Anda di halaman 1dari 8

SEBUAH JAKET BERLUMURAN DARAH

karya: Taufik Ismail

Sebuah jaket berlumur darah


Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kita


Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu


Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.

Pesan itu telah sampai kemana-mana


Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.

SURAT DARI IBU


Karya : Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang


pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang


pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang

dan warna senja belum kemerah-merahan


menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar


dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang


kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
IBU

Karya: D. Zawawi Imron

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau

sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting

hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau

sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku

di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan

lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku

dan ibulah yang meletakkan aku di sini

saat bunga kembang menyemerbak bau sayang

ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi

aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera

sempit lautan teduh

tempatku mandi, mencuci lumut pada diri

tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh


lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku

kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan

namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu

lantaran aku tahu

engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal

Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala

sesekali datang padaku

menyuruhku menulis langit biru

dengan sajakku.
Pilihan Mustafa Bisri

Antara kaya dan miskin

Kau tentu memilih miskin

Lihatlah kau seumur hidup

Tak pernah merasa kaya

Antara hidup dan mati

Kau tentu memilih mati

Lihatlah kau seumur hidup

Mati-matian mempertahankan kematian

Antara perang dan damai

Tentu kau memilih damai

Lihatlah kau habiskan umurmu

Berperang demi perdamaian

Antara beradab dan biadab

Tentu kau memilih beradab

Lihatlah kau habiskan umurmu

Menyembunyikan kebiadaban dalam peradaban

Antara nafsu dan nurani

Tentu kau memilih nurani

Lihatlah kau sampai menyimpannya


Rapi, jauh dari kegalauan dunia ini

Antara dunia dan akhirat

Tentu kau memilihi akhirat

Lihatlah kau sampai menamakan

Amal-dunia sebagai amal akhirat

Antara ini dan itu

Benarkah kau memilih itu?

Orang Penting (1987)

Orang penting lain

Lain dengan orang lain

Dia beda karena pentingnya

Bicaranya penting

Diamnya penting

Kebijaksanaannya penting

Ngawurnya pun penting

Semua yang ada padanya penting

Sampain pun yang paling tidak penting

Jika tak kagi penting

Dia sama dengan yang lain saja


Sajak Cinta (1995) mustofa Bisri

Cintaku kepadamu

Belum pernah ada contohnya

Cinta Romeo kepada Juliet,

Si Majnun Qais kepada Laila

Belum apa-apa

Temu pisah kita lebih bermakna

Dibanding temu pisah Yusuf dan Zulaikha

Rindu dendam kita

Melebihi rindu dendam Adam dan Hawa

Aku adalah ombak samuderamu

Yang lari-datang bagimu

Hujan yang berkilat

Dan berguruh mendungmu

Aku adalah wangi bungamu

Luka berdarah-darah durimu

Semilir sampai badai anginmu

Aku adalah kicau burungmu

Kabut puncak gunungmu

Tuah tenungmu
Aku adalah titik hurufmu

Huruf-huruf katamu

Kata-kata maknamu

Aku adalah sinar silau panas

Dan bayang-bayang hangat mentarimu

Bumi pasrah langitmu

Aku adalah jasad ruhmu

Fayakun kunmu

Aku adalah a-k-u

K-a-u mu

Anda mungkin juga menyukai