Anda di halaman 1dari 2

Perbedaan Kejang Demam dan Epilepsi dari Segi Usia

Kejang demam umumnya terjadi saat anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Meski begitu, ada
sebagian anak yang mengalami kejang demam sebelum usia 3 bulan atau setelah usia 6 tahun.
Namun, kondisi ini biasanya semakin jarang terjadi seiring pertambahan usia anak.
Berbeda dengan kejang demam, epilepsi dapat dialami siapa saja tanpa memandang usia,
mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Anak yang menderita epilepsi mungkin
akan terus mengalaminya hingga usia remaja atau dewasa.

Perbedaan Kejang Demam dan Epilepsi dari Segi Penyebab


Kejang demam dan epilepsi disebabkan oleh hal yang berbeda. Kejang demam tidak
disebabkan oleh gangguan otak, melainkan dipicu oleh suhu tubuh yang meningkat lebih dari
380 Celsius.
Peningkatan suhu tubuh ini dapat disebabkan oleh reaksi setelah imunisasi, infeksi bakteri,
atau infeksi virus, seperti virus influenza atau campak. Namun, infeksi yang menyebabkan
demam pada kasus kejang demam bukanlah infeksi di area otak seperti meningitis.
Sedangkan pada epilepsi, terdapat gangguan di otak. Sel-sel saraf di otak dan di seluruh tubuh
berkomunikasi satu sama lain menggunakan impuls listrik. Ketika proses komunikasi ini
terganggu, dapat terjadi gerakan yang tidak terkontrol berupa kejang.
Berbeda dengan kejang demam yang memiliki penyebab jelas, yaitu demam, kejang pada
epilepsi umumnya tidak dapat dipastikan dan dapat terjadi kapan saja.

Perbedaan Kejang Demam dan Epilepsi dari Segi Gejala


Kejang demam dapat dibedakan menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks. Pada kejang demam sederhana, gerakan menyentak terjadi pada seluruh bagian
tubuh, tetapi tidak berlangsung lebih dari 15 menit dan tidak terjadi berulang dalam waktu 24
jam.
Pada kejang demam kompleks, gerakan menyentak biasanya berawal dari satu bagian tubuh,
berlangsung lebih dari 15 menit, atau terjadi berulang dalam jangka waktu 24 jam.
Untuk epilepsi, gejala yang muncul dapat bervariasi antara satu penderita dengan penderita
yang lain, tergantung bagian otak yang mengalami gangguan. Kejang pada epilepsi dapat
berupa gerakan menyentak di seluruh tubuh atau hanya pada beberapa bagian tubuh. Kejang
ini bisa disertai hilangnya gangguan kesadaran atau pingsan, bisa juga tidak.
Beberapa penderita epilepsi juga mengalami aura sesaat sebelum muncul serangan kejang.
Beberapa contoh aura pada epilepsi adalah mencium bau yang aneh, melamun atau jatuh tiba-
tiba, merasa takut, gembira, kebas, kesemutan, atau merasa anggota tubuh tertentu menjadi
lebih besar atau lebih kecil.

Perbedaan Kejang Demam dan Epilepsi dari Segi Pengobatan


Ketika seorang anak dengan riwayat kejang demam mengalami demam, orang tua dapat
memberikannya obat penurun panas. Jika sudah muncul kejang, tidak ada penanganan khusus
yang perlu dilakukan selain melindungi anak dari cedera, karena kejang demam umumnya
akan berhenti sendiri dalam waktu singkat.
Namun, bila kejang berlangsung lebih dari 3–5 menit, orang tua disarankan untuk
memberikan obat antikejang melalui dubur dan segera membawa anak ke rumah sakit atau
klinik terdekat. Di luar demam dan kejang, tidak ada obat khusus yang perlu dikonsumsi
setiap harinya.
Beda halnya dengan penderita epilepsi. Orang dengan epilepsi perlu mengonsumsi obat
antiepilepsi secara rutin setiap hari agar kadar obat di dalam tubuhnya tetap stabil untuk
menurunkan frekuensi kambuhnya kejang.
Bila penderita yang rutin mengonsumsi obat sudah tidak mengalami kejang selama beberapa
tahun, dokter mungkin akan menghentikan pemberian obat. Namun, jika kejang tetap sering
terjadi, dokter mungkin akan mengganti obat atau menyarankan operasi untuk memperbaiki
bagian otak yang mengalami gangguan.

Perbedaan Kejang Demam dan Epilepsi dari Segi Komplikasi


Kejang demam umumnya tidak memiliki dampak kesehatan yang serius. Kejang demam
sederhana tidak menimbulkan kerusakan otak, penurunan kecerdasan, maupun gangguan
dalam belajar.
Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 2–10% anak yang pernah mengalami
kejang demam dapat mengalami epilepsi di kemudian hari. Hal ini umumnya terjadi pada
anak yang memiliki riwayat gangguan perkembangan, lahir prematur, kejang berulang, atau
hasil elektroensefalografi (EEG) abnormal.
Sementara pada epilepsi, dapat terjadi gangguan yang serius bila tidak ditangani dengan baik.
Epilepsi dapat meningkatkan risiko anak mengalami kesulitan dalam belajar, gangguan mood,
dan beberapa gangguan psikologis lainnya.
Kejang demam merupakan kejang yang dipicu oleh demam dan umumnya tidak
menimbulkan dampak yang berbahaya, sedangkan epilepsi merupakan kondisi yang lebih
serius di mana kejang dapat terjadi secara berulang meski anak tidak mengalami demam.
Bila anak Anda mengalami tanda-tanda epilepsi, mengalami kejang demam yang berlangsung
lebih dari 5 menit, atau mengalami kejang untuk pertama kalinya, Anda disarankan untuk
segera membawanya ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan diberikan penanganan
yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai