Anda di halaman 1dari 31

RESUME

MATERI MOOC PPPK 2023

NAMA : FATMA HIDAYAH, S.K.M


NIP : 19980915 202321 2 002
GOLONGAN : XI
JABATAN : AHLI PERTAMA-EPIDEMIOLOG KESEHATAN
INSTANSI : DINAS KESEHATAN KAB. SEMARANG

MATERI KEBIJAKAN

A. Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara (Pemateri : DR. Adi Suryanto, M.Si-
Kepala LAN RI)
Saat ini Indonesia sedang berbenah menyongsong era baru menuju Indonesia emas 2045,
manjadi sebuah harapan bersama dimana Indonesia dapat bergabung dalam negara terdepan
negara maju lainnya. Selain itu, teknologi informasi yang berkembang sedemikian pesatnya
menjadi salah satu tantangan dimana terjadi proses digitalisasi di semua aspek kehidupan
yang biasa terkenal dengan Era Industri 4.0 yang menuntut kita untuk bisa adaptif mengikuti
perkembangan-perkembangan yang terjadi. Presiden Joko Widodo memberikan arahan
dimana fokus pada pembangunan sumber daya manusia khususnya bagi ASN. Langkah
konkret yang sudah dilakukan dengan pembenahan mulai dari proses awal rekrutmen sampai
pola pemenuhan pengembangan kompetensi untuk mewujudkan generasi baru yang bersih,
kompeten, dan profesional. Pelatihan dasar CASN adalah fondasi penting dalam rangka
mewujudkan smart ASN dengan harapan agar ASN mampu menghadapi era disrupsi dimana
terjadi perubahan yang besar ke sistem dengan menggunakan cara-cara yang baru, selain itu
ASN harus mampu menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.
B. Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN ( Pemateri : DR. Muhammad Taufiq,
DEA-Deputi Bidang Kebijakan Bangkom ASN LAN RI)
Sebagai Seorang ASN mempunyai peran penting karena memiliki kesempatan untuk
melayani bangsa dimana dalam menjalankan tugasnya berpedoman kepada core value dan
employee branding ASN untuk terus mengembangkan diri dalam rangka agar bisa bersaing
dengan negara-negara lainnya di tengah perkembangan teknologi informasi yang sedemikian
pesat ini. Core value yang digunakan adalah berAKHLAK yang merupakan cerminan dari
berorientasi pada pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.
Pada kurikulum baru pelatihan dasar akan ditekankan ada beberapa hal yang harus dikuasai
ASN antara lain penguasaan core value dan penguasaan pada literasi digital untuk
mewujudkan smart ASN.
C. Manajemen Penyelenggaraan PPPK (Pemateri : Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm-
Kepala Pusat Pembina Program dan kabijakan Pengembangan Kompeten ASN)
Pembelajaran dalam MOOC PPPK terbagi menjadi 3 (tiga) diantaranya,
1. Sikap perilaku bela negara
2. Nilai-nilai core value yang terkandung didalam penyelengaraan pemerintahan yang
menjadi acuan dalam bekerja sebagai ASN
3. Kedudukan dalam penyelengaraan pemerintah
Semua peserta pelatihan untuk pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja tergabung
di dalam pembelajaran dalam bentuk orientasi yang akan dilaksanakan secara mandiri daring
menggunakan Massive Open Online Course (MOOC). Kemudian akan diadakan evaluasi
untuk meyakinkan bahwa peserta sudah memahami semua materi didalam pembelajaran
orientasi etika yang ada dalam aplikasi Massive Open Online Course (MOOC).

MATERI AGENDA I (SIKAP PERILAKU BELA NEGARA)

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


1. Pengertian
Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai suatu pandangan yang didasarkan
pada kesadaran diri sebagai warga warga negara tentang diri dan lingkungannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI
dimana wawasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam sejarah
kebangsaan Indonesia telah membuktikan bahwa dimana pendiri bangsa (founding
fathers) mengutamakan suatu kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau
golongan. Sejak awal pergerakan nasional, kesepakatan tentang kebangsaan terus
berkembang hinggga menghasilkan 4 (empat) konsensus dasar serta Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu,
identitas, kehormatan dan kebanggaan bersama.
2. Titik Penting dalam Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Fakta sejarah bisa dijadikan sebagai salah satu pembelajaran dimana Kebangsaan
Indonesia tumbuh dari adanya proses panjang yang didasarkan pada kesepakatan dan
pengakuan terhadap keberagaman dan bukan keseragaman serta mencapai puncaknya
pada tanggal 17 Agustus 1945.
a. Pembentukan Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei tahun 1908 oleh Dr.Sutomo yang
dikenal dengan Hari Kebangkitan Nasional berdasarkan Pembaharuan Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang
Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur.
b. Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang
menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI)
diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di
Leiden, Belanda
c. Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”,
yang kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini
dihadiri oleh wakil organisasi pemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong
Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian
Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
d. Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
e. Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
f. PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.
3. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
a. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan
sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa
Pancasila merupakan dasar filosofi negara, suatu fundamen, filsafaat, pikiran yang
sedalam-dalamnya, merupaan landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan
didirikan. Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa,
Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi
nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa
dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.
b. Undang-Undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945
oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada
masa itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan dasar pembentukan negara yang beliau
sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada siang
perdana mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945.
c. Bhinneka Tunggal Ika
Menurut Kakawin Sutasoma (Purudasanta), Bhinneka Tunggal Ika lebih
ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan
kepercayaan dikalangan masyarakat Majapahit. Sementara dalam lambang NKRI,
Garuda Pancasila, pengertiannya menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak hanya
pada perbedaan kepercayaan dan keagamaan, melainkan juga terhadap perbedaan
suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda kepulauan (antara nusa) dalam kesatuan
nusantara raya. Bhinneka-Tunggal-Ika berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya
satu. Sebab meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada
hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia.
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan dalam
sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantuk dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
2) Memajukan kesejahteraan umum;
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi
negara Indonesia.)
4. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia
merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol
kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
a. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera
Negara adalah Sang Merah Putih (Pasal 1 Ayat (1) Undang-undangRepublik
Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, danLambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan).
b. Bahasa
Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan. Bahasa
Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu
berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.)
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara berfungsi sebagai bahasa resmi
kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan
kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
c. Lambang Negara
Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas
pita yang dicengkeram oleh Garuda.
d. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya
yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
B. Analisis Isu Kontemporer
1. Pengertian
Kontemporer yang dimaksud ialah sesuatu hal yang modern, yang eksis serta
terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang, atau segala hal yang berkaitan dengan
saat ini. Isu kontemporer sendiri merupakan suatu persialan atau permasalahan yang
terjadi pada masa sekarang dan menjadi senuah persoalan yang masih terjadi di
masyarakat, dimana isu ini dapat berkembang karena banyaknya persoalan atau masalah
yang timbul akibat beberapa faktor dari faktor internal maupun eksternal.
2. Perubahan Lingkungan Strategis
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia. Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN
setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
2) Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang- undangan,
3) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta memperat
persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Perubahan lingkungan strategis menurut Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,2017)
terdapat 4 level dalam lingkungan strategis yang berpengaruh pada kesiaapan seorang
ASN dalam melakukan pekerjaanya yang sesuai dengan bidang masing-masing
dianataranya :
1) Individu ,
2) Keluarga (family),
3) Masyarakat pada level local
4) Regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Perubahan global (globalisasi) yang terjadi sekarang ini memaksa semua bangsa
(Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan menghilang
dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan global ditandai
dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan membangun pemahaman dunia ini
satu tidak dipisahkan oleh batas Negara.
3. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk
modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas,
keterampilan, dan produktivitas kerja. Menurut Ancok, 2002 bahwa terdapat 6 kompenen
dari modal manusia diantaranya :
a. Modal Intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang
dan mengelola perubahan organisasi melalui pengembangan SDMnya. Pada dasarnya
manusia memiliki sifat dasar curiosity, proaktif dan inovatif yang dapat
dikembangkan untuk mengelola setiap perubahan lingkungan strategis yang cepat
berubah.
b. Modal Emosional
Kemampuan mengelola emosi dengan baik akan menentukan kesuksesan PNS
dalam melaksanakan tugas, kemampuan dalam mengelola emosi tersebut disebut juga
sebagai kecerdasan emosi. Modal emosional dapat menggambarkan kemampuan
seseoarang untuk dapat mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta memahami
emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi
dengan orang lain.
c. Modal Sosial
Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Sebagai
ASN dalam memberikan pelayanan agar terwujudnya kemampuan untuk membangun
dan mempertahankan jaringan kerja, sehingga terbangun hubungan kerja dan
hubungan interpersonal yang lebih akrab diantaranya :
1) Kesadaran Sosial (Social Awareness)
2) Kemampuan sosial (Social Skill)
d. Modal Ketabahan (Adversity
Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997). Ketabahan adalah
modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sebuah organisasi birokrasi.
e. Modal Etika (Moral)
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip
universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan kita
atau dengan kata lain adalah kemampuan membedakan benar dan salah. Ada empat
komponen modal moral/etika yakni:
1) Integritas (integrity)
2) Bertanggung-jawab (responsibility)
3) Penyayang (compassionate)
4) Pemaaf (forgiveness)
f. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani
Tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik
adalah; tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength),
kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi
(coordination), dan keseimbangan (balance).
4. Isu-Isu Strategis Kontemporer
Sebagai seorang Aparatur Negara dihadapkan pada beberapa pengaruh yang dari
segi eksternal maupun internal, sehingga sangat penting bahwa menjadi seoarang ASN
mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya;
a) Korupsi
Tindakan korupsi di Indonesia dibagi dalam dua fase, diantaranya fase pra
kemerdekaan (zaman kerajaan dan penjajahan) dimana pada zaman ini kasus korupsi
lebih banyak terkait dengan aspek politik/ kekuasaan dan usaha-usaha memperkaya
diri sendiri dan kerabat kaum bangsawan sehingga menjadi pemicu perpecahan
sedangkan pada fase kemerdekaan (zaman orde lama, orde baru, dan orde reformasi
hingga saat ini) Pada zaman penjajahan, praktek korupsi masuk dan meluas ke dalam
sistem budaya, sosial, ekonomi, dan politik. Budaya korupsi yang berkembang
dikalangan tokoh-tokoh lokal yang diciptakan sebagai budak politik untuk
kepentingan penjajah.
Perilaku korupsi dapat digambarkan sebagai tindakan tunggal yang secara
rasional bisa dikategorikan sebagai korupsi. Euben (1989) menggambarkan korupsi
sebagai tindakan tunggal dengan asumsi setiap orang merupakan individu egois yang
hanya peduli pada kepentingannya sendiri. Perilaku tindakan korupsi didasarkan
karena beberapa hal diantaranya,
1) Sifat tamak
2) Moral yang lemah dalam menghadapi godaan
3) Gaya hidup yang konsumtif

Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat,


berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi
masyarakat, serta tindakan korupsi dalam berakibat kepada ketidak percayaan
masyarakat kepada pemerintahan.

b) Narkoba
Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh
Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
(Kemenkes, 2010). Terdapat beberapa golongan dalam setiap narkoba atau yang biasa
disebut dengan obat terlarang diantaranya :
1) Golongan Bagi Narkotika
a) Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk
pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.
Contoh 1. Opiat: morfin, heroin, petidin, candu. 2. Ganja atau kanabis,
marijuana, hashis. 3. Kokain: serbuk kokain, pasta kokain, daun koka;
b) Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin;
c) Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin;
2) Golongan Bagi Psikotropika
a) Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
untuk terapi serta sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
ekstasi, LSD;
b) Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh amfetamin, shabu,
metilfenidat atau ritalin;
c) Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi
sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh pentobarbital, flunitrazepam;
d) Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk pelayanan
kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh
diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, dan
nitrazepam.
3) Golongan Bagi Zat Adiktif
a) Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat;
b) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin, yang sering disalahginakan seperti
lem, thinner, cat kuku dll;
c) Tembakau, dan lain-lain
c) Terorisme
Terorisme merupakan suatu perbuatan menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik,
atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
Terdapat 4 tipe teroris diantaranya,
1) Teroris sayap kiri atau left wing terrorist
2) Teroris sayap kanan atau right wing terrorist
3) Etnonasionalis atau teroris separatis, atau ethnonationalist/separatist terrorist,
4) Teroris keagamaan atau “ketakutan”, atau religious or “scared” terrorist,
Hubungan radikalisme dan terorisme dimana radikalisme merupakan suatu sikap
perubahan secara total dan bersifat revolusioner yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang ada, ciri-ciri sikap dan paham radikal adalah: tidak toleran (tidak mau
menghargai pendapat dan keyakinan orang lain); fanatik (selalu merasa benar sendiri;
menganggap orang lain salah); eksklusif (membedakan diri dari umat umumnya); dan
revolusioner (cenderung menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan)
sedangkan radikal terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan
ajaran agama/golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama
dijadikan senjata politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.
d) Tindakan Pencucian Uang
Tindakan pencucian uang merupakan tindakan pemutihan atau mencuci
uang/harta kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan, sehingga diharapkan setelah
pemutihan atau pencucian tersebut, uang/harta kekayaan tadi tidak terdeteksi lagi
sebagai uang hasil kejahatan melainkan telah menjadi uang/harta kekayaan yang halal
seperti uang-uang bersih ataupun aset-aset berupa harta kekayaan bersih lainnya.
Kegiatan pencucian uang umumnya dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin
memperoleh kekayaan melalui hasil usaha illegal sehingga seakan-akan terlihat sah,
misalnya korupsi, penyuapan, terorisme, narkotika, prostitusi, kejahatan perbankan,
penyelundupan, perdagangan manusia, penculikan, perjudian, kejahatan perpajakan,
illegal logging dan aneka kejahatan lainnya. Agar uang/harta yang diperolehnya
tersebut terlihat sah maka mereka berusaha menghindari kecurigaan aparat penegak
hukum. Karenanya, uang/harta kekayaan tersebut harus ‘dicuci’ agar terlihat bersih.
Adapun dampak negatif pencucian uang secara garis besar dapat dikategoikan
dalam delapan poin sebagai berikut, yakni:
1. Merongrong sektor swasta yang sah;
2. Merongrong integritas pasar-pasar keuangan;
3. Hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi;
4. Timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi; hilangnya pendapatan negara
dari sumber pembayaran pajak;
5. Risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi;
6. Merusak reputasi negara; dan
7. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi.
e) Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana
negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena
melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang Proksi merupakan bagian dari modus
perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang konvensional. Perang
asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau luasan
daerah pertempuran. Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak
ketiga untuk menyerang kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya.
Perang prosksi atau proxy war adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar
dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara
langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada
kehancuran fatal. Proxy war diartikan sebagai peristiwa saling adu kekuatan di antara
dua pihak yang bermusuhan, dengan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga ini
sering disebut dengan boneka, pihak ketiga ini dijelaskan sebagai pihak yang tidak
dikenal oleh siapa pun, kecuali pihak yang mengendalikannya dari jarak tertentu.
Biasanya, pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil,
namun kadang juga bisa non state actors yang dapat berupa LSM, ormas, kelompok
masyarakat, atau perorangan.
f) Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam komunikasi
massa. Hal ini karena komunikasi massa melibatkan manusia sebagai pengguna, dan
terutama publik luas sebagai pihak kemungkinan terdampak. Beberapa tipe kejahatan
yang Calhoun, Light, dan Keller (1995) menjelaskan adanya empat tipe kejahatan
yang terjadi di masyarakat, yaitu:
1) White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)
2) Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban)
3) Organized Crime (Kejahatan Terorganisir)
4) Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan
internet. Pelakunya pada umumnya harus menguasai teknik komputer, algoritma,
pemrograman dan sebagainya, sehingga mereka mampu menganalisa sebuah sistem
dan mencari celah agar bisa masuk, merusak atau mencuri data atau aktivitas
kejahatan lainnya. Terdapat beberapa jenis cyber crime yang dapat kita golongkan
berdasarkan aktivitas yang dilakukannya seperti dijelaskan berikut ini yang
dirangkum dari berbagai sumber :
1) Unauthorized Access
2) Illegal Contents
3) Penyebaran virus
4) Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion
5) Carding
6) Hacking dan Cracker
7) Cybersquatting and Typosquatting
8) Cyber Terorism

C. Kesiapsiagaan Bela Negara


D. Teknik analisis isu
E. -Terdiri dari: mind, maps, fisbhon,SWOT, table frekuwensi dan analisi
F. Kesenjangan
G. Empat level lingkunga strategis
H. a. Individu
I. b. Keluarga
J. c. Masyarakat
K. d. Dunia
L. ISU KRITIKAL
M. - Isu saat ini
N. - Isu berkembang
O. - Isu potensial
P. KEMANPUAN MENETAPKAN ISU
Q. 1. Enviromental scanning
R. 2. Problem solving
S. 3. Analysis
T. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
U. Kesiap siagaan bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang
V. dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun social dalam
W. menghadapi situasi kerja yang beragam yang di lakukan berdasarkan
X. kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar di sertai kerelaan
Y. berkorban sepenuh jiwa raga yang di laksanakan oleh kecintaan terhadap
Z. NKRI berdasarka panca sila dan UUD tahun 1945 untuk menjaga,
AA. merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
1. Pengertian
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam yang di lakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar
di sertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang di laksanakan oleh kecintaan
terhadap NKRI berdasarka panca sila dan UUD tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
2. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara
Adapun manfaat dari kesiapsiagaan bela negara dinataranya,
a) Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
b) Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesame rekan seperjuangan.
c) Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
d) Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
e) Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building.
f) Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
g) Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
h) Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
i) Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
j) Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
3. Rencana Aksi Bela Negara
Bela negara merupakan suatu bentuk tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan
warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman. Ruang lingkup
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara diantaranya
1. Cinta Tanah Air
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara,
5. Memiliki kemampuan awal bela negara dan Semangat untuk mewujudkan negara
yang berdaulat, adil dan makmur.

MATERI AGENDA II (NILAI-NILAI DASAR ASN)


A. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi pelayanan merupakan salah satu core velue dalam ASN yaitu BERAKHLAK
dimana orientasi pelayanan ini kita sebagai ASN berkomitmen memberikan pelayanan prima
demi kepuasaan masyarakat. Dalam berorientasi pelayanan ada beberapa hal yang perlu
diperhatian antaranya,
1. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
2. Ramah, cekatan, solutif serta dapat diandalkan
3. Melakukan perbaikan kinerja diri tiada henti

Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan muara dari
Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang menyatakan bahwa visi
Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan
publik yang berkualitas.
B. Akuntabel
Akuntabel kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Beberapa aspek akuntabilitas yang harus dipahami dan dijalani
antaranya,
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara
dan masyarakat.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil yang
diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab,
adil dan inovatif.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan
kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
4. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan
kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance) Tujuan utama
dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat
Sebagai ASN kita bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan diantaranya,
1. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan beroritansi
tinggi.
2. Mengunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien.
3. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.

C. Kompeten
Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa ASN
merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi, kompetensi,
dan berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya. Terkait dengan perwujudan kompetensi
ASN dapat diperhatikan dalam Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam
poin 4, disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu:
1) Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
2) Membantu orang lain dalam update teori dan belajar
3) Melaksanakan tugas dengan hasil kualitas yang terbaik
Penerapan perilaku pengembangan kompetensi yaitu:
a) Tantangan Lingkungan Strategis
Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas,
perlunya pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan
nasional dan aparatur. Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis,
karakter dan tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan
setiap waktu, sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan
tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
b) Kebijakan Pembangunan Aparatur
Perlakuan yang adil dan objektif tersebut di atas meliputi seluruh unsur dalam
siklus manajemen ASN yaitu:
1) Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan kesesuaian kualifikasi dan
kompetensi yang bersifat terbuka dan kompetitif;
2) Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh kegiatan pengelolaan ASN
lainnya;
3) Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang juga setara, dengan
menghargai kinerja yang tinggi.
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh
ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek
primodial lainnya yang bersifat subyektif. Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang
dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan.
Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme,
wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
c) Pengembangan Kompetensi
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi
dari International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11
Tahun 2017, Pasal 210 sampai dengan pasal 212, Pengembangan kompetensi dapat
dilaksanakan sebagai berikut:
1) Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
2) Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk
melaksanakan pengembangan kompetensi tertentu.
3) Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang independen.
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta
nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil
pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
D. Harmonis
Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dengan populasi
mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020. Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di
tanah Papua, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Semboyan
nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), bermakna
keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan/negara.
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan sebagai having a
pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious antara lain canorous, euphonic,
euphonious, harmonizing, melodious, musical, symphonic, symphonious, tuneful. Sedangkan
lawan kata dari harmonious adalah discordant, disharmonious, dissonant, inharmonious,
tuneless, unmelodious, unmusical. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna
dan tulisan kata ‘harmonis’ yang benar:
 Har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni; seia sekata;
meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis;
 Peng·har·mo·nis·an n proses, cara, perbuatan mengharmoniskan;
 Ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis; keselarasan; keserasian: ~ dl rumah
tangga perlu
1. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi
letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan
budaya yang membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia.
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa dampak terhadap kehidupan yang
meliputi aspek-aspek antara lain kesenian, religi, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
sistem ekonomi, sistem teknologi, dan bahasa. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya
membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai berikut:
a. Kesenian
b. Religi
c. Sistem Pengetahuan
d. Organisasi social
e. Sistem ekonomi
f. Sistem teknologi
g. Bahasa
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini
jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini
sering disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati
bangsa lain. Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
1) Menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
2) Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
3) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri;
4) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia
dan sesama bangsa;
5) Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
6) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang telah dimiliki
bangsa Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka tunggal ika telah lama dimiliki
bangsa di nusantara. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Kebhinekaan dan
Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan yang besar bagi negara
Indonesia. Kondisi atau tanda-tanda tersebut merupakan gejala yang dapat menjadi faktor
pemicu terjadinya disharmonis atau kejadian disharmonis di dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Tantangan disharmonis dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kondisi sebagai berikut.
a) Disharmonis antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang
lain.
b) Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan
atau agama berbeda.
c) Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
d) Disharmonis antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat
atau golongan dalam masyarakat.
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan
budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa,
serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam
menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan
yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain. Sebagai pelayan publik, setiap
pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas dalam
memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya
belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat,
menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat
mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah sebabnya mengapa peran
dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang harmonis dalam lingkungan
bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.
2. Mewujudkan Suasana Harmonis Dalam Lingkungan Bekerja Dan Memberikan
Layanan Kepada Masyarakat
Brian Scudamore (seorang Founder dan CEO sebuah peruahaan Brand)
menyatakan beberapa hal tentang bagaimana membangun kultur tempat kerja yang
harmonis. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai
bentuk organisasi. Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya
tempat kerja nyaman dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah:
a) Membuat tempat kerja yang berenergi Sebagian besar karyawan atau orang dalam
organisasi menghabiskan separuh hidupnya di tempat kerja.
b) Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi
c) Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari kode etik dan kode
perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun
2014 tentang ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien;
h) Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
Perubahan pola pikir yang juga harus dilakukan adalah perubahan sistem manajemen,
mencakup kelembagaan, ketatalaksanaan, budaya kerja, dan lain-lain untuk mendukung
terwujudnya good governance. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
akan hak-haknya sebagai dampak globalisasi yang ditandai revolusi dibidang
telekomunikasi, teknologi informasi, transportasi telah mendorong munculnya tuntutan
gencar yang dilakukan masyarakat kepada pejabat publik untuk segera merealisasikan
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan tentang
historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan
dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan
separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman
bagi persatuan bangsa. Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal
11 tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.
1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam
mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di
lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
E. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan.
1. Konsep Loyal
Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal didefinisikan sebagai “giving or
showing firm and constant support or allegiance to a person or institution (tindakan
memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada
seseorang atau institusi)”. Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan makna “loyalitas”
sebagai berikut:
a) Kepatuhan atau kesetiaan.
b) Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan kepada organisasi
tempatnya bekerja.
c) Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau sesuatu (misalnya
organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan tindakan orang tersebut.
d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan dengan
memberikan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau
sesuatu.
e) Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia, sehingga untuk
mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus dapat mempengaruhi sisi
emosional orang tersebut.
f) Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, mendukung,
merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan keterikatan emosional
g) Merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerja untuk mengikuti
pihak yang mempekerjakannya.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan


perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :

 Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau


hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
 Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti
pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah
keyakinan yang teguh.
 Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan
dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja,
profesionalisme, finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk
mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
 Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap
cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang
diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau
kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
 Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun
tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan
dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
2. Panduan Perilaku Loyal
a) Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah
ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar
sebagaimana termuat pada Pasal 4 UU ASN. Beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang
dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila;
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan
4) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga Setelah mempelajari
Materi Pokok 2 ini, peserta mampu menjelaskan panduan perilaku (kode etik) loyal
martabat dan kehormatan ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku
Loyal yang pertama ini diantaranya:

 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;


 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan; dan
 Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien.
b) Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
Adapun beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan
Perilaku Loyal yang kedua ini diantaranya:
1. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
2. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
3. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
4. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
5. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
6. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
7. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
8. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
9. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
10. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
c) Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
Sementara itu, Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku
Loyal yang ketiga ini diantaranya: memelihara dan menjunjung tinggi standar etika
yang luhur. Sedangkan beberapa Kode etik dan Kode Perilaku ASN yang dapat
diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang ketiga ini diantaranya:
a. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
b. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
c. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain; dan
d. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi
3. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya
dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam
kehidupan sehari-harinya. Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menyebutkan bahwa
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Agar
setiap warga dapat berkontribusi nyata dalam upaya-upaya bela negara tersebut
selanjutnya dalam pasal 7-nya dirumuskan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara sebagai
berikut:
a. Cinta Tanah Air
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara
c. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
e. Kemampuan Awal Bela Negara
F. Adaptif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan demikian adaptasi
merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi
akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada
akhirnya oleh perubahan lingkungan. Menurut Soekanto (2009) memberikan beberapa
batasan pengertian dari adaptasi, yakni:
1) Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
2) Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
3) Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
4) Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
5) Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
6) Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.
Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus melakukan perubahan,
mengikuti perubahan lingkungan strategisnya. Setidaknya terdapat 9 elemen budaya adaptif
menurut Management Advisory Service UK yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah
organisasi akan mempraktekkannya, yaitu:
 Purpose Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai.
 Cultural values Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional yang
sesuai dengan karakteristik tugas dan fungsinya.
 Vision Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam kerangka pikir
dan diterjemahkan dalam kerangka kerja yang digunakan dalam organisasi.
 Corporate values Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, maka nilai-nilai korporat
juga menjadi fodasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam organisasi.
 Coporate strategy Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategi-strategi
yang lebih operasional untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi secara terstruktur,
efisien dan efektif.
 Structure Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat diterapkan di
organisasi. Tanpa dukungan struktur, akan sulit budaya adaptif dapat berkembang dan
tumbuh di sebuah organisasi.
 Problem solving Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul
dalam organisasi, bukan sekedar untuk mengadaptasi perubahan. Penyelesaian masalah
harus menjadi tujuan besar dari proses adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.
 Partnership working Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena
dengan partnership maka organisasi dapat belajar, bermitra dan saling menguatkan dalam
penerapan budaya adaptif
 Rules Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan tidak
bisa dihindari, sebagai bagian dari formalitas lingkungan internal maupun eksternal
organisasi.
Terdapat perbedaan antara organisasi birokrasi - desain mekanistik dengan organisasi
adaptif - desain organik diantaranya,

Perbedaan Organisasi Birokrasi Organisasi Adaptif


Desain Mekanistik Organik
Otoritas Sentralisasi Desentralisasi
Peraturan dan Prosedur Banyak Sedikit
Rentang Manajemen Sempit Luas
Tugas Spesialisasi Terbagi
Tim dan Tekanan Tugas Sedikit Banyak
Koordinasi Formal Informal

Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN


memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan. Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari
kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi perubahan.
G. Kolaboratif
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi.
Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas
bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab
dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White, 2012). Kolaborasi juga sering
dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi.
Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain
dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance
menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan
bersama dengan “berbagi kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C. de Loe, 2012).
Tata kelola kolaboratif ada di berbagai tingkat pemerintahan, di seluruh sektor publik dan
swasta, dan dalam pelayanan berbagai kebijakan (Ghose 2005; Davies dan White 2012;
Emerson et al. 2012). Disini tata kelola kolaboratif lebih mendalam pelibatan aktor kebijakan
potensial dengan meninggalkan mestruktur kebijakan tradisional. Matarakat dan komunitas
dianggap layak untuk inovasi kebijakan, komunitas yang sering kali kehilangan hak atau
terisolasi dari perdebatan kebijakan didorong untuk berpartisipasi dan dihargai bahkan
dipandang sebagai menambah wawasan diagnostik dan pengobatan kritis (Davies dan White
2012).
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1) Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2) Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3) Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4) Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5) Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalam praktik), dan
6) Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Whole-of-Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG
juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. WoG memiliki kemiripan
karakteristik dengan konsep-konsep tersebut, terutama karakteristik integrasi institusi atau
penyatuan pelembagaan baik secara formal maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya
adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian
terdapat pula perbedaannya dan yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya
penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih
banyak menekankan pada pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan
lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada sektorsektor tertentu saja yang
dipandang relevan.
Penggunaan Whole-of-Government (WoG) dilatarbelakangi hal-hal berikut :
 Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi
kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih baik.
 Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan sektoral sebagai akibat dari
adanya nuansa kompetisi antar sector dalam pembangunan.
 Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang
lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa.
Keuntungan dari Whole-of-Government (WoG) antara lain :
 Outcomes-focused Berfokus pada outcome yang tidak dapat dicapai oleh K/L sektoral
secara masing-masing.
 Boundary-spanning Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu instansi, tetapi
lintas instansi
 Enabling WoG membuat pemerintah lebih mampu menangani tantangan kebijakan yang
kompleks
 Strengthening prevention WoG mendorong pencegahan terhadap masalah yang mungkin
berkembang lebih jauh.
Bentuk-bentuk dari Whole-of-Government (WoG) antara lain :
1) Integrating Service Delivery (ISD), merupakan proses penyatuan pemberian layanan
kepada publik.
2) Koordinasi dan Kolaborasi, pemerintah horizontal yang berkoordinasi atau berkolaborasi
dalam mencapai tujuan Bersama.
3) Integrating and Rebalancing Governance, merupakan kontrol politik dan otonomi
administrasi seperti di Inggris.
4) Culture Change, konsep-konsep social glue (perekat), budaya organisasi.

MATERI KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI


A. Smart ASN
1. Litrasi Digital
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital
dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia
& Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan
literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga
mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Kompetensi literasi digital tidak
hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media digital (digital skills) saja, namun juga
budaya menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital
ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety). Keterjangkauan dalam
literasi digital berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru,
berpikir dengan cara baru, mengekpresikan jenis makna baru, membangun jenis
hubungan baru dan menjadi tipe orang baru. Kendala dalam literasi digital berarti
kurangnya infrastruktur, akses dan minimnya penguatan literasi digital. Kominfo
menjabarkan kompetensi literasi digital dapat dilihat dari kecakapan menggunakan media
digital (digital skills), budaya menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan
media digital (digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety).
Transformasi digital memberikan lebih banyak informasi, komputasi, komunikasi,
dan konektivitas yang memungkinkan berbagai bentuk kolaborasi baru di dalam jaringan
dengan aktor yang terdiversifikasi. Karakteristik transformasi digital diantaranya
dorongan, entitas target, jangkauan, sarana, hasil yang diharapkan dan lokus
ketidakpastian. Transformasi digital di Indonesia di dukung oleh Pemerintah Presiden
Jokowi pada visi misi tahun 2019-2024 yaitu pembangunan SDM. Penguatan literasi
digital di Indonesia melalui beberapa program berikut :
1) Program Siberkreasi (Kominfo)
2) Program Gerakan Literasi Nasional (Kemendikbud)
3) Program Edukasi dan Literasi (BSSN)
4) Program Penelitian dan Penerbitan (Jaringan Peneliti Digital Indonesia)
5) Program Penelitian dan Penerbitan (Vokasi Universitas Indonesia)
6) Program Penelitian (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi)
7) Program Pelatihan dan Pengabdian Masyarakat (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia)
8) Program Penelitian dan Semiloka (Elsam)
9) Program Pelatihan (Sejiwa)

2. Etika Bermedia Digital


Etika bermedia digital yaitu kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan
mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Ruang lingkup
etika dalam dunia digital menyangkut pertimbangan perilaku yang dipenuhi kesadaran,
tanggungjawab, integritas dan nilai kebajikan yang menjadi ujung tombak self control
setiap individu dalam bermedia.
3. Budaya Bermedia Digital
Tantangan dalam pelaksanaan modul budaya bermedia digital adalah
menyesuaikan dan mengakomodasi panduan dengan kearifan lokal yang luar biasa,
bagaimana mengajarkan dan mengaplikasikan budaya digital kepada target sasaran yang
bukan hanya berbeda budaya, tetapi juga memiliki keragaman variable sosioekonomi.
Budaya digital hadir untuk memperkuat karakter budaya bangsa dan menguatkan nilai-
nilai kebangsaan Indonesia dalam penggunaan media digital, bukan untuk memecah
belah kesatuan warna di dunia maya.
4. Aman Bermedia Digital
Tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna media
digital yaitu :
a) Kecakapan keamanan digital yang bersifat kognitif untuk memahami berbagai konsep
dan mekanisme proteksi baik terhadap perangkat digital maupun terhadap identitas
digital dan data diri.
b) Kecakapan keamanan digital yang bersifat efektif, agar pengguna memiliki kesadaran
bahwa keamanan digital bukan sekedar tentang perlindungan perangkat digital dan
data diri sendiri, melainkan menjaga keamanan pengguna lain agar tercipta sistem
keamanan yang kuat.
c) Kecakapan keamanan digital yang bersifat konatif atau behavioral yaitu langkah-
langkah praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital dan data diri
5. Etika Berinternet
a) Jangan menggunakan huruf besar/ kapital.
b) Apabila mengutip dari internet, kutiplah seperlunya.
c) Memperlakukan email sebagai pesan pribadi.
d) Berhati-hati dalam melanjutkan email ke orang lain.
e) Biasakan menggunakan format plain text dan jangan sembarangan menggunakan
Html.
f) Jangan kirim file berukuran besar melalui attachment tanpa izin terlebih dahulu dari
penerima pesan.
Informasi Hoax, Ujaran Kebencian, Pornografi, Perundungan, dan Konten Negatif
Lainnya
1) Hoaks : Informasi bohong. Tips melindungi diri dari hoaks yaitu mengevaluasi
sumber, mencari informasi pada mesin pencari, mendapatkan berita dari sumber
berita dan bedakan opini dengan fakta.
2) Cyberbullying : Tindakan agresif dari seorang atau sekelompok orang terhadap orang
lain yang lebih lemah dengan menggunakan media digital. Contohnya : suatu ujaran
yang membuat kita sakit hati dan candaan telah melewati batas, saat kita meminta
lawan bicara untuk berhenti namun mereka tetap mengutarakan maka disebut
bullying jika dilakukan di dunia maya maka disebut cyberbullying. Bentuknya :
Doxing, Cyberstalking dan Revenge porn. Tips menghadapi cyberbullying yaitu :
melaporkan posting tersebut di social media, jika perundung membahayakan maka
laporkan ke pihak polisi dan cobalah mengambil gambar bukti perundungan.
3) Ujaran Kebencian (Hate Speech) : Ungkapan atau ekspresi yang menganjurkan
ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok orang dengan
tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan diskriminasi kepada orang atau
kelompok tersebut.
4) Kolaborasi Budaya Visual: lembaga, pameran, intervensi budaya. Tentu saja, sebagai
kompetensi dengan tingkat keterampilan yang lebih kompleks, tidak mudah untuk
melakukannya.
B. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
1. Kedudukan ASN
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki
nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Kedudukan ASN berada
di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN merupakan satu
kesatuan. Kesatuan bagi ASN ini sangat penting, mengingat dengan adanya desentralisasi
dan otonomi daerah, sering terjadi adanya isu putra daerah yang hampir terjadi dimana-
mana sehingga perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi
tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan public;
b) Pelayan public; dan
c) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. ASN berfungsi, bertugas
dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan
publik yang professional dan berkualitas. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN
senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah.
ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan
kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam
UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN,
salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan
dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di
atas segalanya).
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS berhak
memperoleh:
 Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
 Cuti;
 Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
 Perlindungan; dan
 Pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
 Gaji dan tunjangan;
 Cuti;
 Perlindungan; dan
 Pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN disebutkan
bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan
perlindungan berupa:

