Anda di halaman 1dari 3

Nama : MUHAMMAD HAFIS

Nim : 210102501017
Kelas : B 2021

LAPORAN ANALISIS DATA STATISTIK INFERENSIAL UJI KOLERASI


DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SPSS TERHADAP PREVALENSI
STUNTING DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN
MENGGUNAKAN APLIKASI SPSS

Nama Kabupaten/Kota value


Kabupaten Jeneponto 39.80%
Data yang dianalisis
Kabupaten Tana Toraja 35.40%
Kab Pangkajene Berdasarkan hasil Survei Status Gizi
Kepulauan 34.20% Indonesia (SSGI) Kementerian
Kabupaten Tana Toraja 34.10% Kesehatan, prevalensi balita
Kabupaten Gowa 33% stunting di Sulawesi Selatan mencapai
Kabupaten Selayar 32.10% 27,2% pada 2022. Provinsi ini
menduduki peringkat ke-10 prevalensi
Kabupaten Takalar 31.30%
balita stunting tertinggi di Indonesia.
Kabupaten Maros 30.10%
Kabupaten Luwu Utara 29.80% Sulawesi Selatan memangkas tipis
Kabupaten Sinjai 29.40% angka balita stunting sebesar 0,2
Kabupaten Wajo 28.60% poin dari tahun sebelumnya. Pada
Kabupaten Bulukumba 28.40% 2021, tercatat prevalensi
Kabupaten Bone 27.80% balita stunting di provinsi ini
Kabupaten Sidenreng sebesar 27,4%.
Rappa 27.30%
Kota Pare-pare 27.10%
Kabupaten Soppeng 26.90%
Kabupaten Luwu 26.70%
Kabupaten Enrekang 26.40%
Kota Palopo 23.80%
Kabupaten Luwu Timur 22.60%
Kabupaten Bantaeng 22.10%
Kabupaten Pinrang 20.90%
Kota Makassar 18.40%
Kabupaten Barru 14.10%
Hasil Analisis Data Statistik Inferensial Uji Analisis Korelasi

Correlations

value predikat

value Pearson Correlation 1 .820**

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

predikat Pearson Correlation .820** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 24 24

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembahasan Hasil Analisis Data Statistik Inferensial Uji Analisis Korelasi


• Dasar Pengambilan Keputusan dalam Uji Korelasi :
1. Jika nilai Signifikansi < 0,05 maka berkorelasi.
2. Jika nilai Signifikansi > 0,05 maka tidak berkorelasi
Berdasarkan hasil analisis data Statistik Inferensial Uji Analisis Korelasi diperoleh
nilai Signifikansi untuk hubungan antara prvalensi stunting antar kabupaten sebesar 0,005. Dari dasar
pengambilan keputusan dalam uji
korelasi diatas, maka nilai Signifikansi < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa untuk hubungan antara prvalensi stunting antar kabupaten berkolerasi
• Pedoman Derajat Hubungan:
Nilai Pearson Correlation 0,00 s/d 0,20 = tidak korelasi.

➢ Nilai Pearson Correlation 0,21 s/d 0,40 = korelasi lemah.

➢ Nilai Pearson Correlation 0,41 s/d 0,60 = korelasi sedang.

➢ Nilai Pearson Correlation 0,61 s/d 0,80 = korelasi kuat.

➢ Nilai Pearson Correlation 0,81 s/d 1,00 = korelasi sempurna.


Berdasarkan hasil analisis data Statistik Inferensial Uji Analisis Korelasi diperoleh nilai pearson
correlation untuk hubungan antara prevalensi stunting di sulawesi selatan sebesar 0,820. Berdasrkan
pedoman derajat hubungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prevalensi stunting di sulawesi selatan
termasuk pada kategori korelasi sedang. Angka koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0,820 sehingga
hubungan prevalensi stunting di sulawesi selatan bersifat searah (jenis hubungan searah).

REFERENSI
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/13/prevalensi-balita-stunting-sulawesi-selatan-
capai-272-pada-2022-berikut-sebaran-wilayahnya

Anda mungkin juga menyukai