RESSUME
RESSUME
MATERI KEBIJAKAN
A. Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara (Pemateri : DR. Adi Suryanto, M.Si-
Kepala LAN RI)
Saat ini Indonesia sedang berbenah menyongsong era baru menuju Indonesia emas 2045,
manjadi sebuah harapan bersama dimana Indonesia dapat bergabung dalam negara terdepan
negara maju lainnya. Selain itu, teknologi informasi yang berkembang sedemikian pesatnya
menjadi salah satu tantangan dimana terjadi proses digitalisasi di semua aspek kehidupan
yang biasa terkenal dengan Era Industri 4.0 yang menuntut kita untuk bisa adaptif mengikuti
perkembangan-perkembangan yang terjadi. Presiden Joko Widodo memberikan arahan
dimana fokus pada pembangunan sumber daya manusia khususnya bagi ASN. Langkah
konkret yang sudah dilakukan dengan pembenahan mulai dari proses awal rekrutmen sampai
pola pemenuhan pengembangan kompetensi untuk mewujudkan generasi baru yang bersih,
kompeten, dan profesional. Pelatihan dasar CASN adalah fondasi penting dalam rangka
mewujudkan smart ASN dengan harapan agar ASN mampu menghadapi era disrupsi dimana
terjadi perubahan yang besar ke sistem dengan menggunakan cara-cara yang baru, selain itu
ASN harus mampu menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.
B. Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN ( Pemateri : DR. Muhammad Taufiq,
DEA-Deputi Bidang Kebijakan Bangkom ASN LAN RI)
Sebagai Seorang ASN mempunyai peran penting karena memiliki kesempatan untuk
melayani bangsa dimana dalam menjalankan tugasnya berpedoman kepada core value dan
employee branding ASN untuk terus mengembangkan diri dalam rangka agar bisa bersaing
dengan negara-negara lainnya di tengah perkembangan teknologi informasi yang sedemikian
pesat ini. Core value yang digunakan adalah berAKHLAK yang merupakan cerminan dari
berorientasi pada pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.
Pada kurikulum baru pelatihan dasar akan ditekankan ada beberapa hal yang harus dikuasai
ASN antara lain penguasaan core value dan penguasaan pada literasi digital untuk
mewujudkan smart ASN.
C. Manajemen Penyelenggaraan PPPK (Pemateri : Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm-
Kepala Pusat Pembina Program dan kabijakan Pengembangan Kompeten ASN)
Pembelajaran dalam MOOC PPPK terbagi menjadi 3 (tiga) diantaranya,
1. Sikap perilaku bela negara
2. Nilai-nilai core value yang terkandung didalam penyelengaraan pemerintahan yang
menjadi acuan dalam bekerja sebagai ASN
3. Kedudukan dalam penyelengaraan pemerintah
Semua peserta pelatihan untuk pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja tergabung
di dalam pembelajaran dalam bentuk orientasi yang akan dilaksanakan secara mandiri daring
menggunakan Massive Open Online Course (MOOC). Kemudian akan diadakan evaluasi
untuk meyakinkan bahwa peserta sudah memahami semua materi didalam pembelajaran
orientasi etika yang ada dalam aplikasi Massive Open Online Course (MOOC).
b) Narkoba
Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh
Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
(Kemenkes, 2010). Terdapat beberapa golongan dalam setiap narkoba atau yang biasa
disebut dengan obat terlarang diantaranya :
1) Golongan Bagi Narkotika
a) Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk
pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.
Contoh 1. Opiat: morfin, heroin, petidin, candu. 2. Ganja atau kanabis,
marijuana, hashis. 3. Kokain: serbuk kokain, pasta kokain, daun koka;
b) Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin;
c) Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin;
2) Golongan Bagi Psikotropika
a) Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
untuk terapi serta sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
ekstasi, LSD;
b) Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh amfetamin, shabu,
metilfenidat atau ritalin;
c) Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi
sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh pentobarbital, flunitrazepam;
d) Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk pelayanan
kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh
diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, dan
nitrazepam.
3) Golongan Bagi Zat Adiktif
a) Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat;
b) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin, yang sering disalahginakan seperti
lem, thinner, cat kuku dll;
c) Tembakau, dan lain-lain
c) Terorisme
Terorisme merupakan suatu perbuatan menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik,
atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
Terdapat 4 tipe teroris diantaranya,
1) Teroris sayap kiri atau left wing terrorist
2) Teroris sayap kanan atau right wing terrorist
3) Etnonasionalis atau teroris separatis, atau ethnonationalist/separatist terrorist,
4) Teroris keagamaan atau “ketakutan”, atau religious or “scared” terrorist,
Hubungan radikalisme dan terorisme dimana radikalisme merupakan suatu sikap
perubahan secara total dan bersifat revolusioner yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang ada, ciri-ciri sikap dan paham radikal adalah: tidak toleran (tidak mau
menghargai pendapat dan keyakinan orang lain); fanatik (selalu merasa benar sendiri;
menganggap orang lain salah); eksklusif (membedakan diri dari umat umumnya); dan
revolusioner (cenderung menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan)
sedangkan radikal terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan
ajaran agama/golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama
dijadikan senjata politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.
d) Tindakan Pencucian Uang
Tindakan pencucian uang merupakan tindakan pemutihan atau mencuci
uang/harta kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan, sehingga diharapkan setelah
pemutihan atau pencucian tersebut, uang/harta kekayaan tadi tidak terdeteksi lagi
sebagai uang hasil kejahatan melainkan telah menjadi uang/harta kekayaan yang halal
seperti uang-uang bersih ataupun aset-aset berupa harta kekayaan bersih lainnya.
Kegiatan pencucian uang umumnya dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin
memperoleh kekayaan melalui hasil usaha illegal sehingga seakan-akan terlihat sah,
misalnya korupsi, penyuapan, terorisme, narkotika, prostitusi, kejahatan perbankan,
penyelundupan, perdagangan manusia, penculikan, perjudian, kejahatan perpajakan,
illegal logging dan aneka kejahatan lainnya. Agar uang/harta yang diperolehnya
tersebut terlihat sah maka mereka berusaha menghindari kecurigaan aparat penegak
hukum. Karenanya, uang/harta kekayaan tersebut harus ‘dicuci’ agar terlihat bersih.
Adapun dampak negatif pencucian uang secara garis besar dapat dikategoikan
dalam delapan poin sebagai berikut, yakni:
1. Merongrong sektor swasta yang sah;
2. Merongrong integritas pasar-pasar keuangan;
3. Hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi;
4. Timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi; hilangnya pendapatan negara
dari sumber pembayaran pajak;
5. Risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi;
6. Merusak reputasi negara; dan
7. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi.
e) Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana
negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena
melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang Proksi merupakan bagian dari modus
perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang konvensional. Perang
asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau luasan
daerah pertempuran. Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak
ketiga untuk menyerang kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya.
Perang prosksi atau proxy war adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar
dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara
langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada
kehancuran fatal. Proxy war diartikan sebagai peristiwa saling adu kekuatan di antara
dua pihak yang bermusuhan, dengan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga ini
sering disebut dengan boneka, pihak ketiga ini dijelaskan sebagai pihak yang tidak
dikenal oleh siapa pun, kecuali pihak yang mengendalikannya dari jarak tertentu.
Biasanya, pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil,
namun kadang juga bisa non state actors yang dapat berupa LSM, ormas, kelompok
masyarakat, atau perorangan.
f) Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam komunikasi
massa. Hal ini karena komunikasi massa melibatkan manusia sebagai pengguna, dan
terutama publik luas sebagai pihak kemungkinan terdampak. Beberapa tipe kejahatan
yang Calhoun, Light, dan Keller (1995) menjelaskan adanya empat tipe kejahatan
yang terjadi di masyarakat, yaitu:
1) White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)
2) Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban)
3) Organized Crime (Kejahatan Terorganisir)
4) Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan
internet. Pelakunya pada umumnya harus menguasai teknik komputer, algoritma,
pemrograman dan sebagainya, sehingga mereka mampu menganalisa sebuah sistem
dan mencari celah agar bisa masuk, merusak atau mencuri data atau aktivitas
kejahatan lainnya. Terdapat beberapa jenis cyber crime yang dapat kita golongkan
berdasarkan aktivitas yang dilakukannya seperti dijelaskan berikut ini yang
dirangkum dari berbagai sumber :
1) Unauthorized Access
2) Illegal Contents
3) Penyebaran virus
4) Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion
5) Carding
6) Hacking dan Cracker
7) Cybersquatting and Typosquatting
8) Cyber Terorism
Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan muara dari
Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang menyatakan bahwa visi
Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan
publik yang berkualitas.
B. Akuntabel
Akuntabel kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Beberapa aspek akuntabilitas yang harus dipahami dan dijalani
antaranya,
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara
dan masyarakat.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil yang
diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab,
adil dan inovatif.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan
kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
4. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan
kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance) Tujuan utama
dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat
Sebagai ASN kita bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan diantaranya,
1. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan beroritansi
tinggi.
2. Mengunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien.
3. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
C. Kompeten
Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa ASN
merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi, kompetensi,
dan berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya. Terkait dengan perwujudan kompetensi
ASN dapat diperhatikan dalam Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam
poin 4, disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu:
1) Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
2) Membantu orang lain dalam update teori dan belajar
3) Melaksanakan tugas dengan hasil kualitas yang terbaik
Penerapan perilaku pengembangan kompetensi yaitu:
a) Tantangan Lingkungan Strategis
Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas,
perlunya pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan
nasional dan aparatur. Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis,
karakter dan tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan
setiap waktu, sesuai kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan
tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
b) Kebijakan Pembangunan Aparatur
Perlakuan yang adil dan objektif tersebut di atas meliputi seluruh unsur dalam
siklus manajemen ASN yaitu:
1) Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan kesesuaian kualifikasi dan
kompetensi yang bersifat terbuka dan kompetitif;
2) Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh kegiatan pengelolaan ASN
lainnya;
3) Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang juga setara, dengan
menghargai kinerja yang tinggi.
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh
ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek
primodial lainnya yang bersifat subyektif. Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang
dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan.
Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme,
wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
c) Pengembangan Kompetensi
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi
dari International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11
Tahun 2017, Pasal 210 sampai dengan pasal 212, Pengembangan kompetensi dapat
dilaksanakan sebagai berikut:
1) Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
2) Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk
melaksanakan pengembangan kompetensi tertentu.
3) Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang independen.
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta
nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil
pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
D. Harmonis
Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dengan populasi
mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020. Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di
tanah Papua, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Semboyan
nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), bermakna
keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan/negara.
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan sebagai having a
pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious antara lain canorous, euphonic,
euphonious, harmonizing, melodious, musical, symphonic, symphonious, tuneful. Sedangkan
lawan kata dari harmonious adalah discordant, disharmonious, dissonant, inharmonious,
tuneless, unmelodious, unmusical. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna
dan tulisan kata ‘harmonis’ yang benar:
Har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni; seia sekata;
meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis;
Peng·har·mo·nis·an n proses, cara, perbuatan mengharmoniskan;
Ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis; keselarasan; keserasian: ~ dl rumah
tangga perlu
1. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi
letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan
budaya yang membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia.
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa dampak terhadap kehidupan yang
meliputi aspek-aspek antara lain kesenian, religi, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
sistem ekonomi, sistem teknologi, dan bahasa. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya
membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai berikut:
a. Kesenian
b. Religi
c. Sistem Pengetahuan
d. Organisasi social
e. Sistem ekonomi
f. Sistem teknologi
g. Bahasa
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini
jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini
sering disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati
bangsa lain. Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
1) Menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
2) Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
3) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri;
4) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia
dan sesama bangsa;
5) Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
6) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang telah dimiliki
bangsa Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka tunggal ika telah lama dimiliki
bangsa di nusantara. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Kebhinekaan dan
Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan yang besar bagi negara
Indonesia. Kondisi atau tanda-tanda tersebut merupakan gejala yang dapat menjadi faktor
pemicu terjadinya disharmonis atau kejadian disharmonis di dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Tantangan disharmonis dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kondisi sebagai berikut.
a) Disharmonis antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang
lain.
b) Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan
atau agama berbeda.
c) Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
d) Disharmonis antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat
atau golongan dalam masyarakat.
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan
budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa,
serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam
menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan
yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain. Sebagai pelayan publik, setiap
pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas dalam
memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya
belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat,
menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat
mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah sebabnya mengapa peran
dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang harmonis dalam lingkungan
bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.
