Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Perspektif pengukuran (measurement perspective) terhadap pelaporan keuangan
adalah suatu pendekatan yang menuntut akuntan untuk melaksanakan tanggungjawab
memasukkan nilai wajar terhadap laporan keuangan pokok, dengan reliabilitas yang
masih rasional, yang berarti meningkatnya tanggungjawab akuntan untuk membantu
investor dalam memprediksi kinerja masa depan perusahaan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan relevansi laporan keuangan, tetapi jangan
meninggalkan reliabilitasnya dalam rangka membantu investor mengambil keputusan.
Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan semakin
relevannya informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi semakin relevan, maka
reaksi investor terhadap informasi tersebut akan semakin besar. Namun demikian,
measurement perspective juga dibatasi oleh reliabilitas. Metode fair value yang dapat
dimasukkan dalam laporan keuangan pokok adalah metode yang tidak mengakibatkan
menurunnya reliabilitas laporan keuangan tersebut. Measurement perspective berusaha
untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi.

Akuntan mengambil tanggungjawab untuk membantu investor dengan cara


menggunakan pengukuran fair value terhadap laporan keuangan pokok. Akan tetapi,
sesuai dengan SFAC 2 menyatakan bahwa ada dua kualitas informasi pokok, yaitu
relevansi dan reliabilitas, yang harus dijaga keseimbangannya. Apabila hanya
memperhatikan relevansi, maka reliabilitas akan berkurang dan menyebabkan laporan
keuangan tidak bisa diaudit. Akuntan publik yang merupakan ujung tombak profesi
akuntansi tidak lagi bisa berjalan karena laporan keuangan tidak bisa diaudit. Karena
itu, batasan measurement perspective adalah berusaha untuk menggunakan pengukuran
yang berorientasi pada fair value terhadap laporan keuangan pokok asalkan kualitas
reliabilitas laporan keuangan pokok tersebut tidak berkurang. A. Apakah Pasar Saham
Efisien Sepenuhnya? 1. Teory Prospek Kahneman dan Tversky (1979) menyajikan bukti
empiris terjadinya pelanggaran aksioma EUT (Expected Utility Theory). Berdasarkan
aksioma EUT, dalam kondisi ketidakpastian, orang akan memilih pilihan yang
menghasilkan expected utility terbesar. Mereka menamainya teori prospek (prospect
theory). Teori prospek adalah teori yang menjelaskan bagaimana seseorang mengambil
keputusan dalam kondisi tidak pasti. Substansi teori prospek adalah proses pembuatan
keputusan individual yang berlawanan dengan pembentukan harga yang biasa terjadi di
ilmu ekonomi. Aksioma-aksioma dalam teori prospek (PT) meliputi: Reference point
PT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan reference point, bukan nilai
absolut laba atau rugi tersebut. Utilitas adalah fungsi dari laba atau rugi relatif terhadap
benchmark (reference point). EUT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan
nilai absolut kekayaan. Utilitas adalah fungsi dari nilai kekayaan absolut (tidak ada

reference point). Utility function. PT. Dalam domain laba, orang risk averse;
dalam domain rugi, orang risk seeking. Fungsi utilitas adalah cekung pada domain laba
dan cembung pada domain rugi. EUT. Orang diasumsikan selalu bersikap risk
averse. Fungsi utilitas adalah cembung baik pada domain laba maupun pada domain
rugi Loss aversion PT. Loss aversion adalah tendensi orang lebih mengutamakan
menghindari rugi daripada memperoleh laba. Rugi memiliki kekuatan (power)
psikologis sebanyak dua kali lipat daripada laba. Overweight terhadap rugi dan
underweight terhadap laba. Berubah 1% dari 2% ke 3% lebih bernilai besar daripada
berubah 1% dari 30% ke 31% (diminishing sensitivity). EUT. Laba atau rugi tidak
dapat didefinisikan karena teori ini tidak memiliki reference point untuk mengukur laba
atau rugi tersebut. 2. Apakah Beta Mati? Beta adalah pengukur volatilitas return suatu
sekuritas terhadap return pasar. Beta menggambarkan besarnya perubahan harga suatu
saham tertentu dibandingkan dengan perubahan harga pasar. Beta pasar diestimasi
dengan menggunakan return historis sekuritas dan pasar, misalnya 200 hari untuk return
harian. Beta pasar dapat diestimasi dengan CAPM. Beta merupakan konsep yang
penting dalam akuntansi keuangan karena beta merupakan pengukur risiko sistematis
suatu sekuritas terhadap risiko pasar. Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat
didiversifikasi melalui portofolio. Risiko ini menggambarkan faktor ekonomi secara
keseluruhan yang mempengaruhi semua sekuritas yang ada. Apabila fluktuasi return
suatu sekuritas mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta sekuritas tersebut bernilai 1.
Beta bernilai 1 berarti bahwa risiko sistematis suatu saham sama dengan risiko pasar.
Fama dan French, meneliti pasar modal USA untuk periode 19631990, menemukan

bahwa beta memiliki sedikit kemampuan untuk menjelaskan keuntungan sekuritas.


Mereka menemukan bahwa book-tomarket ratio dan ukuran perusahaan (firm size) lebih
signifikan menjelaskan keuntungan sekuritas. Daripada melihat beta, lebih baik melihat
book-tomarket ratio dan ukuran perusahaan sebagai ukuran risiko. Risiko akan
meningkat dengan meningkatkanya book-to-marke ratio dan menurun dengan semakin
besarnya ukuran perusahaan. Hasil penelitian Fama dan French ini menjadikan beta
mati. 3. Anomali Efisiensi Pasar Apabila harga tidak bereaksi cepat terhadap
informasi baru tetapi membutuhkan waktu lebih lama, maka keuntungan abnormal
dapat terjadi. Berbagai anomali pasar modal efisien: Teori prospek PostAnnouncement Drift Rasio Keuangan Akrual Dalam membahas pengujian pasar
efisien, maka harus juga membahas tentang adanya ketidak-teraturan (anomali) yang
ada yang terkait dengan hipotesis pasar efisien. Anomali di sini adalah salah satu bentuk
dari fenomena yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya
tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benarbenar ada. Artinya, suatu
peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return. Dengan kata
lain seorang investor dimungkinkan untuk memperoleh abnormal return dengan
mengandalkan suatu perisitiwa tertentu. Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada
satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang
lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk
pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (semi
strong). Pengujian berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model pendekatan uji
ke belakang (backtested method). Pada model pendekatan ini peneliti melakukan

pengujian untuk menjawab pertanyaan bagaimana harga historis (hystorical price data)
bergerak (berubah) sebagai konsekuensi dari adanya kejadian atau pengamatan. Untuk
kuatnya suatu pernyataan atau bukti akan adanya anomali pasar, perlu adanya dukungan
yang tidak sedikit. Artinya, beberapa penelitian harus memiliki kesimpulan yang tidak
jauh berbeda satu sama lain. Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam
anomali pasar. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan ( firm anomalies),
anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event
anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies). B. Alasan Lain yang
Mendukung Pendekatan Pengukuran Mengapa measurement perspective mengusulkan
untuk memasukkan informasi yang bernilai lebih relevan (more value-relevant
information) dalam laporan keuangan pokok, padahal teori pasar modal efisien
berimplikasi bahwa catatan kaki dan pengungkapan lain sudah cukup? Berdasarkan
information perspective, historical cost digunakan sebagai basis akuntansi dan
mengandalkan pengungkapan penuh untuk meningkatkan manfaat informasi akuntansi
bagi investor. Bentuk pengungkapan tidak penting, yang penting adalah bahwa
diasumsikan banyak rational investor dan informed investor yang bereaksi cepat
terhadap informasi akuntansi. Riset empiris tentang efisiensi pasar modal telah
mengkonfirmasi bahwa setidaknya informasi laba bermanfaat bagi pasar. Akan tetapi,
ada berbagai pertanyaan berkaitan dengan information pespective, seperti (1) laba hanya
direaksi oleh pasar sebesar 2% - 5%, (2) pasar modal mungkin tidak seefisien yang
diduga, dan (3) tuntutan tanggungjawab hukum oleh masyarakat terhadap akuntan
meningkat. Ketiga alasan tersebut mendasari adanya kemungkinan bahwa measurement

perspective dapat meningkatkan relevansi informasi akuntansi tanpa mengabaikan


reliabilitas informasi akuntansi tersebut. Dari sisi riset empiris, informasi laba hanya
mampu menjelaskan sangat kecil tentang harga sekuritas. Lev (1989) menemukan
bahwa respon pasar terhadap berita baik atau berita buruk tentang earnings sangat kecil.
Variabilitas keuntungan abnormal dalam narrow window hanya 2% sampai 5% yang
dijelaskan oleh informasi earnings, sisanya diakibatkan oleh faktor lain selain
perubahan earnings. Menurut Lev, rendahnya respon pasar terhadap earnings
disebabkan oleh earnings quality yang rendah. Collins, Kothari, Shanken, dan Sloan
(1994) menyatakan bahwa rendahnya reaksi pasar terhadap informasi laba disebabkan
oleh keterlambatan historical cost; yaitu historical cost menunggu terlalu lama untuk
mengakui suatu kejadian yang relevan. Hal ini menuntut perlunya perbaikan earnings
quality dengan pengenalan perspektif pengukuran terhadap laporan keuangan. C.
Ohlsons Surplus Bersih Teory Dari sisi teori pasar modal efisien, pasar modal mungkin
tidak efisien seperti dalam teori efisiensi pasar modal. Investor memerlukan bantuan
bagaimana implikasi informasi akuntansi terhadap prediksi keuntungan masa depan. Hal
ini diperkuat oleh Ohlsons clean surplus theory yang menekankan bahwa peran utama
laporan keuangan adalah dalam penentuan nilai perusahaan, bukan perspektif informasi
di mana laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi. Teori ini menuntut ke
arah perspektif pengukuran D. Auditor Legal Liability Akuntan menghadapi risiko
tuntutan hukum yang lebih besar apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu tinggi
dibandingkan apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu rendah. Hal ini sesuai dengan
prinsip konservatisme. Pengungkapan terhadap risiko (value at risk) juga berorientasi

pada measurement perspective. Dalam hal ini, perusahaan (bukan investor) menyiapkan
penilaian tentang risiko karena perusahaan lebih mengerti risiko yang mereka hadapi
daripada investor. Pengungkapan risiko ini memiliki potensi yang besar dalam decision
usefulness. Akuntan dapat memproteksi diri dengan penggunaan measurement
perspective dengan mengadopsi fair value seperti mark-to-market. Akuntan dapat secara
eksplisit menjawab tuntutan hukum masyarakat dengan mengatakan bahwa laporan
keuangan telah mengantisipasi perubahan nilai instrumen keuangan apakah akan
mengarah ke kelangsungan hidup atau ke kebangkrutan. Dalam hal ini estimasi dan
judgment banyak digunakan. Karena itu, akuntan dapat mengadopsi fair value hanya
apabila dengan pengukuran tersebut reliabilitas informasi keuangan tidak berkurang.

BAB II
PEMBAHASAN
Definisi pendekatan pengukuran
Perspektif pengukuran (measurement perspective) terhadap pelaporan keuangan
adalah suatu pendekatan yang menuntut akuntan untuk melaksanakan tanggungjawab
memasukkan nilai wajar terhadap laporan keuangan pokok, dengan reliabilitas yang
masih rasional, yang berarti meningkatnya tanggungjawab akuntan untuk membantu

investor dalam memprediksi kinerja masa depan perusahaan. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan relevansi laporan keuangan, tetapi jangan meninggalkan reliabilitasnya
dalam rangka membantu investor mengambil keputusan.
Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan semakin
relevannya informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi semakin relevan, maka
reaksi investor terhadap informasi tersebut akan semakin besar. Namun demikian,
measurement perspective juga dibatasi oleh reliabilitas. Metode fair value yang dapat
dimasukkan dalam laporan keuangan pokok adalah metode yang tidak mengakibatkan
menurunnya reliabilitas laporan keuangan tersebut. Measurement perspective berusaha
untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi. Akuntan mengambil tanggungjawab
untuk membantu investor dengan cara menggunakan pengukuran fair value terhadap
laporan keuangan pokok. Akan tetapi, sesuai dengan SFAC 2 menyatakan bahwa ada
dua kualitas informasi pokok, yaitu relevansi dan reliabilitas, yang harus dijaga
keseimbangannya.
Apabila hanya memperhatikan relevansi, maka reliabilitas akan berkurang dan
menyebabkan laporan keuangan tidak bisa diaudit. Akuntan publik yang merupakan
ujung tombak profesi akuntansi tidak lagi bisa berjalan karena laporan keuangan tidak
bisa diaudit. Karena itu, batasan measurement perspective adalah berusaha untuk
menggunakan pengukuran yang berorientasi pada fair value terhadap laporan keuangan
pokok asalkan kualitas reliabilitas laporan keuangan pokok tersebut tidak berkurang.
A. Apakah Pasar Saham Efisien Sepenuhnya?

1. Teory Prospek
Kahneman dan Tversky (1979) menyajikan bukti empiris terjadinya
pelanggaran aksioma EUT (Expected Utility Theory). Berdasarkan aksioma
EUT, dalam kondisi ketidakpastian, orang akan memilih pilihan yang
menghasilkan expected utility terbesar.
Mereka menamainya teori prospek (prospect theory). Teori prospek
adalah teori yang menjelaskan bagaimana seseorang mengambil keputusan
dalam kondisi tidak pasti. Substansi teori prospek adalah proses pembuatan
keputusan individual yang berlawanan dengan pembentukan harga yang biasa
terjadi di ilmu ekonomi. Aksioma-aksioma dalam teori prospek (PT) meliputi:
Reference point
PT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan reference point,
bukan nilai absolut laba atau rugi tersebut. Utilitas adalah fungsi dari

laba atau rugi relatif terhadap benchmark (reference point).


EUT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan nilai absolut
kekayaan. Utilitas adalah fungsi dari nilai kekayaan absolut (tidak ada

reference point).
Utility function.
PT. Dalam domain laba, orang risk averse; dalam domain rugi, orang
risk seeking. Fungsi utilitas adalah cekung pada domain laba dan

cembung pada domain rugi.


EUT. Orang diasumsikan selalu bersikap risk averse. Fungsi utilitas

adalah cembung baik pada domain laba maupun pada domain rugi
Loss aversion
PT. Loss aversion adalah tendensi orang lebih mengutamakan
menghindari rugi daripada memperoleh laba. Rugi memiliki kekuatan
(power) psikologis sebanyak dua kali lipat daripada laba. Overweight

terhadap rugi dan underweight terhadap laba. Berubah 1% dari 2% ke


3% lebih bernilai besar daripada berubah 1% dari 30% ke 31%

(diminishing sensitivity).
EUT. Laba atau rugi tidak dapat didefinisikan karena teori ini tidak
memiliki reference point untuk mengukur laba atau rugi tersebut.

2. Apakah Beta Mati?


Beta adalah pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap return
pasar. Beta menggambarkan besarnya perubahan harga suatu saham tertentu
dibandingkan dengan perubahan harga pasar. Beta pasar diestimasi dengan
menggunakan return historis sekuritas dan pasar, misalnya 200 hari untuk
return harian. Beta pasar dapat diestimasi dengan CAPM. Beta merupakan
konsep yang penting dalam akuntansi keuangan karena beta merupakan
pengukur risiko sistematis suatu sekuritas terhadap risiko pasar. Risiko
sistematis adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi melalui portofolio.
Risiko ini menggambarkan faktor ekonomi secara keseluruhan yang
mempengaruhi semua sekuritas yang ada. Apabila fluktuasi return suatu
sekuritas mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta sekuritas tersebut bernilai
1. Beta bernilai 1 berarti bahwa risiko sistematis suatu saham sama dengan
risiko pasar.
Fama dan French, meneliti pasar modal USA untuk periode 1963-1990,
menemukan bahwa beta memiliki sedikit kemampuan untuk menjelaskan
keuntungan sekuritas. Mereka menemukan bahwa book-to-market ratio dan
ukuran perusahaan (firm size) lebih signifikan menjelaskan keuntungan
sekuritas. Daripada melihat beta, lebih baik melihat book-to-market ratio dan

ukuran perusahaan sebagai ukuran risiko. Risiko akan meningkat dengan


meningkatkanya book-to-marke ratio dan menurun dengan semakin besarnya
ukuran perusahaan. Hasil penelitian Fama dan French ini menjadikan beta
mati.
3. Anomali Efisiensi Pasar
Apabila harga tidak bereaksi cepat terhadap informasi baru tetapi
membutuhkan waktu lebih lama, maka keuntungan abnormal dapat terjadi.
Berbagai anomali pasar modal efisien:
Teori prospek
Post-Announcement Drift
Rasio Keuangan
Akrual
Dalam membahas pengujian pasar efisien, maka harus juga membahas
tentang adanya ketidak-teraturan (anomali) yang ada yang terkait dengan
hipotesis pasar efisien. Anomali di sini adalah salah satu bentuk dari fenomena
yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada
bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu
peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return.
Dengan kata lain seorang investor dimungkinkan untuk memperoleh abnormal
return dengan mengandalkan suatu perisitiwa tertentu.
Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar
efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya,
bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar
efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (semi
strong). Pengujian berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model
pendekatan uji ke belakang (backtested method). Pada model pendekatan ini

peneliti melakukan pengujian untuk menjawab pertanyaan bagaimana harga


historis (hystorical price data) bergerak (berubah) sebagai konsekuensi dari
adanya kejadian atau pengamatan. Untuk kuatnya suatu pernyataan atau bukti
akan adanya anomali pasar, perlu adanya dukungan yang tidak sedikit. Artinya,
beberapa penelitian harus memiliki kesimpulan yang tidak jauh berbeda satu
sama lain.
Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar.
Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies),
anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian
(event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies).

B.

Alasan Lain yang Mendukung Pendekatan Pengukuran


Mengapa measurement perspective mengusulkan untuk memasukkan
informasi yang bernilai lebih relevan (more value-relevant information) dalam
laporan keuangan pokok, padahal teori pasar modal efisien berimplikasi bahwa
catatan kaki dan pengungkapan lain sudah cukup? Berdasarkan information
perspective, historical cost digunakan sebagai basis akuntansi dan mengandalkan
pengungkapan penuh untuk meningkatkan manfaat informasi akuntansi bagi
investor. Bentuk pengungkapan tidak penting, yang penting adalah bahwa
diasumsikan banyak rational investor dan informed investor yang bereaksi cepat

terhadap informasi akuntansi. Riset empiris tentang efisiensi pasar modal telah
mengkonfirmasi bahwa setidaknya informasi laba bermanfaat bagi pasar.
Akan tetapi, ada berbagai pertanyaan berkaitan dengan information
pespective, seperti (1) laba hanya direaksi oleh pasar sebesar 2% - 5%, (2) pasar
modal mungkin tidak seefisien yang diduga, dan (3) tuntutan tanggungjawab
hukum oleh masyarakat terhadap akuntan meningkat. Ketiga alasan tersebut
mendasari

adanya

kemungkinan

bahwa

measurement

perspective

dapat

meningkatkan relevansi informasi akuntansi tanpa mengabaikan reliabilitas


informasi akuntansi tersebut. Dari sisi riset empiris, informasi laba hanya mampu
menjelaskan sangat kecil tentang harga sekuritas. Lev (1989) menemukan bahwa
respon pasar terhadap berita baik atau berita buruk tentang earnings sangat kecil.
Variabilitas keuntungan abnormal dalam narrow window hanya 2% sampai 5%
yang dijelaskan oleh informasi earnings, sisanya diakibatkan oleh faktor lain selain
perubahan earnings.
Menurut Lev, rendahnya respon pasar terhadap earnings disebabkan oleh
earnings quality yang rendah. Collins, Kothari, Shanken, dan Sloan (1994)
menyatakan bahwa rendahnya reaksi pasar terhadap informasi laba disebabkan oleh
keterlambatan historical cost; yaitu historical cost menunggu terlalu lama untuk
mengakui suatu kejadian yang relevan. Hal ini menuntut perlunya perbaikan
earnings quality dengan pengenalan perspektif pengukuran terhadap laporan
keuangan.

C. Ohlsons Surplus Bersih Teory


Dari sisi teori pasar modal efisien, pasar modal mungkin tidak efisien
seperti dalam teori efisiensi pasar modal. Investor memerlukan bantuan bagaimana
implikasi informasi akuntansi terhadap prediksi keuntungan masa depan.
Hal ini diperkuat oleh Ohlsons clean surplus theory yang menekankan
bahwa peran utama laporan keuangan adalah dalam penentuan nilai perusahaan,
bukan perspektif informasi di mana laporan keuangan sebagai salah satu sumber
informasi. Teori ini menuntut ke arah perspektif pengukuran
D. Auditor Legal Liability
Akuntan menghadapi risiko tuntutan hukum yang lebih besar apabila aktiva
tetap dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu
rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip konservatisme. Pengungkapan terhadap risiko
(value at risk) juga berorientasi pada measurement perspective. Dalam hal ini,
perusahaan (bukan investor) menyiapkan penilaian tentang risiko karena
perusahaan lebih mengerti risiko yang mereka hadapi daripada investor.
Pengungkapan risiko ini memiliki potensi yang besar dalam decision usefulness.
Akuntan dapat memproteksi diri dengan penggunaan measurement
perspective dengan mengadopsi fair value seperti mark-to-market. Akuntan dapat
secara eksplisit menjawab tuntutan hukum masyarakat dengan mengatakan bahwa
laporan keuangan telah mengantisipasi perubahan nilai instrumen keuangan apakah

akan mengarah ke kelangsungan hidup atau ke kebangkrutan. Dalam hal ini


estimasi dan judgment banyak digunakan. Karena itu, akuntan dapat mengadopsi
fair value hanya apabila dengan pengukuran tersebut reliabilitas informasi
keuangan tidak berkurang.

BAB III
PENUTUP

A. K

Anda mungkin juga menyukai