Anda di halaman 1dari 10

FUNGSI KEMORESEPTOR PADA UDANG

Oleh :
Nama : Ilham Warfa’ni
NIM : B1A017084
Rombongan : II
Kelompok :3
Asisten : Nisa Baiti

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemoreseptor merupakan alat indera yang bereaksi terhadap zat-zat kimia,


antara lain pakan. Chemoreseptor digunakan untuk mengenali stimulus yang berasal
dari sumber yang jauh dari tubuh, alat itu berupa rambut-rambut pada antenulla
dengan nilai ambang yang sangat rendah. Chemoreseptor menurut Gordon et al.,
(1982), berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya makanan dan tempat
hidupnya, mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak
kelamin (mating), dan mendeteksi adanya musuh. Hanya dengan stimulus berupa gas
berkonsentrasi rendah, chemoreseptor telah dapat mengenali (Ville et al., 1988).
Chemoreseptor juga digunakan oleh lobster untuk mengetahui adanya predator,
lawan jenis, serta makanan. Lokasi makanan, tingkah laku penghindaran terhadap
predator pada udang, serta pendekatan lawan jenis, diperantarai oleh antenulla.
Terdapat sel-sel padaantenullayang dapat membaui adanya rangsang kimia dari
lingkungan terutama peka terhadap asam-asam amino dan karbohidrat dari pakan
(Radiopoetro,1977).
Udang air tawar ada dua jenis pertumbuhan yaitu pertumbuhan diskontinyu
yang terjadi pada jenis crustacea termasuk (Cherax quadricarinatus) dan
pertumbuhan kontinyu yang terjadi pada moluska dan vertebrata. Pertumbuhan
lobster (baik bobot maupun panjang tubuh) bersifat diskontinyu yang terjadi secara
berkala hanya sesaat setelah pergantian kulit (moulting) yakni saat kulit luarnya
belum mengeras sempurna. Pertumbuhan tidak akan terjadi tanpa didahului oleh
proses pergantian kulit, karena crustacea mempunyai kerangka luar yang keras (tidak
elastis), sehingga untuk tumbuh menjadi besar perlu membuang kulit lama dan
menggantinya dengan kulit baru (Kurniasih, 2008).
Menurut Horner et al., (2004), kemampuan untuk mendeteksi dan
mengetahui lokasi sumber makanan dengan rangsangan kimia dari jarak jauh,
merupakan proses yang penting untuk kehidupan udang. Antenulla dibutuhkan untuk
mencari lokasi atau tempat sumber makanan. Setiap antenulla tersusun dari 4
segmen dan terbagi pada bagian distal yang bercabang menjadi flagellum lateral dan
flagellum medial. Setiap flagellum tersusun dari antennulla yang menghubungkan
antara chemosensory dan mechanosensory.
Aktivitas atau gerakan antenula yang dilakukan oleh udang meliputi flicking,
wipping, withdraw dan rotation. Gerakan flicking dan withdraw merupakan gerakan
pelecutan. Pelecutan bukan merupakan aktivitas asimetri, pelecutan antenulla yang
satu tidak dipengaruhi oleh antenulla yang lain. Flicking adalah gerakan pelecutan
antenulla ke depan dan berfungsi untuk menerima sinyal kimia dari pakan, sehingga
keberadaan pakan dapat diketahui. Withdraw merupakan gerakan menarik antenulla
kedepan dan melecutkannya kebelakang dan berfungsi untuk mempertahankan diri.
Wipping merupakan gerakan pembersihan antenulla dan berfungsi untuk
membersihkan mulut. Rotation adalah gerakan antenulla yang berputar dan berfungsi
untuk menghambat rangsangan dari udang-udang lain. Rotation antenulla berupa
pergerakan dari bagian proksimal kebagian medial dan biasanya antenulla mengarah
pada sisi yang sama. Pembersihan antenulla berfungsi untuk membersihkan rambut-
rambut aestectacs yang biasanya terjadi bila ada rangsang yang ditimbulkan oleh
mekanisme rangsangan (Ache, 1975).

B.Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui fungsi-fungsi


chemoreseptor pada udang air tawar.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lobster air tawar
(Macrobrachium sp.), cacing sutera(Tubifex sp.), pelet dan air.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah akuarium, gelas,
senter, jarum, gunting dan stopwatch.

B. Cara Kerja

1. Akuarium berisi air disiapkan.


2. Lobster dilakukan ablasi antenula dengan cara antenula digunting, sedangkan
ablasi total dengan cara antenula digunting dan mata dirusak dengan
menggunakan jarum.
3. Kedua lobster diletakkan pada akuarium masing-masing.
4. Stopwatch dinyalakan, umpan berupa pelet atau Tubifex sp. dimasukkan,
lampu dimatikan.
5. Pergerakan (flicking, withdraw, wipping, mendekati pakan, rotation) lobster
pada 10 menit pertama diamati.
6. Waktu saat terjadi pergerakan dicatat.
7. Pergerakan (flicking, withdraw, wipping, mendekati pakan, rotation) lobster
pada 10 menit kedua diamati.
8. Waktu saat terjadi pergerakan dicatat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1.Hasil Pengamatan Fungsi Chemoreseptor pada Udang Air Tawar yang
Diberi Pakan Pelet
Perlakuan Waktu Flicking Withdraw Wipping Rotation Feeding
- 56" 01'16" 02'02" 01'43"
10' (I)
Ablasi 36x 6x 6x 4x
Antennula 02'11" 10" 16" 09'12" 01'06"
10' (II)
7x 49x 8x 1x 2x
1'6" 19"
10'(I)
Ablasi 22x 9x
Mata 9'55" 39" 5'55" 33"
10' (II)
1x 5x 2x 3x
8’’ 4’’ 20’’ 28’’ 3’
10' (I)
Ablasi 3x 5x 9x 4x 4x
Total 7’44’’ 14’’ 2’’ 9’5’’ 5’’
10' (II)
2x 9x 2x 1x 3x
9’57” 5’47” 1’26” 3’45” 7’26”
10' (I)
1x 30x 4x 1x 1x
Kontrol
9’47” 18” 27” 1’1” 4’04”
10' (II)
2x 35x 26x 1x 3x
5’30’’ 3’19’’ 1’30’’ - 2’40’’
10'(I)
1x 7x 4x - 2x
Kontrol
1’29’’ 2’15’’ 0’13’’ 1’51’’ 4’40’’
10' (II)
11x 11x 4x 5x 3x

Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Fungsi Chemoreseptor pada Udang Air Tawar
yang Diberi Pakan Tubifex sp.
Perlakuan Waktu Flicking Withdraw Wipping Rotation Feeding
27” 14” 2’14” 5’14”
10' (I)
Ablasi 7x 23x 10x 2x
Antennula 25” 13” 2’33” 35” 1’58”
10' (II)
4x 19x 6x 3x 3x
4’35” 3’27” 1’18” 1’27”
10' (I)
Ablasi 4x 4x 2x 4x
Mata 40” 4’50” 8’ 5’10”
10' (II)
5x 4x 1x 1x
28"
10' (I)
Ablasi 2x
Total 30"
10' (II)
15x
Kontrol 10' (I) 4’54” 26” 1’28” 4’20” 12’
2x 4x 5x 2x 9x
9’ 20’ 4’14” 48’ 2’43”
10' (II)
7x 6x 4x 3x 2x

Keterangan:
Flicking : Gerakan pelucutan antennula ke depan.
Withdraw : Gerakan pelucutan antennula ke belakang/bawah.
Wipping : Gerakan pembersihan antennula.
Rotation : Gerakan memutar antennula.
Feeding : Gerakan makan.

B. Pembahasan
Reseptor merupakan organ yang berperan dalam mendeteksi perubahan
beberapa variable lingkungan internal hewan dalam setiap kontrol homeostasis (Ville
et al., 1988). Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimanya, reseptor dapat
dibedakan menjadi enam, yaitu kemoreseptor, termoreseptor, mekanoreseptor,
fotoreseptor, magnetoreseptor, dan elektroreseptor (Isnaeni, 2006). Mekanoresepetor
adalah reseptor sensoris yang ditandai oleh ujung saraf khusus mereka yang
merupakan deformasi tomechanical yang sensitif. Mekanoresptor telah
dikelompokkan menjadi tiga jenis: 1, 2, dan 3; berdasarkan fitur morfologi utama
mereka. Masing-masing memiliki karakteristik fungsional yang berbeda dan
merespon rangsangan mekanik yang berbeda (Witherspoon et al., 2014).
Studi perilaku menunjukkan bahwa invertebrata laut memiliki kemoreseptor
yang memediasi perilaku makan termasuk melacak, mencicipi, dan memilih
makanan. Selanjutnya, untukbilangan utama invertebrata, organ kemosensori dan sel
telah diidentifikasi secara anatomis dan histologis. Sel-sel ini biasanya neuron
bipolar, dengan silia pada ujung distal yang menyelubungi transduksi kimia mesin
dan dengan akson di ujung proksimal yang memproyeksikan ke sistem saraf
pusat.Untukmemungkinkan kemoreseptor, crustacean membentuk neuron
kemoreseptor mereka ke dalam ekstensi tipis dari kutikula, yang disebut setae atau
sensilla. Crustacea memiliki kemosensori sensilla di atas mereka permukaan tubuh,
dan sensilla ini memiliki beragam bentuk dan fungsi (Kamio, 2017).
Chemoreseptor pada udang terdapat pada bagian antenulanya. Antenula
berperan penting dalam mencari makanan, sebagai indera pembau, mengetahui posisi
tubuh serta menangkap stimulus kimia dari lawan jenis (Radiopoetro, 1977). Fungsi
terpenting dari antenula adalah mendeteksi pakan atau merespon kehadiran pakan
yang memiliki aroma khas. Antenula pada crustaceae memiliki fungsi dalam mencari
makanan, diantaranya adalah menangkap stimulus kimia dan sebagai indera pembau
(Storer, 1975).
Udang air tawar dapat mencium dan membaui lebih jelas ketimbang
melihatnya. Mereka menggunakan indera penciuman untuk mencari mangsa.
Krustasea melakukan pendeteksian terhadap rangsangan kimiawi berhubungan
dengan respon penciuman dan respon rasa. Penciuman sebagai pendeteksi jarak dan
rasa berguna sebagai pendeteksi saat mendekati rangsangan tersebut. Indera
penciuman pada krustasea yang digunakan khusus untuk mendeteksi terdapat pada
bagian antenna dan terdiri dari sel saraf sensorik dalam jumlah besar (Efraldo et al.,
2014).Fungsi lain dari antenula ialah sebagai media komunikasi antar hewan, yaitu
menengkap stimulus kimia berupa feromon dari hewan lawan jenis juga untuk
mengetahui posisi tubuh (Pearson, 1979).
Organ yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar adalah organ
indera. Udang memiliki antenula yang berfungsi sebagai kemoreseptor. Hal ini
berarti bahwa antenula dapat menerima stimulus berupa ion-ion kimia. Mekanisme
yang terjadi pada antenula adalah, pertama ion-ion pada pelet dan Tubifex sp. akan
mengeluarkan hormone, kemudian senyawa tersebut akan berdifusi pada air dan akan
diterima oleh antenula. Stimulus ini diteruskan menuju neuron sensoris, kemudian
menuju sistem saraf pusat, lalu stimulus akan dibawa oleh neuron motorik menuju
efektor (Kay, 1998).
Berdasarkan hasil yang didapatkan, udang yang lebih banyak melakukan
gerakan adalah udang yang mendapat pakan pelet dibandingkan dengan udang yang
mendapatkan pakan Tubifex sp. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Araujo
(2014), bahwa mata lobster/udang lebih peka terhadap gerakan, sehingga pakan
Tubifex sp. yang bergerak akan lebih memacu lobster/udang untuk melakukan
gerakan juga. Perlakuan ablasi mata ataupun antenula banyak menghasilkan gerakan
(flicking, withdraw, mendekati pakan/wipping, rotation), sedangkan udang dengan
perlakuan ablasi total hanya menghasilkan gerakan wipping bahkan tidak melakukan
gerakan sama sekali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Araujo (2014), bahwa
antenula berperan penting dalam pergerakan pencarian makan lobster/ udang,
sehingga pada perlakuan ablasi mata, antenula masih berfungsi dengan baik sehingga
menghasilkan lebih banyak gerakan. Organ reseptor keduanya (mata dan antenula)
telah dirusak sehingga lobster/udang tidak dapat menerima stimulus, apabila
dibandingkan dengan kontrol, lobster/udang kontrol menghasilkan lebih banyak
gerakan (flicking, withdraw, wipping, mendekati pakan, rotation) dibanding ketiga
perlakuan sebelumnya.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
kemoreseptor pada lobster berfungsi untuk menerima stimulus kimiawi sehingga
dapat digunakan untuk mencari makan pada cahaya gelap. Fungsi lain dari antenula
ialah sebagai media komunikasi antarhewan, yaitu menengkap stimulus kimia berupa
feromon dari hewan lawan jenis juga untuk mengetahui posisi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Ache, B.W., 1975. Antenular Mediated Host Location by Symbiotic Crustaceans


Mar Behaviour Physiology. New York :The Mac Millan Company.
Araujo, M. C. &W. C Valenti., 2014. Feeding habit of the Amazon river prawn
Macrobrachium amazonicum larvae. Aquaculture, 265, pp. 187–193.
Efraldo, O.M., Pramonowibowo,& Asriyanto., 2014. Perbandingan Efektivitas
Penangkapan Alat Tangkap Bubu Lobster dengan Krendet Air Tawar
(Tangle Gear) Pada Perairan Rawapening. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology, (3)3, pp. 1-9.
Gordon, M.S., G.A. Bartholomeno, A.D. Grinele, C. Barker & N.W. Fred., 1982.
Animal Physiology. New York :Mac Millan Publishing Co Ltd.
Horner, A.J., M.J. Weissburg& C.D. Derby., 2004. Dual antennular Chemosensory
Pathway Can Mediate Orientation by Caribbean Spiny Lobsters in
Naturalistic Flow Conditions. The Journal Experimental Biology, 207 pp
3785-3796.
Isnaeni, W., 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Kamio, M. & Derby, C. D., 2017. Finding food: How Marine Invertebrates Use
Chemical Cues To Track and Select Food. Natural product reports, 34(5),
pp. 514-528.
Kay, I., 1998. Introduction to Animal Physiology. London: Bioscientific Publisher
Springer Verlag.
Kurniasih, T. 2008. Peranan Pengapuran dan Faktor Fisika Kimia Air Terhadap
Pertumbuhan dan Sintasan Lobster Air Tawar (Cherax sp.). Media
Akuakultur, 3 (2) pp 126-132
Pearson, W. H., 1979. Theresoid for Detection and Behaviour in The Dangerous
Crobs Marine Research Laboratory. USA: Sergum.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta :Erlangga.
Storer, T. I., 1957. General Zoology. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Ville, C.A., W.F. Walker, dan R.D. Barners. 1988. ZoologiUmum.Jakarta :Erlangga.
Witherspoon, J. W., Smirnova, I. V.& McIff, T. E., 2014. Neuroanatomical
Distribution Of Mechanoreceptors In The Human Cadaveric Shoulder
Capsule And Labrum. Journal of anatomy, (3)225, pp. 337-345.

Anda mungkin juga menyukai