Oleh :
Nama : Ilham Warfa’ni
NIM : B1A017084
Rombongan : II
Kelompok :3
Asisten : Nisa Baiti
A. Latar Belakang
B.Tujuan
A. Materi
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lobster air tawar
(Macrobrachium sp.), cacing sutera(Tubifex sp.), pelet dan air.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah akuarium, gelas,
senter, jarum, gunting dan stopwatch.
B. Cara Kerja
A. Hasil
Tabel 3.1.Hasil Pengamatan Fungsi Chemoreseptor pada Udang Air Tawar yang
Diberi Pakan Pelet
Perlakuan Waktu Flicking Withdraw Wipping Rotation Feeding
- 56" 01'16" 02'02" 01'43"
10' (I)
Ablasi 36x 6x 6x 4x
Antennula 02'11" 10" 16" 09'12" 01'06"
10' (II)
7x 49x 8x 1x 2x
1'6" 19"
10'(I)
Ablasi 22x 9x
Mata 9'55" 39" 5'55" 33"
10' (II)
1x 5x 2x 3x
8’’ 4’’ 20’’ 28’’ 3’
10' (I)
Ablasi 3x 5x 9x 4x 4x
Total 7’44’’ 14’’ 2’’ 9’5’’ 5’’
10' (II)
2x 9x 2x 1x 3x
9’57” 5’47” 1’26” 3’45” 7’26”
10' (I)
1x 30x 4x 1x 1x
Kontrol
9’47” 18” 27” 1’1” 4’04”
10' (II)
2x 35x 26x 1x 3x
5’30’’ 3’19’’ 1’30’’ - 2’40’’
10'(I)
1x 7x 4x - 2x
Kontrol
1’29’’ 2’15’’ 0’13’’ 1’51’’ 4’40’’
10' (II)
11x 11x 4x 5x 3x
Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Fungsi Chemoreseptor pada Udang Air Tawar
yang Diberi Pakan Tubifex sp.
Perlakuan Waktu Flicking Withdraw Wipping Rotation Feeding
27” 14” 2’14” 5’14”
10' (I)
Ablasi 7x 23x 10x 2x
Antennula 25” 13” 2’33” 35” 1’58”
10' (II)
4x 19x 6x 3x 3x
4’35” 3’27” 1’18” 1’27”
10' (I)
Ablasi 4x 4x 2x 4x
Mata 40” 4’50” 8’ 5’10”
10' (II)
5x 4x 1x 1x
28"
10' (I)
Ablasi 2x
Total 30"
10' (II)
15x
Kontrol 10' (I) 4’54” 26” 1’28” 4’20” 12’
2x 4x 5x 2x 9x
9’ 20’ 4’14” 48’ 2’43”
10' (II)
7x 6x 4x 3x 2x
Keterangan:
Flicking : Gerakan pelucutan antennula ke depan.
Withdraw : Gerakan pelucutan antennula ke belakang/bawah.
Wipping : Gerakan pembersihan antennula.
Rotation : Gerakan memutar antennula.
Feeding : Gerakan makan.
B. Pembahasan
Reseptor merupakan organ yang berperan dalam mendeteksi perubahan
beberapa variable lingkungan internal hewan dalam setiap kontrol homeostasis (Ville
et al., 1988). Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimanya, reseptor dapat
dibedakan menjadi enam, yaitu kemoreseptor, termoreseptor, mekanoreseptor,
fotoreseptor, magnetoreseptor, dan elektroreseptor (Isnaeni, 2006). Mekanoresepetor
adalah reseptor sensoris yang ditandai oleh ujung saraf khusus mereka yang
merupakan deformasi tomechanical yang sensitif. Mekanoresptor telah
dikelompokkan menjadi tiga jenis: 1, 2, dan 3; berdasarkan fitur morfologi utama
mereka. Masing-masing memiliki karakteristik fungsional yang berbeda dan
merespon rangsangan mekanik yang berbeda (Witherspoon et al., 2014).
