Anda di halaman 1dari 2

Tinjauan sumber

FASE I: MERASA TERKUNCI

 Pewawancara: Bagaimana awal terjadinya toxic relationship itu?


Narasumber : Orang tua saya cerai saat saya berusia 18 bulan. Setelah itu saya tinggal
dengan ayah sambung. Saat itu,saya juga tidak mengetahui bahwa beliau ternyata bukan
ayah kandung saya. Akhirnya,saat saya berusia 9 tahun datanglah sepasang suami istri yang
mengaku sebagai orang tua kandung saya. Awalnya,saya terkejut dan marah dan tidak ingin
mengakuinya,tapi pada akhirnya saya ikut tinggal bersama orang tua kandung saya tersebut.
Saya juga terkejut dengan fakta bahwa selama ini ayah kandung saya adalah seorang mafia
pengedar dan pengonsumsi narkoba. Sedangkan keluarga mama kandung saya, sangat
kekurangan dalam aspek ekonomi dan penuh tindak kekerasan.
 Pewawancara: Apa tindakan yang anda lakukan ketika menghadapi situasi dan kondisi
seperti itu?
Narasumber: Melihat situasi lingkungan keluarga saya yang seperti itu,akhirnya ketika saya
berusia 19 tahun saya memiliki impian untuk menikah muda dengan harapan saya akan
mendapatkan kehidupan dan berada di dalam lingkup lingkungan yang lebih baik. Dan
akhirnya pada usia 23 tahun saya menikah dengan mantan pecandu narkoba yang sudah
berjanji tidak akan mengonsumsinya lagi karena belai tahu saya sangat membenci benda
tersebut. Karena narkoba telah menghancurkan kehidupan keluarga saya.
 Pewawancara: Lalu bagaimana kehidupan anda setelah menikah?
Narasumber: Awal kehidupan pernikahan keadaan saya agak lebih baik ditambah di umur
pernikahan kami yang ke satu tahun kami di anugerahi anak pertama. Namun, selang
beberapa bulan kemudian, suami saya jatuh sakit dan setelah diperiksa ternyata positif
mengidap HIV,begitupun dengan saya. Syukurlah anak semata wayang saya negatif HIV. Dan
setelah mengetahui fakta bahwa kami mengidap HIV,saya mendapatkan dukungan penuh
dari keluarga. Mereka mengatakan bahwa saya harus kuat menghadapi nya karena hanya
saya seorang lah yang bertanggung jawab atas suami dan anak saya. Setelah itu semua
terjadi,saya tetap menjalankan pekerjaan saya sebagai seorang istri,ibu,dan tulang punggung
keluarga. Seperti mengantarkan anak ke sekolah,bekerja,dan merawat suami yang hanya
dapat berbaring di ranjang. Selang 3 bulan kemudian,ternyata keadaan suami saya semakin
memburuk ditambah saya harus menerima fakta bahwa suami saya sudah tidak dapat
tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
 Pewawancara: Bagaimana kehidupan anda setelah ditinggal suami?
Narasumber: Saya harus adaptasi lagi dengan situasi yang baru. Saya bekerja dan merawat
anak sendirian. Suatu hari pada saat saya bekerja saya bertemu dengan salah satu klien saya
di apartemen, saya tidak mengetahui bahwa itu ternyata hanya modusnya untuk
memperkosa saya. Saya tidak bisa memberontak karena ditodong pisau olehnya. Saya hanya
bisa teringat nasib anak saya yang masih kecil dan tentunya masih membutuhkan saya.
Setelah kejadian saya diperkosa saya juga harus dihadapkan lagi dengan fakta yang
menyakitkan,bahwa anak saya satu satunya mengidap autisme. Semenjak itu saya depresi
berat dan dinyatakan juga sebagai pengidap bipolar dan masih menjalani pengobatan hingga
sekarang.
Latar Belakang:

Istilah toxic relationship sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Toxic
relationship terdiri dari dua kata yakni toxic yang artinya racun dan relationship yang
berarti hubungan.
Hubungan ini lebih memberi banyak dampak buruk, baik bagi
pelakunya dan juga berkemungkinan bagi orang di sekitarnya. Penyebabnya bisa
berasal dari berbagai hal, mulai dari pergaulan, kondisi mental, termasuk
masalah-masalah kecil yang sering terjadi.
Catatan Tahunan Komnas Perempuan pada 2020 memaparkan angka kasus
kekerasan dalam hubungan sebanyak 1.815 kasus. Angka tersebut belum tentu
mewakili semua kasus yang terjadi karena banyak dari korban Kekerasan Dalam
Hubungan (KDH) yang enggan melaporkan kasusnya ke penegak hukum atau
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Ya mungkin alasannya karena takut
dihakimi orang atau bisa juga karena hukum yang masih anggap KDH sebagai
tanggungan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai