Anda di halaman 1dari 5

1 | Profesionalisme Konselor Sekolah Dalam Pelayanan Generasi Milenial

PROFESIONALISME KONSELOR SEKOLAH DALAM PELAYANAN GENERASI MILENIAL

Isna Ni’matus Sholihah


Bimbingan dan Konseling, SMK Negeri 2 Bojonegoro, email: neoisnaisme@gmail.com

Titin Handayani
Bimbingan dan Konseling, SMK Negeri Dander Bojonegoro, email: titinhandayani192@gmail.com

Bambang Tejo Baskoro


Bimbingan dan Konseling, SMK Negeri Pagerwojo Tulungagung, email: b4mbank@yahoo.co.id

Abstrak
Setiap profesi memiliki kode etik berupa perangkat regulasi perilaku bagi
pengemban profesi tersebut. Regulasi inilah yang menjamin pelayanan akan
dilakukan dengan profesional. Konselor sekolah masa kini menghadapi tantangan
seru yaitu melayani generasi milenial. Generasi ini merupakan generasi yang percaya
kepada teknologi, jaga s, serba bisa, terbuka pada perubahan, percaya diri,
berorientasi tim, kaya informasi, tidak sabaran dan mudah beradaptasi. Pelayanan
bimbingan dan konseling perlu mengadaptasi konsep virtual, dalam hal ini adalah
layanan digital melalui media sosial demi pelayanan dan referensi maksimal.
Kata Kunci: Profesionalisme, Generasi Milenial, Akuntabilitas, Kompetensi, Etis,
Media Sosial

Abstract
Profession has a code of ethics in the form of a behavior regulation tool for the
caretaker of the profession. This regulation guarantees that services will be carried
out professionally. School counselors face an exciting challenge of serving the
millennial generation. This generation is a technology reliant, image driven,
multitasking, open to change, confident, team oriented, rich of information,
impatient and adaptable. Guidance and counseling services need to adapt the virtual
concept, in this case digital services through social media for maximum service and
reference.
Keywords: Professionalism, Counselors, Millennial Generation, Accountability,
Competence, Ethics, Social Media

peluang dari perkembangan teknologi dan informasi di


PENDAHULUAN era milinium 4.0 sangat diharapkan (Firman, 2019).
(1) Latar Belakang
Konselor adalah profesi dinamis yang Generasi terkini yang mendominasi penduduk
menyesuaikan terhadap perubahan dan perkembangan Indonesia adalah generasi Y yang lebih dikenal dengan
masyarakat dan dinamika sosial. Tuntutan kinerja dan generasi milenial. Generasi ini adalah generasi yang akrab
keefektifan layanan terus disorot. Terlebih permasalahan dengan teknologi. Mereka memperoleh infomasi dari
yang dihadapi peserta didik juga kian beragam. Semua berbagai sumber secara bebas dan membuat pandangan
memerlukan kompetensi dan kesigapan konselor dalam mereka tidak terbatas. Peran konselor sekolah disini
memainkan berbagai peran. adalah membangun kedewasaan peserta didik dengan
Perubahan di Era Mellinium 4.0 menuntut menganalisis dan memberikan pemahaman akan
perubah di lingkungan pendidikan, yang mengadopsi informasi yang diterima dari internet.
kegiatan-kegiatan bercirikan penggunaan teknologi digital Maryulis (2014) melakukan penelitian tentang
serta proses pembelajaran dengan sistem siber (cyber Pengaruh aktivitas di media sosial terhadap rutinitas
system). Kemampuan Guru BK/Konselor Sekolah blogger Sumatera Barat mendapatkan data bahwa
generasi milenial menggunakan kecanggihan teknologi
mengikuti kemajuan teknologi serta mengembangan
media online dalam menemukan berbagai informasi,
peserta didik menjadi sumber daya manusia yang dapat Kegiatan umat manusia di seluruh dunia mampu dipantau
mengendalikan dampak negative serta mengambil hanya dalam satu genggaman gawai yakni melalui media