Studi perilaku menunjukkan bahwa invertebrata laut memiliki kemoreseptor
yang memediasi perilaku makan termasuk melacak, mencicipi, dan memilih
makanan. Selanjutnya, untukbilangan utama invertebrata, organ kemosensori dan sel
telah diidentifikasi secara anatomis dan histologis. Sel-sel ini biasanya neuron
bipolar, dengan silia pada ujung distal yang menyelubungi transduksi kimia mesin
dan dengan akson di ujung proksimal yang memproyeksikan ke sistem saraf
pusat.Untukmemungkinkan kemoreseptor, crustacean membentuk neuron
kemoreseptor mereka ke dalam ekstensi tipis dari kutikula, yang disebut setae atau
sensilla. Crustacea memiliki kemosensori sensilla di atas mereka permukaan tubuh,
dan sensilla ini memiliki beragam bentuk dan fungsi (Kamio, 2017).
Chemoreseptor pada udang terdapat pada bagian antenulanya. Antenula
berperan penting dalam mencari makanan, sebagai indera pembau, mengetahui posisi
tubuh serta menangkap stimulus kimia dari lawan jenis (Radiopoetro, 1977). Fungsi
terpenting dari antenula adalah mendeteksi pakan atau merespon kehadiran pakan
yang memiliki aroma khas. Antenula pada crustaceae memiliki fungsi dalam mencari
makanan, diantaranya adalah menangkap stimulus kimia dan sebagai indera pembau
(Storer, 1975).
Udang air tawar dapat mencium dan membaui lebih jelas ketimbang
melihatnya. Mereka menggunakan indera penciuman untuk mencari mangsa.
Krustasea melakukan pendeteksian terhadap rangsangan kimiawi berhubungan
dengan respon penciuman dan respon rasa. Penciuman sebagai pendeteksi jarak dan
rasa berguna sebagai pendeteksi saat mendekati rangsangan tersebut. Indera
penciuman pada krustasea yang digunakan khusus untuk mendeteksi terdapat pada
bagian antenna dan terdiri dari sel saraf sensorik dalam jumlah besar (Efraldo et al.,
2014).Fungsi lain dari antenula ialah sebagai media komunikasi antar hewan, yaitu
menengkap stimulus kimia berupa feromon dari hewan lawan jenis juga untuk
mengetahui posisi tubuh (Pearson, 1979).
Organ yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar adalah organ
indera. Udang memiliki antenula yang berfungsi sebagai kemoreseptor. Hal ini
berarti bahwa antenula dapat menerima stimulus berupa ion-ion kimia. Mekanisme
yang terjadi pada antenula adalah, pertama ion-ion pada pelet dan Tubifex sp. akan
mengeluarkan hormone, kemudian senyawa tersebut akan berdifusi pada air dan akan
diterima oleh antenula. Stimulus ini diteruskan menuju neuron sensoris, kemudian
menuju sistem saraf pusat, lalu stimulus akan dibawa oleh neuron motorik menuju
efektor (Kay, 1998).
Berdasarkan hasil yang didapatkan, udang yang lebih banyak melakukan
gerakan adalah udang yang mendapat pakan pelet dibandingkan dengan udang yang
mendapatkan pakan Tubifex sp. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Araujo
(2014), bahwa mata lobster/udang lebih peka terhadap gerakan, sehingga pakan
Tubifex sp. yang bergerak akan lebih memacu lobster/udang untuk melakukan
gerakan juga. Perlakuan ablasi mata ataupun antenula banyak menghasilkan gerakan
(flicking, withdraw, mendekati pakan/wipping, rotation), sedangkan udang dengan
perlakuan ablasi total hanya menghasilkan gerakan wipping bahkan tidak melakukan
gerakan sama sekali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Araujo (2014), bahwa
antenula berperan penting dalam pergerakan pencarian makan lobster/ udang,
sehingga pada perlakuan ablasi mata, antenula masih berfungsi dengan baik sehingga
menghasilkan lebih banyak gerakan. Organ reseptor keduanya (mata dan antenula)
telah dirusak sehingga lobster/udang tidak dapat menerima stimulus, apabila
dibandingkan dengan kontrol, lobster/udang kontrol menghasilkan lebih banyak
gerakan (flicking, withdraw, wipping, mendekati pakan, rotation) dibanding ketiga
perlakuan sebelumnya.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
kemoreseptor pada lobster berfungsi untuk menerima stimulus kimiawi sehingga
dapat digunakan untuk mencari makan pada cahaya gelap. Fungsi lain dari antenula
ialah sebagai media komunikasi antarhewan, yaitu menengkap stimulus kimia berupa
feromon dari hewan lawan jenis juga untuk mengetahui posisi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA