Anda di halaman 1dari 31

RITUAL KEMATIAN

MASYARAKAT HINDU BALI dan HINDU JAWA di KOTA SIDOARJO

Dita Nurwanti
nurwantidita7@gmail.com

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai Ritual Kematian yang dilakukan oleh Umat beragama
Hindu Bali dan Hindu Jawa yang ada di Kota Sidoarjo. Dilatar belakanagi oleh ritual upacara
Hindu Bali yakni Ngaben yang berlangsung di Krematorium Jala Pralaya Juanda dan Keputih
Surabaya, yang dima berbeda dengan Hindu Jawa yakni di kubur atau dipendem, orang hindu jawa
biasanya menyebutnya ngaben tanpa api. Bagaimana proses Ritual Kematian tersebut memiliki
makna tersendiri bagi umat hindu. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang dimana
metode ini mengharuskan peneliti turun langsung ke lapangan guna melihat secara langsung proses
Ritual Kematian. Ritual kematian Hindu termasuk dalam kategori pitra yajna (persembahan suci
untuk leluhur). Umat Hindu meyakini bahwa ketika seseorang meninggal, jasad materialnya pun
ikut mati, kaku, dan rapuh. Namun, jiwa halusnya
tidak ikut mati, melainkan terus hidup di alam halus yang mirip dengan dunia mimpi kita.
Di sana, jiwa mencoba alam surga dan neraka. Ritual kematian dalam Hindu Bali terkenal dengan
proses ritual yang sangat panjang, namun inti dari proses tersebut adalah dimulai dengan
membersihkan mayit (mresihin), melakukan kremasi, mengumpulkan abu atau tulang (asti
wedana), dan menghanyutkannya. Proses upacara kematian Hindu Jawa hampir sama dengan
Hindu Bali namun, di Hindu Jawa tidak menggunakan api, melainkan di kubur.

Kata Kunci : Hindu, Ritual, Ngaben dan Penguburan


PENDAHULUAN bahwa mayoritas penduduk Kecamatan

Kota Sidoarjo merupakan kabupaten Sidoarjo memeluk agama Islam sebesar

yang terletak di Provinsi Sidoarjo, Jawa 89,66%, kemudian penganut agama Kristen

Timur, Indonesia. Wilayah ini termasuk sebesar 9,24% (Protestan sebesar 6,54% dan

dalam kawasan Gerbangkertosusila dan Katolik sebesar 2,70%). Terdapat juga

berperan sebagai penopang utama Kota pemeluk agama Buddha sebesar 0,75%,

Surabaya. Di masa kolonialisme Belanda, Hindu sebesar 0,32%, dan Konghucu sebesar

Sidoarjo dikenal sebagai pusat kerajaan 0,02%. Meskipun pemeluk agama Hindu

Janggala. Patih R. Ng. Djojohardjo tidak banyak, toleransi beragama tetap kuat

memimpin daerah Sidokare, sementara R. di masyarakat kota Sidoarjo.

Ng. Djojoharo tinggal di kampung Pucang


Agama Hindu merupakan agama yang
Anom dan dibantu oleh Bagus Ranuwiryo,
dominan diikuti oleh sebagian besar
seorang Wedana yang bermukim di
penduduk India. Agama ini memiliki akar
Kampung Pengaahan. Pada tahun 1859, atas
dari ajaran-ajaran Weda yang telah
permintaan pemerintah Hindia Belanda
berevolusi seiring waktu dan mengambil
nomor 9 Tahun 1859 tanggal 31 Januari 1859
bentuk dari budaya purbakala India serta
Staatsblad No. 6, Kabupaten Surabaya dibagi
berbagai kisah spiritual yang tumbuh
menjadi dua bagian, yaitu Kabupaten
sebelum kedatangan bangsa Arya.
Surabaya dan Kabupaten Sidokare. Sidokare
Hinduisme juga dikenal sebagai Agama
dipimpin oleh R. Notopuro (kemudian
Brahma yang muncul sejak abad ke-8 SM
menjadi RTP Tjokronegoro) dari Kasepuhan,
dan memiliki kekuatan besar serta pengaruh
yang merupakan putra dari RAP
yang kuat . Agama ini melibatkan praktik
Tjokronegoro, Bupati Surabaya. Data BPS
ibadah seperti membaca doa, menyanyikan
Kabupaten Sidoarjo juga menunjukkan
lagu-lagu pemujaan, dan memberikan pembebasan jiwa dalam semua aspek

korban-korban. kehidupan.

Proses pemakaman dan ritual ngaben Bagi orang Hindu, agama adalah jalan

(kremasi) dalam agama Hindu berbeda-beda menuju kebebasan yang sejati. Agama

di setiap daerah. Misalnya, proses dipandang sebagai sarana untuk mencapai

pemakaman dan ngaben dalam tradisi Hindu kebebasan penuh dalam hidup. Manusia lahir

Jawa di Kota Sidoarjo akan berbeda dengan ke dunia dengan sifat bawaan yang ingin

tradisi Hindu Bali di Kota Sidoarjo. beragama, yang dianggap sebagai fitrah yang

Meskipun keduanya berada di Kota Sidoarjo, telah diciptakan oleh Tuhan dalam diri

mereka memiliki asal-usul, budaya, dan manusia.

nenek moyang yang berbeda.


Pemahaman dan pelaksanaan ajaran

Hinduisme menggabungkan aspek-aspek Hindu didasarkan pada tiga kerangka dasar.

rasional agama dan praktis filsafat. Filsafat Pertama, Tattwa (pengetahuan tentang

Hindu bukanlah semata-mata diskusi filsafat) melibatkan pemahaman terhadap

intelektual yang tidak bermanfaat, ajaran agama dan konsep-konsep filosofis

melainkan merupakan cara hidup dan yang harus dimengerti oleh masyarakat.

pandangan tentang kehidupan. Agama Kedua, Etika melibatkan pengetahuan

merupakan inti spiritual bagi orang Hindu, tentang sopan santun, tata karma, dan

dan budaya religius merupakan budaya yang pembentukan sikap keagamaan yang baik

membawa pembebasan. Agama Hindu serta perilaku yang benar. Ketiga, Upacara

mendominasi berbagai aspek kehidupan atau ritual melibatkan pengetahuan tentang

karena tujuannya adalah mencapai yajna (korban suci) dan tata cara pelaksanaan
upacara sebagai bentuk simbolis komunikasi melaksanakan kewajibannya, ia akan

antara manusia dan Tuhan. kehilangan hak warisnya. Pitra Yajna adalah

persembahan suci kepada leluhur. "Pitra"


