
Ti syn 63 y
γ 0.07D, 0.08D -
46
Ti 8.0% Ti stabil dengan 24 neutron
47
Ti 7.3% Ti stabil dengan 25 neutron
48
Ti 73.8% Ti stabil dengan 26 neutron
49
Ti 5.5% Ti stabil dengan 27 neutron
50
Ti 5.4% Ti stabil dengan 28 neutron
Titanium alami terdiri dari 5 isotop yang stabil: 46 Ti, 47 Ti, 48 Ti, 49 Ti, dan 50 Ti, dengan 48 Ti
yang paling melimpah (73.8% kelimpahan di alam). 11 radioisotop telah dikenali, dengan yang paling
stabil adalah 44 Ti dengan waktu paruh 63 tahun, 45 Ti dengan waktu paruh 184,8 menit, 51 Ti dengan
waktu paruh 5,76 menit, dan 52 Ti dengan waktu paruh 1,7 menit. Semua dari sisa radioaktif isotop
memiliki waktu paruh yang kurang dari 33 detik dan mayoritas memiliki waktu paruh yang kurang dari
setengah detik.
Titanium dan paduannya mulai digunakan sebagai komponen logam pada awal abad ke-20, jenis
logam ini diekstraksi dari mineral rutil yang mengandung ±97-98% TiO2 dan diubah secara kimia menjadi
TiCl4 kemudian direaksikan dengan magnesium (proses Kroll) atau sodium (proses Hunter) yang
menghasilkan titanium sponge sehingga akhirnya melalui proses peleburan dihasilkanlah ingot titanium.
Secara umum titanium dan paduannya diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama berdasarkan
fasa yang dominan dalam strukturnya,yaitu:
Titanium murni.
Masing-masing kelompok tersebut memiliki berbagai jenis paduannya seperti ditunjukkan pada
tabel 3 yang juga mencantumkan komposisi kimia serta sifat mekaniknya. Unsur-unsur pemadu pada
paduan titanium dapat memperbaiki sifat-sifat dari logam titanium, unsur tersebut dapat larut secara
intertisi ataupun secara substitusi pada atom titanium. Unsur-unsur pemadu pada titanium berdasarkan
pengaruhnya terhadap struktur mikro atau fasa stabilnya dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori,
yaitu unsur paduan penyetabil fasa alpha dan fasa beta, seperti ditunjukkan pada tabel 4 di bawah ini.
Unsur-unsur yang ditambahkan pada titanium untuk menyetabilkan salah satu atau beberapa
fasa lainnya terjadi karena unsur-unsur paduan tersebut mempengaruhi temperatur transformasinya,
seperti yang diperlihatkan pada gambar 1. dibawah ini.
Gambar 1. Pengaruh unsur-unsur paduan sebagai unsur penyetabil fasa alpha dan
Alumunium
merupakan unsur paduan titanium yang paling dominan sebagai unsur penyetabil fasa alpha dan akan
meningkatkan temperatur beta transus (temperatur transformasi fasa beta) serta akan memberikan
kekuatan yang tinggi pada temperatur tinggi. Unsur-unsur lainnya sebagai unsur pemadu pada titanium
adalah krom, besi, mangan, molibdenum, dan vanadium. Penambahan unsur-unsur ini akan
memperkuat dan meningkatkan jumlah fasa beta yang diperoleh pada temperatur kamar.
Pada temperatur tinggi, titanium mudah bereaksi terutama dengan unsur-unsur intertisi (oksigen,
hidrogen, dan nitrogen) membentuk oksida, hidrida atau nitrida atau unsur intertisi tersebut dapat larut
pada permukaan titanium. Reaksi oksidasi yang terjadi di atas temperatur 593 C akan menghasilkan
lapisan oksida di permukaan yang bersifat kontinyu., artinya lapisan yang terbentuk tidak terdapat celah
atau bagian yang terbuka (tertutup bagi difusi oksigen) sehingga tidak lagi menimbulkan reaksi oksidasi
berikutnya. Dengan demikian, titanium menjadi bersifat sangat pasif terhadap larutan. Karakteristik ini
menyebabkan katahanan korosi dari titanium dan paduannya menjadi lebih baik. Titanium yang tidak
dipadu atau titanium murni, memiliki kemurnian antara 99%-99,5% dan sisanya adalah unsur-unsur
intertisi yaitu oksigen, nitrogen dan karbon. Titanium murni memiliki kekuatan yang lebih rendah
dibandingkan paduannya tetapi memiliki ketahanan korosi yang lebih baik. Kekuatan titanium murni
sangat ditentukan oleh unsur-unsur intertisi dalam batas yang diijinkan, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2 di bawah ini dan jika terlalu banyak akan menyebabkan penggetasan. Pengaruh penguatan
dari unsur-unsur intertisi dinyatakan dalam persamaan:
,setiap peningkatan 0,1%O equiv dalam titanium murni akan meningkatkan kekuatan sebesar 17,5 ksi.
Struktur equiaksial pada titanium dikembangkan melalui penguatan regang anil, yaitu proses pengerjaan
dingin dan diikuti dengan pemanasan sampai temperatur re-kristalisasi dengan struktur mikro seperti
yang ditunjukkan pada gambar 3 dan 4
titanium
panas. Struktur menunjukkan fasa alpha yang terelongasi sebagai hasil deformasi(etsa : 10% HF-
5%HNO3, 500X)
temperatur 700oC selama 1 jam dan didinginkan di udara. Struktur mengandung butir-
butir equiaksial fasa alpha dan speroidal fasa beta yang distabilkan dengan penambahan
a. Alpha Alloys
Alpha alloys adalah titanium murni yang diperkuat dengan solid solution strengthening dengan
unsur penambah seperti aluminium (5-6%), tin, nikel, dan tembaga. Alpha tidak mengandung beta pada
temperature ruang. Alpha alloys kurang ductile dan lebih sulit dibentuk, karena terbatasnya slyp system
pada HCP, tidak dapat di-heat treatment, dapat dilas, memiliki kekuatan sedang, derajat kekerasan
bagus, dan sangat stabil pada temperature diatas 540oC (1000oF).
Paduan ini secara dominan memiliki struktur kristal HCP pada temperatur kamar, sehingga pada
dasarnya paduan ini memiliki fasa alpha meskipun ada dalam paduan yang memiliki sejumlah kecil unsur
paduan penyetabil fasa beta seperti pada paduan Ti-8Al-Mo-V (unsur paduan Mo dan V masing-masing
1%) yang memiliki keuletan yang baik, paduan tersebut merupakan salah satu jenis dari paduan titanium
near alpha. Pada Gambar 5 ditunjukkan pengaruh penambahan unusr-unsur pemadu substitusi
terhadap sifat mekanik paduan titanium. Unsur terpenting dari kelompok tersebut adalah Alumunium
yang merupakan unsur substitusi alpha yang paling dominan yang dapat meningkatkan temperatur
transformasi dari fasa alpha ke fasa beta dari temperatur 8850C untuk titanium murni sampai 12400C
untuk paduan yang mengandung 29%Al. Menurut Mc.Quillan, keberadaan unusur alumunium sampai
1% hampir tidak memiliki pengaruh terhadap temperatur transformasi allotropi titanium, dan
peningkatan kandungan alumunium selanjutnya akan menaikan tamperatur transisi yang cukup
mencolok.
paduan titanium
b. Beta alloys
Unsur penyetabil dalam paduan titanium beta ini diantaranya adalah vanadium, molibdenum,
krom dan kobalt. Untuk meningkatkan kekuatan dari paduan ini adalah melalui proses perlakuan panas
dan pengerjaan dingin. Beta alloys memiliki ductility bagus, dan mudah dibentuk ketika tidak di-heat
treatment, dapat dilas, dan sangat stabil pada temperatur di atas 315oC (600oF). Beberapa dapat di-age
hardening untuk menyebabkan precipitation fasa alpha atau senyawa intermetalik, dan menghasilkan
kekuatan yang sangat tinggi namun ductility dan kekerasan berkurangPaduan titanium beta memiliki
berat jenis dan kekuatan yang paling tinggi diantara semua jenis paduan titanium, jenis paduan beta
yang diproduksi dalam jumlah besar adalah Ti-3Cr-11V-3Al dengan komposisi 13% vanadium, 11%
chromium, dan 3% aluminium Dalam paduan titanium beta, terdapat 2 sistem penyetabil fasa beta yaitu
beta isomorfus dan beta eutektoid. Unsur-unsur penyetabil beta isomorfus adalah vanadium,
molibdenum, niobium dan tantalum. Unsur-unsur tersebut tidaak membentuk senyawa intermetalik
sehingga tidak menyebabkan peningkatan kekerasan dan kekuatan dari paduan titanium serta unsur-
unsur tersebut dapat menurunkan berat jenis paduan. Gambar 6 memperlihatkan tipe diagram fasa
sistem beta isomorfus, dalam sistem ini unsur-unsur paduan larut sempurna dalam fasa beta dan beta
transus turun dengan meningkatnya kandungan unsur padua penyetabil fasa beta. Dalam paduan ini,
fasa beta yang stabil terbentuk hanya jika konsentrasi unsur paduannya cukup tinggi, sehingga paduan
jenis ini akan memiliki banyak keuntungan.
Pada gambar 7 ditunjukkan diagram fasa dari unsur paduan penting dalam titanium yaitu
vanadium dan molibdenum dari sistem beta isomorfus.
c. Alpha-beta alloys
Alpha-beta alloys adalah paduan titanium yang strukturnya mengandung sebagian alpha dan
sebagian beta pada temperature ruang. Alpha-beta alloys memiliki sifat mekanik yang sangat seimbang,
dan yang paling sering digunakan, ada yang dapat dilas dan tidak, ketahanan korosinya sangat tinggi
pada temperature ruang, lebih mudah dibentuk, dan sangat stabil sampai temperatur 425oC (800oF).
Unsur-unsur beta stabilizer seperti molybdenum, vanadium, columbium, dan tantalum ketika
ditambahkan ke titanium murni cenderung menaikkan fasa beta pada temperatur ruang. Sedangkan
unsur alpha stabilizer akan menaikkan fasa alpha.
