I.
RIWAYAT PSKIATRI
I.1.
Tanggal Masuk
: 13-10-2015
Tanggal Pemeriksaan
: 13-10-2015
Data Identifikasi
Nama
: Tn. S
TTL
Umur
: 25tahun
JenisKelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Alamat
Pendidikan
: SMA
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Nama, Alamat, dan No. TLP keluarga terdekat : Jl. G. bawakaraeng No.90/7
Makassar
Dikirim oleh
: Ibu ramlah
Keluhan Utama
Mengamuk
I.3.
Awal perubahan perilaku pasien telah dirasakan ibunya sejak bulan 5 tahun
2015. Pasien dipecat dari pekerjaannya yang sebagai cleaning service. Alasan
pasien dipecat yang pertama karena terlambat datang kerja hari pertama karena
terlambat pulang dari rumah sakit. Hari kedua juga pasien terlambat datang
karena ban motornya kempes.Sejak saat itu pasien di telfon oleh temannya untuk
tidak perlu datang bekerja besok. Pasien setelah dipecat hanya berdiam dirumah
minta uang rokok tiap hari keibunya. Pasien juga stress karena tidak punya uang
untuk dikirimkan kepada istri dan anaknya dikampung.
Pasien sudah masuk untuk ketiga kalinya kerumah sakit pelamonia untuk
dirawat. Awal masuk tahun 2008 dibawa oleh ayahnya karena mengamuk. Saat
itu pasien mengamuk karena ditinggalkan oleh sang istri setelah 4 bulan
pernikahan. Pasien saat masuk sempat dirawat selama setengah bulan. Kedua
kalinya masuk tahun 2011 saat pasien mengamuk dan memukuli istrinya.
Ketiganya saat sekarang tahun 2015 karena mengamuk dan menonjoki ibunya.
Berdasarkan autoanamnesis, pasien susah tidur sudah beberapa hari ini,dan
pasien mengatakan kalau dia tidak sadar saat mengamuk dan menonjok ibunya.
Pasien mengaku kalau stress beberapa hari ini karena sekarang sudah tidak
memiliki pekerjaan dan istrinya bersama anaknya semakin jarang datang
menjenguknya dimakassar. Pasien juga mengakui kalau dia biasa mendengar
suara-suara aneh yang tidak didengarkan oleh orang lain tapi dia tidak bisa
mendeskripsikan suara siapa dan apa yang dikatakan oleh suara tersebut. Tetapi
suara tersebut akan hilang setelah minum obat. Pasien juga tidak pernah melihat
hal-hal aneh dan tidak merasa ada yang merasuki pikirannya. Pasien selalu
mengatakan kalau dia tidak sadar saat mengamuk dan menonjok ibunya. Pasien
mengaku bahwa dia merokok sebelum masuk kerumah sakit, tapi pasien belum
pernah mengkonsumsi alkohol ataupun obat terlarang.
Hendaya / Disfungsi :
Hendaya sosial
Hendaya pekerjaan
Hendaya waktu senggang
: (+)
: (+)
: (+)
Faktor stressor psikososial : Dipecat dari kerjaan, serta tidak punya uang
untuk membiayai istri dan anak.
I.4.
Infeksi
(-)
Kejang
(-)
I.5.
I.6.
Riwayat Pekerjaan
Sebelumnya bekerja sebagai cleaning service
Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah
Riwayat Militer
Tidak ada riwayat militer
Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara (Pr, Lk)
Hubungan dengan kakak tidak terlalu baik
Ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga (sepupu 1x ibu)
Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir SMA
Riwayat Keagamaan
Pasien beragama Islam.
Riwayat Hukum
Pasien pernah ditahan pihak berwajib atas tuduhan kekerasan dalam rumah
tangga. Pasien ditahan hanya sebulan dan kemudian dibawa kerumah sakit
pelamonia di perawatan jiwa.
Riwayat Psikoseksual
Tidak diketahui.
II.
Gambaran Umum
Penampilan
Seorang pria dengan warna rambut hitam dan sedikit bergelombang. Kulit
warna agak gelap, tidak ada bekas suntikan dilengan ataupun tatto didaerah
yang terbuka, wajah sesuai umur,memakai baju kaos lengan pendek
berwarna putih abu-abu hitam orange. Memakai celana pendek berwarna
hitam dan memakai sendal berwarna coklat dan hitam. Perawatan diri
II.2.
II.3.
kurang.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Gelisah
Sikap terhadap pemeriksa
Kurang kooperatif
Mood
Afek
Keserasian
Empati
: labil
: datar
: tidak serasi
: tidak dapat dirabarasakan
Bicara
Pasien bicara tidak spontan, intonasi normal.
II.4.
Gangguan Persepsi
Halusinasi
Ilusi
Depersonalisasi
Derealisasi
: Auditorik (+)
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
II.5.
Pikiran
II.6.
: derealistik
: inkoheren dan irrelevan
: miskin isi pikiran dan tidak ada waham.
II.7.
Bentuk fikir
Arus Pikir
Isi pikir
Kesadaran
Kuantitatif : GCS 15 (Compos Mentis)
Kualitatif : Baik
Orientasi
o Waktu
: baik
o Tempat
: baik
o Personal
: baik
o Situasional : baik
Daya Ingat
o Daya ingat segera
: baik
o Daya ingat baru lalu
: baik
o Daya ingat jangka pendek : baik
o Daya ingat jangka panjang : terganggu
Konsentrasi dan perhatian
: terganggu
Kapasitas untuk membaca dan menulis : baik
Pikiran abstrak
: terganggu
Kemampuan menolong diri sendiri
: kurang
Pengendalian impuls
Terganggu
II.8.
II.9.
III.
Pemeriksaan Internus
Tekanan darah
: 140/100 mmHg
Suhu
: 36,4 C
Nadi
: 120 x/menit
Pernafasan
: 24 x/ menit
Status Neurologis : GCS E4M6V5 (Compos mentis), pupil isokor 2,5 mm/2,5mm,
RCL+/+, RCTL+/+, Refleks Patologis (-) pada keempat ekstremitas, sensorik dan
motorik dalam batas normal.
IV.
sebelumnya pasien dibawa dulu kekantor polisi. Ketiganya saat sekarang tahun 2015
karena mengamuk dan menonjoki ibunya saat diajak berobat ke RSUD Dadi karena
pasien sudah kehabisan obat selama seminggu.
Pada pemeriksaan status mental Seorang pria dengan warna rambut hitam dan
sedikit bergelombang. Kulit warna agak gelap,tidak ada bekas suntikan dilengan
ataupun tatto didaerah yang terbuka, wajah sesuai umur,memakai baju kaos lengan
pendek berwarna putih abu-abu hitam orange. Memakai celana pendek berwarna hitam
dan memakai sendal berwarna coklat dan hitam. Perawatan diri kurang. Kesadaran
berkabut, perilakuu dan aktivitas motorik gelisah, sikap terhadap pemeriksa kurang
kooperatif. Mood yang eutimik, afek datar, serasi dan empati dapat dirabarasakan. Taraf
pendidikan sesuai, pasien bicara tidak spontan dengan intonasi suara yang normal.
Pasien memiliki halusinasi auditorik, bentuk fikir derealistik, arus pikir yang inkoheren
dan irrelevan, isi fikir yang miskin dan tidak terdapat waham. Orientasi baik, daya ingat
segera, baru lalu, jangka pendek baik tetapi untuk daya ingat jangka panjang terganggu.
Konsentrasi dan perhatian terganggu, pikiran abstrak tergangu, kemampuan menolong
diri sendiri kurang, pengendalian impuls terganggu karena pasien sering mengamuk
kalau terlambat minum obat. Pasien jug merasa bahwa penyakitnya ini disebabkan oleh
sesuatu yang tidak diketahui didalam diri pasien. Taraf reabilitasnya cukup dapat
dipercaya.
V.
DISKUSI
Menurut buku Kaplan dan Sadock, Skizofrenia adalah gangguan mental yang
ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Untuk
mendiagnosis skizofrenia diperlukan kriteria diagnostik yang dimana menurut DSM IV
TR Skizofrenia .
A.
Gejala karakteristik : Dua (atau lebih) poin berikut, masing-masing terjadi dalam
porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil
1.
2.
3.
4.
5.
diobati) :
Waham
Halusinasi
Bicara kacau (sering melantur atau inkoherensi)
Perilaku yang sangat kacau
Gejala negatif (afektif mendatar, alogia, atau kehilangan minat)
B. Disfungsi sosial : selama suatu porsi waktu yang signifikan sejak awitan gangguan,
terhadap satu atau lebih area fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal
atau perawatan diri yang berada jauh dibawah tingkatan yang telah dicapai sebelum
awitan ( atau apabila awitan terjadi pada masa kanak atau remaja, kegagalan
mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik atau okupasional yang
diharapkan).
Adanya halusinasi atau waham tidak mutlak untuk diagnosis skizofrenia;
gangguan pada pasien didiagnosis sebagai skizofrenia apabila pasien menunjukkan
dua gejala yang terdaftar sebagai gejala 3 sampai 5 pada kriteria A. Kriteria B
membutuhkan adanya hendaya fungsi, meski tidak memburuk, yang tampak selama
fase aktif penyakit. Gejala harus berlangsung paling tidak 6 bulan dan diagnosis
gangguan skizoafektif atau gangguan mood harus disingkirkan.
Setidaknya salah satu hal berikut harus ada : (1) gema pikiran (thought echo), insersi
atau penarikan pikiran, atau siar pikiran. (2) waham kendali, pengaruh atau pasivitas.
(3) suara-suara halusinasi yang terus menerus mengomentari perilaku pasien atau
saling mendiskusikan pasien atau suara halusinasi lain yang berasal dari bagian
tubuh tertentu, dan (4) waham persisten jenis lain yang secara budaya tidak sesuai
dan sangat tidak masuk akal (cth: mampu mengendalikan cuaca).
Diagnosis juga dapat ditegakkan bila setidaknya dua hal berikut ada : (1)
halusinasi persisten dalam modalitas apapun, bila terjadi setiap hari selama
sekurangnya 1 bulan, atau bila disertai waham (yang mungkin mengambang); (2)
neologisme, jeda atau interpolasi dalam arus pikir yang mengakibatkan inkoherensi
atau pembicaraan yang tidak relevan; (3) perilaku katatonik seperti eksitasi, postur
atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme, dan stupor serta (4) gejala negatif
seperti apati yang nyata, miskin isi pembicaraan, dan respons emosional tumpul
serta ganjil (harus ditegaskan bahwa hal ini bukan disebabkan depresi atau
pengobatan antipsikotik).
Menurut buku PPDGJ III, pedoman diagnostik dari Skizofrenia paranoid,
yaitu:
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
Sebagai tambahan :
* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.
Diagnosa Banding :
Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan
Keadaan paranoid involusional (F22.8)
Paranoid (F22.0)
VI.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I :
Berdasarkan alloanamnesa, autoanamnesa, serta pemeriksaan status mental
didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna seperti gangguan perilaku
(disorganized behavior), disabilitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta adanya
hendaya dalam menilai realita (halusinas auditori, mengamuk). Terdapat juga hendaya
pada fungsi sosial, pekerjaan dan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan sebagai
gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan bahwa pasien mengalami hendaya
berat dalam menilai realita berupa gangguan persepsi (halusinasi auditorik) sehingga
digolongkan gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan kelaianan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan otak, sehingga
penyebab organik dapat disingkirkan. Sehingga pasien ini didiagnosis sebagai
gangguan jiwa psikotik non-organik.
Keinginan pasien yang kuat untuk sembuh dan keinginan yang kuat dari ibunya untuk
mendukung kesembuhan anaknya dengan tidak membebani pekerjaan kepada anaknya
dan rajin membawa anaknya berobat.
VIII. PSIKODINAMIKA
Riwayat psikologis pasien pada masa kanak-kanak normal seperti anak seumurannya,
pada masa remajanya, pasien tidak mengalami kesulitan dalam bergaul dengan
temannya hanya saja pasien memiliki kebiasaan buruk seperti membenturkan kepalanya
tanpa alasan yang jelas. Namun hubungan sosial dengan keluarga kurang baik seperti
dengan istri dan kakak kandung. Riwayat sekolah cukup baik, tidak aktif dalam
kegiatan sekolah. Bergaul dengan teman-teman sebayanya seperti anak sekolah pada
umumnya.
IX.
RENCANA TERAPI
Farmakoterapi
Risperidone 2 mg 2x1
Clozapine 25 mg 2x1
Psikoterapi
Ventilasi
Memberi kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta
perasaan pasien menjadi lega.
Konseling
Memberikan masukan dan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang-orang terdekat
pasien serta lingkungannya tentang keadaan yang dialami pasien, sehingga tercipta
dukungan sosial dalam lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses
penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala.
Diskusi Farmakodinamika
Skizofrenia dapat diberikan pengobatan anti-psikosis terdiri dari 2 golongan
berdasarkan cara kerjanya, yaitu dopamine receptor agonist (DRA) atau
antipsikotik generasi I dan serotonin dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotik
antipsikotik generasi II (APG-II).
Pada kasus ini diberikan obat Antagonis serotonin-dopamin (SDA) juga disebut
sebagai generasi kedua, obatantipsikotik atipikal dan mencakup risperidone (risperdal)
dan clozapine (clozaril). Obat ini memperbaiki dua jenis hendaya yang menjadi ciri
khas skizofrenia : (1) gejala positif seperti halusinasi, pikiran terganggu dan agitasi
serta (2) gejala negatif seperti menarik diri, afek datar, miskin pembicaraan, hendaya
kognitif, hendaya sosial, hendaya waktu senggang. SDA mempunyai risiko gejala
ekstrapiramidal yang lebih kecil dibandingkan antagonis reseptor dopamin, yang
menghilangkan kebutuhan penggunaan antikolinergik dan efek sampingnya yang
mengganggu.
Risperidone
Kerja farmakologis : antara 70 % dan 85 % risperidone diabsorpsi dari saluran
gastrointestinal dan menjalani metabolisme hepatik lintas pertama yang ekstensif
menjadi 9-hydroxysperidone, suatu metabolit dengan aktivitas biologik yang serupa.
Gabungan waktu paruh risperidone dan 9-hydroxysperidone rata-rata 20 jam, sehingga
efektif dengan dosis kecil sehari. Risperidone adalah antagonis reseptor serotonin dan
dopamin. Meskipun antagonis reseptor dopamin ini sama potennya dengan haloperidol
(Haldol), risperidone jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengakibatkan gejala
ekstrapiramidal dibandingkan haloperidol.
Clozapine
Kerja farmakologis : clozapine cepat diabsorbsi dari saluran gastrointestinal, dan
Kadar plasma puncak dicapai dalam 1 hingga 4 jam. Waktu paruh stabil selama 10
hingga 16 jam biasanya dicapai dalam 3 sampai 4 hari jika digunakan dosis dua kali
sehari. Kedua metabolit utama memiliki aktivitas farmakologis minimal.
DM
: Assalamualaikum pak
: iya
DM
: Perkenalkan saya humairah, Dokter muda yang bertugas disini. Boleh saya tau siapa
nama bapak?
: Anto dok.
DM
: 25 dok
DM
DM
: dirumah sakit pelamonia dok. (dok, saya ingin pulang. Ibu saya mana?)
DM
: bapak belum boleh pulang karena bapak belum sembuh yah. Emangnya kenapa
bapak bisa dibawa kesini ? bapak dibawa oleh siapa?
: saya juga tidak tau kenapa dok. ibu dan bapak saya yang membawa saya kemari dok.
DM
DM
DM
: kenapa bapak tidak menyadarinya ? padahal saat itu hanya ada bapak dan ibu bapak.
DM
: kejadian itu saat pagi hari ibu bapak mengajak bapak untuk berobat di RSUD Dadi,
kan? Apa bapak tidak mau berobat ?
DM
: saat sebelum kejadian apa ada suara yang membisiki bapak untuk memukul ibu
bapak?
DM
: apa suara itu hanya bapak yang bisa mendengarnya? Apa orang lain juga bisa
mendengar suara tersebut?
DM
: suara seperti apa itu? Suara Perempuan atau laki-laki? Apa yang dikatakannya?
DM
: Tidak ada dok. (ibuku mana dok? sambil melihat kearah lorong luar)
DM
: ibu bapak sudah pulang. Besok akan datang menjenguk bapak lagi.
DM
: pak anto sini dulu, masih ada yang mau saya tanyakan
: ..............
DM
: oke pak saya permisi kalau begitu, besok saya akan datang lagi.
: ..............
(Keesokan harinya)
DM
DM
DM
DM
: apa bapak merasa memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain? Seperti
menyembuhkan orang atau menghilang ?
DM
: apa bapak merasa seperti ada yang mengejar-ngejar bapak atau menceritai bapak
dibelakang dan mempunyai niat buruk terhadap bapak?
DM
: bapak merokok? Atau minum alkohol atau konsumsi obat-obatan mungkin dulu?
: merokok saja dok, yang lain tidak pernah. (ibu saya mana dok.. saya ingin pulang
dok..)
DM
: tadi beliau sudah datang menjenguk bapakkan, besok lagi beliau akan datang.
Biasanya berapa batang perhari?
: 1 bungkus dulu perhari dok tapi sekarang sudah berkurang jadi 2 batang perhari.
DM
: dari mana bapak dapat uang untuk beli rokok? Sedangkan bapak tidak bekerja.
DM
DM
: apa bapak menyayangi istri bapak? Istri bapak seringkan datang menjenguk bapak
dimakassar?
: sayang dok. udah nggak pernah dok karena nggak ada uang buat bayar bus katanya.
DM
DM
DM
: kalau kakak?
DM
: Baik dok
DM
: ..... 93
DM
DM
DM
: siang dok
DM
: tidak dok
DM
: tidak dok
DM
DM
DM
: Iya dok, tapi saya tidak tau kenapa saya bisa sakit seperti ini dok
DM
: Iya karena terlalu banyak yang bapak fikirkan dan bapak juga sempat putus minum
obat. Karena itu diwaktu berikutnya bapak tidak boleh putus obat.
: Iya dok.
DM