ENSIKLOPEDI
Budaya
Kepercayaan Hindu:
Agama Hindu merupakan sistem kepercayaan yang
didasari oleh lima dasar kepercayaan. Dasar
kepercayaan tersebut terdiri dari Brahman, Atma
Karma Phala, Punarbhawa, dan Moksa. Kitab suci bagi
penganut agama tersebut adalah Weda, yang terdiri
dari berbagai himne, doa, mantra, dan filsafat. Weda
membentuk dasar dari pengajaran Hinduisme yang
terdiri dari dewa dan dewi, siklus kehidupan dan
kematian (samsara), konsep karma (tindakan dan
konsekuensinya), serta moksa (pembebasan dari siklus
kelahiran dan kematian).
Upacara Ngaben sendiri merupakan tradisi yang biasanya dilakukan oleh rakyat
Bali dimana pembakaran jasad seseorang yang telah meninggal dunia (kremasi).
Hal tersebut menunjukan kepercayaan terhadap reinkarnasi dalam agama Hindu.
Ngaben sebagai Tradisi Rakyat Bali Reinkarnasi dapat diartikan sebagai penjelmaan kembali makhluk yang telah mati
atau kelahiran kembali yang berulang. Reinkarnasi dalam konteks tersebut dapat
diartikan sebagai pemindahan roh dari kehidupan yang satu ke kehidupan yang
lain. Terjadinya reinkarnasi disebabkan oleh tidak mencapainya moksa atau tujuan
tertinggi dengan perbuatan atau karma baik sehingga tidak dapat bersatu dengan
Brahman. Maka, terjadilah reinkarnasi roh ke tubuh lain.
Kepercayaan Animisme:
Sejak masa praaksara, rakyat Nusantara telah
mengenal berbagai bentuk kepercayaan. Salah satu
diantaranya adalah pemujaan roh nenek moyang
yang telah meninggal. Orang yang menganut
kepercayaan tersebut menganut kepercayaan
animisme. Hal ini berarti bahwa penganut
mempercayai akan keberadaan campur tangan
roh-roh gaib yang mengendalikan kehidupan
manusia. Roh-roh ini meliputi roh-roh baik dan
roh-roh jahat yang dianggap sebagai roh leluhur
yang kemudian harus dihormati.
Penganut kepercayaan animisme meyakini bahwa kawasan seperti goa, pohon,
laut, dan sebagainya menyimpan atau mengandung roh-roh yang harus dihormati
agar tidak mengganggu keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Beberapa suku di Indonesia memiliki kegiatan atau ritual tersendiri dalam penerapan
kepercayaan animisme. Hal ini dibuktikan dengan tradisi-tradisi lokal milik
masyarakat Jawa dan Bali yang sangat kental akan tujuan menghormati roh-roh
leluhur dalam bentuk upacara-upacara keagamaan.
Airis XI-D/1, Jessica XI-D/11, Joanna XI-D/12, Evan XI-D/22
Upacara NGABEN
Kepercayaan animisme yang telah dianut oleh rakyat Nusantara sebelum kedatangan agama Hindu di
Indonesia dianggap berakulturasi dan bercampur dengan kepercayaan Hindu. Hal tersebut menghasilkan
perpaduan antara kedua kepercayaan yang sekarang dikenal sebagai agama Hindu Bali. Maka dari itu, dapat
diartikan bahwa kepercayaan animisme menjadi dasar kepercayaan yang terdiri dari kebiasaan, moral,
kegiatan dan ritual adat keagamaan Hindu, salah satu diantaranya adalah ritual upacara Ngaben.
Budaya-budaya Nusantara yang dapat kita jumpai hingga saat kini merupakan hasil
akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan lokal masyarakat pada
zaman Megalitikum, salah satunya adalah candi Borobudur. Candi yang terletak di
kawasan Magelang, Jawa Tengah secara segi arsitektur ternyata memiliki kesamaan
dengan unsur budaya masyarakat Nusantara pada zaman Megalitikum, yakni punden
berundak. Untuk itu, mari kita telusuri lebih lanjut mengenai punden berundak dan
candi Borobudur.
Punden Berundak
Punden berundak merupakan struktur tata ruang bangunan yang berupa teras atau
trap berganda yang mengarah pada satu titik dengan tiap teras semakin tinggi
posisinya. Pada zaman Megalitikum, punden berundak umumnya difungsikan
sebagai tempat suci yang digunakan untuk pemujaan arwah roh leluhur. Sebab, pada
zaman tersebut, manusia telah mulai menganut kepercayaan roh yakni kepercayaan
animisme dan ingin memuja roh yang dipercayai. Struktur ini kerap ditemukan pada
situs kepurbakalaan di Nusantara dan dianggap sebagai salah satu ciri kebudayaan
asli Nusantara.
Candi Borobudur
Secara bentuk
bangunan dan
Gambar 2.1 Kemiripan susunan struktur bangunan punden berundak dengan Candi Borobudur
filosofi dari setiap
bagian arsitektur,
2. Berdasarkan fungsi punden berundak
Candi Borobudur merupakan tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus tempat ziarah untuk dengan candi
menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan
sesuai dengan ajaran Buddha. Hal tersebut menunjukkan bahwa candi Borobudur menjadi sarana
Borobudur memiliki
umat Buddha untuk mencapai Nirwana dalam kehidupannya. Sama halnya dengan Candi tujuan yang sama.
Borobudur, fungsi Punden Berundak adalah sebagai sarana pemujaan dan menghormati roh
leluhur. Maka dari itu, dapat diartikan bahwa Candi Borobudur maupun Punden Berundak memiliki
fungsi pembangunan yang sama yakni pemujaan sesuai dengan kepercayaan masing pembangun.
Airis XI-D/1, Jessica XI-D/11, Joanna XI-D/12, Evan XI-D/22
REFLEKSI
HISTORIS
Pemikiran modern yang difasilitasi akulturasi budaya sangatlah penting bagi
sebuah bangsa untuk berkembang. Masyarakat Nusantara di masa lalu pun sudah
menyadari hal ini, dibuktikan dari kemiripan antara beberapa budaya lokal
Nusantara dengan budaya Hindu-Buddha. Meskipun sudah memegang kebiasaan
dan adat istiadat lokal yang dijunjung tinggi, peninggalan berupa kebudayaan Hindu-
Buddha yang masuk ke Indonesia tetap diolah serta disesuaikan dengan kehidupan
masyarakat Nusantara melalui proses akulturasi. Proses akulturasi menawarkan
perpaduan budaya dengan hasil gabungan keduanya yang saling menjembatani satu
sama lain tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing kebudayaan.
SUMBER