Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PENELITIAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

NAMA : ANA ASTASYIAH


NIM : B.22.02.06.092

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO


TAHUN 2023
SKENARIO 8 :
Di beberapa negara maju, terminasi kehamilan dapat dilakukan oleh bidan terlatih.
Badan Kesehatan Dunia menyatakan sekurangnya 47.000 wanita meninggal dunia
setiap tahunnya akibat terminasi kehamilan yang tidak aman. Di Indonesia, saat ini
kebijakan yang berlaku adalah terminasi kehamilan hanya dapat dilakukan oleh dokter
spesialis kebidanan dan kandungan yang terkadang hanya ada di ibukota kota atau
kabupaten akibatnya sering dijumpai terminasi kehamilan yang dilakukan oleh paraji
atau dukun bayi sehingga meningkatkan risiko kematian ibu. Melihat kondisi demikian,
selaku manajer program KIA di kabupaten X, Anda diminta untuk mencari literatur
tentang pelatihan bidan untuk terminasi kehamilan secara aman

JAWABAN :
Untuk saat ini belum ada pelatihan resmi khusus bidan yg dilakukan di Indonesia untuk
terminasi kehamilan secara aman
Saat ini salah satu program prioritas pemerintah pada RPJMN adalah
percepatan penurunan kematian ibu, dengan target 183 per 100.000 kelahiran hidup di
tahun 2024.75 Data WHO menunjukkan sebanyak 4,7% - 13,2% kematian ibu dapat
dikaitkan dengan praktik aborsi yang tidak aman (World Health Organization, 2020).
Peluang ini dapat digunakan untuk mendorong pemerintah untuk berupaya
menghentikan praktik aborsi tidak aman dan menyediakan layanan aborsi aman sesuai
dengan UU Kesehatan. Sesuai dengan amanat kebijakan aborsi aman dijelaskan
bahwa langkah awal dokter dapat melakukan aborsi aman adalah dengan mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi bekerjasama dengan
Kementerian Kesehatan. Berdasarkan keterangan informan, secara implisit, pelatihan
aborsi atas indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan, seperti yang
diatur pada Permenkes 3/2016 belum dilaksanakan. Tidak terdapat keterangan jelas
apakah terdapat daftar dokter yang telah mendapatkan pelatihan, seperti yang diatur
dalam permenkes tersebut. Pelatihan yang spesifik merujuk pada tindakan aborsi
aman, sesuai dengan amanat UU, PP dan Permenkes, belum pernah dilakukan.
Pelatihan pelaksanaan aborsi aman untuk tenaga kesehatan pernah dilakukan oleh
badan pelatihan dari POGI, namun terbatas pada pelatihan asuhan pasca keguguran
untuk mencegah infeksi pada pasien.
Menurut informan, dibutuhkan pelatihan lanjutan bagi tenaga kesehatan karena adanya
perkembangan teknologi pada metode aborsi. Metode aborsi saat ini, salah satunya
adalah, kuratase tajam yang memang merupakan kompetensi dari dokter spesialis
obstetri dan ginekologi. Metode aborsi yang direkomendasikan adalah manual atau
electric vacuum aspirator, dilatasi dan evakuasi, atau manajemen medis, baik
menggunakan kombinasi rejimen ataupun hanya misoprostol (World Health
Organization, 2018).
Pelatihan mengenai aborsi aman pada tenaga kesehatan berdasarkan
keterangan informan dari PKBI Jawa Tengah juga sudah diselenggarakan oleh PKBI,
namun pelatihan ini bukan pelatihan resmi yang bekerja sama dengan Kementerian
Kesehatan. PKBI melakukan upaya pendekatan kepada Kementerian Kesehatan untuk
menyelaraskan pelatihan PKBI dengan penyelenggaraan kebijakan dari pemerintah,
namun tidak mendapatkan respon. WHO belum secara spesifik mengeluarkan modul
pelatihan pemberian aborsi aman oleh tenaga kesehatan meskipun telah
mendefinisikan tenaga kesehatan (World Health Organization, 2015). Praktik pemberian
layanan aborsi pada tiap tahapan juga sudah tersedia yang dapat dijadikan rujukan oleh
tenaga kesehatan (World Health Organization, 2014
Pada panduan Aborsi aman: pedoman teknis dan kebijakan untuk sistem
kesehatan yang dikeluarkan oleh WHO, perawatan aborsi dapat diberikan oleh tenaga
medis terlatih, termasuk tenaga non-medis yang sudah mendapatkan pelatihan dasar
terkait kesehatan reproduksi (World Health Organization, 2012). Panduan ini dilengkapi
tahun 2015 dengan merincikan peran dari masing-masing tenaga kesehatan serta
kondisi medis pasien (World Health Organization, 2015).
Dalam naskah akademik tahun 2020, organisasi profesi tidak merekomendasikan
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) untuk melakukan tindakan aborsi. FKTP
berfungsi sebagai penapisan kasus aborsi dan merujuk pasien ke fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan (FKRTL) agar dapat dilakukan terminasi. Hal ini sejalan dengan
Pedoman Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar yang hanya dapat memberikan tindakan pasca keguguran.
Literatur (1) : Penyelenggaraan Kebijakan Aborsi Aman, Bermutu dan Bertanggung
Jawab sesuai dengan UU Kesehatan di Indonesia
https://icjr.or.id/wp-content/uploads/2022/01/ICJR-Penyelenggaraan-Kebijakan-Aborsi-
Aman-Bermutu-dan-Bertanggung-Jawab-sesuai-dengan-UU-Kesehatan-di-
Indonesia.pdf
Literatur (2) : Professionalism, stigma, and willingness to provide patient-centered safe
abortion counseling and care: a mixed methods study of Ethiopian midwives
https://reproductive-health-journal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12978-021-
01238-0
Menurut WHO, terdapat dua jenis metode aborsi yang aman yaitu metode medis, yang
terkadang disebut dengan istilah aborsi non-bedah atau aborsi dengan obat-obatan,
dan metode bedah yaitu penggunaan prosedur transservikal untuk mengakhiri
kehamilan. Pada metode medis, pasien diberikan mifepristone dan/atau misoprostol
yang dapat dikonsomsi secara oral, vaginal, sublingual dan buccal. Sedangkan pada
metode bedah dapat menggunakan vacuum aspiration, baik manual ataupun elektrik,
dilatation and evacuation (D&E) (World Health Organization, 2018). Menurut
keterangan informan dari HOGSI, manual vacuum aspirator (MVA) belum tersedia di
Indonesia. Karena MVA belum tersedia, aborsi aman masih menggunakan metode
kuretase tajam.
Literatur (3) : Midwives’ integration of post abortion manual vacuum aspiration in the
Democratic Republic of Congo: a mixed methods case study & positive deviance
assessment
https://bmchealthservres.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12913-020-05997-7
Literatur (4) : Evaluating women’s acceptability of treatment of incomplete second
trimester abortion using misoprostol provided by midwives compared with physicians: a
mixed methods study
https://bmcwomenshealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12905-022-02027-y

Literatur (5) : Exploring health care providers’ experiences of and perceptions towards
the use of misoprostol for management of second trimester incomplete abortion in
Central Uganda
https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0268812

Anda mungkin juga menyukai