Anda di halaman 1dari 3

A.

Pertanyaan Terbuka
Upaya menggali (mengeksplorasi) masalah yang dialami klien dalam konseling adalah dengan
cara bertanya, dimana konselor mengajukan beberapa pertanyaan yang runtut. Pertanyaan yang
dimaksud untuk mengeksplorasi masalah klien adalah jenis pertanyaan terbuka. Melalui
pertanyaan terbuka konselor dapat untuk menggugah klien untuk berbicara secara luas tentang apa
yang ia alami, rasakan dan pikirkan.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban yang panjang, lengkap dan
tanpa batas untuk mendapatkan informasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Yeni Karneli
(1999:66) pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaaan yang memungkinkan klien memberikan jawaban
yang panjang dan luas.
Selanjutnya Munro (1979) mencontohkan bentuk pertanyaan terbuka misalnya:
"Apa yang Anda alami?"
"Apa yang terjadi?"
"Apa yang Anda pikirkan?"
"Sejak kapan hal ini Anda rasakan?"
"Bagaimana reaksimu?"
"Sikap Anda terhadapnya bagaimana?"
"Dimana hal itu terjadi?"

Adapun keuntungan menggunakan pertanyaan terbuka, antara lain:


1. Membantu konselor untuk memulai atau membuka wawancara konseling. Melalui pertanyaan
terbuka seseorang bebas untuk berbicara dan memulai diskusi, misalnya:
"Apa yang Anda ingin bicarakan hari ini?"
”lpa yang Anda pikirkan saat ini?"
"Bagaimana tindak lanjut pembicaraan kita pada minggu lalu?"
2. Pertanyaan terbuka membantu memperluas dan memperkaya isi wawancara. Misalnya
pertanyaan yang dapat memperluas dan memperkaya adalah sebagai berikut:
"Coba Anda sampaikan lebih lengkap tentang pengalaman Anda di sana?"
"Bagaimana perasaan Anda saat kejadian itu?"
3. Pertanyaan yang diajukan konselor dapat membantu membawa hal-hal yang bersifat umum ke
hal-hal yang bersifat khusus dan konkrit. Misalnya:
"Apa maksud Anda meresahkan itu?"
"Apa yang Anda lakukan sebelum dan sesudah dia marah?"
4. Pertanyaan diperlukan konselor dalam upaya mendiagnosis dan memberikan penilaian tentang
masalah. Siapa klien?, apa masalah klien?, apa detail kejadian itu?, apa yang terjadi pada
dirinya saat itu?.

Melalui pertanyaan terbuka dimungkinkan juga klien menggunakan pikirannya dalam rangka
memahami kejadian-kejadian yang dialaminya atau melihat berbagai peluang untuk dimanfaatkan
bagi upaya penyelesaian masalahnya. Pertanyaan terbuka bisa digunakan dengan tepat jika
konselor fokus dalam melakukan 3M, dan tetap mengikuti pernyataan klien.
Disamping pertanyaan terbuka, juga ada pertanyaan tertutup yang bisa digunakan konselor.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang menghendaki hanya dua alternatif "Ya" atau "Tidak",
"Sudah" atau "Belum". Karneli (l999:63) mengungkapkan bahwa pertanyaan tertutup akan
mendapatkan respon pendek dan informasi tidak lengkap.
Pertanyaan tertutup sedapat mungkin dipakai secara terbatas dalam konseling, sebab pertanyaan
jenis ini termasuk pertanyaan yang memungkinkan jawabannya singkat atau sederhana. Contoh
pertanyaan tertutup: "Apakah Anda kecewa dengannya?"
» Intisari Materi :
 Dalam konseling diharapkan klien lebih banyak mengutarakan isi pemikiran dan
perasaannya, oleh sebab itu jika konselor ingin mendalami permasalahan klien, maka ia
hendaklah mengajukan pertanyaan terbuka. Tujuan penggunaan pertanyaan terbuka dalam
konseling adalah: (a) agar klien dapat mengungkapkan permasalahannya secara panjang
lebar, sehingga konselor clapat mendalami masalah yang dialami klien, (b) agar arah
pembicaraan terpusat pada masalah klien, dan (c) agar konselor dapat memahami klien dan
permasalahan yang sedang dialaminya.
 Pertanyaan terbuka yang tepat digunakan dalam pembicaraan konseling adalah dengan
mengunakan kata tanya “apa” (apa yang dapat kita bicarakan hari ini?), “bagaimana”
(bagaimana kejadiannya?), “dimana” (dimana kamu bertemu dia?), "siapa" (siapa saja
yang telah kamu temui?), “berapa (berapa jumlah kamu bersaudara?). Kata tanya
“mengapa”, seyogianya tidak digunakan dalam pembicaraan koneling. Sebab (a) akan
menimbulkan sikap mempertahankan diri pada klien dan (b) akan memberi kesempatan pada
klien mencari alasan untuk menghindari apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya

B. Keruntutan
Dalam konseling, konselor perlu memahami apa yang klien katakan dan mampu
mengkomunikasikan pemahaman konselor itu kepada klien. Untuk dapat melakukan hal tersebut
konselor harus mengikuti pokok pembicaraan klien. Konselor berusaha untuk memusatkan
perhatiannya pada apa yang dikatakan oleh klien, tidak menyimpangkan atau membelok-belokkan
arah pembicaraan klien, atau menambah-na mbah pengertian la in terhadap isi pembica raan selain
yang dimaksud oleh klien.
Kerap kali dijumpai dalam proses konseling pembicaraan klien-konselor menjadi
menyimpang dan kehilangan arah sehingga pokok pembicaraan menjadi "kabur”, tidak jelas, dan
mengambang. Untuk mengatasi hal tersebut, konselor dalam pembicaraan harus “runtut”.
Keruntutan dalam konseling membawa proses konseling menjadi terarah (jelas apa yang sedang
dibicarakan) hingga pada akhirnya sampai pada titik temu permasalahan yang dialami oleh klien.
Keruntutan juga mendorong semakin dalamnya proses penggalian masalah dalam diri klien,
mengembangkan pembicaraan dan memelihara fokus konselor-klien dalam membicarakan materi/
pokok masalah klien."

Klien : Bu, saya sekarang bingung


Konselor : Apa yang membuat anda bingung?
Klien : Saya disuruh mengambil keputusan segera bu.
Konselor : Keputusan tentang apa?
Klien : Saya disuruh mengambil keputusan menikah atau melanjutkan sekolah.
Konselor : Apa yang terjadi?
Klien : Saya punya teman dekat, yang sama sekolah dengan saya. Orang tua saya tidak
menyetujuinya, sebab beliau sudah punya calon untuk saya. Beliau pernah
mengatakan pada saya kalau masih berhubungan dengan teman dekat itu, maka
saya tidak beleh sekolah lagi dan akan segera dinikahkan dengan pilihan beliau.
Pada waktu itu saya menjawab bahwa saya tidak akan berhubungan dengan
teman dekat saya lagi .....(dan seterusnya).
·
·
lntisari Materi :
 Keruntutan dalam pembicaraan konseling maksudnya adanya sambung menyambung
pembicaraan secara tepat. Konselor harus mendengarkan, memperhatikan serta memahami
setiap pembicaraan yang dikemukakan klien, sehingga dapat menyimpulkan pokok
pembicaraan yang dikemukakan klien untuk memberikan respon yang tepat.
 Tujuan keruntutan dalam konseling adalah : a) agar pembicaraan tidak meloncat-loncat, b)
permasalahan klien dapat dijelajahi secara mendalam, c) solusi sesuai dengan masalah klien.
 Upaya yang dapat dilakukan konselor untuk melaksanakan pembicaraan konseling yang
runtut, antara lain : (1) melaksanakan 3M dengan baik, (2) konsentrasi penuh pada kegiatan
konseling yang sedang dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai