Dita Nurwanti
nurwantidita7@gmail.com
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai Ritual Kematian yang dilakukan oleh Umat beragama
Hindu Bali dan Hindu Jawa yang ada di Kota Sidoarjo. Dilatar belakanagi oleh ritual upacara
Hindu Bali yakni Ngaben yang berlangsung di Krematorium Jala Pralaya Juanda dan Keputih
Surabaya, yang dima berbeda dengan Hindu Jawa yakni di kubur atau dipendem, orang hindu jawa
biasanya menyebutnya ngaben tanpa api. Bagaimana proses Ritual Kematian tersebut memiliki
makna tersendiri bagi umat hindu. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang dimana
metode ini mengharuskan peneliti turun langsung ke lapangan guna melihat secara langsung proses
Ritual Kematian. Ritual kematian Hindu termasuk dalam kategori pitra yajna (persembahan suci
untuk leluhur). Umat Hindu meyakini bahwa ketika seseorang meninggal, jasad materialnya pun
ikut mati, kaku, dan rapuh. Namun, jiwa halusnya
tidak ikut mati, melainkan terus hidup di alam halus yang mirip dengan dunia mimpi kita.
Di sana, jiwa mencoba alam surga dan neraka. Ritual kematian dalam Hindu Bali terkenal dengan
proses ritual yang sangat panjang, namun inti dari proses tersebut adalah dimulai dengan
membersihkan mayit (mresihin), melakukan kremasi, mengumpulkan abu atau tulang (asti
wedana), dan menghanyutkannya. Proses upacara kematian Hindu Jawa hampir sama dengan
Hindu Bali namun, di Hindu Jawa tidak menggunakan api, melainkan di kubur.
yang terletak di Provinsi Sidoarjo, Jawa 89,66%, kemudian penganut agama Kristen
Timur, Indonesia. Wilayah ini termasuk sebesar 9,24% (Protestan sebesar 6,54% dan
berperan sebagai penopang utama Kota pemeluk agama Buddha sebesar 0,75%,
Surabaya. Di masa kolonialisme Belanda, Hindu sebesar 0,32%, dan Konghucu sebesar
Sidoarjo dikenal sebagai pusat kerajaan 0,02%. Meskipun pemeluk agama Hindu
Janggala. Patih R. Ng. Djojohardjo tidak banyak, toleransi beragama tetap kuat
korban-korban. kehidupan.
Proses pemakaman dan ritual ngaben Bagi orang Hindu, agama adalah jalan
(kremasi) dalam agama Hindu berbeda-beda menuju kebebasan yang sejati. Agama
pemakaman dan ngaben dalam tradisi Hindu kebebasan penuh dalam hidup. Manusia lahir
Jawa di Kota Sidoarjo akan berbeda dengan ke dunia dengan sifat bawaan yang ingin
tradisi Hindu Bali di Kota Sidoarjo. beragama, yang dianggap sebagai fitrah yang
Meskipun keduanya berada di Kota Sidoarjo, telah diciptakan oleh Tuhan dalam diri
rasional agama dan praktis filsafat. Filsafat Pertama, Tattwa (pengetahuan tentang
melainkan merupakan cara hidup dan yang harus dimengerti oleh masyarakat.
merupakan inti spiritual bagi orang Hindu, tentang sopan santun, tata karma, dan
dan budaya religius merupakan budaya yang pembentukan sikap keagamaan yang baik
membawa pembebasan. Agama Hindu serta perilaku yang benar. Ketiga, Upacara
karena tujuannya adalah mencapai yajna (korban suci) dan tata cara pelaksanaan
upacara sebagai bentuk simbolis komunikasi melaksanakan kewajibannya, ia akan
antara manusia dan Tuhan. kehilangan hak warisnya. Pitra Yajna adalah
adalah korban suci untuk semua makhluk di Dalam keyakinan Hindu, ketika
demikian, sebuah siklus baru dimulai bagi jenazah, doa-doa, nyanyian, serta
jiwa ini sebagai hasil dari perbuatan yang penggunaan benda-benda seperti dupa,
dilakukan dalam kehidupan sebelumnya. bunga, dan pakaian khusus. Tujuan dari ritual
Jiwa ini kemudian ditemukan dalam tubuh kematian ini adalah memberikan
perbuatan yang telah dilakukan dalam selanjutnya, serta memberikan dukungan dan
ditinggalkan.
Setiap agama memiliki cara yang berbeda
dalam menghadapi kematian. Dari berbagai Ritual kematian telah ada sejak zaman
tanggapan tersebut, muncul keinginan untuk nenek moyang dan masih dijalankan hingga
melaksanakan berbagai ritual kematian yang saat ini oleh pemeluk agama. Ritual ini telah
dari waktu ke waktu menjadi bagian inti dari menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
setiap agama. Pada dasarnya, ritual adalah budaya dan tradisi setiap pemeluk agama.
serangkaian kata-kata dan tindakan yang Ritual kematian tersebut menjadi sebuah
dilakukan oleh penganut agama dengan pranata keagamaan yang dianggap sebagai
menggunakan benda-benda, peralatan, dan norma perilaku yang baku oleh masyarakat
perlengkapan tertentu, di tempat tertentu, dan yang mendukungnya. Hal ini sulit untuk
tradisi ritual kematian yang berbeda-beda, Indonesia. Selain itu, perbedaan antara Hindu
baik itu agama Islam, Hindu, Buddha, Jawa dan Hindu Bali juga menambah minat
Kristen, atau Konghucu. Setiap agama untuk meneliti ritual kematian dalam kedua
diteliti dalam konteks ritual kematian karena perantara dalam ibadah mereka. Simbol-
memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. simbol ini dapat berupa patung, bunga, air,
Hinduisme merupakan salah satu agama sesajen, dan lain sebagainya. Setiap simbol
tertua yang ada di Indonesia dan memiliki memiliki arti dan nilai yang berbeda-beda,
Hindu.
Penelitian pada “Ritual Kematian
Melalui penelitian tentang ritual (Masyarakat Hindu Bali dan Hindu Jawa di
kematian dalam agama Hindu, kita dapat Kota Sidoarjo)”, rumusan permasalahan yang
memahami lebih dalam tentang keyakinan, dapat diajukan adalah sebagai berikut:
Peneliti memilih lokai penelitian di 3. Apa makna dan tujuan ritual kematian
Sidoarjo karena letak lokasi penelitian Hindu Bali dan Hindu Jawa ?
Sidoarjo.
B. Tujuan Penelitian 1. Laporan penelitian terdahuli : Peneliti
Upacara Adat Kematian Pada Masyarakat Kematian, namun di temukan juga perbedaan
Desa Bea Ngencung Kecamatan Rana Mese di sumber data yang penulis temukan, yaitu
Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2021 sumber data yang ditemukan membahas
(Priska Ratnasari Gonar, dkk Prodi ritual Saung Ta’a, sedangan peneliti
PGRI Kediri). 1 Sumber data ini berupa Hindu Jawa dan Hindu Bali.
Ditemukan pesamaan didalam penelitian alam roh. Upacara tersebut dilakukan sebagai
tersebut, karena penelitian yang ditulis bentuk pemujaan kepada arwah nenek
1
(Gonar, Budiono, & Widiatmoko, 2021) (Anggraeni & Putri, hal. 2020)
moyang dan para leluhur mereka. Upacara Fenomenologi Masyarakat Jawa di Kampung
atas kepercayaan yang dianut berdasarakan Mataram Kabupaten Lampung Tengah) yang
dengan tingkat social, serta tahta aturan yang di tulis oleh Ni Made, dkk (2021) dari
sumber data tersebut, peneliti tersebut Perbedaan antara penelitian ini dengan
membahas upacara yang berkaitan dengan penelitian yang akan datang terletak pada
adat yang ada di masyarakat toraja, objek penelitian tradisi yang dipilih. Jika
sedangkan penelitian yang ditulis oleh penelitian Ni Made Rika Setiyawati (2021)
penulis tidak ada membahas adat. memilih tradisi ogoh-ogoh sebagai objek
3
(Marinasari, Wakidi, & Ekwandari, 2021)
Setiyawati dengan penelitian yang akan datang yaitu memiliki persamaan yang
dilakukan adalah sama-sama menggunakan dimana salah satu objek peneliti melakukan
metode penelitian kualitatif yang dimana proses kremasi di crematorium yang dimana
terjadi.
D. Metodologi Penelitian
4 5
(Bintang Mahasutra & Ariputra, 20221) (Bungin, 2001)
diamati.6 Enelitan kualitatif bertujuan untuk langsung dengan partisipan, dan
yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat pengamatan dan wawancara yang dilakukan.
6 7
(Moleong, 2009) (Moleong, 2009)
penelitian kualitatif dikumpulkan dalam Penelitian kualitatif sering menggunakan
bentuk deskriptif, seperti kutipan langsung desain penelitian yang fleksibel dan terus
dari wawancara, transkripsi pengamatan, menerus. Desain ini memungk. Penelitian ini
berfokus pada pemahaman mendalam data yang dibutuhkan melalui observasi dan
tentang konteks dan makna yang terkandung terlibat secara langsung serta wawancara
yang diperoleh. 7. Kriteria penilaian yang 1) Sumber Data Primer: Sumber data
berbeda: Dalam penelitian kualitatif, kriteria primer Merujuk pada data yang
8
Ibid,.129
angket, atau eksperimen. Data primer b. Wawancara
9 10
(Arikunto, 1998) Bungin Burhan. 131
dikumpulkan oleh pihak lain atau ada menghemat waktu dan sumber daya dalam
sebelumnya untuk tujuan lain, namun dapat mengumpulkan data mereka sendiri.
komprehensif tentang topik yang diteliti. yang berisi : Latar Belakang, Rumusan
yang relevan dengan topik penelitian mereka. Bab Kedua membahas Kajian Teori yang
Kematian
11
Ibid,. 131
Bab Ketiga membahas Pemaparan Data upacara.12 Pada intinya, upacara adalah
yang berisi : Ritual dalam prespektif Hindu, serangkaian ucapan dan tindakan yang
Kematian dalam Prespektif Hindu, dilakukan oleh para penganut agama dengan
12 14
(Koentjraningrat, 1985) (Agus, 2007)
13
(Suprayogo, 2001)
Bell menganggap ritual sebagai strategi atau sosial, konteks historis, dan konteks ruang
cara bertindak yang diatur oleh aturan, dan waktu. Ritual merupakan sesuatu yang
diterima dalam suatu masyarakat atau sejalan dengan perubahan konteksnya. Ini
komunitas.15 Catherine Bell, seorang berarti bahwa ritual bersifat fleksibel dari
antropolog dan pakar dalam studi agama dan waktu ke waktu dan mengalami perubahan
berpengaruh tentang ritual dalam karyanya. sebagai alat yang efektif untuk
Bell menganggap ritual sebagai suatu bentuk menghubungkan tradisi dan perubahan, yakni
komunikasi yang kompleks dan sangat sebagai sarana untuk mendukung perubahan
bermakna dalam konteks kehidupan manusia. yang terjadi dalam masyarakat, menjaga
sekadar praktik mekanis, tetapi juga Seperti yang dijelaskan oleh Roy
15 16
(Bell, 2009) Ibid,.226
17
Ibid,. 251
menggunakan ritual sebagai cara untuk Bell berpendapat bahwa ritual, sebagai
menjaga keseimbangan antara masyarakat praktik yang melibatkan cara atau strategi
lingkungan, serta mengatur hubungan sosial dimensi-dimensi sosial dan sejarah. Ini
dan politik dalam masyarakat.18 Ritual terkait dengan tradisi-tradisi yang diturunkan
mencakup tindakan yang dilakukan manusia, dari generasi sebelumnya. Setiap masyarakat
termasuk perilaku keagamaan dan berbagai memiliki tradisi ritual yang berbeda-beda,
kegiatan sosial dan politik dalam kehidupan yang menjadi ciri khas mereka. Ritual
keagamaan, tetapi juga melibatkan aspek Ritual juga merupakan cara efektif untuk
sosial dari kehidupan manusia secara bertindak dalam suatu kebudayaan tertentu. 21
bahwa ritual adalah sarana untuk oleh masyarakat, ritual memiliki peran
berbagai hal, sambil tetap memiliki makna perubahan konteks atau lingkungan. Dengan
dalam tindakan ritual itu sendiri. Selain itu, demikian, ritual menjadi sarana untuk
tindakan ritual juga dapat berfungsi sebagai membangun identitas dalam menghadapi
sarana untuk mengatasi kehidupan sosial dan perubahan sosial dan kontekstual dalam
18 21
(Rappaport, 1979) (Rappaport, 1979)
19 22
(Roy, 1999) (Bell, 2009)
20
(Bell, 2009)
Bell mengemukakan bahwa ritual dalam membentuk dan mempertahankan
23 24
(Bell, 2009) (Bell C. , 2009)
bentuk yang sempurna. Plato meyakini untuk berhubungan dengan kebenaran abadi
Plato juga mengajarkan bahwa kualitas berakhir secara permanen. Secara umum,
hidup dan moralitas seseorang akan kematian mengacu pada berakhirnya fungsi-
mempengaruhi nasib jiwa setelah kematian. fungsi biologis dan vital yang menjaga
Bagi Plato, kehidupan yang diperintah oleh kehidupan. Hal ini ditandai dengan
pengetahuan dan kebijaksanaan adalah yang berhentinya fungsi organ-organ tubuh yang
paling baik. Jiwa yang telah mencapai penting, termasuk fungsi pernapasan,
pemahaman yang mendalam tentang ide-ide sirkulasi darah, dan aktivitas otak. Kematian
yang sempurna akan mencapai kebahagiaan dapat terjadi karena berbagai penyebab,
dan kehidupan yang lebih baik setelah termasuk penyakit, cedera parah, kecelakaan,
kematian. Namun, jiwa yang terikat oleh proses penuaan, atau kondisi medis yang
siksaan dan hidup yang buruk di alam roh. kematian secara fisik menghentikan
mencapai keselamatan jiwa setelah kematian. beda di antara budaya dan agama. Beberapa
jiwa dari penjara tubuh dan kesempatan peralihan ke kehidupan setelah mati atau
kehidupan lainnya, sementara yang lain Ritual dalam Presfektif Umat Hindu
setelah mati, reinkarnasi, pembebasan, atau dipisahkan. Ritual dalam agama Hindu
keabadian jiwa juga dapat mempengaruhi merupakan manifestasi, bentuk, dan fungsi
pandangan tentang kematian adalah subjektif Ritual merupakan salah satu cara untuk
dan dapat bervariasi antara individu. Masing- memuja Tuhan dalam berbagai
nilai, atau cara sendiri dalam memahami arti metode untuk menginterpretasikan dan
dan makna kematian dalam konteks mengalami ajaran agama yang diwujudkan
spiritual, maka untuk memudahkan mereka, setelah seseorang meninggal, tubuh fisiknya
sebagai simbolisasi atau "nyasa" untuk alamiahnya. Namun, jiwa yang tidak terbatas
menyatukan pikiran agar fokus terpusat pada tidak mati, melainkan berpindah ke alam
Tuhan. Bahkan dalam ajaran bhakti, halus yang dikenal sebagai alam mimpi atau
diperlukan alat atau sarana prasarana yang alam astral. Di sana, jiwa mengalami
mutlak dalam menyembah Tuhan. Bahkan pengalaman berdasarkan amalan dan karma
para Maha Rsi pun masih menggunakan yang dihasilkan selama kehidupan di dunia.
surga atau neraka. Setelah mengalami membantu jiwa yang meninggal dalam
konsekuensi karma, jiwa akan lahir kembali perjalanan mereka ke kehidupan berikutnya
dalam wujud baru dalam siklus kelahiran dan dan memastikan kesejahteraan mereka di
mencapai pembebasan dari siklus samsara. 1. Pengaruh Budaya Lokal: Hindu Bali
Ini mendorong umat Hindu untuk memiliki pengaruh budaya Bali yang kuat,
mengutamakan nilai-nilai kebaikan, dan budaya Jawa yang khas. Hal ini mencakup
memperbaiki karma mereka demi mencapai perbedaan dalam seni, tarian, musik, dan
campuran dari unsur-unsur Hindu dan 2. Filosofi dan Konsep: Hindu Bali
budaya Jawa yang khas. Upacara kematian menganut filosofi Tri Hita Karana, yang
dan persembahan kepada leluhur merupakan menekankan keseimbangan dan harmoni
antara manusia, alam semesta, dan Tuhan. 5. Pengaruh Agama Asli: Hindu Bali
Sementara itu, Hindu Jawa memiliki memiliki pengaruh yang lebih kuat dari
penekanan pada aspek kebatinan dan agama asli Bali seperti animisme dan
kekuatan supranatural dan roh-roh leluhur. ajaran Hindu. Sementara itu, Hindu Jawa
musik, tarian, dan prosesi. Di sisi lain, Hindu 6. Penekanan pada Mitologi: Hindu Bali
Jawa memiliki upacara-upacara seperti dan Hindu Jawa memiliki mitologi mereka
selametan, slametan, dan upacara kasada sendiri, tetapi cerita-cerita dan tokoh-tokoh
yang unik dalam tradisi Jawa. legendaris yang ditekankan dapat berbeda.
kepada leluhur melalui persembahan dan Meskipun ada perbedaan ini, Hindu
upacara Pitra Yadnya, sementara Hindu Jawa Bali dan Hindu Jawa memiliki dasar
cenderung memiliki praktik khusus yang keyakinan Hindu yang sama dan berbagi
terkait dengan roh-roh leluhur. banyak konsep dan nilai-nilai yang serupa.
Persamaan Hindu Bali dan Hindu Jawa Bali dan Hindu Jawa sama-sama memberikan
Hindu Jawa dipengaruhi oleh agama Hindu, 2. Pemujaan Dewa dan Dewi: Umat
yang berasal dari subbenua India. Keduanya Hindu Bali menyembah berbagai dewa dan
memiliki pengaruh ajaran Hindu dalam dewi Hindu. Dewa-dewi seperti Dewa Siwa,
praktik keagamaan dan dalam aspek-aspek Dewi Durga, Dewi Laksmi, dan banyak lagi
praktik dan tradisi, persamaan ini 3. Ritual dan Upacara: Ritual dan
mencerminkan bahwa Hindu Bali dan Hindu upacara memiliki peran penting dalam
Jawa merupakan bagian dari tradisi Hindu kehidupan keagamaan Hindu Bali.
yang lebih luas, dengan dasar keyakinan dan Masyarakat Hindu Bali secara teratur
antara manusia, alam semesta, dan Tuhan. memiliki hubungan yang kuat dengan alam.
Masyarakat Hindu Bali berusaha menjaga Alam semesta dianggap suci dan dihormati
kewajiban sosial, menjaga hubungan dengan ditujukan kepada dewa-dewi yang mengatur
alam, dan melaksanakan kewajiban aspek-aspek alam seperti sungai, gunung, dan
keagamaan. laut.
leluhur memiliki peran penting dalam agama unik dari agama Hindu Bali, dengan
Hindu Bali. Pitra Yadnya adalah upacara pengaruh budaya Bali yang kuat dan
dan memuliakan leluhur yang telah praktik upacara dan ritual, serta filosofi
agama Hindu dan budaya Jawa yang khas. persembahan, tarian, dan musik.
seperti roh-roh leluhur, makhluk halus, dan peran penting dalam kehidupan keluarga dan
sehari-hari dan harus dihormati serta diberi perlindungan, dan berkah bagi keturunan
persembahan. mereka.
Jawa menganut filosofi keseimbangan dan Hindu Jawa juga menyembah dewa-dewi
harmoni dalam kehidupan. Mereka Hindu seperti Dewa Siwa, Dewi Parwati,
Tuhan, serta menjalani kehidupan yang persembahan, doa, dan pengabdian dalam
melaksanakan berbagai upacara dan ritual juga percaya pada konsep karmaphala, yaitu
sebagai bentuk pemujaan dan penghormatan hukum sebab-akibat dari tindakan individu.
kepada dewa-dewi dan roh-roh leluhur. Mereka meyakini bahwa tindakan baik akan
Misalnya, upacara slametan, selametan, dan menghasilkan hasil yang baik, sementara
tindakan buruk akan menghasilkan disebabkan oleh tindakan manusia itu
Dari penjelasan beberapa bab yang telah di baik dalam kehidupan individual
tulis sebelumnya maka peneliti dapat maupun sosial. Segala sesuatu yang
1. Dalam ajaran agama Hindu, hidup di itu dalam skala individu maupun
dengan tantangan dan penderitaan. 2. Hindu Bali dan Hindu Jawa memiliki
baik dan buruk, kehidupan ini sering kepercayaan, dan pengaruh budaya
hambatan, dan penderitaan yang Hindu Bali dan Hindu Jawa memiliki
dasar yang sama dan berbagai konsep kematian dalam agama Hindu adalah
adalah agar tubuh fisik (Ragha sarira) setelah meninggal dunia. Secara
alam Pitra. Oleh karena itu, upacara lebih baik, kematian dari siklus
ditunda-tunda.