Kelompok 1
Afifah Dwi Indriyani
Aulia Zahra Afifah
Arinatul Ulya
Maharani Ahvrisyiah
Dari sini munculah jawaban dari pertanyaan apa arti positivisme dalam
hubungan internasional, yaitu adalah positivisme adalah posisi metodologis yang
bergantung pada epistemologi empiris yang mendasarkan pengetahuan kita tentang
dunia pada pembenaran oleh pengalaman dengan demikian melisensikan
metodologi dan ontologi sejauh yang dibenarkan secara empiris.
2. Post Positivisme
Post Positivisme merupakan aliran filsafat yang mengakui adanya
kompleksitas fenomena dalam dunia nyata. Kemunculan post positivisme
pada tahun 1970-1980an sendiri merupakan sebuah bentuk kritikan terhadap
positivisme yang pada dasarnya terlalu mengedepankan pengamatan
empiris, metode ilmiah, dan analisis objektif. Menurut post positivisme, tidak
semua pernyataan atau konsep dapat diuji secara empiris, misalnya
pernyataan moral, etika, atau konsep abstrak seperti keadaan. Selain itu, post
positivisme juga menganggap positivisme terlalu sederhana dan tidak
memperhitungkan peran penilaian dan interpretasi manusia dalam
penyelidikan ilmiah.
Salah satu tokoh penting dalam perkembangan postpositivisme adalah
Karl Popper. Popper berpendapat bahwa teori-teori ilmiah tidak pernah dapat
diverifikasi dengan pasti, namun dapat dipalsukan (difalsifikasi). Artinya suatu
teori bisa ditolak jika bertentangan dengan bukti. Popper juga berpendapat
bahwa kemajuan ilmu pengetahuan bukanlah suatu proses linier dalam
mengumpulkan pengetahuan, melainkan suatu probses trial and error di
mana teori-teori lama digantikan oleh teori-teori baru.
Tokoh penting lainnya dalam perkembangan postpositivisme adalah
Thomas Kuhn. Kuhn berpendapat bahwa kemajuan ilmu pengetahuan tidak
terjadi secara mulus dan berkesinambungan, melainkan melalui “perubahan
paradigma”. Paradigma adalah seperangkat keyakinan dan asumsi yang
dimiliki para ilmuwan mengenai hakikat realitas. Ketika paradigma baru
muncul, paradigma baru tersebut menggantikan paradigma lama dan secara
mendasar mengubah cara berpikir para ilmuwan tentang dunia.
Perkembangan postpositivisme juga dipengaruhi oleh karya filsuf lain,
seperti Imre Lakatos dan Paul Feyerabend. Para filsuf ini berpendapat bahwa
pengetahuan ilmiah tidak objektif dan selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai dan
keyakinan para ilmuwan yang menciptakannya.
Asumsi dasar Post Positivisme:
1. Fakta tidak bebas nilai, melainkan bermuatan teori.
2. Falibilitas Teori, tidak satupun teori yang dapat sepenuhnya
dijelaskan dengan bukti-bukti empiris, bukti empiris memiliki
kemungkinan untuk menunjukkan fakta anomali.
3. Fakta tidak bebas, melainkan penuh dengan nilai.
4. Interaksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian
bukanlah reportase objektif, melainkan hasil interaksi
manusia dan semesta yang penuh dengan persoalan dan
senantiasa berubah.
5. Asumsi dasar post-positivisme tentang realitas adalah jamak
individual.
6. Hal itu berarti bahwa realitas (perilaku manusia) tidak tunggal,
melainkan hanya bisa menjelaskan dirinya sendiri menurut unit
tindakan yang bersangkutan.
7. Fokus kajian post-positivisme adalah tindakan-tindakan
(actions) manusia sebagai ekspresi dari sebuah keputusan.
Positivis Post-Positivisme
https://text-id.123dok.com/document/eqovvewmz-post-positivisme-makalah-filsafat-pragmatisme-ideal
isme-p-1.html
https://www.kompasiana.com/delupingge/552ad88af17e615848d6243a/filsafat-ilmu-
pendekatan-postpositivistik
1. Kelompok positivisme ingin menerapkan metode ilmu alam pada penelitian sosial
dan menjadikan ilmu sosial sejajar dengan ilmu alam. Mereka percaya bahwa
pendekatan ilmu alam dapat menghasilkan pengetahuan yang obyektif dan
universal. Namun, paham post-positivisme menentang ide ini karena tindakan
manusia tidak dapat diprediksi dengan pasti. Sebab manusia selalu berubah, dan
tindakan mereka dapat bervariasi.
5. Positivisme meyakini bahwa realitas adalah tunggal, hanya ada satu realitas
yang muncul secara independen dari peneliti. Sementara itu, dalam pandangan
post-positivisme, realitas dianggap sebagai sesuatu yang kompleks, yang dapat
diinterpretasikan dan dipahami dengan beragam cara oleh individu.