2. Mewujudkan Suasana Harmonis Dalam Lingkungan Bekerja Dan Memberikan
Layanan Kepada Masyarakat
Brian Scudamore (seorang Founder dan CEO sebuah peruahaan Brand)
menyatakan beberapa hal tentang bagaimana membangun kultur tempat kerja yang
harmonis. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai
bentuk organisasi. Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya
tempat kerja nyaman dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah:
a) Membuat tempat kerja yang berenergi Sebagian besar karyawan atau orang dalam
organisasi menghabiskan separuh hidupnya di tempat kerja.
b) Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi
c) Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari kode etik dan kode
perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun
2014 tentang ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien;
h) Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
Perubahan pola pikir yang juga harus dilakukan adalah perubahan sistem manajemen,
mencakup kelembagaan, ketatalaksanaan, budaya kerja, dan lain-lain untuk mendukung
terwujudnya good governance. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
akan hak-haknya sebagai dampak globalisasi yang ditandai revolusi dibidang
telekomunikasi, teknologi informasi, transportasi telah mendorong munculnya tuntutan
gencar yang dilakukan masyarakat kepada pejabat publik untuk segera merealisasikan
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan tentang
historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan
dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan
separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman
bagi persatuan bangsa. Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal
11 tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.
1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam
mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di
lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
E. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan.
1. Konsep Loyal
Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal didefinisikan sebagai “giving or
showing firm and constant support or allegiance to a person or institution (tindakan
memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada
seseorang atau institusi)”. Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan makna “loyalitas”
sebagai berikut:
a) Kepatuhan atau kesetiaan.
b) Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan kepada organisasi
tempatnya bekerja.
c) Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau sesuatu (misalnya
organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan tindakan orang tersebut.
d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan dengan
memberikan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau
sesuatu.
e) Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia, sehingga untuk
mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus dapat mempengaruhi sisi
emosional orang tersebut.
f) Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, mendukung,
merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan keterikatan emosional
g) Merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerja untuk mengikuti
pihak yang mempekerjakannya.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Jaminan kesehatan;
Bantuan hukum.
Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Kewajiban
pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah.
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab.
Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kode Etik ASN
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai
ASN antara lain :
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi.
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
6) Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif,
dan efisien.
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai
ASN.
5. Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, atau kondisi kecatatan.
1) Perencanaan Pasal 56 menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah dalam
menyusun dan menetapkan kebutuhan pegawai harus didasarkan pada analisis jabatan
dan analisis beban kerja.
2) Monitoring, Penilaian, dan Pengembangan Kegiatan monitoring pegawai didasarkan
sepenuhnya untuk memastikan bahwa pegawai digunakan secara efektif dan efisien
untuk memenuhi kebutuhan organisasi (pegawai memberikan kontribusi pada kinerja
dan produktivitas organisasi).
Jaminan merit sistem dalam monitoring dan penilaian antara lain dapat diwujudkan
dengan :
a) Pangkat dan jabatan dalam ASN diberikan berdasarkan kompetensi, kuaifikasi dan
persyaratan jabatan.
b) Pengembangan karier ASN dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian
kinerja yang mencerminkan kebutuhan instansi masing-masing.
c) Mutasi pegawai dilakukan dengan mempertimbangkan kualifikasi, kompetensi dan
kebutuhan isntansi.
d) Penilaian kinerja dilakukan dengan dasar kinerja sesungguhnya dari seorang pegawai.
Sistem penilaian kinerja yang digunakan harus bisa membedakan pegawai berkinerja
dan tidak berkinerja. Penilaian kinerja memberikan kesempatan kepada pegawai yang
tidak berkinerja baik untuk diperbaiki, dan juga mengapresiasi pegawai yang
berkinerja tinggi (sebagai wujud pengakuan organisasi terhadap orang berkinerja
tinggi/reward).
e) Promosi pegawai dilakukan dengan berdasarkan pada kinerja pegawai dan bukan
pada pertimbangan subyektif
6. Disiplin
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas,
ASN wajib mematuhi disiplin ASN. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan
disiplin terhadap ASN serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin. ASN
yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. Pemberhentian dengan
hormat karena hal-hal sebagai berikut :
1) meninggal dunia;
2) atas permintaan sendiri;
3) mencapai batas usia pensiun;
4) perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini;
atau
5) tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban.
ASN dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena dihukum
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana. ASN diberhentikan dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri karena melakukan pelanggaran disiplin ASN tingkat berat.
Pemberhentian tidak dengan hormat karena hal-hal sebagai berikut :
a) Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
b) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum.
c) Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
d) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.
Pemberhentian sementara apabila :
1) Diangkat menjadi pejabat Negara.
2) Diangkat menjadi komisioner atau anggota Lembaga nonstruktural.
3) Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana