Anda di halaman 1dari 5

KESKOM.

2020;6(1) : 104-108

JURNAL KESEHATAN KOMUNITAS


J ( J O U R N A L O F C O M M U N I T Y H E A LT H )
http://jurnal.htp.ac.id

Determinant Helminthiasis Incidence Of Waste


Collector Officer In Kendari Environmental And
Forestry Office
Determinan Kejadian Kecacingan Pada Petugas
Pengangkut Sampah Dinas Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Kota Kendari
Arimaswati1, Nasrul2, La Ode Alifariki3
1,2
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Halu Oleo
3
Departemen Nursing, Fakultas Kedokteran Universitas Halu
Oleo
ABSTRACT ABSTRAK
The high number of helminthiasis in garbage collector officers, Masih ngginya angka kejadian kecacingan pada petugas
especially in Kendari City, was allegedly related to many factors. pengangkut sampah khususnya di Kota Kendari disinyalir
These factors such as lack of a en on to personal hygiene berhubungan dengan banyak faktor. Faktor tersebut seper
behavior, sanita on of the home environment, and lack of kurang memperha kan perilaku kebersihan diri, sanitasi
knowledge about helminthiasis. This study aims to determine lingkungan rumah dan kurangnya pengetahuan tentang
some factors associated with helminthiasis incidence of waste kecacingan. Peneli an ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
collector officers in Kendari Environmental and Forestry Office. faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada
This study used observa onal analy c with a cross-sec onal petugas pengangkut sampah Dinas Lingkungan Hidup dan
design and total sampling as sample determina on. The sample Kehutanan Kota Kendari. Peneli an ini merupakan peneli an
total was 45 garbage transporters. Data collec on uses a observasional anali k dengan rancangan peneli an cross
ques onnaire and microscopic examina on of the worm sec onal. Penentuan sampel dalam peneli an ini
infec ons presence from garbage transport officers. The menggunakan total sampling. Sampel dalam peneli an ini
sample examina on showed that there were 6 respondents out adalah 45 petugas pengangkut sampah. Pengumpulan data
of 45 respondents who were infected with worms. We use dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan mikroskopis
fisher exact tests for sta s cal tests with a degree of is 0.05. The terhadap adanya infeksi cacing dari petugas pengangkut
worms that infect the garbage transporters are STH worms, sampah. pada pemeriksaan sampel menunjukkan bahwa
namely Ascaris lumbricoides, and Trichuris trichiura. Factors terdapat 6 responden dari 45 responden yang terinfeksi cacing.
related to helminthiasis are the use of personal protec ve Uji sta s k yang digunakan adalah fisher exact test pada
equipment (ρ = 0.012), handwashing habits (ρ = 0.023), and derajat kesalahan alfa 0,05. Hasil Peneli an bahwa cacing yang
bowel habits (ρ = 0.023). The study concluded that there is a menginfeksi petugas pengangkut sampah adalah jenis cacing
rela onship between behavior and helminthiasis incidence of STH yaitu Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Faktor
waste transporter in Kendari Environmental and Forestry
Office. yang berhubungan dengan kejadian kecacingan adalah
penggunaan alat pelindung diri (ρ = 0,012), kebiasaan cuci
tangan (ρ = 0,023), dan kebiasaan buang air besar (ρ = 0,023).
Simpulan dari peneli an ini adalah terdapat hubungan antara
perilaku dengan kejadian kecacingan pada petugas pengangkut
sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Kendari.

Keywords : Worms, Behavior, Sanita on of Home Environment. Kata Kunci :Kecacingan, Perilaku, Petugas Pengangkut Sampah.

Correspondence : La Ode Alifariki, Jl. Lorong Alpukat I Perumahan Pelangi Residence No.D 18 Kelurahan Poasia Kota Kendari Propinsi Sultra
Email : ners_riki@yahoo.co.id, 085145272116

• Received 03 Juli 2019 • Accepted 15 Mei 2020 • p - ISSN : 2088-7612 • e - ISSN : 2548-8538 •
DOI: h ps://doi.org/10.25311/keskom.Vol6.Iss1.521
Copyright @2017. This is an open-access ar cle distributed under the terms of the Crea ve
Commons A ribu on-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Interna onal License (h p://crea vecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/ )
which permits unrestricted non-commercial used, distribu on and reproduc on in any medium
Keskom, Vol. 6, No. 1
105 April 2020

PENDAHULUAN berada di lingkungan kotor . Oleh karena itu petugas


pengangkut sampah sangat rentan terkena penyakit-penyakit
Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh soil transmi ed
yang penularannya melalui tanah salah satunya adalah
Helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarkat
kecacingan. Kerugian langsung yang diakibatkan oleh infeksi
Indonesia. Infeksi kecacingan tergolong penyakit negleted
cacing adalah dapat mempengaruhi pemasukan (intake),
disease yaitu infeksi yang kurang diperha kan dan bersifat
p e n ce r n a a n ( d i ge s f ) , p e ny e ra p a n ( a b s o r b s i ) , d a n
kronis tanpa menimbulkan gejala klinis yang jelas dan dampak
metabolisme makanan. Secara kumula f, kecacingan dapat
yang di mbulkannya baru terlihat dalam jangka panjang.
menimbulkan kekurangan zat gizi berupa kalori dan protein
Beberapa dampak yang disebabkan oleh cacing seper
serta keh i l a n ga n d a ra h . S el a i n d a p at m en gh a m b at
kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang dan dan gangguan
perkembangan fisik, kecerdasan dan produk fitas kerja, dapat
kogni f pada anak, dan apabila terjadi pada orang dewasa akan
menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena
menurunkan produk vitas kerja .
penyakit lainnya .
Tingginya infeksi STH masih merupakan permasalahan
Menurut peneli an yang dilakukan oleh tentang kontribusi
kesehatan di berbagai daerah di dunia. Diperkirakan lebih dari
penggunaan alat pelindung diri terhadap kejadian infeksi
dua milyar orang di dunia terinfeksi STH. Lebih dari satu milyar
nematoda usus menunjukkan 46% responden terinfeksi
orang terinfeksi Ascaris lumbricoides. Tujuh ratus sembilan
nematoda usus dengan jenis cacing terbanyak ditemukan
puluh juta orang terinfeksi Trichiuris trichiura, dan tujuh ratus
adalah A. lumbricoides (79,91%). Selain penggunaan alat
em p at p u l u h j u ta o ra n g teri nfek si ca ci n g ta m b a n g
pelindung diri, kebersihan diri juga sangat pen ng dalam
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Asia
keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam peneli an
Tenggara merupakan salah satu wilayah yang memiliki
sebelumnya yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa (8,0%)
prevalensi nggi infeksi STH di dunia. Peneli an di daerah
petugas sampah yang memiliki higiene yang kurang baik
pedalaman Cina Selatan ditemukan prevalensi (Ascaris
teredapat 0,7% yang posi f kecacingan. Peneli an yang
lumbricoides) 18,5% pada tahun 2009 .
dilakukan menunjukkan (100%) petugas pengangkut sampah
Di Indonesia spesies cacing yang paling banyak ditemukan
yang memiliki higiene yang kurang baik terdapat (62,5%) posi f
secara berurutan adalah A lumbricoides, T. trichiura dan N.
kecacingan dan dari (100%) petugas pengangkut sampah yang
americanus. Berdasarkan peneli an yang dilakukan disepuluh
dak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap saat
provinsi di Indonesia ditemukan prevalensi A. lumbricoides
bekerja terdapat (25,9) posi f kecacingan.
30,4%, T. trichiura 21,2% serta A. duodenale dan N. americanus
Peneli an ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor
6,5%. Sedangkan prevalensi pada anak-anak di ga provinsi
(Jakarta, Yogyakarta dan Sulawesi Utara) di Indonesia adalah METODE
12,9% untuk A. lumbricoides, 19,8% untuk T. trichiura dan 7,8
untuk A. duodenales, dan N. americanus . Jenis peneli an ini yaitu anali k observasional dengan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan menggunakan rancangan peneli an cross sec onal study.
Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2010 prevalensi Peneli an ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
kecacingan sebanyak 29,50%, pada tahun 2011 prevalensi September 2017 pada Dinas Kebersihan Kota Kendari. Teknik
kecacingan meningkat menjadi 32,11%, sedangkan pada tahun pengambilan sampel yang digunakan dalam peneli an ini
2012 prevalensi kecacingan turun kembali menjadi 31,08% . adalah total sampling. Sampel dalam peneli an ini adalah 45
Untuk Kota Kendari kejadian kecacingan pada tahun 2013 petugas pengangkut sampah yang memenuhi syarat inklusi.
sebanyak 412 orang, tahun 2014 menjadi 327 orang, pada Syarat inklusi sampel adalah petugas pengangkut sampah yang
tahun 2015 sebanyak 291 orang dan pada tahun 2016 sebanyak dak sedang mengkonsumsi obat an -helmen k sedangkan
256 orang . syarat ekslusinya adalah petugas sampah yang sedang dak
Faktor yang menyebabkan masih ngginya kecacingan bertugas saat peneli an.
adalah rendahnya ngkat kebersihan pribadi (perilaku hidup Variabel independen peneli an ini adalah perilaku
bersih sehat) seper kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan penggunaan APD, mencuci tangan dan buang air besar.
setelah buang air besar (BAB), kebersihan kuku, perilaku jajan Sedangkan variabel dependennya adalah kejadian kecacingan.
di sembarang tempat yang kebersihannya dak dapat Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan
dikontrol. perilaku BAB dak di WC yang menyebabkan pemeriksaan mikroskopis terhadap adanya infeksi cacing dari
pencemaran tanah dan l i ngkungan ol eh feses yang petugas pengangkut sampah.
mengandung telur cacing serta ketersediaan sumber air bersih . Feses dapat diambil dari tempat yang kering, dak boleh
Petugas pengangkut sampah adalah golongan pekerja yang terkontaminasi urin, air atau desinfektan. Responden dapat

h p://jurnal.htp.ac.id
La Ode Alifariki, et al
Determinant Helminthiasis Incidence Of Waste Collector Officer
Determinan Kejadian Kecacingan Pada Petugas Pengangkut
106

melakukan BAB di bagian atas permukaan toilet. Setelah itu


feses diambil sebanyak setengah tabung menggunakan sendok
Analisis Bivariat
yang sudah tersedia dalam tabung feses. Kemudian tabung
Perilaku responden berdasarkan penggunaan alat
feses ditutup dengan rapat dan tulis nama responden pada
pelindung diri dari 45 responden (100 %) yang menggunakan
label tabung, lalu dimasukkan kedalam plas k dan simpan di
alat pelindung diri secara dak lengkap sebanyak 15 responden
tempat yang sejuk. Pada pemeriksaan sampel menunjukkan
(66,7 %). Dari 15 responden yang mengalami posi f kecacingan
bahwa terdapat 6 responden dari 45 responden yang terinfeksi
sebanyak 5 responden (83,3 %) dan yang dak mengalami
cacing. Uji sta s k yang digunakan adalah fisher exact test pada
kecacingan sebanyak 10 respondeen (25,6 %). Sedangkan
derajat kesalahan alfa 0,05. Peneli an ini telah mendapatkan
proporsi responden yang menggunakan alat pelindung diri
persetujuan dari Komisi E k Peneli an Kesehatan Lembaga
secara lengkap sebanyak 30 responden (66,7 %). Dari 30
Peneli an dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Halu
responden yang mengalami posi f kecacingan sebanyak 1
Oleo, Nomor: 1232/UN29.20/PPM/2017.
responden (16,7 %) dan nega f kecacingan sebanyak 29
HASIL responden (74,4 %). Hasil uji fisher-exact test diperoleh nilai p-
value = 0,012.
Analisis Univariat
Untuk perilaku responden berdasarkan kebiasaan cuci
Tabel 1 menunjukan hasil peneli an mengenai distribusi
tangan dapat diketahui bahwa dari 45 responden (100 %) yang
frekuensi komponen peneli an melipu usia, jenis pendidikan,
dak memenuhi syarat dalam melakukan cuci tangan sebanyak
dan perilaku petugas pengangkut sampah. Kelompok usia
17 responden (37,8 %). Dari 17 responden tersebut yang posi f
dapat paling banyak adalah dewasa awal sebanyak 27 orang
mengalami kecacingan sebanyak 5 responden (83,3 %) dan yang
(60,0%). Jenis pendidikan terbanyak adalah SMA atau diatasnya
nega f sebanyak 12 responden (30,8 %). Sedangkan responden
sebanyak 29 orang responden (64,4 %). Perilaku responden
yang memenuhi syarat dalam melakukan cuci tangan sebanyak
berdasarkan penggunaan APD dari 45 responden (100 %),
28 responden (62,2 %). Dari 28 responden yang mengalami
sebanyak 15 responden (33,3 %) dak menggunakan APD
posi f kecacingan sebanyak 1 responden (16,7 %) dan yang
secara lengkap dan sebanyak 30 responden (66,7 %)
nega f sebanyak 27 responden (69,2 %). Hasil uji fisher-exact
menggunakan APD secara lengkap. Sedangkan perilaku
test diperoleh nilai p-value = 0,023.
responden berdasarkan kebiasaan cuci tangan menunjukkan
Perilaku responden berdasarkan kebiasaan buang air besar
bahwa dari 45 responden (100 %), sebanyak 17 responden (37,8
dapat diketahui bahwa dari 45 responden (100 %) yang
%) mempunyai kebiasaan cuci tangan dak bersih dan
memiliki kebiasaan buang air besar dalam kategori bersiko
sebanyak 28 responden (62,2 %) mempunyai kebiasaan cuci
sebanyak 17 responden (37,8 %). Dari 17 responden tersebut
tangan dengan bersih. Dan perilaku responden berdasarkan
yang posi f mengalami kecacingan sebanyak 5 responden (83,3
kebiasaan buang air besar menunjukkan bahwa dari 45
%) dan yang nega f sebanyak 12 responden (30,8 %).
responden (100 %), sebanyak 17 responden (37,8 %)
Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan buang air besar
mempunyai kebiasaan buang air besar yang dak baik dan
dalam kategiri dak beresiko sebanyak 28 responden (62,2 %).
sebanyak 28 responden (62,2 %) mempunyai kebiasaan buang
Dari 28 responden yang mengalami posi f kecacingan sebanyak
air besar yang baik. 6 responden (13,3 %) yang posi f
1 responden (16,7 %) dan yang nega f sebanyak 27 responden
mengalami kecacingan berdasarkan pemeriksaan feses dan 39
Tabel 2 Analisis Kejadian Kecacingan Pada Petugas Pengangkut
responden (86,7 %) yang dak posi f ditemukan telur, larva
Sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Kendari
Tabel 1 Distribusi frekuensi data peneli an

PEMBAHASAN
Hubungan Penggunan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian
Kecacingan Pada Petugas Pengangkut Sampah
Berdasarkan hasil peneli an diketahui bahwa dari 47

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Keskom, Vol. 6, No. 1
107 April 2020

responden ditemukan banyak responden yang dak hygiene yang berhubungan dengan infeksi kecacingan yang
menggunakan alat pelindung diri yaitu sebesar 15 responden. penyebarannya melalui mulut yaitu Ascaris lumbricoiides dan
Dan dari 15 responden yang dak menggunakan alat pelindung Trichuris trichiura .
diri secara dak lengkap ditemukan 5 responden yang terinfeksi Pada peneli an yang dilakukan oleh dengan judul
cacing. Sedangkan responden yang menggunakan alat hubungan personal higiene dengan penyakit cacing (Soil
pelindung diri secara lengkap yaitu sebesar 30 ditemukan 1 Transmi ed Helminth) pada pekerja Tanaman Kota Pekanbaru,
responden yang terinfeksi cacing. Hal ini menunjukkan bahwa hasil Chi-Square Test kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
petugas pengangkut sampah yang menggunakan alat an sep k dengan kejadian kecacingan menunjukkan p-value
pelindung diri secara dak lengkap yang terinfeksi cacing (0,024) pada α (0,05), menunjukkan ada hubungan yang
proporsinya lebih besar dibandingkan dengan petugas sampah bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
yang mnggunakan alat pelindung diri secara lengkap yang an sep k dengan kejadian kecacingan. Hasil 7 orang pekerja
terinfeksi kecacingan. Berdasarkan uji exact fisher didapatkan taman kota yang mencuci tangan dengan sabun an sep k
terdapat hubungan yang signifikan ρ (0,012) < α (0,05). dengan cukup dan baik terdapat kejadian cacingan posi f 3
Penggunaan APD menjadi bagian yang pen ng untuk orang (42,9%), sedangkan yang mencuci tangan dengan sabun
menghindarkan petugas yang menangani sampah dari penyakit an sep k yang kurang dari 20 orang pekerja tanaman terdapat
akibat sampah. Hal tersebut disebabkan karena pada saat kejadian cacingan posi f 18 orang (90,0%).
bekerja, petugas pengangkut sampah memegang atau Hubungan Kebiasaan Buang Air Besar dengan Kejadian
mengalami kontak langsung dengan bermacam-macam Kecacingan Pada Petugas Pengangkut Sampah
sampah yang telah menumpuk menjadi satu. Petugas yang Berdasarkan peneli an yang telah dilakukan dapat
dak menggunakan APD lengkap akan mempermudah diketahui bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan buang
berbagai macam penyakit masuk ke dalam tubuh melalui air besar dengan kejadian kecacingan, dimana dari 45
tangan, kaki, tubuh dan kepala (Burhanudin, 2008). responden terdapat 17 responden yang buang air besar secara
Penggunaan alat pelindung diri secara dak lengkap dak baik, hasilnya terdapat 5 responden yang terinfeksi
memungkinkan masuknya telur atau larva infeksius melalui cacing. Sedangkan responden yang buang air besar dengan baik
berbagai organ tubuh seper tangan, kaki dan mulut sedangkan sebesar 28 responden dan yang terinfeksi cacing sebesar 1 dari
diketahui petugas mempunyai tanggung jawab pekerjaan mulai 27 responden tersebut. Hasil uji exact fisher didapatkan bahwa
dari kegiatan mengumpulkan, mengangkut dan membuang terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan buang air
sampah. Kegiatan sebagai pengangkut sampah, mempunyai besar dengan kejadian kecacingan, dengan nilai ρ-value (0,023)
resiko terinfeksi cacing lebih besar daripada mereka yang dak < α (0,05).
bekerja sebagai pekerja sampah serta didukung pemakaian alat Menurut peneli an , anak yang buang air besar di WC
pelindung diri secara dak lengkap. mempunyai prevalensi kecacingan yang lebih rendah dibanding
Hasil Peneli an ini sejalan dengan peneli an Sari (2016) dengan anak yang buang air besar ditempat terbuka karena
yang menyatakan terdapat hubungan antara penggunaan alat perilaku buang air besar disembarang tempat menyebabkan
pelindung diri dengan kejadian infeksi kecacingan pada petugas terjadinya pencemaran tanah atau lingkungan oleh feses yang
sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Kendari mengandung telur cacing. Demikian juga penelitan ,
Tahun 2006, dimana nilai ρ-value (0,015) < α (0,05). menunjukan terdapat perbedaan angka infeksi kelompok
Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dengan Kejadian Kecacingan penduduk yang berdefekasi di WC dalam rumah dengan
Pada Petugas Pengangkut Sampah penduduk yang berdefekasi di luar rumah, adanya WC di luar
Berdasarkan peneli an yang telah dilakukan dapat rumah dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan
diketahui bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan cuci oleh feses.
tangan dengan kejadian kecacingan, dimana dari 45 responden
terdapat 17 responden yang dak memenuhi syarat dalam
KESIMPULAN
melakukan cuci tangan, hasilnya terdapat 5 responden yang Perilaku seper dak menggunakan APD, dak mencuci
terinfeksi cacing. Sedangkan responden yang memenuhi syarat tangan dan membeuang air besar sembarangan berhubungan
dalam melakukan cuci tangan sebesar 28 responden dan yang dengan kejadian kecacingan pada petugas pengangkut sampah
terinfeksi cacing sebesar 1 dari 27 responden tersebut. Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Kota Kendari. Oleh
Terjadinya kecacingan karena beberapa faktor, antara lain karena itu, kecederungan terjadinya kecacingan pada pekerja
seper kurangnya kebersihan perorangan atau lingkungan, kebersihan akan dapat dicegah dengan meningkatkan
dapat juga terjadi pencemaran tanah dari telur cacing. pengetahuan tentang cara penularan cacing, perilaku hidup
Kebiasaan dak mencuci tangan sebelum makan merupakan yang sehat serta sanitasi lingkungan rumah yang baik.

h p://jurnal.htp.ac.id
La Ode Alifariki, et al
Determinant Helminthiasis Incidence Of Waste Collector Officer
Determinan Kejadian Kecacingan Pada Petugas Pengangkut
108

Konflik Kepen ngan Singh, C., Zargar, S. A., Masoodi, I., Shoukat, A., & Ahmad,
Tidak Ada B. (2010). Predictors of intes nal parasitosis in
Ucapan Terima Kasih school children of Kashmir: a prospec ve study.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Tropical Gastroenterology : Official Journal of the
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo yang Diges ve Diseases Founda on, 31(2), 105–107.
telah banyak memberikan kontribusi selama proses Siregar, M. (2012). Kejadian Infeksi Cacing Dan Gambaran
peneli an dilaksanakan. Kepemilikan Jamban Dan Air Bersih Pada Anak Usia
Sekolah Dasar Di Yayasan Nanda Dian Nusantara
DAFTA R PUSTA KA 2011. Universitas Islam Negeri.
Suluwi,Rezal, I. (2017). Pengaruh penyuluhan dengan
Darmadi, Irawa , N., & Nasrul, E. (2015). Perbandingan metode permainan eduka f sukata terhadap
Kadar IL-5 dan Jumlah Eosinofil Antara Anak dan pengetahuan, sikap dan ndakan tentang
O r a n g D e w a s a y a n g Te r i n f e k s i A s c a r i s pencegahan penyakit cacingan pada siswa kelas iv
Lumbricoides. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3), dan v sd negeri 1 mawasangka kabupaten b
756–764.
Jansen Loudwik Lalandos, D. G. R. K. (2008). Prevalensi
Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui Tanah
Pada Siswa SD GMIM Lahai Roy Malalayang. MKM,
03(02), 86–91.
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Pengendalian
Kecacingan. Jakarta: Direktorat Jendral PP dan PL.
Liabsuetrakul, T., Chaikongkeit, P., Korviwa anagarn, S.,
Petrueng, C., Chaiya, S., Hanva anakul, C., …
Buadung, A. (2009). Epidemiology and the effect of
treatment of soil-transmi ed helminthiasis in
pregnant women in southern Thailand. The
Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and
Public Health, 40(2), 211–222.
Mardiana, D. (2008). Prevalensi Cacing Usus Pada Murid
Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan
Terpadu Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh
Di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan,
7(2), 2–5.
Maywa , S. (2013). Kontribusi Penggunaan Alat
pelindung Diri Terhadap Kejadian Infeksi Nematoda
Usus (Studi Pada Petugas Pengangkut Sampah Di
Kota Tasikmalaya). Jurnal Kesehatan Komunitas
Indonesia, 9(1).
Mulasari, S.A. Maani, D. (2013). Hubungan Antara
Kebiasaan Penggunaan Alat Pelindung Diri dan
Personal Higiene Dengan Kejadian Infeksi
Kecacingan Pada Pe ugas Sampah di Kota
Yogyakarta. Urnal Ekologi Kesehatan, 12(3).
RSUD Kota Kendari. (2017). Profil Rumah Sakit Kota
Kendari. Kendari: RSUD Kota Kendari.
Sari, W. . (2017). Hubungan Higiene Perorangan Dan
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Dengan
Kejadian Kecacingan Pada Petugas Pengangkut
Sampah Dinas Kebersihan Kota Kendari Tahun
2016. Universitas Halu Oleo.
uton tengah tahun 2016. Jimkesmas, 2(5), 1–10.

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS

Anda mungkin juga menyukai