Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2 Teori Akuntansi ( EKSI4415)

Jawaban Soal No 1:
a. Debat antara historicus dan futuris dalam pengukuran aset mencerminkan
perbedaan pendekatan terhadap waktu dan informasi. Pihak historicus cenderung
menyoroti konsistensi dan keberlanjutan data masa lalu sebagai dasar untuk mengukur
nilai aset. Mereka berpendapat bahwa data historis memberikan dasar yang kuat
karena mencerminkan transaksi yang sebenarnya dan memberikan gambaran yang
stabil.

Di sisi lain, futuris lebih condong pada proyeksi dan perkiraan masa depan. Mereka
percaya bahwa melihat ke depan adalah kunci untuk mengantisipasi perubahan
kondisi ekonomi, tren pasar, dan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi nilai aset.
Pendekatan futuris memungkinkan penyesuaian lebih dinamis terhadap perubahan
lingkungan bisnis.

b. Dalam konteks pengukuran persediaan menggunakan metode FIFO (First In, First
Out) dan LIFO (Last In, First Out), historicus akan cenderung mendukung FIFO.
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang yang diterima pertama kali (first in)
adalah yang pertama dijual (first out). Pendekatan ini dianggap lebih mencerminkan
urutan transaksi sebenarnya dan memberikan gambaran yang akurat tentang nilai
persediaan.

Di sisi lain, futuris mungkin lebih mendukung LIFO. Metode LIFO menganggap
bahwa barang yang terakhir diterima (last in) adalah yang pertama dijual (first out).
Dalam konteks ketidakpastian harga, futuris mungkin berpendapat bahwa LIFO
memberikan gambaran yang lebih relevan karena mencerminkan biaya yang lebih
tinggi (terkini) dalam menghitung laba bersih, yang mungkin lebih sesuai dengan
kondisi pasar masa depan yang tidak pasti.

Penting untuk diingat bahwa pilihan antara FIFO dan LIFO bukan hanya masalah
historis versus futuris, tetapi juga bergantung pada kebijakan perusahaan, tujuan
akuntansi, dan persyaratan perpajakan yang berlaku di suatu wilayah.

Jawaban Soal No 2:
Konsep "Nilai Terendah antara Biaya dan Pasar" dalam mengukur persediaan
memang mendapatkan kritik dalam teori akuntansi karena sejumlah alasan yang
kompleks dan melibatkan aspek-aspek tertentu:

1. Ketidakpastian Penentuan Nilai Pasar:


Salah satu alasan utama kritik terhadap konsep ini adalah ketidakpastian dalam
menentukan nilai pasar. Terutama pada situasi di mana pasar tidak stabil atau
mengalami fluktuasi, menetapkan nilai pasar bisa menjadi tugas yang kompleks dan
subjektif. Variabilitas dalam harga pasar dapat menyulitkan pengukuran yang
konsisten.

2. Ketidakjelasan Kriteria "Nilai Terendah":


Tidak adanya panduan yang jelas mengenai kriteria penentuan "nilai terendah"
menjadi titik kritis. Apakah nilai terendah merujuk pada biaya atau nilai pasar aktual?
Selain itu, kapan perubahan nilai harus diakui? Kurangnya kriteria yang tegas dapat
menyebabkan interpretasi yang berbeda, menghasilkan laporan keuangan yang
mungkin tidak konsisten antara perusahaan atau periode.

3. Potensial Manipulasi Laporan Keuangan:


Adanya konsep "Nilai Terendah antara Biaya dan Pasar" membuka peluang bagi
manipulasi laporan keuangan. Terutama jika ada insentif untuk menyesuaikan nilai
aset agar mencerminkan kondisi yang lebih menguntungkan bagi perusahaan, hal ini
dapat merugikan keandalan laporan keuangan.

4. Kesulitan dalam Penerapan pada Aset Tertentu:


Pada beberapa kasus, terutama untuk aset yang bersifat unik atau spesifik perusahaan,
penilaian nilai pasar bisa menjadi tugas yang sulit dilakukan. Nilai pasar mungkin
tidak selalu dapat diukur dengan mudah, dan ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam
menerapkan konsep ini dengan konsisten.

Meskipun ada kritik, perlu diakui bahwa konsep "Nilai Terendah antara Biaya dan
Pasar" dapat memberikan gambaran yang lebih realistis tentang nilai ekonomis
sebenarnya dari persediaan, terutama dalam situasi menurunnya nilai pasar.
Penerapannya membutuhkan kebijaksanaan dan interpretasi yang cermat agar dapat
memberikan informasi yang akurat dan relevan dalam laporan keuangan. Oleh karena
itu, penggunaan konsep ini perlu disertai dengan kehati-hatian dan pemahaman yang
mendalam tentang kondisi pasar dan karakteristik aset yang dinilai.

Jawaban Soal No 3:
Konsep "dihasilkan" dan "direalisasi" dalam teori pengukuran laba adalah dua prinsip
penting yang membimbing pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan. Ini
membantu menentukan waktu yang tepat untuk merekam pendapatan atau laba dalam
suatu periode akuntansi. Mari kita bahas lebih lanjut:

1. Dihasilkan (Recognized):
- Prinsip "dihasilkan" menekankan pada momen ketika suatu usaha atau perusahaan
telah memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan pendapatan tersebut. Artinya,
pendapatan diakui pada saat barang atau jasa telah disediakan atau kinerja utama dari
kegiatan operasional telah terjadi.
- Pentingnya konsep ini adalah untuk memastikan bahwa pendapatan direkam ketika
nilai ekonomis yang terkait telah dihasilkan, bahkan jika pembayaran belum diterima.
Pengukuran yang andal dan konsisten dari nilai pendapatan menjadi fokus di sini.
2. Direalisasi (Realized):
- Konsep "direalisasi" menyoroti tahap di mana pendapatan dianggap sepenuhnya
diakui, yang berarti uang atau nilai setara telah diterima atau dapat diharapkan
diterima. Laba atau pendapatan dianggap "direalisasi" ketika perusahaan memiliki
klaim yang dapat direalisasikan atas nilai itu.
- Aspek penting dari konsep ini adalah bahwa pendapatan direalisasikan ketika
transaksi atau kejadian yang menghasilkan pendapatan tersebut sudah mencapai
tingkat di mana manfaat ekonomis sebenarnya dapat dinikmati oleh perusahaan.

Penerapan kedua konsep ini memastikan bahwa pengakuan laba atau pendapatan
didasarkan pada prinsip kewajaran dan relevansi informasi keuangan. Selain itu, ini
membantu mencegah pencatatan pendapatan yang belum terwujud secara substansial
atau belum dapat diandalkan. Dengan memahami kapan laba atau pendapatan
dihasilkan dan direalisasi, perusahaan dapat menyajikan laporan keuangan yang
memberikan gambaran yang akurat dan transparan tentang kinerja keuangannya.

Sumber: BMP EKSI4415

Anda mungkin juga menyukai