Upacara dalam Agama Hindu dapat
berasal dari kata "Pitr" yang berarti
dikategorikan menjadi lima kelompok besar
berkorban. Leluhur yang dimaksud adalah
yang disebut Panca Maha Yajna. Pertama,
orang tua, kakek nenek, dan garis keturunan
Dewa Yajna adalah korban suci untuk Sang
lainnya. Pitra Yajna merupakan cara untuk
Hyang Widhi (Tuhan). Kedua, Rsi Yajna
melunasi utang kepada leluhur. Pitra Yajna
adalah korban suci untuk para Rsi (para resi
secara umum dapat dibagi menjadi dua
atau guru spiritual) . Ketiga, Manusia Yajna
bagian, yaitu pemeliharaan saat leluhur
adalah korban suci untuk sesama manusia.
masih hidup dan penyelenggaraan upacara
Keempat, Pitra Yajna adalah korban suci
setelah kematian leluhur.
untuk para leluhur. Kelima, Bhuta Yajna

adalah korban suci untuk semua makhluk di Dalam keyakinan Hindu, ketika

luar manusia. seseorang meninggal, tubuh materi yang

bersifat kebendaan membusuk dan menjadi


Ritual upacara kematian termasuk dalam
rapuh. Namun, jiwa atau tubuh halus tidak
kelompok Pitra Yajna dan dianggap wajib
ikut mati, melainkan terus berlanjut ke alam
bagi umat Hindu. Sebelum selesainya
halus yang menyerupai keadaan mimpi kita.
pelaksanaan Pitra Yajna, pewaris tidak
Di sana, jiwa mengalami pengalaman surga
memiliki hak untuk mewarisi harta warisan.
dan neraka yang disebutkan dalam kitab-
Tugas pewaris adalah untuk memperingati
kitab agama. Setelah itu, jiwa kembali ke
dan memuja leluhur di Sanggah Kamulan.
kehidupan ini dalam tubuh yang baru,
Jika seorang pewaris meninggalkan kedaton
membawa keinginan dan tugas-tugas yang
(wilayah pemukiman) dan tidak
sudah dilakukan sebelumnya. Dengan melibatkan prosesi pemakaman, pembakaran

demikian, sebuah siklus baru dimulai bagi jenazah, doa-doa, nyanyian, serta

jiwa ini sebagai hasil dari perbuatan yang penggunaan benda-benda seperti dupa,

dilakukan dalam kehidupan sebelumnya. bunga, dan pakaian khusus. Tujuan dari ritual

Jiwa ini kemudian ditemukan dalam tubuh kematian ini adalah memberikan

manusia atau binatang, dan merasakan penghormatan kepada yang meninggal,

kebahagiaan atau penderitaan sesuai dengan memfasilitasi perpindahan jiwa ke alam

perbuatan yang telah dilakukan dalam selanjutnya, serta memberikan dukungan dan

kehidupan sebelumnya. penghiburan bagi keluarga yang

ditinggalkan.
Setiap agama memiliki cara yang berbeda

dalam menghadapi kematian. Dari berbagai Ritual kematian telah ada sejak zaman

tanggapan tersebut, muncul keinginan untuk nenek moyang dan masih dijalankan hingga

melaksanakan berbagai ritual kematian yang saat ini oleh pemeluk agama. Ritual ini telah

dari waktu ke waktu menjadi bagian inti dari menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

setiap agama. Pada dasarnya, ritual adalah budaya dan tradisi setiap pemeluk agama.

serangkaian kata-kata dan tindakan yang Ritual kematian tersebut menjadi sebuah

dilakukan oleh penganut agama dengan pranata keagamaan yang dianggap sebagai

menggunakan benda-benda, peralatan, dan norma perilaku yang baku oleh masyarakat

perlengkapan tertentu, di tempat tertentu, dan yang mendukungnya. Hal ini sulit untuk

dengan menggunakan pakaian khusus. berubah karena ritual tersebut melibatkan

kehormatan, harga diri, dan identitas


Dalam ritual kematian, banyak
masyarakat pendukungnya.
perlengkapan dan benda yang harus

dipersiapkan dan digunakan. Ritual ini bisa


Agama-agama di Indonesia memiliki dengan agama-agama lain yang ada di

tradisi ritual kematian yang berbeda-beda, Indonesia. Selain itu, perbedaan antara Hindu

baik itu agama Islam, Hindu, Buddha, Jawa dan Hindu Bali juga menambah minat

Kristen, atau Konghucu. Setiap agama untuk meneliti ritual kematian dalam kedua

memiliki keunikan dalam melaksanakan tradisi tersebut.

upacara kematian, baik dari segi peralatan


Dalam ritual kematian umat Hindu,
atau sesaji yang digunakan maupun gerakan-
terdapat rentetan upacara yang panjang,
gerakan yang dilakukan. Ini mencerminkan
mulai dari proses pemulihan jiwa yang
keanekaragaman budaya dan kepercayaan
disebut "mesihin" atau membersihkan sawa,
yang ada di Indonesia. Meskipun terdapat
kemudian dilanjutkan dengan "mendem
perbedaan dalam pelaksanaan ritual, semua
sawa" yang melibatkan penjagaan dan
agama tersebut menghormati dan
pengawalan jiwa yang telah meninggal,
menghargai kehidupan serta memiliki tujuan
kemudian dilanjutkan dengan "ngaben" yang
yang sama, yaitu memberikan penghormatan
merupakan proses kremasi, dan "mroras"
kepada yang meninggal dan menghadirkan
yang merupakan tahap pemukuran. Symbol
kenyamanan bagi keluarga yang
juga memiliki peran penting dalam praktik
ditinggalkan.
keagamaan umat Hindu. Umat Hindu

Agama Hindu memang menarik untuk menggunakan berbagai simbol sebagai

diteliti dalam konteks ritual kematian karena perantara dalam ibadah mereka. Simbol-

memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. simbol ini dapat berupa patung, bunga, air,

Hinduisme merupakan salah satu agama sesajen, dan lain sebagainya. Setiap simbol

tertua yang ada di Indonesia dan memiliki memiliki arti dan nilai yang berbeda-beda,

keunikan tersendiri jika dibandingkan yang memberikan dimensi spiritual dan


makna mendalam dalam praktik keagamaan A. Rumusan Masalah

Hindu.
Penelitian pada “Ritual Kematian

Melalui penelitian tentang ritual (Masyarakat Hindu Bali dan Hindu Jawa di

kematian dalam agama Hindu, kita dapat Kota Sidoarjo)”, rumusan permasalahan yang

memahami lebih dalam tentang keyakinan, dapat diajukan adalah sebagai berikut:

tradisi, dan filosofi yang melandasi praktik


1. Bagaimana kepercayaan umat Hindu
keagamaan umat Hindu di Indonesia. Ini juga
Bali dan Hindu Kota di Kota Sidoarjo
memberikan wawasan tentang
tentang ritual kematian?
keanekaragaman budaya dan agama yang ada
2. Bagaimana proses pelaksanaan dan
di Indonesia serta peran ritual kematian
tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam mempertahankan identitas agama dan
dalam ritual kematian Hindu Bali dan
kepercayaan tersebut.
Hindu Jawa di Kota Sidoarjo?

Peneliti memilih lokai penelitian di 3. Apa makna dan tujuan ritual kematian

Sidoarjo karena letak lokasi penelitian Hindu Bali dan Hindu Jawa ?

tersebut tidak jauh dari kediaman (rumah)


Dengan merumuskan pertanyaan-
penulis, sehinggah mudah dijangkau oleh
pertanyaan tersebut, penelitian ini akan
penulis. Penelitian ini difokuskan pada kajian
mengarahkan pembahasan pada aspek-aspek
RITUAL KEMATIAN (Masyarakat Hindu
yang relevan dengan judul dan
Bali dan Hindu Jawa di Kota Sidoarjo).
memungkinkan untuk mendapatkan
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang
pemahaman yang mendalam tentang, proses,
maksimal maka akan dijelaskan pada
makna dan tujuan ritual kematian dalam
rumusan masalah dibawah ini.
tradisi Hindu Bali dan Hindu Jawa di Kota

Sidoarjo.
B. Tujuan Penelitian 1. Laporan penelitian terdahuli : Peneliti

mencari laporan penelitian terdahulu


Dari perumusan masalah yang di buat oleh
yang mungkin telah dilakukan di
peneliti, maka tujuan penelitian ini adalah:
wilayah lain atau dalam konteks yang
1. Menjelaskan kepercayaan umat
berbeda, namun masih terkait dengan
Hindu Bali dan Hindu Jawa di Kota
Ritual Upacara Kematian Agama
Sidoarjo tentang Ritual Kematian.
Hindu. Sumber-sumber ini dapat
2. Untuk menjelaskan proses ritual
memberikan wawasan tambahan dan
kematian umat Hindu Bali dan Hindu
pemahaman yang lebih baik tentang
Jawa di Kota Sidoarjo.
topik yang diteliti. Seperti, Jurnal
3. Untuk menguraikan makna dan
Online, artikel, Skripsi. Sumber-
tujuan ritual kematian Hindu Bali dan
sumber ini dapat memberikan
Hindu Jawa di Kota Sidoarjo.
pembaruan terkini dan pandangan
C. Kajian Terdahulu
kontemprer tentang praktik ritual
Secara keseluruhan, banyak penelitian tersebut.

yang telah dilakukan mengenai ritual upacara


Dengan menggabungkan sumber-sumber
agama Hindu. Namun, penelitian yang secara
data tersebut, peneliti berharap dapat
khusus membahas tentang Ritual Upacara
menyusun kajian yang mendalam dan
Kematian Agama Hindu Jawa dan Hindu
komprehensif tentang Ritual Upacara
Bali di Kota Sidoarjo belum ada menurut
Kematian Agama Hindu Jawa dan Hindu
tujuan peneliti. Dalam rangka mengatasi
Bali di Kota Sidoarjo
kekurangan tersebut, peneliti menggunakan
Berikut sumber data yang diambil dari
beberapa sumber data yang diambil dari
kepustakaan, antara lain yaitu:
kepustakaan, antara lain:
Jurnal Makna Ritual “Saung Ta’a” Dalam penulis membahas tentang Ritual Upacara

Upacara Adat Kematian Pada Masyarakat Kematian, namun di temukan juga perbedaan

Desa Bea Ngencung Kecamatan Rana Mese di sumber data yang penulis temukan, yaitu

Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2021 sumber data yang ditemukan membahas

(Priska Ratnasari Gonar, dkk Prodi ritual Saung Ta’a, sedangan peneliti

Pendidikan Sejarah, Universitas Nusantara membahas tentang Ritual Upacara Kematian

PGRI Kediri). 1 Sumber data ini berupa Hindu Jawa dan Hindu Bali.

Jurnal, yang menjeaskan tentang upacara


Jurnal “ Makna Upacara Adat
adat di Desa Bea Ngencung Kecamatan Rana
Pemakaman Rambu Solo’ di Tana Toraja
Mese Kabupaten Mnggarai Timur, upacara
2020 (Anggun Sri Anggraeni, dkk Fakultas
adat tersebut upacara Saung Ta’a, yaitu
Bahasa dan Seni,Universitas Indraprasta
upacara kepatian untuk melepas kepergian
PGRI, Jakarta Selatan). 2 Sumber data ini
seseorang yang telah meninggal. Upacara
membahas tentang makna upacara adat
tersebut malaui berbagai proses yang dimana
pemakaman Rambu Solo’ bagi masyaraka
dalam proses tersebut dinamaan Tae Mata.
Tana Toraja. Ritual upacara pemakaman
Ritual adat tersebut harus wajib dilaksankan
yang berkaitan dengan kematian seseorang,
sebagai keberlangsungan hidup masyarakat
merupakan upacara adat pemakaman Rambu
Bea Ngencung dan seluruh orang Manggarai.
Solo, yang memiliki tujuan untuk
Saung Ta’a merupakan salah satu ritual adat
menghormati jiwa atau arwah seseorang yang
yang masih dipertahankan hingga saat ini.
meninggal dan mengantarkannya menuju

Ditemukan pesamaan didalam penelitian alam roh. Upacara tersebut dilakukan sebagai

tersebut, karena penelitian yang ditulis bentuk pemujaan kepada arwah nenek

1
(Gonar, Budiono, & Widiatmoko, 2021) (Anggraeni & Putri, hal. 2020)
moyang dan para leluhur mereka. Upacara Fenomenologi Masyarakat Jawa di Kampung

tersebut dilakukan oleh masyarakat toraja Rama Gunawan Kecamatan Seputih

atas kepercayaan yang dianut berdasarakan Mataram Kabupaten Lampung Tengah) yang

dengan tingkat social, serta tahta aturan yang di tulis oleh Ni Made, dkk (2021) dari

telah ditentukan. Universitas Lampung. 3 Teknik yang dipakai

dalam penelitian ini yaitu menggunakan


Ditemukan persamaan didalam sumber
metode kualitatif dengan pendekatan studi
data tersebut, peneliti tersebut membahas
fenomenologi. Tujuan dari penelitian ini
makna dari upacara adat pemakaman yang
ialah untuk memahami bagaimana
dilakukan oleh masyarakat toraja. Penelitian
pengalaman masyarakat Jawa terhadap
yang ditulis oleh penulis juga dipembahasan
tradisi ogoh-ogoh yang diadakan di Desa
akan membahas tentang makna dari Ritual
Rama Gunawan, Kecamatan Seputih
Upacara Kematian Hindu Jawa dan Hindu
Mataram, Kabupaten Lampung Tengah.
Bali. Ditemukan juga perbedaan didalam

sumber data tersebut, peneliti tersebut Perbedaan antara penelitian ini dengan

membahas upacara yang berkaitan dengan penelitian yang akan datang terletak pada

adat yang ada di masyarakat toraja, objek penelitian tradisi yang dipilih. Jika

sedangkan penelitian yang ditulis oleh penelitian Ni Made Rika Setiyawati (2021)

penulis tidak ada membahas adat. memilih tradisi ogoh-ogoh sebagai objek

penelitiannya, maka penelitian yang akan


Jurnal yang berjudul “Persepsi
dilakukan akan memilih tradisi Ngaben dan
Masyarakat Bali Terhadap Tradisi Ogoh-
penguburan sebagai objek penelitiannya.
Ogoh di Kampung Rama Gunawan (Studi
Persamaan peneitian Ni Made Rika

3
(Marinasari, Wakidi, & Ekwandari, 2021)
Setiyawati dengan penelitian yang akan datang yaitu memiliki persamaan yang

dilakukan adalah sama-sama menggunakan dimana salah satu objek peneliti melakukan

metode penelitian kualitatif yang dimana proses kremasi di crematorium yang dimana

peneliti turun langsung ke lokasi penelitian bersifat modern.

terjadi.
D. Metodologi Penelitian

Jurnal karta I Ketut Gede Pringgatama


Metodologi penelitian salah satu cara
Bintang dan I Putu Suyasa Ariputra yang
menurut system aturan tertentu untuk
berjudul Evektifitas Ngaben Kremasi di
mengarahkan suatu kegiatan praktis agar
Krematorium Bebalang Bangli. 4 Jurnal ini
terlaksana secara rasional guna mencaai hasil
membahas tentang keadaan masyarakat bali
yang optimal. 5 Untuk memperoleh hasil yang
yang semakin modern dengan pengaruh
terarah dan sistematis maka dalam hal ini
teknologisasi sehingga berdampak pada
peneliti menggunakan metode penelitian
tradisi budaya bali khususnya upacara
sebagai berikut:
ngaben.
1. Jenis Penelitian
Perbedaan antara jurnal tersebut dengann
Jenis penlitian ini adalah penelitian
penelitian yang akan dilakukan adalah
kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor,
terdapat dua objek yang akan diteliti tidak
penelitian kualitatif merupakan prosedur
hanya kremasi atau ngaben yang dilakukan di
penelitian yang menghasilkan data deskriptif
crematorium namun juga melakukan
yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
penguburan jenazah. Persamaan yang ada
orang-orang dan perilaku yang dapat
dijurnal dari objek peneltian yang akan

4 5
(Bintang Mahasutra & Ariputra, 20221) (Bungin, 2001)
diamati.6 Enelitan kualitatif bertujuan untuk langsung dengan partisipan, dan

memahami understanding dnunia makna mempengaruhi hasil penelitian melalui

yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat pengamatan dan wawancara yang dilakukan.

menurut menurut erspektif masyarakat itu 3. Menggunakan metode penelitian kualitatif:

sendiri dan bersifat naturalistik, deskriptif Penelitian kualitatif menggunakan metode-

dan naratif. 7 metode seperti pengamatan, wawancara, atau

penelaahan dokumen untuk mengumpulkan


Ada beberapa karakteristik penelitian
data. Pendekatan ini memungkinkan peneliti
kualitatif, antara lain: 1. Penelitian dilakukan
untuk mendapatkan pemahaman mendalam
dalam setting alamiah mengenai perilaku
tentang fenomena yang sedang diteliti
manusia dan peristiwa sehari-hari: Penelitian
melalui interaksi langsung dengan partisipan
kualitatif cenderung dilakukan di lingkungan
dan analisis terhadap materi yang relevan. 4.
alami, tempat di mana perilaku manusia
Menggunakan analisis data secara induktif:
terjadi secara alami, dan peristiwa sehari-hari
Dalam penelitian kualitatif, analisis data
dapat diamati. Hal ini memungkinkan
dilakukan secara induktif, yang berarti
peneliti untuk memahami konteks dan makna
temuan dan pola-pola yang muncul dari data
di balik perilaku manusia yang dipelajari. 2.
menjadi dasar untuk mengembangkan
Peneliti sebagai instrument kunci: Dalam
pemahaman dan teori. Peneliti tidak memiliki
penelitian kualitatif, peneliti berperan
hipotesis awal yang baku, tetapi membiarkan
sebagai instrumen utama dalam
temuan muncul dari data yang dikumpulkan.
mengumpulkan dan menganalisis data. Peran
5. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif
peneliti sangat penting karena peneliti
berupa kata-kata dan gambar: Data dalam
memahami konteks penelitian, berinteraksi

6 7
(Moleong, 2009) (Moleong, 2009)
penelitian kualitatif dikumpulkan dalam Penelitian kualitatif sering menggunakan

bentuk deskriptif, seperti kutipan langsung desain penelitian yang fleksibel dan terus

dari wawancara, transkripsi pengamatan, menerus. Desain ini memungk. Penelitian ini

atau gambar-gambar. Penelitian kualitatif dilakukan secara mendalam dengan menggali

berfokus pada pemahaman mendalam data yang dibutuhkan melalui observasi dan

tentang konteks dan makna yang terkandung terlibat secara langsung serta wawancara

dalam data yang dikumpulkan. 6. Proses secara mendalam.

lebih diutamakan daripada hasil: Penelitian


2. Sumber Data
kualitatif menekankan pentingnya proses
Proses dalam menggali data penelitian,
penelitian yang jelas dan transparan. Peneliti
peneliti menggunakan dua sumber data
harus menjelaskan langkah-langkah yang
utama, yaitu sumber data primer dan sumber
diambil, pemilihan metode, dan interpretasi
data sekunder. Berikut adalah penjelasan
hasil yang diperoleh. Tujuannya adalah
singkat tentang keduanya:
memastikan kecermatan dan validitas temuan

yang diperoleh. 7. Kriteria penilaian yang 1) Sumber Data Primer: Sumber data

berbeda: Dalam penelitian kualitatif, kriteria primer Merujuk pada data yang

penilaian berbeda dengan penelitian dikumpulkan secara langsung oleh

kuantitatif. Validitas, keandalan, ketekunan, peneliti untuk tujuan penelitian yang

dan pemahaman yang mendalam menjadi sedang dilakukan. 8 Peneliti

faktor yang lebih penting dalam mengumpulkan sumber data primer

mengevaluasi kualitas penelitian kualitatif. dengan menggunakan metode-

Desain fleksibel dan terus menerus: metode seperti observasi, wawancara,

8
Ibid,.129
angket, atau eksperimen. Data primer b. Wawancara

memberikan informasi yang spesifik


Wawancara atau interview
dan relevan sesuai dengan tujuan
merupakan salah satu metode degan
penelitian.
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
Contoh data primer termasuk
sesuai dengan tujuan penelitian. Pertanyaan-
transkripsi wawancara yang
pertanyaan tersebut akan diajukan kepada
dilakukan oleh peneliti, catatan
informan yang dapat mengetahui
lapangan yang diperoleh dari
permasalahan dalam penelitian untuk
observasi langsung, atau hasil tes
mendapatkan informasi yang dibutuhkan
yang diambil dalam pengaturan 9
dalam peneitian.
eksperimen. Data primer cenderung
a. Dokumentasi
memiliki keaslian dan kebaruan,

karena dikumpulkan secara khusus Dokumentasi yaitu mencari data

untuk penelitian tertentu. mengenasi hal-hal atau variable yang berupa

a. Observasi catatan, transkip, buku, surat

kabar,prasati,arsip, dan sebagainya. 10


Observasi meupakan serangkaian
Dokumentasi ini merupakan data pendukung
pencatatan dan pengamatan terhadap gejala-
dari suatu penelitian. Peneliti menggunakan
gejala yang menjadi objek pene;itian secara
dokumentasi yang berupa foto-foto yang
sistematis, sesuai dengan tujuan penelitian
diambil secara langsung di lapangan.
dengan menggunakan pancraindra seperti

mata dan telingga. 2. Sumber Data Sekunder: Sumber

data sekunder merujuk pada data yang telah

9 10
(Arikunto, 1998) Bungin Burhan. 131
dikumpulkan oleh pihak lain atau ada menghemat waktu dan sumber daya dalam

sebelumnya untuk tujuan lain, namun dapat mengumpulkan data mereka sendiri.

digunakan oleh peneliti dalam penelitian


Dalam penelitian yang baik, peneliti
mereka.11 Sumber data sekunder dapat
sering mengintegrasikan data primer dan data
berupa literatur, publikasi, laporan penelitian
sekunder untuk memperoleh pemahaman
sebelumnya, basis data, arsip, atau dokumen
yang lebih komprehensif dan valid mengenai
resmi yang tersedia.
topik penelitian peneliti.

Peneliti menggunakan sumber data


Sistematika Pembahasan
sekunder untuk mendapatkan informasi
Untuk melancarkan proses penelitian dan
tambahan, mendukung temuan, atau
memperoleh gambaran yang jelas maka
membandingkan hasil penelitian mereka
penulis menguraikan dalam lima bab yang
dengan penelitian sebelumnya. Data
akan diuraikan sebagai berikut :
sekunder dapat membantu konteks penelitian

dan memberikan gambaran yang lebih Bab Pertama membahas Pendahuluan

komprehensif tentang topik yang diteliti. yang berisi : Latar Belakang, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Kajian


Misalnya, peneliti dapat menggunakan
Terdahulu, Metode Penelitian, Sistematika
data sekunder seperti hasil survei nasional,
Pembahasan
statistik pemerintah, atau laporan akademik

yang relevan dengan topik penelitian mereka. Bab Kedua membahas Kajian Teori yang

Data sekunder dapat membantu peneliti bersisi : Pengertian Ritual, Pengertian

Kematian

11
Ibid,. 131
Bab Ketiga membahas Pemaparan Data upacara.12 Pada intinya, upacara adalah

yang berisi : Ritual dalam prespektif Hindu, serangkaian ucapan dan tindakan yang

Kematian dalam Prespektif Hindu, dilakukan oleh para penganut agama dengan

Keyakinan Masyarakat Hindu Bali dan menggunakan benda-benda, alat, dan

Hindu Jawa, Lokasi Penelitian,Proses perlengkapan tertentu, di tempat tertentu, dan

Perawatan Jenazah Masyarakat Hindu, dengan pakaian khusus. 13 Sama halnya

Alasan Memilih Ngaben di Krematorium. dengan upacara kematian, memerlukan

banyak persiapan dan perlengkapan yang


Bab Keempat membahas Analisi Data
harus dipersiapkan dan digunakan. Ritual
yang berisi : Ajaran Agama Hindu,
atau upacara dilakukan dengan tujuan untuk
Perbedaan dan Persamaan Hindu Bali dan
memohon berkat atau keberuntungan dalam
Hindu Jawa, Ciri Khas Hindu Bali dan Hindu
suatu pekerjaan. Seperti upacara untuk
Jawa, Proses Ritual Kematian Masyarakat
menghindari bencana atau upacara untuk
Hindu Bali, Proses Pemakaman Hindu Jawa,
merayakan peristiwa penting dalam
Makna dan Tujuan Ritual Kematian
kehidupan manusia seperti kelahiran,
Pengertian Ritual
pernikahan, dan kematian.14

Ritual adalah suatu proses dalam


Dalam buku yang berjudul "Ritual
perayaan atau kegiatan sakral yang dilakukan
Theory, Ritual Practice", Catherine Bell
oleh sekelompok penganut agama. Ditandai
memang menjelaskan ritual sebagai praktik
dengan berbagai unsur dan komponen,
yang memiliki karakteristik khusus yang
termasuk waktu, lokasi upacara,
membedakannya dari tindakan sehari-hari.
perlengkapan upacara, dan pelaksana

12 14
(Koentjraningrat, 1985) (Agus, 2007)
13
(Suprayogo, 2001)
Bell menganggap ritual sebagai strategi atau sosial, konteks historis, dan konteks ruang

cara bertindak yang diatur oleh aturan, dan waktu. Ritual merupakan sesuatu yang

norma, dan simbol-simbol tertentu yang dinamis, karena mengalami perubahan

diterima dalam suatu masyarakat atau sejalan dengan perubahan konteksnya. Ini

komunitas.15 Catherine Bell, seorang berarti bahwa ritual bersifat fleksibel dari

antropolog dan pakar dalam studi agama dan waktu ke waktu dan mengalami perubahan

ritual, memberikan pandangan yang ketika konteksnya berubah. Ritual berfungsi

berpengaruh tentang ritual dalam karyanya. sebagai alat yang efektif untuk

Bell menganggap ritual sebagai suatu bentuk menghubungkan tradisi dan perubahan, yakni

komunikasi yang kompleks dan sangat sebagai sarana untuk mendukung perubahan

bermakna dalam konteks kehidupan manusia. yang terjadi dalam masyarakat, menjaga

keberlanjutan tradisi atau budaya,


Dalam pandangan Bell, ritual adalah
memperkuat persatuan komunitas, dan
fenomena kompleks yang melibatkan aspek
membangun identitas suatu komunitas atau
simbolis, sosial, dan budaya. Dia
masyarakat.17
menekankan bahwa ritual tidak hanya

sekadar praktik mekanis, tetapi juga Seperti yang dijelaskan oleh Roy

merupakan cara manusia berinteraksi dengan Rappaport dalam bukunya "Ecology,

dunia, memperoleh makna, dan menjalin Meaning and Religion", ia membatalkan

hubungan sosial. 16 pandangan serupa dengan Bell bahwa ritual

memiliki peran dalam mengatur hubungan


Konteks ritual dapat bervariasi, seperti
antara masyarakat dan lingkungan. Manusia
dalam konteks adat atau tradisi, konteks

15 16
(Bell, 2009) Ibid,.226
17
Ibid,. 251
menggunakan ritual sebagai cara untuk Bell berpendapat bahwa ritual, sebagai

menjaga keseimbangan antara masyarakat praktik yang melibatkan cara atau strategi

dan lingkungan, beradaptasi dengan bertindak, memiliki keterkaitan dengan

lingkungan, serta mengatur hubungan sosial dimensi-dimensi sosial dan sejarah. Ini

dan politik dalam masyarakat.18 Ritual terkait dengan tradisi-tradisi yang diturunkan

mencakup tindakan yang dilakukan manusia, dari generasi sebelumnya. Setiap masyarakat

termasuk perilaku keagamaan dan berbagai memiliki tradisi ritual yang berbeda-beda,

kegiatan sosial dan politik dalam kehidupan yang menjadi ciri khas mereka. Ritual

sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa tindakan memiliki fungsi untuk mengintegrasikan

ritual tidak hanya memiliki dimensi tradisi-tradisi tersebut di dalam masyarakat.

keagamaan, tetapi juga melibatkan aspek Ritual juga merupakan cara efektif untuk

sosial dari kehidupan manusia secara bertindak dalam suatu kebudayaan tertentu. 21

keseluruhan.19 Rappaport mengemukakan Sebagai praktik yang dibangun secara sosial

bahwa ritual adalah sarana untuk oleh masyarakat, ritual memiliki peran

mengungkapkan dan mengekspresikan sebagai mekanisme kontrol sosial di tengah

berbagai hal, sambil tetap memiliki makna perubahan konteks atau lingkungan. Dengan

dalam tindakan ritual itu sendiri. Selain itu, demikian, ritual menjadi sarana untuk

tindakan ritual juga dapat berfungsi sebagai membangun identitas dalam menghadapi

sarana untuk mengatasi kehidupan sosial dan perubahan sosial dan kontekstual dalam

budaya manusia.20 masyarakat.22

18 21
(Rappaport, 1979) (Rappaport, 1979)
19 22
(Roy, 1999) (Bell, 2009)
20
(Bell, 2009)
Bell mengemukakan bahwa ritual dalam membentuk dan mempertahankan

melibatkan berbagai cara bertindak dan identitas komunitas tersebut. 24

situasi yang mendorong manusia untuk


Pengertian Kematian
melakukannya. Selain itu, budaya yang
Teori kematian yang dikemukakan oleh
berbeda-beda juga mempengaruhi cara setiap
Plato, filsuf terkenal dalam tradisi filsafat
individu melakukan ritual. Bagi Bell, ritual
Yunani kuno, terdapat dalam karya-
terkait dengan konteks bersama dan
karyanya, terutama dalam dialog "Faidon"
merupakan respon manusia dalam menguasai
dan "Negara". Menurut Plato, jiwa adalah
dunianya. Oleh karena itu, ritual melampaui
substansi abadi yang terpisah dari tubuh fisik
waktu, pengaruh, dan makna. Ritual
yang fana. Ia percaya bahwa jiwa telah ada
dianggap sebagai gerak sosial yang paling
sebelum kehidupan ini dan akan terus ada
mendasar dalam mengkonstruksi realitas. 23
setelah kematian. Plato berpendapat bahwa
Ritual adalah fenomena yang unik dan
tubuh hanyalah penjara sementara bagi jiwa.
universal, karena terdapat keragaman
Dalam dialog "Faidon", Plato
perspektif dan dimensi yang terlihat dalam
menggambarkan kematian sebagai
berbagai budaya dan masyarakat. Setiap
pemisahan jiwa dari tubuh. Ketika seseorang
komunitas memiliki ritual tindakan yang
mati, jiwa terbebas dari keterbatasan tubuh
memiliki makna khusus dan terkait dengan
dan memasuki dunia yang lain yang disebut
persoalan identitas. Dengan demikian, ritual
dunia roh atau alam kekal. Di sana, jiwa akan
merupakan aspek penting dalam memahami
bertemu dengan entitas-entitas yang lebih
budaya dan masyarakat, serta memiliki peran
tinggi, seperti ide-ide universal dan bentuk-

23 24
(Bell, 2009) (Bell C. , 2009)
bentuk yang sempurna. Plato meyakini untuk berhubungan dengan kebenaran abadi

bahwa tujuan hidup ini adalah untuk di alam roh.

mempersiapkan jiwa untuk perjalanan


Kematian adalah proses di mana
menuju dunia roh setelah kematian.
kehidupan seseorang atau organisme

Plato juga mengajarkan bahwa kualitas berakhir secara permanen. Secara umum,

hidup dan moralitas seseorang akan kematian mengacu pada berakhirnya fungsi-

mempengaruhi nasib jiwa setelah kematian. fungsi biologis dan vital yang menjaga

Bagi Plato, kehidupan yang diperintah oleh kehidupan. Hal ini ditandai dengan

pengetahuan dan kebijaksanaan adalah yang berhentinya fungsi organ-organ tubuh yang

paling baik. Jiwa yang telah mencapai penting, termasuk fungsi pernapasan,

pemahaman yang mendalam tentang ide-ide sirkulasi darah, dan aktivitas otak. Kematian

yang sempurna akan mencapai kebahagiaan dapat terjadi karena berbagai penyebab,

dan kehidupan yang lebih baik setelah termasuk penyakit, cedera parah, kecelakaan,

kematian. Namun, jiwa yang terikat oleh proses penuaan, atau kondisi medis yang

nafsu dan ketidaktahuan akan menghadapi tidak dapat disembuhkan. Meskipun

siksaan dan hidup yang buruk di alam roh. kematian secara fisik menghentikan

kehidupan seseorang, konsep kematian juga


Dengan demikian, teori kematian Plato
mencakup dimensi sosial, emosional, dan
menekankan pentingnya mempersiapkan
spiritual.
jiwa melalui kehidupan yang moral dan

pengetahuan yang mendalam untuk Pandangan tentang kematian berbeda-

mencapai keselamatan jiwa setelah kematian. beda di antara budaya dan agama. Beberapa

Bagi Plato, kematian adalah pembebasan agama memandang kematian sebagai

jiwa dari penjara tubuh dan kesempatan peralihan ke kehidupan setelah mati atau
kehidupan lainnya, sementara yang lain Ritual dalam Presfektif Umat Hindu

mungkin melihatnya sebagai akhir dari Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan

keberadaan individu. Konsep kehidupan Rwa Bhineda (dualitas) tidak dapat

setelah mati, reinkarnasi, pembebasan, atau dipisahkan. Ritual dalam agama Hindu

keabadian jiwa juga dapat mempengaruhi merupakan manifestasi, bentuk, dan fungsi

pemahaman tentang kematian. dari keberadaan ini. Kontras antara ritual

harus didasarkan pada tiga prinsip: Kuno


Secara pribadi, kematian sering kali
Dresta (tradisi purba), Desa Dresta (tradisi
menjadi momen yang memunculkan
lokal), dan yang terpenting, Sastra Dresta
berbagai respons dan emosi, termasuk
yang merupakan inti filsafat ritual agama
kesedihan, kehilangan, refleksi, atau
Hindu. Bentuknya dapat bervariasi sesuai
pencarian makna dalam kehidupan. Bagi
dengan Desa Dresta (tradisi lokal), tetapi inti
banyak orang, pemahaman tentang kematian
atau esensinya sesuai dengan ajaran Weda
juga mempengaruhi cara mereka menjalani
atau sastra Dresta (Ida Bagus Putu Dharsana,
kehidupan sehari-hari dan menghargai waktu
2010).
yang tersisa. Penting untuk diingat bahwa

pandangan tentang kematian adalah subjektif Ritual merupakan salah satu cara untuk

dan dapat bervariasi antara individu. Masing- memuja Tuhan dalam berbagai

masing orang dapat memiliki keyakinan, manifestasinya. Ini sebenarnya adalah

nilai, atau cara sendiri dalam memahami arti metode untuk menginterpretasikan dan

dan makna kematian dalam konteks mengalami ajaran agama yang diwujudkan

kehidupan mereka. dalam bentuk sesaji atau banten yang sarat

dengan makna filosofis, yang harus kita

terjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.


Karena berbicara tentang Tuhan, masyarakat jiwa yang abadi terus melanjutkan

umumnya tidak memahaminya secara perjalanannya. Menurut ajaran Hindu,

spiritual, maka untuk memudahkan mereka, setelah seseorang meninggal, tubuh fisiknya

diperlukan berbagai sarana dan prasarana membusuk dan kembali ke elemen

sebagai simbolisasi atau "nyasa" untuk alamiahnya. Namun, jiwa yang tidak terbatas

menyatukan pikiran agar fokus terpusat pada tidak mati, melainkan berpindah ke alam

Tuhan. Bahkan dalam ajaran bhakti, halus yang dikenal sebagai alam mimpi atau

diperlukan alat atau sarana prasarana yang alam astral. Di sana, jiwa mengalami

mutlak dalam menyembah Tuhan. Bahkan pengalaman berdasarkan amalan dan karma

para Maha Rsi pun masih menggunakan yang dihasilkan selama kehidupan di dunia.

sarana prasarana. Oleh karena itu, berbagai


Kehidupan jiwa setelah kematian, baik di
alat bantu diperlukan untuk mencapai Tuhan.
surga maupun neraka, adalah hasil dari
Banten/sesaji adalah salah satu alat untuk
amalan dan karma yang diakumulasikan
mencapai Sang Pencipta. Karena upacara
selama kehidupan sebelumnya. Jika
banten/sesaji mengungkapkan filsafat dalam
seseorang telah hidup sesuai dengan dharma
bentuk simbolis yang penuh kekudusan.
(tata tertib dan kebenaran), melakukan amal

Kematian dalam Prespektif Hindu baik, dan mengembangkan kesadaran

spiritual, maka jiwa tersebut dapat mencapai


Pengertian dasar tentang kematian dalam
surga atau tingkatan kebahagiaan yang lebih
agama Hindu yang Anda jelaskan memiliki
tinggi. Sebaliknya, jika seseorang melakukan
keterkaitan dengan konsep reinkarnasi atau
dosa-dosa berat dan menolak kebenaran, jiwa
kelahiran kembali. Dalam pandangan Hindu,
tersebut dapat mengalami penderitaan di
kematian hanyalah perpindahan dari satu
neraka.
kehidupan fisik ke kehidupan berikutnya, dan
Namun, perjalanan jiwa tidak berakhir di bagian penting dari tradisi ini, dengan tujuan

surga atau neraka. Setelah mengalami membantu jiwa yang meninggal dalam

konsekuensi karma, jiwa akan lahir kembali perjalanan mereka ke kehidupan berikutnya

dalam wujud baru dalam siklus kelahiran dan dan memastikan kesejahteraan mereka di

kematian yang dikenal sebagai samsara. alam baka.

Proses ini berlanjut hingga jiwa mencapai


Perbedaam Hindu Bali dan Hindu Jawa
pembebasan (moksha) dari siklus kelahiran
Hindu Bali dan Hindu Jawa memiliki
dan kematian, di mana jiwa bersatu dengan
perbedaan dalam beberapa aspek, termasuk
Tuhan atau Brahman. Pemahaman tentang
praktik keagamaan, ritual, kepercayaan, dan
kematian dan reinkarnasi ini penting dalam
pengaruh budaya lokal. Berikut adalah
agama Hindu karena mengajarkan
beberapa perbedaan antara Hindu Bali dan
pentingnya melakukan amalan yang baik,
Hindu Jawa:
hidup sesuai dengan prinsip dharma, dan

mencapai pembebasan dari siklus samsara. 1. Pengaruh Budaya Lokal: Hindu Bali

Ini mendorong umat Hindu untuk memiliki pengaruh budaya Bali yang kuat,

mengembangkan kesadaran spiritual, sementara Hindu Jawa memiliki pengaruh

mengutamakan nilai-nilai kebaikan, dan budaya Jawa yang khas. Hal ini mencakup

memperbaiki karma mereka demi mencapai perbedaan dalam seni, tarian, musik, dan

tujuan spiritual tertinggi. Pandangan tradisi lokal yang mempengaruhi praktik

kematian dalam Hindu Jawa mencerminkan keagamaan.

campuran dari unsur-unsur Hindu dan 2. Filosofi dan Konsep: Hindu Bali
budaya Jawa yang khas. Upacara kematian menganut filosofi Tri Hita Karana, yang
dan persembahan kepada leluhur merupakan menekankan keseimbangan dan harmoni
antara manusia, alam semesta, dan Tuhan. 5. Pengaruh Agama Asli: Hindu Bali

Sementara itu, Hindu Jawa memiliki memiliki pengaruh yang lebih kuat dari

penekanan pada aspek kebatinan dan agama asli Bali seperti animisme dan

spiritualitas, dengan keyakinan pada dinamisme, yang berdampingan dengan

kekuatan supranatural dan roh-roh leluhur. ajaran Hindu. Sementara itu, Hindu Jawa

memiliki pengaruh dari kepercayaan-


3. Upacara dan Ritual: Upacara dan
kepercayaan tradisional Jawa, seperti
ritual dalam Hindu Bali, seperti upacara
kepercayaan pada kekuatan supranatural dan
Ngaben (pemakaman), memiliki ciri khasnya
roh-roh leluhur.
sendiri dengan penggunaan persembahan,

musik, tarian, dan prosesi. Di sisi lain, Hindu 6. Penekanan pada Mitologi: Hindu Bali

Jawa memiliki upacara-upacara seperti dan Hindu Jawa memiliki mitologi mereka

selametan, slametan, dan upacara kasada sendiri, tetapi cerita-cerita dan tokoh-tokoh

yang unik dalam tradisi Jawa. legendaris yang ditekankan dapat berbeda.

Hindu Bali sering menekankan pada cerita-


4. Penghormatan Leluhur: Pemujaan
cerita Ramayana dan Mahabharata,
dan penghormatan kepada leluhur memiliki
sementara Hindu Jawa memiliki mitologi
peran penting dalam Hindu Bali dan Hindu
Jawa yang khas dengan cerita-cerita seperti
Jawa, tetapi ada perbedaan dalam praktiknya.
Lutung Kasarung dan Panji.
Hindu Bali menekankan penghormatan

kepada leluhur melalui persembahan dan Meskipun ada perbedaan ini, Hindu

upacara Pitra Yadnya, sementara Hindu Jawa Bali dan Hindu Jawa memiliki dasar

cenderung memiliki praktik khusus yang keyakinan Hindu yang sama dan berbagi

terkait dengan roh-roh leluhur. banyak konsep dan nilai-nilai yang serupa.

Keduanya mengakui keberadaan Tuhan


Maha Esa, mempercayai reinkarnasi, dan lainnya dihormati dan disembah dalam

mempraktikkan upacara serta persembahan praktik keagamaan kedua tradisi tersebut.

sebagai bentuk pemujaan.


3. Penghormatan Leluhur: Umat Hindu

Persamaan Hindu Bali dan Hindu Jawa Bali dan Hindu Jawa sama-sama memberikan

penghormatan kepada leluhur. Mereka


Meskipun ada perbedaan dalam
percaya bahwa leluhur memiliki peran
praktik keagamaan, pengaruh budaya, dan
penting dalam kehidupan keluarga dan
tradisi lokal, Hindu Bali dan Hindu Jawa juga
masyarakat, dan melaksanakan upacara dan
memiliki persamaan dalam beberapa aspek.
persembahan untuk menghormati mereka.
Berikut adalah beberapa persamaan antara

Hindu Bali dan Hindu Jawa: 4. Upacara Kelahiran dan Pernikahan:

Sama seperti dalam praktik Hindu secara


1. Dasar Keyakinan Hindu: Hindu Bali
umum, Hindu Bali dan Hindu Jawa juga
dan Hindu Jawa memiliki dasar keyakinan
memiliki upacara kelahiran dan pernikahan
yang sama dalam agama Hindu. Keduanya
yang serupa. Upacara-upacara ini melibatkan
mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa,
doa, persembahan, dan tindakan ritual yang
meyakini reinkarnasi, dan menghormati
dijalankan sesuai dengan tradisi agama
dewa-dewi dalam praktik keagamaan
Hindu.
mereka.

5. Filosofi Keseimbangan dan Harmoni:


2. Pemujaan Dewa-dewi Hindu: Baik
Baik Hindu Bali maupun Hindu Jawa
Hindu Bali maupun Hindu Jawa memiliki
menganut prinsip keseimbangan dan harmoni
pemujaan dan penghormatan terhadap dewa-
dalam kehidupan. Hindu Bali melalui konsep
dewi Hindu. Dewa-dewi seperti Dewa Siwa,
Tri Hita Karana, dan Hindu Jawa melalui
Dewi Durga, Dewi Laksmi, dan banyak
pemahaman tentang keseimbangan dalam
hubungan manusia dengan alam semesta dan mempengaruhi praktik keagamaan mereka.

Tuhan. Hindu Bali mencerminkan perpaduan antara

agama Hindu dan budaya Bali yang khas.


6. Pengaruh Hindu: Hindu Bali dan

Hindu Jawa dipengaruhi oleh agama Hindu, 2. Pemujaan Dewa dan Dewi: Umat

yang berasal dari subbenua India. Keduanya Hindu Bali menyembah berbagai dewa dan

memiliki pengaruh ajaran Hindu dalam dewi Hindu. Dewa-dewi seperti Dewa Siwa,

praktik keagamaan dan dalam aspek-aspek Dewi Durga, Dewi Laksmi, dan banyak lagi

seperti pemujaan dewa-dewi, upacara, dan dihormati dan disembah melalui

keyakinan tentang reinkarnasi dan karma. persembahan, doa, dan upacara-upacara

khusus di pura-pura (kuil Hindu Bali).


Meskipun ada perbedaan dalam detail

praktik dan tradisi, persamaan ini 3. Ritual dan Upacara: Ritual dan

mencerminkan bahwa Hindu Bali dan Hindu upacara memiliki peran penting dalam

Jawa merupakan bagian dari tradisi Hindu kehidupan keagamaan Hindu Bali.

yang lebih luas, dengan dasar keyakinan dan Masyarakat Hindu Bali secara teratur

praktik keagamaan yang sama. melaksanakan berbagai upacara seperti

upacara kelahiran, pernikahan, kematian, dan


Ciri Khas Hindu Bali
upacara-upacara lainnya. Upacara-upacara
Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang khas
ini melibatkan doa, persembahan, tarian,
dari agama Hindu Bali:
musik, dan prosesi yang dipimpin oleh

1. Pengaruh Budaya Bali: Hindu Bali pendeta Hindu.

memiliki pengaruh budaya Bali yang kuat.


4. Tri Hita Karana: Filosofi Tri Hita
Budaya Bali yang kaya dan unik, seperti seni,
Karana merupakan prinsip penting dalam
tarian, musik, dan tradisi lokal,
pandangan hidup Hindu Bali. Konsep ini
menekankan keseimbangan dan harmoni 7. Hubungan dengan Alam: Hindu Bali

antara manusia, alam semesta, dan Tuhan. memiliki hubungan yang kuat dengan alam.

Masyarakat Hindu Bali berusaha menjaga Alam semesta dianggap suci dan dihormati

keseimbangan ini melalui pemenuhan sebagai manifestasi Tuhan. Pemujaan juga

kewajiban sosial, menjaga hubungan dengan ditujukan kepada dewa-dewi yang mengatur

alam, dan melaksanakan kewajiban aspek-aspek alam seperti sungai, gunung, dan

keagamaan. laut.

5. Pitra Yadnya: Penghormatan kepada Ciri-ciri ini mencerminkan identitas

leluhur memiliki peran penting dalam agama unik dari agama Hindu Bali, dengan

Hindu Bali. Pitra Yadnya adalah upacara pengaruh budaya Bali yang kuat dan

khusus yang dilakukan untuk menghormati penekanan pada pemujaan dewa-dewi,

dan memuliakan leluhur yang telah praktik upacara dan ritual, serta filosofi

meninggal. Upacara ini melibatkan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan

persembahan, doa, dan ritual yang bertujuan sehari-hari.

untuk memberikan dukungan dan


Ciri Khas Hindu Jawa
perlindungan kepada jiwa leluhur.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang khas
6. Kesenian dan Budaya: Seni dan
dari agama Hindu Jawa:
budaya Bali sangat terkait erat dengan tradisi
1. Pengaruh Budaya Jawa: Hindu Jawa
Hindu Bali. Tarian, seni ukir, seni lukis, dan
memiliki pengaruh budaya Jawa yang kuat.
musik tradisional Bali merupakan bagian
Budaya Jawa yang kaya meliputi seni, sastra,
penting dari ekspresi keagamaan dan
tradisi, dan kepercayaan lokal yang
identitas budaya Hindu Bali.
mempengaruhi praktik keagamaan mereka.
Hindu Jawa mencerminkan perpaduan antara upacara kasada. Upacara ini melibatkan doa,

agama Hindu dan budaya Jawa yang khas. persembahan, tarian, dan musik.

2. Kepercayaan pada Kekuatan 5. Kepercayaan pada Leluhur: Hindu

Supranatural: Hindu Jawa memiliki Jawa memberikan penghormatan khusus

kepercayaan pada kekuatan supranatural, kepada leluhur yang dianggap memiliki

seperti roh-roh leluhur, makhluk halus, dan peran penting dalam kehidupan keluarga dan

energi spiritual. Mereka percaya bahwa masyarakat. Mereka mempercayai bahwa

kekuatan ini mempengaruhi kehidupan leluhur dapat memberikan bimbingan,

sehari-hari dan harus dihormati serta diberi perlindungan, dan berkah bagi keturunan

persembahan. mereka.

3. Keseimbangan dan Harmoni: Hindu 6. Pemujaan Dewa-dewi Hindu: Umat

Jawa menganut filosofi keseimbangan dan Hindu Jawa juga menyembah dewa-dewi

harmoni dalam kehidupan. Mereka Hindu seperti Dewa Siwa, Dewi Parwati,

menekankan pentingnya menjaga Dewi Saraswati, dan lain-lain. Dewa-dewi ini

keseimbangan antara manusia, alam, dan dihormati dan disembah melalui

Tuhan, serta menjalani kehidupan yang persembahan, doa, dan pengabdian dalam

seimbang secara moral dan spiritual. upacara-upacara keagamaan.

4. Upacara dan Ritual: Hindu Jawa 7. Konsep Karmaphala: Hindu Jawa

melaksanakan berbagai upacara dan ritual juga percaya pada konsep karmaphala, yaitu

sebagai bentuk pemujaan dan penghormatan hukum sebab-akibat dari tindakan individu.

kepada dewa-dewi dan roh-roh leluhur. Mereka meyakini bahwa tindakan baik akan

Misalnya, upacara slametan, selametan, dan menghasilkan hasil yang baik, sementara
tindakan buruk akan menghasilkan disebabkan oleh tindakan manusia itu

konsekuensi negatif. sendiri. Dalam konteks ini, kehidupan

manusia dianggap sebagai perjalanan


Ciri-ciri ini mencerminkan identitas
yang terus-menerus. Manusia harus
unik dari agama Hindu Jawa, dengan
terus membangun dan
pengaruh budaya Jawa yang kuat dan
mengembangkan eksistensi serta
penekanan pada kepercayaan pada kekuatan
menjalani perjuangan tanpa henti
supranatural, praktik upacara dan ritual, serta
untuk mencapai kemajuan dan
filosofi keseimbangan dan harmoni dalam
kedewasaan spiritual. Tidak ada
kehidupan sehari-hari.
aspek kehidupan manusia yang
Kesimpulan
pernah benar-benar terselesaikan,

Dari penjelasan beberapa bab yang telah di baik dalam kehidupan individual

tulis sebelumnya maka peneliti dapat maupun sosial. Segala sesuatu yang

mengambil kesimpulan sebagai berikut diperjuangkan dalam kehidupan, baik

1. Dalam ajaran agama Hindu, hidup di itu dalam skala individu maupun

dunia ini dipandang sebagai sosial, hanyalah merupakan batu

pengalaman manusia yang penuh loncatan untuk terus maju.

dengan tantangan dan penderitaan. 2. Hindu Bali dan Hindu Jawa memiliki

Meskipun manusia memiliki perbedaan dalam beberapa akspek,

kebebasan untuk menilai apa yang termasuk praktik keagamaan, ritual,

baik dan buruk, kehidupan ini sering kepercayaan, dan pengaruh budaya

kali dihadapkan pada kesulitan, lokal. Meskipun terdapat perbedaan

hambatan, dan penderitaan yang Hindu Bali dan Hindu Jawa memiliki
dasar yang sama dan berbagai konsep kematian dalam agama Hindu adalah

nilai-nilai yang serupa. Keduanya upaya untuk mempersiapkan jiwa

mengakui keberadaan Tuhan Yang yang meninggal dalam perjalanan

Maha Esa, mempercayai Reikarnasi, menuju kehidupan setelah mati.

dan mempraktikan upacara serta Ritual ini didasarkan pada keyakinan

persembahan antara Hindu Bali dan Hindu tentang reinkarnasi, yaitu

Hindu Jawa. kepercayaan bahwa jiwa akan

3. Tujuan utama dari ritual kematian bereinkarnasi ke dalam wujud lain

adalah agar tubuh fisik (Ragha sarira) setelah meninggal dunia. Secara

dapat kembali ke asalnya, yaitu ke keseluruhan, makna ritual kematian

dalam unsur Panca Mahabhuta di dalam agama Hindu mencakup

alam semesta ini, sementara jiwa pemahaman tentang sifat sementara

(Atma) dapat pergi dengan selamat ke kehidupan, harapan kelahiran yang

alam Pitra. Oleh karena itu, upacara lebih baik, kematian dari siklus

kematian perlu dilaksanakan segera kelahiran-mati, dan penghormatan

setelah kematian dan tidak boleh kepada leluhur.

ditunda-tunda.

4. Makna ritual kematian dalam agama

Hindu adalah pemahaman bahwa

kehidupan manusia adalah sementara,

dan kematian adalah bagian alami

dari siklus kehidupan yang tidak

dapat dihindari. Makna dari ritual

Anda mungkin juga menyukai