Salah satu paduan titanium seperti TI-6Al-4V yang mengandung 6% aluminium dan 4% vanadium
memiliki struktur 2 fasa, yaitu setengah alpha dan setengah beta pada temperature ruang, aluminium
menstabilkan fasa alpha dan vanadium menstabilkan fasa beta. Ketika paduan ini dipanaskan sampai
pada temperatur 1725oF (955oC), paduan bertansformasi semua menjadi struktur beta. Ketika di-water
quench sampai temperatur ruang, fasa beta akan seimbang, paduan ingin bertransformasi menjadi fasa
alpa namun dicegah dengan water quench. Proses ini disebut solution treating, dan paduan memiliki
kekuatan tinggi pada kondisi ini, namun kekerasan dan kekuatan dapat lebih ditingkatkan dengan aging
selama 4 jam pada 1000oF (539oC). saat aging, dipisahkan bagian precipitate fasa alpha dengan fasa beta
yang seimbang. Dengan demikian, alpha-beta alloys adalah paduan hasil precipitation hardening. Ada
beragam paduan alpha-beta dengan kekuatan yang berbeda dan dengan mekanisme precipitation
hardening precipitation hardening yang berbeda, namun 6Al-4V adalah yang paling penting.
Near alpha alloys adalah paduan titanium yang mengandung banyak alpha dengan sedikit beta,
dan beberapa fasa beta tersebar di semua susunan alpha. Secara umum mengandung 5-8% aluminium,
beberapa zirconium, dan timah bersama dengan beberapa unsur-unsur beta stabilizer. Paduan ini
memiliki kekuatan pada temperature tinggi, dan ketahanan creep yang sangat bagus sehingga paduan
ini digunakan pada temperature tinggi. Penambahan silicon 0.1-0.25% meningkatkan ketahanan creep.
Near-alpha alloys pada temperature tinggi termasuk Ti-6242S (Ti-6Al-2Sn-4Zr-2Mo-0,25Si) dan IMI 829
(Ti-5,5Al-3,5Sn-3Zr-1Nb-0,3Si) yang dapat digunakan sampai 1000oF, dan IMI 834 (Ti-5,8Al-4Sn-3,5Zr-
0,7Nb-0,5Mo-0,35Si) dan Ti-1100 (Ti-6Al-2,8Sn-4Zr-0,4Mo-0,4Si) adalah modifikasi dari Ti-6242S yang
dapat digunakan sampai 1100oF.
e. Near-beta Alloys
Near beta alloys adalah paduan titanium yang mengandung banyak beta dengan sedikit alpha.
Unsur paduan titanium dapat berupa aluminium, vanadium, molibdenum, mangan, timah, besi
dll dengan harapan unsur paduan ini dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan dan workability.
Sifat mekanik dan karakter manufaktur dari paduan titanium sangat sensitif terhadap sedikit
variasi pada unsur paduan dan residu. Sehingga pengontrolan komposisi dan pemrosesan menjadi
sangat penting, termasuk pencegahan kontaminasi permukaan terhadao hidrogen, oksigen dan nitrogen
selama proses. Unsur-unsur tersebut akan meningkatkan kegetasan titanium dan mengurangi
keuletannya.
Pada suhu di atas 8800C, Ti memiliki struktur kubus pemusatan ruang (bcc-beta titanium) dan
bersifat ulet (ductile) sedangkan pada suhu ruang membentuk hexagonal close-packed (hcp-alpha
titanium), bersifat getas (brittle) dan sangat sensitif terhadap korosi tegangan. Variasi struktur lain
(alpha, near-alpha,alpha beta,beta) dapat diperolah dengan membuat paduan dan perlakuan panas
(heat treatment) sehingga sifatnya dapat dioptimalkan untuk aplikasi khusus.
Titanium aluminide intermetallics (TiAl, Ti3Al) memiliki kekakuan lebuh tinggi dan berat jenis
lebih rendah serta lebih tahan terhadap suhu tinggi dibanding dengan paduan Ti yang lain.
Sebagai bahan teknik titanium banyak penggunaannya. Titanium adalah logam dengan warna
putih keperak-perakan, titik lebur 1668°C dan masa jenisnya 4,505 kg/dm3 .Titanium yang tidak
murni/campuran dalam perdagangan dapat digolongkan:
unsur-unsur yang membentuk interstisi larutan padat (solid solution ) O2 , N, C dan H2 dan lain –
lain.
Unsur-unsur yang membentuk substitusi larutan padat (Fe dan unsur-unsur logam lain ).Oksigen
dan nitrogen dengan persentase kecil dalam titanium alloy dapat mengurangi ductility secara drastis.
Kandungan karbon dengan lebih dari 0,2% menurunkan ductility dan kekuatan pukul dan titanium alloy.
Paduan titanium terdiri dari vanadium, molibden, chrom, mangan,aluminium timah, besi dll. Paduan ini
memiliki sifat-sifat mekanik yang tinggi dengan rasa jenis yang rendah, sangat tahan korosi, banyak
digunakan dalam industri pesawat terbang.
Produksi Titanium:
1. Bijih utama titanium adalah rutile mengandung 98-99% TiO2 dan ilmenite kombinasi antara FeO dengan
Ti O2. Rutile lebih baik karena mengandung lebih banyak Ti.
2. Untuk mendapatkan logam dari bijih TiO2 diubah menjadi titanium tetrachloride (TiCl4) dengan
memasukkan gas chlorine. Diikuti dengan proses penyulingan (distillation) untuk menghilangkan
ketidakmurnian.
3. Titanium tetrachloride dengan konsentrasi tinggi lalu direaksikan dengan magnesium untuk direduksi
menjadi titanium, dikenal dengan proses Kroll. Sodium juga dapat digunakan sebagai zat pereduksi.
Lingkungan gas mulia diperlukan untuk mencegah O2, N2 dan H2 bereaksi dengan Ti karena afinitas yang
dimiliki logam agar tidak terjadi pengerasan sehingga dapat dicor dalam bentuk ingot.
Dilihat dari struktur mikronnya paduan titanium terdiri atas fasa , fasa +, dan fasa . Kepada
fasa tidak dapat dilakukan perlakuan panas sedangkan pada fasa + dan fasa dapat dilakukan
perlakuan panas.Pada fasa terutama mengandung Al dan Sn yang berguna setelah pelunakan atau
penganilan dan penghilangan tegangan.
Paduan titanium dapat membentuk martensit dan fasa ’ dengan pendinginan cepat dari fasa ,
tetapi tidak begitu keras, yang memberikan sedikit pengaruh terhadap sifat-sifat mekanis. Pada paduan
fasa + yaitu jika fasa lebih banyak, yang didinginkan pada air setelah dipanaskan sampai
fasa + maka + merupakan struktur yang berbentuk bulat. Fasa yang terbentuk, merupakan fasa
meta yang stabil, tidak langsung terurai menjadi fasa + tetapi melalui suatu fasa antara yaitu fasa ,
yang mempunyai sifat keras dan getas, presipitasi harus dihindari dalam hal ini. Biasanya dipanaskan
lebih tinggi dari temperature presipitasi yang kemudian terurai menjadifasa + yang halus. Kalau
fasa lebih banyak perlu dicelup dingin dari fasa untuk mendapat ’+ yang kemudian harus
dipanaskan kembali untuk mendapatkan fasa menjadi struktur + yang halus. Paduan fasa dapat
berubah menjadi martensit karena pencelupan dingin dan fasa yang tersisa dipanaskan ke temperatur
yang lebih tinggi daripada temperature presipitasi fasa untuk membuat presipitasi fasa yang halus.
Salah satu karakteristik Titanium yang paling terkenal adalah dia sama kuat dengan baja tapi
hanya 60% dari berat baja.
Kekuatan lelah (fatigue strength) yang lebih tinggi daripada paduan aluminium.
Tahan suhu tinggi. Ketika temperatur pemakaian melebihi 150 C maka dibutuhkan titanium
karena aluminium akan kehilangan kekuatannya secara nyata.
Tahan korosi. Ketahanan korosi titanium lebih tinggi daripada aluminium dan baja.
Dengan rasio berat-kekuatan yang lebih rendah daripada aluminium, maka komponen-
komponen yang terbuat dari titanium membutuhkan ruang yang lebih sedikit dibanding aluminium.
Titanium tahan bila ditempa, wieldable dan mudah bekerja.
2.9 Aplikasi Titanium
a. Karena bersifat non-feromagnetik , saat ini titanium umum digunakan untuk medis, misalnya
untuk mengganti tulang yang hancur atau patah. Sudah terbukti bahwa bahan titanium kuat dan tidak
berubah ataupun berkarat di dalam tubuh manusia. Didalam tubuh manusia terdapat begitu banyak
zat yang sesungguhnya dapat membuat bahan metal apapun menjadi berkarat dan tidak dapat bertahan
lama, tetapi tidak demikian halnya dengan bahan titanium, yang sekali lagi memang sudah terbukti bisa
bertahan dalam tubuh manusia walaupun bertahun tahun digunakan. Selain itu, Titanium digunakan
sebagai bahan pengganti sendi dan struktur penahan katup jantung.
b. Digunakan dalam implant gigi (dengan jangka waktu lebih dari 30 tahun), karena kemampuannya
yang luar biasa untuk berpadu dengan tulang hidup ( osseointegrate ).
Tahap awal dalam membuat gelang magnetik ini adalah membentuk bahan dasar mentah
titanium menjadi bagian bagian dari gelang magnetic. Proses ini cukup sulit, baik dari proses
pembetukan sampai kepada pemotongan bagian demi bagian, hal itulah yang menyebabkan tidak
banyak pabrik yang memproduksi berbahan titanium ( khususnya gelang magnetik).
Setelah pembentukan dan pemotongan selesai , selanjutnya masuk ke tahap adjust magnetic powder
ke dalam bulatan bulatan yang sudah disediakan, magnetic yang digunakan adalah magnet negatif
dalam bentuk powder yang dimana kekuatan magnet berkisar 3000-3500 gouss. Selanjutnya masuk ke
dalam tahap akhir pembuatan gelang magnetic. Proses ini tidak bisa dilakukan oleh mesin. Oleh sebab
itu proses ini dilakukan dengan tenaga manusia (hand made) dirangkai satu demi satu ( piece by piece )
Karena proses yang begitu rumit dan panjang membuat bahan titanium menjadi salah satu
bahan terbaik dan menjadi salah satu perhiasan yang dikombinasikan dengan therapy kesehatan yang
cukup bernilai. Laboratorium teknologi & industri Nigata Jepang bahkan melakukan penelitian yang
menunjukkan bahwa titanium dapat meningkatkan sirkulasi darah bagi pemakainya.
d. Karena ini bio-kompatibel (tidak beracun dan tidak ditolak oleh tubuh), titanium digunakan
dalam aplikasi medis termasuk alat-alat operasi.
a. Kira-kira 95% hasil Titanium digunakan dalam bentuk Titanium dioksida (TiO2),sejenis pigmen
putih terang yang kekal dengan kuasa liputan yang baik untuk cat, kertas, obat gigi, dan plastik.
b. Digunakan pada industri kimia dan petrokimia sebagai bahan unutk alat penukar panas (heat
exchanger)dan bejana bertekanan tinggi serta pipa-pipa tahan korosi memakai bahan titanium.
c. Industri pulp dan kertas menggunakan titanium dalam peralatan proses yang terkena media yang
korosif seperti sodium hipoklorit atau gas klor basah). Aplikasi lain termasuk pengelasan ultrasonic dan
gelombang solder.
Alloy Titanium digunakan dalam pesawat, plat perisai, kapal angkatan laut, peluru berpandu. Dapat juga
digunakan dalam perkakas dapur dan bingkai kaca (yang nilai ekonomisnya tinggi).
Titanium yang dialloykan bersama Vanadium digunakan dalam kulit luaran pesawat terbang, peralatan
pendaratan, dan saluran hidrolik.
Karena daya tahannya yang baik terhadap air laut, Titanium digunakan sebagai pemanas-pendingin
akuarium air asin dan pisau juru selam.
Di Rusia, Titanium menjadi bahan utama dalm pembuatan kapal angkatan perang termasuk kapal selam
seperti kelas Alfa, Mike dan juga Typhoon karena kekuatannya terhadap air laut.
Bahan utama batu permata buatan manusia yang secara relatif agak lembut.
Titanium tetraklorida (TiCl4), cairan tidak berwarna yang digunakan untuk melapisi kaca.
Titanium dioksida (TiO2) digunakan dalam pelindung matahari karena ketahanannya terhadap ultra
ungu.
Karena kelengaiannya dan menghasilkan warna yang menarik menjadikan logam ini populer untuk
menindik badan.
(Militer). Karena kekuatannya, unsur ini digunakan untuk membuat peralatan perang (tank) dan untuk
membuat pesawat ruang angkasa.
Titanium digunakan untuk Sharpless epoxidation. Senyawa lain termasuk titanium bromida (digunakan
dalam metalurgi, superalloy, dan suhu tinggi dan pelapisan kabel listrik) dan titanium karbida
(ditemukan dalam suhu tinggi alat pemotong dan coating).
Natrium Titranat
Titanium Tetraklorida
Titanium Oksida
Dapat digunakan untuk pembuatan batang las, email porselen, karet, kertas dan tekstil.
Titania
Dapat digunakan untuk perhiasan (batu titania)
Titanium tetraklorida berpotensi menyebabkan iritasi kulit dan gangguan pada paru-paru jika terhirup
Bersentuhan dengan kulit. Basahi kulit secara menyeluruh dengan air. Dapatkan bantuan medis bila
iritasi berkembang atau berlanjut.
Bersentuhan dengan mata. Segera bilas mata dengan air. Lepaskan lensa kontak, dan teruskan
membilas dengan air mengalir selama setidaknya 15 menit. Tahan kelopak mata untuk memastikan
seluruh bagianmata dan kelopak mata terbilas dengan air. Segera minta bantuan medis.
Tertelan. Bilas mulut secara sempurna. Jangan dimuntahkan tanpa petunjuk pusat pengendali racun.
Jangan sekali-kali memberikan apa pun lewat mulut kepada orang yang tidak sadar. Bila bahan tertelan
dalam jumlah besar, segera hubungi pusat pengendali racun.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Titanium
Titanium merupakan logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi termasuk tahan air laut dan
chlorine dengan warna putih-metalik-keperakan. Titanium merupakan unsur yang jumlahnya melimpah
ke-9 di kerak bumi (0,63% berat massa) dan logam ke-7 paling berlimpah. Titanium selalu ada
dalam igneous rock (bebatuan) dan dalam sedimen yang diambil dari bebatuan tersebut. Unsur ini
terdapat di banyak mineral dengan sumber utama adalah rutile dan ilmenit, yang tersebar luas di
seluruh Bumi.
Secara umum titanium dan paduannya diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama berdasarkan
fasa yang dominan dalam strukturnya,yaitu:
Titanium murni.
Proses Hunter
Proses Kroll
DAFTAR PUSTAKA
http://dc231.4shared.com/doc/NsbSIoSK/preview.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/titanium/
http://digitalmbul.com/blogs/2011/07/26/bahaya-penggunaan-titanium-dalam-tubuh-manusia/
http://www.epc.shell.com/Docs/GSAP_msds_00040321.PDF
http://www.globalhealingcenter.com/heavy-metals/dangers-of-titanium
http://www.organicmakeup.ca/ca/titaniumdioxide.asp
http://id.wikipedia.org/wiki/Titanium
http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/titanium
http://www.gudangmateri.com/2011/01/keunggulan-dan-paduan-titanium.html
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/menggunakan-titanium-dan-ultraviolet-
teknologi-baru-mengurai-dioksin/
http://www.healthylinetherapy.com/product/19/29/Titanium-Material/?o=default
http://ratna-wati-chemistry.blogspot.com/2009/05/titanium-t.html
Titanium ditemukan dicampuran mineral di Cornwall , Inggris tahun 1791 oleh ahli geologi
amatir William Gregor , kemudian pendeta desa Creed . Dia mengakui adanya unsur baru dalam
ilmenite ( FeTiO3 ) ketika ia menemukan pasir hitam dengan aliran di paroki terdekat dari
Manaccan dan melihat pasir tertarik oleh magnet . Analisis pasir menentukan kehadiran dua
oksida logam yaitu oksida besi (menjelaskan daya tarik untuk magnet ) dan 45,25 % dari oksida
logam putih ia tidak bisa mengidentifikasi . Gregor , menyadari bahwa tak dikenal mengandung
oksida logam yang tidak sesuai dengan sifat-sifat unsur yang diketahui , melaporkan temuannya
ke Royal Geological Society of Cornwall dan dalam jurnal ilmiah Jerman Crell yang Annalen
.Sekitar waktu yang sama , Franz Joseph Muller juga menghasilkan zat yang sama , tetapi tidak
bisa mengidentifikasi itu . Oksida secara independen ditemukan kembali pada tahun 1795 oleh
kimiawan Jerman Martin Heinrich Klaproth di Rutile dari Hungaria. Klaproth menemukan
bahwa itu berisi elemen baru dan menamakannya untuk Titan dari mitologi Yunani . Setelah
dikonfirmasi itu berisi titanium .Proses yang diperlukan untuk mengekstrak titanium dari
berbagai bijih yang melelahkan dan mahal ; tidak mungkin untuk mengurangi dengan cara yang
normal , dengan pemanasan dengan adanya karbon , karena yang memproduksi titanium karbida
. Pure titanium logam ( 99,9 % ) pertama kali dibuat pada tahun 1910 oleh Matthew A. Hunter
dengan memanaskan TiCl4 dengan natrium dalam bom baja pada 700-800 ° C dalam
proses tersebut. Logam Titanium tidak digunakan di luar laboratorium sampai 1946 ketika
William Justin Kroll membuktikan bahwa itu bisa diproduksi secara komersial dengan
mengurangi titanium tetraklorida dengan magnesium dalam apa yang kemudian dikenal sebagai
proses Kroll . Meskipun penelitian berlanjut ke yang lebih efisien dan lebih murah proses ( FFC
Cambridge , misalnya ) , proses Kroll masih digunakan untuk produksi komersial .Titanium
kemurnian yang sangat tinggi dibuat dalam jumlah kecil ketika Eduard Anton van Arkel dan Jan
Hendrik de Boer menemukan iodida , atau kristal bar , proses pada tahun 1925 , dengan bereaksi
dengan yodium dan membusuk uap yang terbentuk atas filamen panas untuk logam murni .
2.2 Klasifikasi
Sifat fisika
Fase solid
kamar)
Sifat atom
(oksida amfoter)
Lain-lain
paruh
44
Ti syn 63 y ε - 44
Sc
γ 0.07D, -
0.08D
46
Ti 8.0% Ti stabil dengan 24 neutron
47
Ti 7.3% Ti stabil dengan 25 neutron
48
Ti 73.8% Ti stabil dengan 26 neutron
49
Ti 5.5% Ti stabil dengan 27 neutron
50
Ti 5.4% Ti stabil dengan 28 neutron
Tekanan uap
P 1 10 100 1k 10 k 100 k
(Pa)
(K)
Titanium adalah alotrop, intinya pada suhu 1668℃ mencair, sedangkan di bawah
882 ℃ menunjukkan struktur kisi heksagonal, α disebut titanium, pada 882℃ menunjukkan lebih
dari berpusat badan struktur kisi kubik, yang disebut titanium β. Penggunaan struktur titanium
karakteristik yang berbeda dari dua, tambahkan elemen paduan sesuai dengan fase fase suhu
transisi dan konsentrasi secara bertahap berubah untuk mendapatkan organisasi yang berbeda
titanium (paduan titanium). Pada suhu kamar, ada tiga macam organisasi matriks titanium,
titanium akan dibagi menjadi tiga kategori berikut: paduan α, (α β) paduan dan paduan β. Cina
a. α titanium alloy
Alpha alloys adalah titanium murni yang diperkuat dengan solid solution strengthening dengan
unsur penambah seperti aluminium (5-6%), tin, nikel, dan tembaga. Alpha tidak mengandung
beta pada temperature ruang. Alpha alloys kurang ductile dan lebih sulit dibentuk, karena
terbatasnya slyp system pada HCP, tidak dapat di-heat treatment, dapat dilas, memiliki kekuatan
sedang, derajat kekerasan bagus, dan sangat stabil pada temperature diatas 540oC (1000oF).
Paduan ini secara dominan memiliki struktur kristal HCP pada temperatur kamar, sehingga pada
dasarnya paduan ini memiliki fasa alpha meskipun ada dalam paduan yang memiliki sejumlah
kecil unsur paduan penyetabil fasa beta seperti pada paduan Ti-8Al-Mo-V (unsur paduan Mo
dan V masing-masing 1%) yang memiliki keuletan yang baik, paduan tersebut merupakan salah
satu jenis dari paduan titanium near alpha. Pada Gambar 5 ditunjukkan pengaruh penambahan
unusr-unsur pemadu substitusi terhadap sifat mekanik paduan titanium. Unsur terpenting dari
kelompok tersebut adalah Alumunium yang merupakan unsur substitusi alpha yang paling
dominan yang dapat meningkatkan temperatur transformasi dari fasa alpha ke fasa beta dari
temperatur 8850C untuk titanium murni sampai 12400C untuk paduan yang mengandung 29%Al.
Menurut Mc.Quillan, keberadaan unusur alumunium sampai 1% hampir tidak memiliki pengaruh
b. Paduantitanium β
Ini adalah solusi padat β-fase terdiri dari paduan fase tunggal, tidak ada perlakuan panas yang
memiliki kekuatan tinggi, paduan dipadamkan telah diperkuat setelah penuaan pada ruang
kekuatan suhu hingga 1372 ~ 1666 MPa, tetapi stabilitas termal miskin, tidak boleh digunakan
pada suhu tinggi. aplikasi utama dalam pesawat Boeing 787
"Dreamliner".
c. α β paduan titanium
Ini adalah paduan duplex dengan kinerja yang baik secara keseluruhan, stabilitas struktural yang
baik, ketangguhan yang baik, daktilitas dan deformasi suhu tinggi, bisa lebih baik pengolahan
tekanan panas, mampu pendinginan, penuaan penguatan paduan. Kekuatan setelah perlakuan
panas meningkatkan keadaan anil dari sekitar 50% sampai 100%, suhu, kekuatan tinggi pada
400 ℃ ~ 500 ℃ suhu kerja jangka panjang, α titanium stabilitas termal rendah. Paduan
ini digunakan dalam industry kimia dan petro-kimia, Tanaman
Desalinasi, dan kertas
Tiga jenis paduan adalah yang paling umum digunakan adalah α titaniumdan paduan
Titanium selalu berikatan dengan elemen-elemen lain di alam. Titanium merupakan unsur
yang jumlahnya melimpah ke-9 di kerak bumi (0,63% berat massa) dan logam ke-7 paling
berlimpah. Titanium selalu ada dalam igneous rock (bebatuan) dan dalam sedimen yang diambil
dari bebatuan tersebut.Dari 801 jenis batuan yang dianalisis oleh United States Geological
Survey, terdapat 784 diantaranya mengandung titanium. Perbandingan Ti di dlam tanah adalah
Titanium ditemukan di meteorit dan telah dideteksi di dalam matahari serta pada bintang
tipe-M, yaitu jenis bintang dengan suhu terdingin dengan temperatur permukaan sebesar 3200 0F
TiO2 sebanyak 12,1%. Titanium juga terdapat dalam mineral rutile (TiO2),
ilmenite (FeTiO3),dansphene, dan terdapat dalam titanate dan bijih besi. Dari mineral-mineral
ini, hanya Rutile dan ilmenite memiliki kegunaan secara ekonomi, walaupun sulit ditemukan
dalam konsentrasi yang tinggi. Keberadaan Titanium dengan bijihberupa ilmenit berada di
bagian barat Australia, Kanada, Cina, India, Selandia Baru, Norwegia, dan Ukraina. Rutile dalam
jumlah banyak pun juga ditambang di Amerika Utara dan Afrika Selatan dan membantu
berkontribusi terhadap produksi tahunan 90.000 ton logam dan 4,3 juta ton titanium dioksida .
Jumlah cadangan dari titanium diperkirakan melebihi 600 juta ton.Berikut adalah tabel
Tabel1.Sifat Rutile
Tabel2.Sifat Ilmenit
Tabel3.Sifat Sphene
Titanium juga terdapat di debu batubara, dalam tumbuhan dan dalam tubuh manusia. Sampai
pada tahun 1946, proses pembuatan logam Ti di laboratorium yang dilakukan oleh Kroll
tetraklorida dengan magnesium. Selanjutnya logam titanium dapat dimurnikan dengan cara
mendekomposisikan iodanya.
b. Titanium bersifat allotropy, yaitu memiliki dua struktur kristal yang berbeda pada temperatur
yang berbeda.
c. Titanium bersifat ringan dan kuat dan mempunyai lambang kimia (Ti).
d. Selain itu, titanium juga memiliki massa jenis yang rendah, keras tahan karat, dan mudah
diproduksi
h. Logam ini tahan pengikisan 20 kali lebih besar daripada logam campuran tembaga nikel.
a. Alloy Titanium digunakan dalam pesawat, plat perisai, kapal angkatan laut, peluru berpandu.
Dapat juga digunakan dalam perkakas dapur dan bingkai kaca (yang nilai ekonomisnya tinggi).
b. Titanium yang dialloykan bersama Vanadium maupun emas digunakan dalam kulit luaran
c. Karena daya tahannya yang baik terhadap air laut, Titanium digunakan sebagai pemanas-
d. Di Rusia, Titanium menjadi bahan utama dalm pembuatan kapal angkatan perang termasuk
kapal selam seperti kelas Alfa, Mike dan juga Typhoon karena kekuatannya terhadap air laut.
e. Bahan utama batu permata buatan manusia yang secara relatif agak lembut.
f. Titanium tetraklorida (TiCl4), cairan tidak berwarna yang digunakan untuk melapisi kaca.
g. Titanium dioksida (TiO2) digunakan dalam pelindung matahari karena ketahanannya terhadap
ultra ungu.
h. Karena kelengaiannya dan menghasilkan warna yang menarik menjadikan logam ini populer
j. Pada bidang militer, karena kekuatan dari titanium itu sendiri , unsur ini digunakan untuk
membuat peralatan perang (tank) dan untuk membuat pesawat ruang angkasa.
k. Pada bidang mesin, titanium digunakan sebagai material pengganti untuk batang piston.
l. Titanium nitrida (TiN), mempunyai kekerasan setara dengan safir dan carborundum (9,0 pada
Skala Mohs) , sering digunakan untuk melapisi alat potong seperti bor. TiN juga dimanfaatkan
m. Titanium digunakan pada implant gigi, terbagi dalam dua bentuk yaitu titanium murni dan logam
campur titanium dengan campuran 6% aluminium, 4% vanadium, itu yang biasanya digunakan
n. Titanium tetraklorida (titanium (IV) klorida, TiCl4,) adalah cairan tak berwarna yang digunakan
sebagai perantara dalam pembuatan titanium dioksida untuk cat. Hal ini secara luas digunakan
dalam kimia organik sebagai Lewis asam, misalnya di Adisi aldol kondensasi. Titanium juga
membentuk klorida yang lebih rendah, titanium (III) klorida (TiCl 3), yang digunakan sebagai
agen pereduksi.
o. Titanium digunakan untuk Sharpless epoxidation. Senyawa lain termasuk titanium bromida
(digunakan dalam metalurgi, superalloy, dan suhu tinggi dan pelapisan kabel listrik) dan titanium
p. Natrium Titranat
r. Titanium Oksida
Dapat digunakan untuk pembuatan batang las, email porselen, karet, kertas dan tekstil.
s. Titania
a. Salah satu karakteristik Titanium yang paling terkenal adalah dia sama kuat dengan baja tapi
b. Kekuatan lelah (fatigue strength) yang lebih tinggi daripada paduan aluminium.
d. Tahan suhu tinggi. Ketika temperatur pemakaian melebihi 150 C maka dibutuhkan titanium
e. Tahan korosi. Ketahanan korosi titanium lebih tinggi daripada aluminium dan baja.
f. Dengan rasio berat-kekuatan yang lebih rendah daripada aluminium, maka komponen-komponen
yang terbuat dari titanium membutuhkan ruang yang lebih sedikit dibanding aluminium.
b. Titanium tetraklorida berpotensi menyebabkan iritasi kulit dan gangguan pada paru-paru jika
terhirup
c. Titanium tetraklorida sangat mengiritasi kulit dan cukup menghirup itu dapat menyebabkan
a. Bersentuhan dengan kulit. Basahi kulit secara menyeluruh dengan air. Dapatkan bantuan medis
b. Bersentuhan dengan mata. Segera bilas mata dengan air. Lepaskan lensa kontak, dan teruskan
membilas dengan air mengalir selama setidaknya 15 menit. Tahan kelopak mata untuk
memastikan seluruh bagianmata dan kelopak mata terbilas dengan air. Segera minta bantuan
medis.
c. Tertelan. Bilas mulut secara sempurna. Jangan dimuntahkan tanpa petunjuk pusat pengendali
racun. Jangan sekali-kali memberikan apa pun lewat mulut kepada orang yang tidak sadar. Bila
bahan tertelan dalam jumlah besar, segera hubungi pusat pengendali racun.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Titanium merupakan logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi termasuk tahan air
laut dan chlorine dengan warna putih metalik keperakan. Titanium merupakan unsur yang
jumlahnya melimpah ke-9 di kerak bumi (0,63% berat massa) dan logam ke-7 paling berlimpah.
Titanium selalu ada dalam igneous rock (bebatuan) dan dalam sedimen yang diambil dari
bebatuan tersebut.Unsur ini terdapat di banyak mineral dengan sumber utama adalah rutile dan
Daftar pustaka
Ir. Surdia, Tata, M.S. Met. E dan Prof. Dr. Shinroku Saito. 2000. Pengetahuan Bahan
http://putrarajawali76.blogspot.com/2013/02/makalah-titanium-dan-molibdenum.html
http://ilmukimiateknik.blogspot.com/2013/02/mengenal-lebih-jauh-titanium.html
http://kimifun.blogspot.com/2014/04/sejarah-titanium.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Titanium
http://robbialiakbar.blogspot.com/2014/06/material-pesawat-proses-dan-perangkat.html