Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Analisis Ekstrak Biji Kesumba

Tabel 4.1 Hasil Analisa pH, Rendemen dan Warna


Ekstrak Pewarna pH Rendemen Warna
W1 4 16,536 % Orange Terang
W2 4 17,264 % Orange Terang
W3 4 18,040 % Orange Pekat
W4 4 18,958 % Orange Pekat
W5 4 20,177 % Orange Kemerahan

Tabel 4.2 Hasil Analisa Antioksidan


Sampel Hasil Antioksidan
W1 50,1986 %
+
W2 49,2470 %
W3 46,7821 %
W4 47,1417 %
W5 46,7821 %

Tabel 4.3 Hasil Analisis Kadar Air


Kode Sampel Kadar Air (gr) % Kadar Air
W1 1,218 58,92 %
W2 1,229 59,42 %
W3 1,276 61,80 %
W4 1,356 65,56 %
W5 1,359 65,71%

22
4.4 Hasil Analisis Kadar Abu
Kode Sampel Kadar Abu (gr) % Kadar Abu
W1 0,021 1,04 %
W2 0,022 1,09 %
W3 0,023 1,14 %
W4 0,025 1,25 %
W5 0,031 1,52 %

4.2 Pembahasan
- Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan faktor penting yang mempengaruhi warna
antosianin, pada kondisi asam (pH rendah) antosianin bewarna orange.
Pada tabel 4.1, penelitian ini bixin dilarutkan dalam larutan aseton dan
mendapatkan nilai pH 4 semua, sesuai dengan SNI bixin lebih cenderung memiliki
pH 4 dan tidak lebih dari 5. Bixin yang ada di dalam zat pewarna dalam penelitian ini
telah sesuai. Biji kesumba (Bixa Orellana L) yang mengandung bixin sebagai
pewarna berbahan zat aktif, dengan basis pH pada biji kesumba keling yang paling
disukai karena mempunyai konsistensi, daya sebar dan daya lekat yang paling dapat
diterima dan mempunyai pH 4, pigmen bixin akan lebih stabil, karena pada pH
kurang dari 3 atau lebih dari 5 pigmen bixin akan cepat terdegradasi (Suparmi et al,
2009).

4.2.1 Pengaruh Jumlah Aseton Terhadap Rendemen


4.2.2.1 Rendemen
Rendemen adalah perbandingan produk akhir yang diperoleh terhadap bahan
baku yang digunakan. Nilai rendemen diperoleh berdasarkan berat bahan baku.
Rendemen produk berkaitan dengan metode ekstraksi yang dipakai untuk
25

memisahkan senyawa kimia. Rendemen merupakan perbandingan jumlah ekstrak


yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman, rendemen yang dihasilkan menandakan nilai
ekstrak yang dihasilkan semakin banyak.

Gambar 4.1 Grafik Rendemen pada Sampel

Gambar 4.1 menunjukan grafik rendemen pada sampel. Rendemen cenderung


naik dengan rentang nilai 16,53% - 20,17%, didapat nilai rendemen dengan rata – rata
18,19%. Pada variasi konsentrasi 100 ml aseton didapat nilai kadar air tertinggi
sebesar 20,17% dan pada variasi konsentrasi 20 ml aseton didapat nilai kadar terendah
sebesar 16,53%, Penambahan aseton saat ekstraksi berfungsi untuk mendenaturasi sel
sehingga semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, maka semakin banyak membran
sel yang terdegradasi yang mengakibatkan komponen pigmen mudah keluar dari
membran dan menghasilkan nilai rendemen tinggi.

Semakin tinggi konsentrasi bahan pelarut maka rendemen semakin meningkat,


dikarenakan banyaknya konsentrasi pelarut mengakibatkan tercukupinya komponen
senyawa yang terekstrak seiring bertambah banyaknya komponen lain yang tidak
diinginkan juga ikut terekstrak. Kenaikan rendemen hasil ekstraksi dikarenakan kontak
antara matriks bahan dan pelarut akan lebih besar ketika jumlah pelarut yanglebih
besar diguakan, sehingga mempermudah pelarut untuk melakukan penetrasi ke dalam
sel matriks bahan dan melarutkan senyawa target (Zhang dkk, 2011).

24
4.2.2 Analisa Zat Warna Yang Dihasilkan sesuai dengan SNI
4.2.2.1 Kadar Air
Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang terdapat dalam suatu bahan.
Nilai kadar air dapat ditentukan dari pengurangan berat suatu bahan yang dipanaskan
pada suhu pengujian (Winarno, 2002).

Gambar 4.2 Grafik Kadar Air (%)

Gambar 4.2 Grafik Kadar air cenderung naik dengan rentang nilai 58,92% -
65,71%, didapat nilai kadar air dengan rata – rata 62,282% .Pada pewarna F5 dengan
konsentrasi 100 ml aseton didapat nilai kadar air tertinggi sebesar 65,71% dan pada
pewarna F1 dengan konsentrasi 20 ml aseton didapat nilai kadar air terendah sebesar
51,92%. Berdasarkan (SNI 3144 : 2009) spesifikasi kimia zat pewarna alami
dipasaran dunia batas maksimum kadar air dalam pewarna alami adalah 65%.
Formula yang mendekati SNI adalah F5 dengan nilai rata – rata 65,71%. Sesuai
dengan referensi tersebut maka kadar air yang ada di dalam zat pewarna dalam
penelitian ini telah sesuai. Dapat dilihat bahwa semakin banyak konsentrasi semakin
meningkat konsentrasi rendemen dan kadar air.
25

4.2.2.3 Kadar Abu


Kadar abu merupakan unsur – unsur mineral sebagai sisa yang tertinggal
bahan dibakar sampai bebas karbon. Semakin tinggi kadar abu bahan semakin buruk
kualitas dan semakin rendah kadar abu maka semakin baik kualitasnya (Hamsah,
2013).

Gambar 4.3 Grafik Kadar Abu (%)

Gambar 4.3 menunjukkan perbandingan antara Kadar abu cenderung naik


dengan rentang nilai 1,04% - 1,52%, didapat nilai kadar abu dengan rata – rata
1,20%. Pada W5 dengan konsentrasi 100 ml aseton didapat nilai kadar abu tertinggi
sebesar 1,52 % dan pada W1 dengan konsentrasi 20 ml aseton didapat nilai kadar abu
terendah sebesar 1,04 %.. Berdasarkan (SNI 3144 : 2009) spesifikasi kimia zat
pewarna alami dipasaran dunia batas maksimum kadar abu dalam pewarna alami
adalah 1,5%. Sesuai dengan referensi tersebut maka kadar abu yang ada di dalam zat
pewarna dalam penelitian ini telah sesuai. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar
abu maka semakin tinggi pula kadar air mineral dalam bahan pangan tersebut.

26
4.2.2.4 antioksidan
Didalam biji kesumba ditemukan suatu zat antioksidan yang diperlukan tubuh
sebagai penangkal radikal bebas (Badan Standarisasi Nasional). Biji kesumba
tebukti berpotensi sebagai antioksidan, memiliki potensi pula sebagai antikanker,
dan anti jamur erta anti inflamatori sehingga dapat dimanfaatkan untuk kesehatan
tubuh.
Uji antioksidan pada biji kesumba di dalamnya untuk mengetahui berapa
besar aktivitas antioksidanya. Uji aktivitasantioksidan dilakukan dengan metode
DPPH dengan pemantauan absorbansi pada panjang gelombang 516 nm
menggunakan spektrometer Uv – Vis.

Gambar 4.4 Grafik Panjang Gelombang Optimum


25

Gambar 4.5 Grafik Antioksidan (%)


Gambar 4.4 antioksidan cenderung turun dengan rentang nilai 50,198% -
46,782%, didapat nilai antioksidan dengan rata – rata 48,030%. Pada pewarna F1
dengan konsentrasi 20 ml aseton didapat nilai antioksidan tertinggi sebesar 50,1986
% dan pada pewarna F5 dengan konsentrasi 100 ml aseton didapat nilai antioksidan
terendah sebesar 46,7821 %. Dari hasil Analisa menggunakan spektrometer Uv-Vis,
kemudian penambahan ekstrak zat pewarna makanan alami pada sampel 20 ml, 40
ml,60 ml, 80 ml, 100 mempengaruhi terjadinya penurunan karena dipengaruhi oleh
kontribusi dari senyawa – senyawa fenolik. Senyawa fenolik dapat bertindak sebagai
antioksidan dengan memutuskan ikatan rantai radikal bebas secara langsung dan
menangkap berbagai spesies reaktif. Semakin kecil nilainya dapat dikatakan aktivitas
antioksidanya semakin kuat.

28

Anda mungkin juga menyukai