Daerah Tertinggal
1)
Muhammad Farid Ubaidillah, 2) Muhammad Ilhamsyah Fauzan Akbar.
1), 2)
UIN Sunan Ampel Surabaya.
ABSTRAK
Latar belakang dalam penelitian ini adalah banyaknya persentase desa tertinggal yang ada di
Indonesia, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes
PDTT) Republik Indonesia merilis data pada tahun 2022 tentang persentase desa tertinggal,
terdapat sebesar 12,47% dengan jumlah 9234 desa dikategorikan sebagai desa tertinggal dan
4438 desa atau 5,99% dari total seluruh desa di Indonesia dikategorikan sebagai desa sangat
tertinggal. Pemuda sebagai kelompok usia yang paling produktif dan memiliki jumlah banyak
diharapkan mampu sebagai agen perubahan pembangunan desa namun masih terdapat
permasalahan penting dala karakteristik pemuda yaitu sikap yang umumnya melekat pada
generasi muda adalah sikap apatis yang cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar,
peran pemuda, maka diperlukan sebuah cara untuk mengkorelasikan pemuda dengan
pembangunan desa tertinggal. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kajian literatur
dengan melakukan identifikasi, evaluasi dan interpretasi dari data yang diperoleh melalui
jurnal yang relevan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa korelasi pemuda dan
organisasi kepemudaan berperan sebagai wadah untuk peningkatan kualitas SDM pemuda
secara khusus dan masyarakat desa secara umum serta dapat juga berperan sebagai penyatu
gagasan dan aspirasi visioner pemuda dalam pembagunan desa bersama pemerintah desa
serta masyarakat umum.
ABSTRACT
1
Keywords: Underdeveloped Village, Youth, Youth Organization
PENDAHULUAN
Indonesia ialah sebuah negara yang memiliki wilayah yang luas, kompleks, serta
beragam. Kondisi tersebut menjadi faktor utama mengapa Indonesia termasuk negara yang
masih berkembang. Terdapat berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia, seperti
kesenjangan sosial, ekonomi, dan pendidikan yang masih belum terselesaikan dengan baik,
terutama di daerah-daerah terpencil yang jauh dari kemakmuran. Berdasarkan informasi yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada tahun 2022, terdapat 122
wilayah yang masih dianggap tertinggal dengan persentase kemiskinan mencapai 24,56%
dari total populasi Indonesia. Data ini disusun berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan dengan cermat. Terkait dengan daerah-daerah tersebut, mayoritas penduduknya
tinggal di desa-desa yang termasuk dalam kategori Desa Tertinggal. Desa Tertinggal adalah
desa yang masih kekurangan akses dan ketersediaan pelayanan dasar, infrastruktur,
transportasi, pelayanan publik, serta penyelenggaraan pemerintahan.1 Kemendes PDTT RI
mengeluarkan laporan pada tahun 2022 mengenai proporsi desa terabaikan, di mana sekitar
12,47% atau sebanyak 9234 desa termasuk kategori desa terabaikan, dan 4438 desa atau
5,99% dari keseluruhan desa di Indonesia termasuk kategori desa sangat terabaikan.2
Daerah terpencil yang memiliki keterbatasan dalam akses terhadap layanan dasar
seperti layanan kesehatan dan pendidikan yang masih terbatas akan sangat mempengaruhi
perkembangan generasi muda, khususnya para pemuda desa. Dalam hal pendidikan, menurut
1
https://www.bps.go.id/indicator/28/1984/1/angka-anak-tidak-sekolah-menurut-jenjang-pendidikan-dan-daerah-
tempat-tinggal.html, diakses pada 6 april 2023.
2
IDM : Indeks Desa Membangun Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(kemendesa.go.id), diakses pada 6 april 2023.
3
Lestari, N. (2016). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketertinggalan Desa di Kabupaten Kuningan Provinsi
Jawa Barat (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
2
data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka putus sekolah di pedesaan cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan. Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun
2022, persentase remaja yang tidak mengikuti pendidikan di tingkat SMA/ Sederajat di
daerah pedesaan mencapai 27,60%, yang lebih tinggi 8,85% dibandingkan dengan daerah
perkotaan yang hanya mencapai 18,75%. Di tingkat SMP/ Sederajat, persentase putus sekolah
di daerah pedesaan mencapai 8,68% sementara di perkotaan hanya 5,29%, sehingga terdapat
perbedaan sebesar 3,08%. Hal yang sama terjadi di tingkat SD/ Sederajat, di mana persentase
putus sekolah di pedesaan (1,045%) lebih tinggi 0,6% dibandingkan dengan perkotaan
(0,45%).4
Angka Anak Tidak
Tabel 1 Data anak Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Daerah
tidak sekolah Tempat Tinggal
berdasarkan jenjang
SD / Sederajat SMP / Sederajat SMA / Sederajat
pendidikan dan
daerah tempat tinggal.
Daerah Tempat
Tinggal 2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022
Perkotaan 0.31 0.34 0.45 5.83 5.29 5.60 18.11 17.27 18.75
Perdesaan 0.98 1.04 1.06 9.02 8.62 8.68 27.81 27.22 27.60
Perkotaan +
Perdesaan 0.62 0.65 0.71 7.29 6.77 6.94 22.31 21.47 22.52
Pemuda adalah individu dengan rentang usia yang produktif, umumnya pemuda
dimaknai sebagai individu yang menjadi penggerak dalam masyarakat. Pemuda merupakan
kekuatan moral, kontrol sosial, dan pihak yang menginisiasi perubahan sebagai manifestasi
dari fungsi, peran, ciri, dan posisi mereka yang penting dalam proses pembangunan nasional. 5
Berdasarkan data yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kekurangan
Sumber Daya Manusia (SDM) dapat menyebabkan sejumlah masalah sosial dan ekonomi
yang terkait erat dengan kejahatan dan perilaku bebas di kalangan pemuda. Keterbatasan
dalam aspek pendidikan juga mengakibatkan keterlambatan dalam menyediakan sarana
pendidikan yang memadai bagi pemuda untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang
lingkungan, sosial, dan ekonomi. Akibatnya, peran penting pemuda dalam pembangunan desa
tidak dapat dijalankan secara efektif, yang pada gilirannya dapat memperburuk kondisi
daerah yang masih tertinggal.
4
https://www.bps.go.id/indicator/28/1984/1/angka-anak-tidak-sekolah-menurut-jenjang-pendidikan-dan-daerah-
tempat-tinggal.html, diakses pada 6 april 2023.
5
UU No. 40 Tahun 2009.
3
Masalah lain yang mengindikasikan kurangnya partisipasi pemuda dalam
pembangunan daerah adalah karena dampak buruk dari kebiasaan merantau. Biasanya
pemuda akan meninggalkan desa demi kepentingan pribadi atau keluarga. Untuk mengatasi
serangkaian permasalahan tersebut, diperlukan upaya bersama dari pemerintah pusat, daerah,
desa, dan masyarakat agar dapat bekerja sama untuk menciptakan langkah-langkah yang
dapat meminimalkan kesenjangan antar daerah di Indonesia. Upaya tersebut dapat dilakukan
melalui gerakan kolektif masyarakat, terutama pemuda, untuk membangun organisasi yang
menghasilkan kegiatan-kegiatan penunjang kebutuhan dasar, sehingga dapat membantu
mengatasi permasalahan pada daerah tertinggal.
METODE PENELITIAN
Informasi yang digunakan dalam tulisan ini diperoleh melalui database google
scholar dan menampilkan jurnal, artikel akademis dan tinjauan literatur yang relevan dengan
masalah yang akan diselidiki oleh peneliti, yakni peranan organisasi pemuda dalam kemajuan
desa yang tertinggal.
PEMBAHASAN
6
Kitchenham, B., Brereton, O. P., Budgen, D., Turner, M., Bailey, J., & Linkman, S. (2009). Systematic
literature reviews in software engineering–a systematic literature review. Information and software
technology, 51(1), 7-15.
4
Perkembangan suatu dusun atau desa terlihat dari kegiatan yang pernah diadakan
generasi muda dan selalu berfokus pada dukungan orang tua agar dapat merasakan
pengalaman yang berharga. Pengalaman tersebut dijadikan sebagai bahan studi dan ukuran
keberhasilan dalam kegiatan atau pembangunan yang akan datang “anggaplah kalau kita
sering makan asam garam, garam yang pahit berikutnya gak mungkin lagi kita makan,kalau
kita makan itu lagi berarti kita sengaja masuk ke jurang yang salah” dan kadang-kadang
terjadi perbedaan pandangan antara generasi muda dan generasi tua. Namun, hal ini tidak
perlu menjadi problematik yang membatasi kebebasan atau memicu konflik antara kedua
belah pihak. Pihak-pihak terkait dapat merenungkan dan mempertimbangkan bersama dengan
memperhatikan sudut pandang yang beragam. Jika perlu, kita dapat berkomunikasi dengan
ahli untuk mencapai hasil yang dapat diterima dengan baik dan dilakukan dengan penuh rasa
keadilan.7
Dalam pembahasan lain, sosok pemuda juga berperan secara sistematik kepada desa
melalui tiga bentuk:8
5
Salah satu tempat yang dapat meningkatkan keterampilan sosial adalah organisasi
kepemudaan di masyarakat. Sebagai sebuah organisasi, tentunya para pemuda akan diminta
untuk melaksanakan berbagai macam kegiatan sosial. Dengan mengikuti kegiatan tersebut,
secara perlahan akan membentuk keterampilan berorganisasi, yaitu muncul kemampuan
untuk bekerja, mengetahui apa yang harus dilakukan, sensitif terhadap lingkungan sekitar/
dapat bekerja sama, dan menyadari tujuan yang ingin dicapai.9
Organisasi yang baik adalah organisasi yang tidak hanya menyelenggarakan kegiatan
yang bermanfaat bagi masyarakat luas, tetapi juga melakukan peningkatan kualitas kader
melalui pelatihan dan pendampingan. Pelatihan dan pendampingan pemuda dapat membentuk
pola perilaku pemuda yang sedang mengalami krisis karakter yaitu sikap apatis yang
umumnya melekat pada generasi muda, yang cenderung tidak peduli dengan lingkungan
sekitar, mempengaruhi perilaku dan pola pikir generasi muda dalam menghadapi masalah
sosial. Oleh karena itu, untuk membentuk pola perilaku pemuda yang mengalami krisis
karakter, diperlukan penguatan dalam pelatihan dan pendampingan penerapan pendidikan
karakter melalui latihan kepemimpinan.10
Peranan penting generasi muda dalam mengambil bagian dalam membangun desa
yang strategis dengan menerapkan pendidikan karakter sangatlah krusial. Dengan melalui
pelatihan kepemimpinan, akan timbul karakter yang memiliki kualitas kepemimpinan yang
baik, baik untuk kepentingan pribadi maupun kelompok atau organisasi dalam menjalankan
aktivitas atau kegiatan sehari-hari, karakter tersebut dapat diciptakan sebagai bagian atau
langkah strategis yang dapat meningkatkan produktifitas.11
9
Mawardi, S., Mukrodi, M., Wahyudi, W., Sugiarti, E., & Anwar, S. (2021). Pelatihan Peningkatan Kapasitas
Pemuda Dan Manajemen Organisasi Bina Remaja. Jurnal PKM Manajemen Bisnis, 1(2), 44-53.
10
Sahlan, S., & Nurdin, N. (2022). Peran Pemuda Dalam Aktualisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui
Pelatihan Dasar Kepemimpinan. Madaniya, 3(1), 25-30.
11
Ibid.
6
generasi muda baik secara individu maupun organisasi memainkan peran penting dalam
pelaksanaannya.12
Karang Taruna ialah sebuah badan kepemudaan di Indonesia yang berfungsi sebagai
sarana pengembangan jiwa sosial generasi muda. Organisasi ini tumbuh dari kesadaran dan
rasa tanggung jawab sosial masyarakat, terutama generasi muda di suatu wilayah desa,
kelurahan, atau komunitas sosial yang sejajar. Karang Taruna bergerak dalam bidang
kesejahteraan sosial, seperti bidang ekonomi, olahraga, keterampilan, keagamaan, dan
kesenian. Organisasi ini didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan
kepada para remaja di suatu desa atau wilayah tertentu. Sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan, Karang Taruna mendorong pengembangan kegiatan ekonomi, sosial, dan
budaya dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan alam yang tersedia di lingkungan
masyarakat.13
Karang Taruna adalah sebuah platform atau sarana pengembangan generasi muda
agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan kapasitasnya. Dengan adanya
platform tersebut, diharapkan generasi muda dapat memperlihatkan tanggung jawab yang
besar terhadap diri sendiri, lingkungan sosial, dan masyarakat. Dengan begitu, generasi muda
dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan. Semua masyarakat memiliki keinginan
untuk mendukung kegiatan dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh
karena itu, organisasi didirikan untuk mewujudkan keinginan tersebut.
12
Kustiyono, D. (2021). Membangun Organisasi Kepemudaan. Batara Wisnu: Indonesian Journal of
Community Services, 1(1), 5-13.
13
Sunoto, I., & Nulhakim, A. L. (2017). Mengukur Tingkat Partisipasi Pemuda Dalam Program Karang Taruna
Dengan Pendekatan Metode Fuzzy Infrence System Mamdani. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu
Komputer, 8(2), 711-720.
7
Organisasi diperlukan untuk mengkoordinasikan semua sumber daya yang tersedia
agar dapat mencapai hasil yang optimal. Organisasi Karang Taruna perlu mendapat perhatian
lebih dari masyarakat, pemerintah, dan pihak-pihak terkait karena akhir-akhir ini banyak
pemuda-pemudi yang menjelaskan dampak positif organisasi pemuda di desa. Berdasarkan
variabel ketepatan sasaran program dan tujuan program penanggulangan pengangguran,
program tersebut dapat dikatakan cukup efektif. Setelah mengikuti program penanggulangan
pengangguran yang dilaksanakan oleh Karang Taruna "Eka Taruna Bhakti" di Desa Sumerta
Kelod, peserta program berhasil meningkatkan pendapatannya. Oleh karena itu, hal ini
menandakan hasil yang positif.14
Dalam studi lain yang diterbitkan di jurnal pengabdian masyarakat ABDI DOSEN
dengan judul Potret Pengabdian Kemitraan Wilayah Terpencil Di Desa Trans Agung
Kabupaten Seluma Dalam Mengatasi Masalah Pendidikan Daerah Tertinggal, dijelaskan
bahwa organisasi pemuda juga berperan dalam meningkatkan daerah terpencil. Tim
pengabdian dari Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) bogor bekerja sama dengan lembaga
sosial di Seluma yang merupakan organisasi pemuda Seluma yang tergabung dalam
Persatuan Remaja Islam Inovatif (PERISAI).16
Mengapa memilih PERISAI? Karena setiap anggota organisasinya berasal dari kaum
muda yang aktif di setiap kecamatan di Kabupaten Seluma. Organisasi ini juga berhasil
menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Seluma dalam kegiatan yang peduli
terhadap pendidikan, kepemudaan, dan sosial. Selain itu, PERISAI juga berkolaborasi dengan
14
Budiani, N. W. (2007). Efektivitas program penanggulangan pengangguran karang taruna “eka taruna bhakti”
desa sumerta kelod kecamatan denpasar timur kota denpasar. Jurnal ekonomi dan sosial input, 2(1), 49-57.
15
Ibid.
16
Asmahasanah, S., Prasetya, E. P., & Rendra, M. (2020). POTRET PENGABDIAN KEMITRAAN
WILAYAH TERPENCIL DI DESA TRANS AGUNG KABUPATEN SELUMA DALAM MENGATASI
MASALAH PENDIDIKAN DAERAH TERTINGGAL. Abdi Dosen: Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, 4(4), 379-389.
8
lembaga atau organisasi seperti PMI, Ikatan Bujang Gadis Seluma, Himasel, ormas, dan
organisasi sosial lainnya, termasuk Ikabes PGSD Universitas Bengkulu.17
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam perkembangan terkini, peran generasi muda melalui kelompok atau organisasi
yang mereka ikuti memiliki peran yang sangat penting dalam mempercepat proses
pembangunan daerah yang tertinggal. Modal sosial yang dimiliki oleh kelompok pemuda ini
menjadi salah satu faktor penentu dalam setiap tindakan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Beberapa teori tentang pembangunan menyatakan bahwa pembangunan yang
sukses adalah pembangunan yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat, dan pada
kenyataannya, generasi muda baik secara individu maupun melalui organisasi, memainkan
peran penting dalam pelaksanaannya.
17
Ibid.
18
Op. Cit.
9
kemandirian. Dalam artikel ini, disajikan dua contoh konkret peran pemuda dalam
memperbaiki kondisi desa tertinggal.
1. Di Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, penelitian ini menjabarkan tentang satu
inisiatif dari Karang Taruna, sebuah organisasi pemuda, yang bertujuan untuk
mengatasi masalah pengangguran.
2. Untuk mencegah siswa tidak melanjutkan pendidikan, tim pengabdian UIKA
Bogor berkolaborasi dengan organisasi PERISAI serta mahasiswa untuk
menyelenggarakan Pelatihan Motivasi dan Permainan "Mari Sekolah" dan
"Semangat Kepemimpinan". Tim juga bekerja sama dengan melibatkan organisasi
pemuda PERISAI dan Ikatan alumni PGSD UNIB untuk mengumpulkan
sumbangan sosial dan telah memberikan bantuan berupa paket peralatan sekolah
kepada siswa, termasuk tas sekolah, buku, alat tulis, dispenser, serta galon air
minum.
10
untuk menjadi sosok yang diandalkan oleh pemerintah desa sebagai bagian dari
tim evaluator pembangunan desa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Asmahasanah, S., Prasetya, E. P., & Rendra, M. (2020). POTRET PENGABDIAN
KEMITRAAN WILAYAH TERPENCIL DI DESA TRANS AGUNG KABUPATEN
SELUMA DALAM MENGATASI MASALAH PENDIDIKAN DAERAH
TERTINGGAL. Abdi Dosen: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 4(4), 379-389.
Budiani, N. W. (2007). Efektivitas program penanggulangan pengangguran karang taruna
“eka taruna bhakti” desa sumerta kelod kecamatan denpasar timur kota
denpasar. Jurnal ekonomi dan sosial input, 2(1), 49-57.
https://www.bps.go.id/indicator/28/1984/1/angka-anak-tidak-sekolah-menurut-jenjang-
pendidikan-dan-daerah-tempat-tinggal.html, diakses pada 6 april 2023.
https://www.bps.go.id/indicator/28/1984/1/angka-anak-tidak-sekolah-menurut-jenjang-
pendidikan-dan-daerah-tempat-tinggal.html, diakses pada 6 april 2023.
IDM : Indeks Desa Membangun Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (kemendesa.go.id), diakses pada 6 april 2023.
Kitchenham, B., Brereton, O. P., Budgen, D., Turner, M., Bailey, J., & Linkman, S. (2009).
Systematic literature reviews in software engineering–a systematic literature
review. Information and software technology, 51(1), 7-15.
Kustiyono, D. (2021). Membangun Organisasi Kepemudaan. Batara Wisnu: Indonesian
Journal of Community Services, 1(1), 5-13.
Lestari, N. (2016). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketertinggalan Desa di Kabupaten
Kuningan Provinsi Jawa Barat (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Mawardi, S., Mukrodi, M., Wahyudi, W., Sugiarti, E., & Anwar, S. (2021). Pelatihan
Peningkatan Kapasitas Pemuda Dan Manajemen Organisasi Bina Remaja. Jurnal
PKM Manajemen Bisnis, 1(2), 44-53.
Reynaldi, A., & Khan, I. (2021). Peran Pemuda Dalam Pembangunan Desa. Tasnim Journal
For Community Service, 2(1), 29-37.
Sagala, J., Badaruddin, B., & Purwoko, A. (2022). PERAN PEMUDA DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH PEDESAAAN. Jurnal Inovasi
Penelitian, 3(7), 6993-7002.
Sahlan, S., & Nurdin, N. (2022). Peran Pemuda Dalam Aktualisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Melalui Pelatihan Dasar Kepemimpinan. Madaniya, 3(1), 25-30.
Sunoto, I., & Nulhakim, A. L. (2017). Mengukur Tingkat Partisipasi Pemuda Dalam Program
Karang Taruna Dengan Pendekatan Metode Fuzzy Infrence System
Mamdani. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer, 8(2), 711-720.
UU No. 40 Tahun 2009.
12