1
Jurnal Bikotetik. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2019, 1 - 5

sosial, seperti instagram (IG), facebook (FB), twitter, dan Sedangkan Harefa (2004) dalam bukunya
lain sebagainya. Penggunaan jejaring sosial ini tidak Membangkitkan roh/etos profesionalisme berpendapat
dibatasi ruang, waktu, usia, suku, budaya, dan apapun profesionalisme adalah pertama-tama soal sikap. Sikap
agama yang dianut.
Fakta bahwa peserta didik/siswa adalah bagian tak yang diwakili keterampilan tinggi yang dimiliki
terpisahkan dari perkembangan tatanan peradaban seseorang, pemberian jasa yang berorietasi pada
manusia yang menjadikan teknologi sebagai sahabat kepentingan umum, adanya pengawasan yang ketat atas
sehari-hari menimbulkan efek dua arah. Disatu sisi, perilaku kerja dan juga sistem balas jasa yang merupakan
semua hal menjadi mudah dengan adanya aksesbilitas lambang prestasi kerja.
yang tinggi terhadap informasi terkini. Sisi sebaliknya
permasalahan seperti nomophobia (kecanduan gadget), Konselor Sekolah
phubbing (tindakan acuh tak acuh terhadap lingkungan Pengertian tentang konselor sekolah bisa kita
karena fokus terhadap gadget), cyber bullying, degradasi temukan dalam tentang Sistem pendidikan Nasional
moral akibat akses pornografi secara mudah juga (Sisdiknas) . Konselor sekolah difahami sebagai
membayangi dan menyebabkan hambatan tercapainya penyelenggara kegiatan Bimbingan dan Konseling dalam
tujuan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. lingkup sekolah. Istilah konselor termaktub dalam
Bimbingan dan konseling yang merupakan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dengan
komponen tak terpisahkan, bagian integral dari sistem menyatakan “konselor adalah pendidik”. Sedangkan
pendidikan di sekolah perlu mengambil langkah praktis Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
dalam pencegahan,pendampingan dan reduksi efek negatif 2005 menyebutkan bahwa konselor adalah pelaksana
teknologi ini. Konselor menghadapi kondisi berupa pelayanan konseling di sekolah yang sebelumnya dikenal
tantangan bagaimana mengajarkan dan menanamkan pada dengan istilah petugas Bimbingan dan Penyuluhan (BP),
diri siswa agar bisa melakukan resiliensi yaitu guru BP/BK dan guru pembimbing.
kemampuan individu untuk menyesuaikan diri secara Istilah konselor sekolah juga ditemukan dalam
Surat Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN
luwes menghadapi tantangan internal dan eksternal atau No. 0433/P/1993 dan No. 25 Tahun 1993 tentang
menyesuaikan diri dengan permasalahan yang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
dihadapinya. Profesionaisme konselor dipertaruhkan. Pembimbing dan Angka Kreditnya yang menjelaskan
Untuk itulah, pelayanan generasi milenial ini memerlukan bahwa guru pembimbing (konselor sekolah) adalah guru
akuntabilitas yang tinggi, penguasaan kompetensi, etis yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan
dan dilakukan melalui media sosial yang sedang in atau hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan
konseling terhadap sejumlah peserta didik .
up to date.
Konselor sekolah adalah guru yang melakukan
kegiatan menyusun rencana bimbingan dan konseling,
(2) hasil kajian pustaka melaksanakan bimbingan dan konseling, mengevaluasi
Profesionalisme proses dan hasil bimbingan dan konseling serta
Pengertian Profesionalisme menurut Wikipedia melakukan tindak lanjut dengan menggunakan dan
ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan memanfaatkan hasil evaluasi tersebut. Pelayanan
sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya ter- Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan kegiatan
untuk membantu peserta didik dalam upaya menemukan
dapat pada atau dilakukan oleh seorang professional.
jati dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat
Sedangkan Siagian (2009) menjelaskan profesionalisme merencanakan masa depannya dengan baik. Prayitno
merupakan suatu keandalan dan keahlian dalam (2004) menyebutkan bahwa pada hakikatnya pelaksanaan
pelaksanaan tugas sehingga tugas itu terlaksana dengan Bimbingan dan Konseling di sekolah untuk mencapai tri
mutu tinggi, waktu yang tepat cermat dan juga dengan sukses, yaitu: sukses bidang akademik, sukses dalam
menggunakan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti persiapan karir dan sukses dalam hubungan
oleh pelanggan. kemasyarakatan.
Anoraga (2009) menyatakan profesionalisme
Generasi Milenial
lebih kepada sebuah cara bagaimana menjalankan suatu Generasi Milenial adalah generasi yang terlahir
profesi untuk keuntungan atau sumber penghidupan. setelah generasi X yaitu manusia yang lahir pada kisaran
Atmosoeprapto dalam Kurniawan (2005) menyatakan tahun 1980-2000an. Dapat diartikan milenials adalah
profesionalisme merupakan cerminan dari kemampuan generasi muda yang berumur 18-38 pada tahun ini.
Generasi milenial memiliki karakter tersendiri.
(competency) yaitu mempunyai pengetahuan (knowledge)
Karakteristik dan nilai-nilai budaya generasi milenial
keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang yang ditunjukkan siswa SMA (Sekolah Menengah Atas)
dengan pengalaman (experience) yang tidak mungkin di Indonesia, antara lain, adalah menjadikan teknologi
muncul tiba-tiba tanpa melalui perjalanan waktu. sebagai bagian dari gaya hidup atau lifestyle, dan sebagai
generasi yang ternaungi atau sheltered, karena mereka
3 | Profesionalisme Konselor Sekolah Dalam Pelayanan Generasi Milenial

lahir dari orang tua yang terdidik. Mereka juga multi- Dapat disimpulkan kompetensi adalah karakteristik atau
talented, multi-languages, lebih ekspresif, dan cirri mendasar yang dimiliki oleh seseorang yang dapat
eksploratif. Pandangan generasi milenial terhadap meningkatkan kinerja dalam melakukan pekerjaan yang
hakekat hidup adalah selalu yakin, optimistik, percaya
diri, menginginkan kepraktisan, dan segala sesuatunya menjadi tanggungjawabnya.
serba instan. Generasi ini berpendapat bahwa hakekat
kerja adalah menganggap prestasi merupakan sesuatu Etis
yang harus dicapai; bekerja lebih interaktif melalui Kata etis dalam KBBI memiliki arti sesuai etika
kerjasama tim; kolaborasi dan kelompok berpikir; atau sesuai denga asas peilaku yang disepakati secara
dilakukan secara mandiri dan tersturuktur dalam umum. Suatu profesi akan eksis di masyarakat jika
penggunaan teknologi, khususnya communication memperoleh public trust (kepercayaan public). Rambu-
gadget; serta dalam akses internet. Generasi milenial rambu yang dipergunakan disebut dengan kode etik. Kode
lebih menyukai petunjuk visual atau gambar (Ayun, etik bimbingan dan konseling Indonesia menjadi landasan
2015 dalam Sutijono, 2018). moral dan rujukan, pedoman bagaimana bertingkah laku
professional. Kode etik profesi harus dijunjung tinggi,
Akuntabilitas diamalkan dan diamankan oleh anggota profesi
Akuntabilitas berasal dari bahasa inggris Bimbingan dan Konseling Indonesia.Pada dasarnya kode
“Accountability” artinya keadaan untuk etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas dikaitkan dengan pengembangan bagi profesi. Gibson dan Michel (1945)
pelaksanaan bimbingan dan konseling sebagai bentuk menuliskan perlunya mementingkan kode etik sebagai
pertanggungjawaban atas hasil yang dicapai pada setiap pedoman pelaksanaan tugas profesional. Kode etik
program yang ditawarkan. Akuntabilitas berbeda arti merupakan tatanan etika yang telah disepakati dan harus
dengan responbilitas. Akuntabilitas lebih mengarah dilaksanakan oleh profesi untuk memberikan pelayanan
kepada pertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan terbaik.
pencapaian organisasi yang telah dimiliki sedangkan
akuntabilitas lebih kepada mempertanggungjawabkan Media Sosial
pelaksanaan wewenang atau amanah tersebut. Media sosial ialah sebuah media online yang
Konselor berkewajiban untuk menjelaskan kinerjanya memungkinkan adanya hubungan yang intens antar
kepada stake holder, kepada pihak-pihak yang memiliki individu dengan menggunakan teknologi berbasis web.
hak untuk meminta pertanggungjawaban atas kewenangan Media sosial dapat menjadi wadah berubahnya pola
yang telah diberikan dalam mengelola sumber daya komunikasi satu arah menuju dialog interaktif. Teknologi
tertentu. Sumber daya yang dimaksud berorientasi pada yang serba canggih membuat penggunanya mampu
prestasi akademik, perkembangan pribadi/sosial dan juga dengan mudah berinteraksi, bertukar pesan, cerita dalam
pada karir konseli/peserta didik. Prinsip ini bisa diartikan bentuk blog, jejaring sosial, wiki/ensiklopedia online,
bahwa rumusan perilaku yang hendak dicapai, sistem forum-forum maya, termasuk di dalamnya bentuk virtual
intervensi psikoeduatif dan asessment merupakan worlds. Media sosial berbasis pada teknologi internet,
komponen terkait dalam akuntabilitas proses bimbingan yang membentuk pola komunikasi dan penyebaran
dan konseling di sekolah (Kartadinata, 2004). informasi dari satu ke banyak audiens ataupun lebih dari
itu (McMillan, 2006 dalam Sutijono 2018).
Kompetensi Menurut Kaplan dan Haenlein media sosial terbagi
Kompetensi secara umum kecakapan seseorang dalam pada enam jenis yang berbeda. Media tersebut
adalah:proyek kolaborasi (contoh: wikipedia), blog dan
melaksanakan tugas atau pekrjaan yang disandangnya.
micro blog (missal: twitter), jenis media komunitas konten
Menurut Spencer (dalam Moehoeriono, 2009) kompetensi (misalnya you tube), situs jaringan sosial (misalnya
merupakan suatu karaktristik dasar seseorang yang terkait facebook), virtual game (misalnya world of warcraft), dan
dengan efektifitas kinerja individu di dalam pekerjaannya virtual sosial (misalnya second life). Fungsi dari sosial
atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan media sendiri adalah untuk bersosialisasi, memperluas
sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif interaksi social antar manusia dengan menggunakan
internet dan teknologi web, mentransformasi praktik
atau berkinerja prima di tempat dia bekerja atau pada komunikasi menjadi dialogis antar banyak audience dan
situasi tertentu. mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi.
Soedarmanto dalam bukunya Kinerja dan
pengembangan SDM berpendapat bahwa kompetensi PEMBAHASAN
merupakan suatu atribut untuk melekatkan sumber daya Profesi konselor adalah pekerjaan sosial
manusia yang berkualitas dan unggul. Atribut yang kontemporer dimana pelakunya diharuskan untuk
dimaksud adalah kualitas yang diberikan pada orang atau beradaptasi secara cepat dengan lingkungan sosial dan
benda, yang mengacu pada sejumlah karakteristik tertentu klien yang berbeda. Menghadapi generasi milenial yang
yang diperlukan seseorang untuk dapat melaksanakan memiliki karakteristik unik konselor sekolah harus
suatu pekerjaan secara efektif. Pengetahuan, keterampilan mampu menangkap titik sehingga terjadi “klik” yang
dan keahlian itulah atribut yang harus dimiliki pekerja. menghubungkan dengan dunia generasi milenial.

3
Jurnal Bikotetik. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2019, 1 - 5

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2016) kepercayaan publik. Persepsi publik setiap saat bisa
menunjukkan adanya perbedaan karakteristik yang bergeser dan berbalik arah karena adalanya malpraktik,
signifikan antara generasi Z dengan generasi lain terutama perilaku tidak etis dan tidak profesional. Disinilah kode
dalam penggunaan dan penguasaan teknologi. etik berfungsi sebagai self regulation yang berfungsi
Generasi milenial memiliki kecenderungan pada melindungi dari campur tangan pemerintah atau justru
karakteristik berikut: ketidaksepakatan internal profesi.
1. Percaya pada teknologi Kesadaran akan perilaku etis ini dibangun sejak proses
2. Jaga Image profesionalisasi, sertifikasi dan akreditasi. Artinya layanan
3. Serba bisa bimbingan dan konseling akan terlaksana secara
4. Terbuka pada perubahan profesional karena dilakukan oleh konselor yang
5. Percaya diri bersertifikat dan kompeten. Terkait kompetensi seorang
6. Berorientasi pada Tim konselor sekolah perlu menguasai kompetensi bersama
7. Kaya Informasi (common competencies) dan kompetensi khusus
8. Tidak sabaran (core/specific competencies).
9. Mudah beradaptasi Kartadinata (2004) menjelaskan kompetensi yang
Seorang konselor sekolah adalah tenaga harus dimiliki konselor sebagai pendidik psikologis:
profesional pendidikan yang bertugas membantu siswa 1. Konselor memahami kompleksitas interaksi antara
dalam upaya berkembang secara optimal, menemukan jati individu dan lingkungan dalam ragam konteks sosial
dirinya, melakukan penyesuaian/adaptasi terhadap budaya
lingkungan serta mampu merencanakan masa depannya 2. Konselor harus menguasai jenis intervensi psiologis
dengan baik. Prayitno (2004) menjelaskan bahwa pada baik antar maupun intrapribadi dan lintas budaya
hakikatnya pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di 3. Konselor memiliki penguasaan strategi dan teknik
sekolah adalah untuk mencapai tiga kesuksesan (tri asesmen sehingga difahami keberfungsian psikologis
sukses) yaitu sukses akademik, sukses dalam persiapan individu dan interaksinya dengan lingkungan
karir dan juga sukses dalam hubungan kemasyarakatan di 4. Konselor memahami proses perkembangan manusia
lingkungan individu tersebut berada. secara individual dan sosial.
Layanan Bimbingan dan Konseling berada dalam 5. Konselor memegang teguh regulasi profesi
ranah psikopedagogis dalam konteks budaya, nilai dan 6. Konselor menguasai kaidah-kaidah dan praktik
religi yang diyakini konseli dan konselor. Karena sifat pendidikan.
normatif pedagogis inilah fokus orientasi pelayanan Sikap profesionalisme yang ditunjukkan dengan
Bimbingan dan Konseling adalah pengembangan perilaku kemampuan melaksanakan akuntabilitas, penguasaan
yang seharusnya dikuasai oleh individu untuk jangka kompetensi bersama dan khusus, kemampuan
panjang; menyangkut proses perilaku pendidikan, karier , berperilaku etis dan memberikan pelayanan terupdate
pribadi, keluarga dan juga proses pengambilan keputusan melalui sosial media akan menjadikan “jurang” antara
(Kartadinata, 2004). konselor sekolah dan generasi milenial akan
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di terseberangi dengan langkah pasti.
sekolah terutama menghadapi generasi Milenial perlu
difokuskan pada bagaimana melayani mereka dengan PENUTUP
“tune in” pada frekuensi yang sama. Hal ini bisa Simpulan
dilakukan dengan penggunaan media sosial. Semisal Menghadapi peserta didik di era digital konselor
menggunakan Vlog untuk memberikan tutorial materi sekolah wajib menciptakan berbagai inovasi dan
tertentu, memberikan motivasi atau mengenalkan suatu menggunakan teknologi dalam pemberian layanan.
konsep baru. Cyber Counseling juga merupakan pilihan Memaksimalkan penggunaan media sosial akan sangat
lain yang bisa diambil konselor sekolah. Proses konsultasi membantu dalam melayani generasi milenial yang
dan konseling tidak lagi harus mensyaratkan tatap muka jumlahnya cukup besar tanpa harus melakukan tatap
akan tetapi bisa dilakukan melalui email, whattsapp, video muka. Untuk itulah penguasaan wawasan, pengetahuan,
call atau media sosial lain. Konselor perlu mengimbangi nilai, sikap dan referensi tentang teknologi informasi, dan
pemikiran generasi milenial yang menggunakan frame pemahaman piranti lunak dan keras mutlak diperlukan.
logika fresh ad youth. Konselor di jaman milenial idealnya memiliki
Sebagai tenaga professional yang memberikan kemampuan di bidang IT terutama pelaksanaan pelayanan
layanan bimbingan dan konseling etika konselor telah BK yang berorientasi pada jaringan dengan
diatur dalam regulasi perilaku profesional yang jelas. memanfaatkan teknologi informasi.
Kekuatan dan eksistensi suatu profesi tergantung kepada
5 | Profesionalisme Konselor Sekolah Dalam Pelayanan Generasi Milenial

Saran https://media.neliti.com/media/publications/222380-
Konselor sekolah bisa menggunakan cyber pengaruh-aktivitas-di-media-sosial-terha.pdf, diakses
counseling berupa penggunaan media sosial dalam di Bojonegoro Jawa Timur pada 29 September 2018.
memberikan pelayanan kepada siswa. Tetapi hal ini juga Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis
perlu disertai pemahaman kepada siswa akan penggunaan Kompetensi. Bogor:Ghalia
secara bijak, cerdas, logis dan kritis terhadap informasi Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
dari sosial media. Layanan Bimbingan dan Konseling bisa Kepala BKN No.03 /V/PB/2010/No.14 tahun 2010
menggunakan media interaktif seperti film, vlog, tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
teleconference, macromedia flash, educative game dan e- Guru dan Angka Kreditnya. Tersedia on line
counseling. Https://luk.staff.ugm_ac.id. Diakses pada 30
September 2018
DAFTAR PUSTAKA Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan konseling
Islam. Jakarta: Rineka Cipta
Anoraga, Pandji. 2009. Psikologi Kerja. Semarang: Putra, Yanuar Surya. 2016. Theoritical review:Teori
Rineka Cipta Perbedaan Genersi. Among Makarti Vol.9 No. 18
Firman, F. (2019). Strategi Dan Pendekatan Pelaksanaan tersedia online di jurnal
Bimbingan Konseling Di Sekolah Untuk Menghadapi Siagian Sondang P. 2009. Administrasi Pembangunan.
Revolusi Industri 4.0. Jakarta: Bumi Aksara.
Harefa, Andrias. 2004. Membangkitkan Roh/etos Soedarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan
Profesionalisme. Jakarta: Gramedia Kompetensi SDM. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
https://ms.wikipedia.org/wiki/Profesionalisme diakses di Sutijono &Farid, Dimas Ardika Miftah. 2018. Cyber
Bojonegoro jawa Timur pada 29 September 2018. Counseling di Era Generasi Milenial dalam Jurnal
Kartadinata, Sunaryo. 2004. Arah dan tantangan Sosio Humanika Tersedia online di
Bimbingan dankonseling Profesional: Proposisi journals.mindamas.com diakses di Bojonegoro Jawa
Historik-Futuristik. Bandung:UPI. Timur pada 28 September 2018.
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Publik. Yogyakarta: Pembaruan. Pendidikan Nasional tersedia online di
Maryulis. 2014. Pengaruh Aktivitas di Media sosial kelembagaan.ristekdikti.go.id, di akses di Bojonegoro
terhadap rutinitas Blogger Sumatera Barat dalam Jawa Timur pada 28 September 2018.
Jurnal perkomnas, Vol 17, No. 2 hlm 119-128.

Anda mungkin juga menyukai