Anda di halaman 1dari 12

5 Langkah Dasar Dalam Konseling Menurut Para Ahli

Dalam artikel kali ini, kita akan diperkenalkan dan mencoba mempraktikkan 5 langkah dasar
dalam konseling: Bergabung, Eksplorasi, Sharing solusi yang memungkinkan,
Membantu klien memilih solusi yang paling tepat, dan Melanjutkan atau mengakhiri.

5 Langkah Dasar Konseling

1. Bergabung, tahap awal ini adalah tahap membangun good raport dengan klien.
Kegiatan awal ini biasanya diisi dengan: Memperkenalkan diri anda sebagai
konselor dan meminta klien memperkenalkan diri serta menyepakati bahasa apa
yang akan digunakan. Mendapatkan informasi umum tentang klien Jelaskan
peranan dan tanggung jawab kamu sebagai konselor: mendengarkan, memberikan
dukungan, membantu mereka mengidentifikasikan masalah dan solusi yang
memungkinkan. Prose praktek langkah 1:
• Memperkenalkan diri anda sebagai konselor dan meminta klien memperkenalkan
diri serta menyepakati bahasa apa yang akan digunakan.
• Mendapatkan informasi umum tentang klien.
• Jelaskan peranan dan tanggung jawab kamu sebagai konselor: mendengarkan,
memberikan dukungan, membantu mereka mengidentifikasikan masalah dan
solusi yang memungkinkan.
• Alih tangan kasus kalau konselor tidak mampu.
• Menjaga kerahasiana akan tetapi…
• Membahas masalah waktu.
• Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya.
• Tanya pendapat klien mengenaik record proses konseling.
• Pastikan kalau klien merasa nyaman dan aman (jangan pernah menyentuh
mereka tanpa meminta izin, buka pintu kalau itu hal yang mereka inginkan).
• Bicara dengan klien sesuai dengan usianya (khusus untuk anak-anak).
• Jujur, hal apa yang bisa dicapai, positif tapi tetap realistis.
• Peduli kepada permasalahan klien secara otentik/murni.
• Sensitif/ peka terhadap budaya klien.
• Menghargai prinsip kerahasiaan-tidak mendiskusikannya dengan keluarga
ataupun teman.
• Tidak menghakimi klien.
• Temukan inforasi umum tentang klien (tidak menginterogasi).
• Tidak rumus cepat dan khusus dalam membangun kepercayaan dengan klien.
Jika konselor menunjukkan empati, mendengarkan secara aktif, kemampuan
merefleksikan permasalahan dari awal pertemuan hal ini juga bisa membangun
hubungan kepercayaan denganklien.
• Memberikan ventilasi untuk klien.

Rapport adalah suatu iklim psikologis yang positif, mengandung kehangatan dan
penerimaan, sehingga klien tidak merasa terancam berhubungan dengan konselor
(Jeanette Murad Lesmana, 2006). fungsi dan tujuan rapport adalah membuat klien
merasa nyaman dengan konselor sehingga terjalin hubungan kerjasama yang baik
antara klien dan konselor. Struktur dibutuhkan pada tahap awal ini dan untuk
memerjelas hubungan antara konselor dan klien, memberikan arah, melindungi hak
dan peran masing-masing.
2. Mengeksplorasi - memahami permasalahan: Mendapatkan pemahaman yang lebih
baik lagi terhadap permasalahan yang dihadapi klien dengan cara membantu klien
menceritakan permasalah mereka. Fase ini merupakan fase yang panjang dan lama.
Ventilasi terus berlanjut pada fase ini Sering klien “stuck” dengan permasalahan,
emosi dan pengalaman mereka. Yang konselor lakukan adalah membantu klien
mengatur pikiran, perasaan mereka juga kamu bisa mengeksplor pilihan/opsi
lainnya. Contoh pertanyaan untuk mengeksplorasi:

• Apa kabar mu hari ini?


• Kita ada waktu sekitar 50 menit. Menurut mu apa yang bisa kita lakukan
dengan waktu itu?
• Bisakah kamu mengatakan apa yang membawa mu hari ini kemari?
• Dimana kau ingin memulainya?
• Ceritakan pada ku tentang keluarga mu…siapa saja yang tinggal di rumah?
Gimana keadaannya.
• Bagaimana sekolah/ kerja? Apakah kamu suka dengan guru/bos? Bisakah
kamu menceritakannya…
• Apa ingatan yang paling menyenangkan dalam hidup mu? Apa yang kamu
harapkan?
• Apakah ada hal-hal tertentu yang mengganggu mu yang ingin kamu
bicarakan?
• Saya bisa bantu apa?
• Ketika kau merasa siap, kamu bisa memulainya jika kamu mau.
• JANGAN BERASUMSI DAN MEMBUAT KESIMPULAN apa
permasalahannya dari klien. Jangan mengabaikan apa yang dikatakan klien
karena kamu berpikir hal itu bukan masalah bagi dirimu.
• Sangat penting sekali untuk memahami kehidupan keluarga dan kehidupan
sosial, sehingga kamu bisa memahami permasalahannya dan sumber-
sumber kekuatan bagi klien.
• Membuat prioritas terhadap masalah yang ingin diselesaikan terlebih dahulu
Memberikan waktu/ kesempatan. Jangan mengharapkan bahwa klien akan
terbuka secara otomatis pada pertemuan pertama, berikan mereka waktu
untuk membuka diri.
• Jika selama fase eksplorasi kamu menyadari bahwa kasus klien adalah di
luar kapasitas, ataupun konseling saja tidak cukup untuk menolong klien.
• Alih tangan kasus bukan hanya sebatas menyarankan akan tetapi membantu
prosesnya juga.
• Jelaskan kepada klien kenapa kamu mengalihkan mereka ke tenaga ahli
lainnya, bantu mereka dengan informasi kemana harus pergi, kapan dan
siapa yang ditemui mereka.
• Beritahukan/ informasikan kepada tenaga ahli/ organisasi lain tentang kondisi
klien.
• Tetap memantau kondisi klien yang dialih tangan kasus. Tanggung jawab
sebagai konselor berakhir ketika orang lain secara resmi mengambil alih
kasus.
• “Fungsi dan tujuan tahapan ini adalah untuk mengetahui alasan klien datang
dan bagaimana ia memandang masalah. Pendefinisian masalah yang baik
akan memberi arah dan tujuan konseling serta menghindari dibahasnya topik
yang tidak berguna. Juga untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan klien
(positive strength) Perlu diingat bahwa klien tumbuh dan berkembang dari
kekuatannya sendiri, yakni aset-aset positif dan kemampuan-kemampuan
yang dimilikinya. Jadi asset-aset positif dan kemampuan itu harus digali untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan untuk perkembangannya di
masa mendatang.”

Keterampilan-keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam tahapan ini antara


lain:

1. Mampu mengangkat isu dan masalah yang dihadapi oleh klien.

2. Mengidentifikasikan masalah dan mampu mengdiagnosis secara cermat.

3. Apabila klien menceritakan masalahnya secara samar-samar, konselor harus


membantu klien mengidentifikasi masalahnya secara tepat agar tidak terjadi
kekeliruan dalam diagnosis.
3. Sharing Solusi yang Memungkinkan : Tanyakan kepada klien apakah solusi yang
paling memungkinkan untuk permasalahannya. Hargai idenya dan semangati klien
untuk mencari solusi terhadap permasalahannya. Tanyakan kepada klien apakah
solusi yang paling memungkinkan untuk permasalahannya. Hargai idenya dan
semangati klien untuk mencari solusi terhadap permasalahannya. INGAT konselor
HARUS NETRAL meskipun yang solusi dari klien jelak ataupun bagus. Contoh
kasus: list solusi untuk siswa yang hamil di luar nikah.
a. Pemerintah memiliki dana bantuan untuk ibu mudah dengan kondisi ekonomi
yang pas-pasan.
b. Bisa menempuh langkah hukum agar ayah dari bayi bertanggung jawab
Klinik/rumah sakit setempat menggratiskan biaya persalinan.
c. Perkumpulan ibu-ibu yang bisa membantu mengajarkan cara mengasuh
anak.
d. Aborsi?

4. Membantu klien memilih solusi yang paling tepat, sebagai konselor ada
beberapa pertanyaan yang harus diajukan kepada klien dalam membantunya
menyelesaikan permasalahannya, seperti: Apa pro dan kontra dari setiap pilihan
yang diambil? Apa akibat ataupun konsekuensinya? Bagaimana solusi yang diambil
akan berdampak pada klien? Apa akibat dari solusi yang diambil terhadap orang
lain?

• Apa pro dan kontra dari setiap pilihan yang diambil?


• Apa akibat ataupun konsekuensinya?
• Bagaimana solusi yang diambil akan berdampak pada klien?
• Apa akibat dari solusi yang diambil terhadap orang lain?
• Bagaimana caramu agar membuat solusi ini jadi nyata? Langkah pertama
apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah.
• Siapa yang bisa membantu mu?
• Apa saja tantangan ataupun masalah yang akan kamu hadapi dengan solusi.
yang ingin kamu ambil dan bagaimana cara kamu mengatasinya?
• Di akhir sesi konseling adalah fase resolusi permasalahan.
• SEMUA KEPUTUSAN HARUS DILAKUKAN OLEH KLIEN.
• Klien mungkin tidak siap untuk mengambil keputusan saat konseling berakhir.
Dalam kasus ini biarkan klien mempertimbangkannya kembali keputusan apa
yang akan diambilnya. Jangan paksakan untuk mengambil saat itu juga.
• Kadang klien siap untuk menyelesaikan masalah-masalah kecil saja dan
kemudian dia akan masuk ke fase eksplorasi kembali dengan permasalahan
yang lainnya. Kadang klien malu ataupun resisten untuk melakukan resolusi
terhadap permasalahannya ini tandanya ada hal-hal yang dia tidak bicarakan.
Eksplorasi kebali tentang perasaan, pikiran seputar permasalahan tersebut.
• Terutama untuk konselor pemula ada kecenderungan untuk terburu-buru
menyelesaikan masalah karena khawatir tidak bisa membantu klien.
• Ada kasus dimana klien hanya butuh teman untuk mendengarkan dan
bercerita bukan untuk membantu menyelesaikan masalah.

5. Melanjutkan atau Mengakhiri : Syarat-syarat terminasi: apakah klien sudah siap


secara emosional untuk mengakhiri konseling? bagaimana keluarga bisa terlibat
dalam memberikan bantuan? Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam
konseling. Evaluasi terhadap hasil konseling akan dilakukan secara keseluruhan.
Yang menjadi ukuran keberhasilan konseling akan tampak pada kemajuan tingkah
laku klien yang berkembang ke arah yang positif. Evaluasi penting mencakup:
Apakah hubungan yang terjalin memberikan kemajuan pada diri klien? Sejauh mana
proses konseling membantu? Bila tidak membantu, mengapa hal itu bisa terjadi?
Apakah semua sasaran strategi telah tercapai? Jika sasaran sudah tercapai, sejauh
mana sudah tercapai? Dan lain sebagainya.

Menurut Willis (2009), langkah terakhir pada sebuah proses konseling akan ditandai
beberapa hal:
• Menurunnya tingkat kecemasan klien.

• Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat, dan
dinamis.

• Adanya rencana hidup di masa mendatang dengan program yang jelas.

• Terjadinya perubahan sikap positif. Hal ini ditandai dengan klien sudah
mampu berpikir realitis dan percaya diri.

• Selain hal itu, Willis (2009) juga menambahkan bahwa tujuan yang ingin
dicapai dalam langkah terakhir proses konseling adalah:

• Membuat keputusan untuk mengubah sikap menjadi lebih terarah dan


positif.

• Terjadinya transfer of learning pada diri klien, artinya klien mengambil


makna hubungan konseling yang telah dijalani.

• Melaksanakan perubahan perilaku.

• Terminasi oleh konselor:


¾ Sasaran sudah tercapai.
¾ Tidak adanya kemajuan, sehingga tidak ada manfaat untuk
diteruskan.
¾ Klien bersikap dependen (bergantung terus pada konselor).
• Terminasi oleh klien:

9 Klien merasa dirinya telah sembuh meskipun sebenarnya hal tersebut


hanya berupa pengurangan simtom.
9 Klien merasa telah berhasil sesuai dengan kesepakatan dalam
konseling.

• Terjadinya premature termination yang disebabkan oleh:


- Klien menolak pengalaman sakit terkait konseling atau klien menolak
berhadapan dengan bagian dirinya yang tidak disukainya.
- Klien tidak memiliki komitmen yang cukup kuat untuk berubah. - Klien
tidak memiliki cukup waktu atau tidak memiliki cukup uang.
- Klien merasa tidak mengalami kemajuan sehingga percuma melanjutkan
konseling.

• Kadang permasalahan tidak selesai dalam satu kali pertemuan, ada yang
harus beberapa kali.

• Biasanya konseling tidak lebih dari 1 jam

• Sangat sulit untuk me-recall kembali apa yang sudah didiskusikan pada
minggu lalu. Gunakan teknik “summary” atau “merangkum”.

• Move on without assistance.


• Syarat-syarat terminasi:

a. apakah klien sudah siap secara emosional untuk mengakhiri konseling?


b. bagaimana keluarga bisa terlibat dalam memberikan bantuan.

Anda mungkin juga menyukai