A. PENDAHULUAN
Masalah gizi di Indonesia sudah mulai mengalami transisi yaitu dari double
burden malnutrition bergeser menjadi triple burden malnutrition, tidak hanya terkait
masalah gizi kurang dan gizi buruk saja, namun saat ini mulai muncul masalah
kekurangan gizi makro seperti gizi buruk dan stunting, kelebihan gizi makro seperti
obesitas, dan masalah kekurangan zat gizi mikro seperti anemia (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan
Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%,
atau menurun 6,4% dari angka 30,8% pada 2018. Pemerintah mempunyai target untuk
menurunkan prevalensi hingga 14% pada tahun 2024 (Kemensetneg, 2022). Stunting
adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurang gizi kronis dan
infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah
standar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak. Salah satu hal yang juga menjadi bukti komitmen pemerintah
dalam penanganan masalah gizi khususnya stunting, yaitu dengan diterbitkannya
Peraturan Presiden No. 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting dengan kelompok sasaran meliputi: remaja;
calon pengantin; ibu hamil; ibu menyusui; dan anak berusia 0 (nol) - 59 (lima puluh
sembilan) bulan.
Salah satu komponen terpentingnya adalah terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat
terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Pertumbuhan dan perkembangan anak hebat sangat dipengaruhi oleh asupan gizi
dan stimulasi yang diterima oleh anak, terutama di fase 1000 HPK, saat perkembangan
otak anak mencapai 80% dari ukuran otak saat dewasa. Aspek gizi perlu diperhatikan
sejak fase kehamilan, dan dilanjutkan hingga anak lahir dengan komposisi disesuaikan
dengan kebutuhan setiap fase usia. Pada usia 0-6 bulan, ASI menjadi pilihan terbaik untuk
pemenuhan asupan gizi anak, namun memasuki usia 6 bulan anak perlu mendapatkan
asupan tambahan berupa makanan
pendamping ASI (MPASI). Ahli gizi, sebagai Tenaga Kesehatan yang memiliki
kompetensi utama untuk memberikan asuhan dan edukasi gizi kepada masyarakat,
memiliki peran penting dalam mendukung Ibu dengan anak usia 6 bulan ke atas memiliki
pengetahuan cukup mengenai pemilihan bahan pangan dan pengolahan yang aman dan
sesuai untuk digunakan sebagai MPASI.
C. SYARAT MENU
a. Resep menu yang dibuat harus orisinil (belum pernah dilombakan) serta tidak
mencantumkan produk atau merek dagang tertentu.
b. Menggunakan bahan makanan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA)
untuk bayi 6 - 12 bulan.
c. Perhitungan Nilai Gizi menggunakan Tabel Komposisi Pangan Indonesia
(TKPI)
d. Seluruh resep yang dikirimkan akan menjadi hak milik PERSAGI dengan tetap
menuliskan nama pembuat resep.
E. PENGHARGAAN
Juara 1 : Rp. 3.000.000,- + e-Sertifikat
Juara 2 : Rp. 2.500.000,- + e-Sertifikat
Juara 3 : Rp. 2.000.000,- + e-Sertifikat
Juara Favorit 1 : Rp. 1.500.000, + e-Sertifikat
Juara Favorit 2 : Rp. 1.500.000, + e-Sertifikat
*Seluruh peserta akan mendapatkan e-Sertifikat
*Mendapatkan seminar KIT (selama persediaan masih ada, untuk 50 orang pengirim
hasil karya)
F. TIMELINE KEGIATAN
Waktu Kegiatan Keterangan
4 – 28 Mei 2023 Pendaftaran dan Link registrasi:
pengumpulan karya bit.ly/RegistrasiMPASI-TIN2023
peserta (Word)
Link pengumpulan karya:
bit.ly/KaryaMPASI-TIN2023
Keterangan :
1. Rentang nilai untuk masing-masing kriteria antara 0-100
2. Poster melihat dari kejelasan isi poster dan estetika desain
3. Video melihat dari kejelasan isi dan alur video, kreativitas, teknik
pengambilan video dan editing, serta estetika