 Jaminan kesehatan;

 Jaminan kecelakaan kerja;

 Jaminan kematian; dan

 Bantuan hukum.

Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Kewajiban
pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
 Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah.
 Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
 Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
 Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab.
 Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
 Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kode Etik ASN
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai
ASN antara lain :
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi.
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
6) Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif,
dan efisien.
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai
ASN.
5. Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, atau kondisi kecatatan.
1) Perencanaan Pasal 56 menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah dalam
menyusun dan menetapkan kebutuhan pegawai harus didasarkan pada analisis jabatan
dan analisis beban kerja.
2) Monitoring, Penilaian, dan Pengembangan Kegiatan monitoring pegawai didasarkan
sepenuhnya untuk memastikan bahwa pegawai digunakan secara efektif dan efisien
untuk memenuhi kebutuhan organisasi (pegawai memberikan kontribusi pada kinerja
dan produktivitas organisasi).
Jaminan merit sistem dalam monitoring dan penilaian antara lain dapat diwujudkan
dengan :
a) Pangkat dan jabatan dalam ASN diberikan berdasarkan kompetensi, kuaifikasi dan
persyaratan jabatan.
b) Pengembangan karier ASN dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian
kinerja yang mencerminkan kebutuhan instansi masing-masing.
c) Mutasi pegawai dilakukan dengan mempertimbangkan kualifikasi, kompetensi dan
kebutuhan isntansi.
d) Penilaian kinerja dilakukan dengan dasar kinerja sesungguhnya dari seorang pegawai.
Sistem penilaian kinerja yang digunakan harus bisa membedakan pegawai berkinerja
dan tidak berkinerja. Penilaian kinerja memberikan kesempatan kepada pegawai yang
tidak berkinerja baik untuk diperbaiki, dan juga mengapresiasi pegawai yang
berkinerja tinggi (sebagai wujud pengakuan organisasi terhadap orang berkinerja
tinggi/reward).
e) Promosi pegawai dilakukan dengan berdasarkan pada kinerja pegawai dan bukan
pada pertimbangan subyektif
6. Disiplin
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas,
ASN wajib mematuhi disiplin ASN. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan
disiplin terhadap ASN serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin. ASN
yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. Pemberhentian dengan
hormat karena hal-hal sebagai berikut :
1) meninggal dunia;
2) atas permintaan sendiri;
3) mencapai batas usia pensiun;
4) perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini;
atau
5) tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban.
ASN dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena dihukum
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana. ASN diberhentikan dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri karena melakukan pelanggaran disiplin ASN tingkat berat.
Pemberhentian tidak dengan hormat karena hal-hal sebagai berikut :
a) Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
b) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum.
c) Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
d) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.
Pemberhentian sementara apabila :
1) Diangkat menjadi pejabat Negara.
2) Diangkat menjadi komisioner atau anggota Lembaga nonstruktural.
3) Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana

Anda mungkin juga menyukai