Anda di halaman 1dari 2

Pedoman Wawancara Trait and Factor

1. Attending a. Perkenalan diri


(Menciptakan b. Pengenalan asas apabila perlu (klien merasa ragu untuk
hubungan yang menceritakan)
baik) c. Membuka dengan basa-basi, seperti:
1) Kakak sudah makan belum? Sarapannya tadi apa?
2) Apa perjalanan kakak ke sini lama?
3) Tinggal dimana, kak?
2. Mengundang Dalam hal ini, membantu klien agar mampu mengeksplorasi
pembicaraan dirinya sendiri, melalui dukungan pewawancara:
terbuka a. Apa yang akan anda bicarakan hari ini? / Apa kakak
bersedia untuk berdiskusi mengenai kesulitan yang kakak
hadapi dalam membantu kontrak yang bisa membantu
anda?
b. Kalau boleh tahu, hobi dan minat kakak apa, nih?
c. Kakak paham tidak, mengenai kelebihan dan kekurangan
kakak?
d. Apa kakak mempunyai motivasi untuk menguasai hal ini?
e. Apa ada hambatan lainnya ketika mencari jalan keluar?
f. Boleh kakak ceritakan lebih lanjut mengenai hal itu?
3. Refleksi perasaan Merespon kembali keadaan perasaan dan situasi yang klien hadapi
(bisa juga dengan menceritakan kembali apa yang telah
diceritakan oleh klien). Pada tahap ini, bisa juga dengan berbicara
perubahan dan menetapkan tujuan setelah merefleksikan perasaan
klien.
4. Meringkas Memadatkan dan mengkristalisasi esensi yang telah dikatakan oleh
klien. Dalam hal ini, menyimpulkan dan mengakhiri. Misalnya;
“Anda telah melakukan hal yang positif. Saya rasa sudah
menunjukkan kemajuan dan keyakinan terhadap diri sendiri.
Selanjutnya, kita bertemu lagi minggu depan untuk melihat
kembali kemajuan anda.”

Konseling trait and factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-
tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek
kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan/kegagalan
seseorang dalam jabatan dan mengikuti program studi. Konseling dengan pendekatan “trait and
factor” atau pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling),
karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan
kesulitannya, ada juga yang menyebutnya sebagai “Clinical Counseling”.
Williamson, ada 4 kategori permasalahan dalam pembuatan keputusan karir yaitu:
Pertama, No Choice (Tidak ada pilihan), konseli tidak mampu menyebutkan bidang pekerjaan
yang akan dipilihnya. Kedua, Uncertain Choice (ketidakpastian pilihan), konseli ragu atas
pilihan karir yang telah ada di pikirannya. Ketiga, Unwise Choice (Pilihan tidak bijaksana),
konseli memilih karir yang tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. Keempat, Discrepancy
between interest and aptitudes (ketidaksesuaian antara minat dan bakat).

Anda mungkin juga menyukai