Makalah Ulumul Qur - An - Kel. 1 - KLS 1a - Pengertian
Makalah Ulumul Qur - An - Kel. 1 - KLS 1a - Pengertian
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah tentang “Pengertian Dasar Ilumul Qur’an”. Penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 22
A. Pengertian ‘Ulumul Qur’an ................................................................................................ 22
B. Perkembangan dan Awal Kemunculan Istilah ‘Ulumul Qur’an ........................................... 33
C. Ruang Lingkup Pembahasan ‘Ulumul Qur’an .................................................................... 66
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 88
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 88
B. Saran ................................................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 99
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembahasan makalah ini, marilah kita mengenal lebih jauh pengertian dan
ruang lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi
kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.
ۤ َ ش ِه ْيدًا َع ٰلى ٰ ٰٓهؤ
َُل ِِۗء َونَ َّز ْلنَا َ َش ِه ْيدًا َعلَ ْي ِه ْم ِم ْن اَ ْنفُ ِس ِه ْم َو ِجئْنَا ِبك
َ ث فِ ْي ُك ِل ا ُ َّم ٍة
ُ َويَ ْو َم نَ ْب َع
ََيءٍ َّوهُدًى َّو َر ْح َمةً َّوبُ ْش ٰرى ِل ْل ُم ْس ِل ِميْن ْ ب تِ ْبيَانًا ِل ُك ِل ش َ َعلَيْكَ ْال ِك ٰت
Artinya : “Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad)
menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk
menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang
yang berserah diri.” (Q.S. An-Nahl : 89)
Mempelajari isi Al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas
pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal
yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang
menunjukkan Maha Besarnya Allah SWT sebagai penciptanya.
Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa
setiap orang yang mengerti Bahasa arab dapat mengerti ini Al-Qur’an. Lebih dari itu ada
orang yang merasa telah dapat memenuhi dan menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan
terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa arab. Padahal orang Arab sendiri banyak
yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat
mengetahui/memahami isi kandungan Al-Qur’an diperlukan ilmu yang mempelajari
bagaimana tata cara menafsirkan Al-Qur’an yaitu ‘Ulumul Qur’an dan juga terdapat
faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya
lebih mengenal Al-Qur’an, Karena tak kenal maka harus kenalan.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian ‘Ulumul Qur’an ?
2. Bagaimana perkembangan dan awal kemunculan ‘Ulumul Qur’an ?
3. Apa ruang lingkup pembahasan’Ulumul Qur’an ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
4
kedua dan awal abad ketiga Hijriyah dengan karyanya Muhamad Ibnu Khālaf ibn Marizbān
dengan kitabnya al-Ḥāwi fi ‘Ulum al-Qurān, dan Abū Bakar Qasīm al-Anbāri yaitu kitab
‘Ajāib al-’Ulum al-Qurān, keduanya ulama tersebut telah menggunakan istilah ‘Ulum Al-
Qur’an dalam karyanya namun kedua kitab tersebut tidak ada wujud kecuali namanya saja,
dan pendapat yang lain mengatakan bahwa ‘Ulum Al-Qur’an sebagai suatu disiplin ilmu
telah dikenal pada abad keempat Hijriyah dengan adanya karya al-Hufī dalam kitabnya al-
Burḥān fi ‘Ulum al-Qurān. Pendapat ini lebih mendekati kebenaran karena pada masa
itulah muncul karya di bidang ‘Ulum Al-Qur’an secara utuh sebagaimana telah
dikemukakan di atas.
Lantas dengan perkembangan zaman sekarang apakah ‘Ulumul Qur’an masih bisa
dikembangkan ? Misalnya kita ambil contoh kasus asbabun nuzul. Tidak ada cara untuk
mengetahui asbabun nuzul kecuali melalui riwayat yang sahih dari Nabi dan para sahabat
yang menyaksikan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an dan mengetahui peristiwa yang terjadi
atau pertanyaan yang diajukan kepada Nabi Muhammad SAW yang melatarbelakangi
turunnya ayat tersebut. Al-Wâhidi menyatakan: “Tidak boleh berpendapat mengenai
asbabun nuzul kecuali dengan berdasarkan kepada riwayat atau mendengar langsung dari
orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya dan membahas
tentang pengertiannya serta bersungguh-sugguh dalam mencarinya”.
Berbeda dengan Makkiyah dan Madaniyah yang dapat ditentukan selain dengan
metode simâ’i naqli juga dengan qiyâsi ijtihâdi, artinya di samping melalui riwayat tentang
tempat atau masa turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, juga bisa ditentukan melalui ijtihad, yaitu
melalui metode qiyas, mempelajari kriteria ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, kemudian
menerapkan kriteria itu terhadap ayat-ayat dari surat-surat yang belum diketahui Makkiyah
dan Madaniyahnya. Tetapi apakah metode ijtihad juga bisa digunakan untuk menetapkan
asbabun nuzul ?
Sebagai contoh untuk penggunakan ijtihad dalam menentukan asbabun nuzul, kita
ambil kasus ayat poligami yaitu Surat An-Nisâ’ ayat 3.
ث َو ُر ٰب َع ۚ فَا ِْن ِخ ْفت ُ ْم ا َ اَّلَ س ۤا ِء َمثْ ٰنى َوث ُ ٰل
َ ِاب لَكُ ْم ِمنَ الن َ ط َ َوا ِْن ِخ ْفت ُ ْم ا َ اَّل ت ُ ْق ِسطُ ْوا فِى ْاليَ ٰتمٰ ى فَا ْن ِك ُح ْوا َما
ت ا َ ْي َمانُكُ ْم ۗ ٰذلِكَ اَد ْٰنٰٓى ا َ اَّل تَعُ ْولُ ْو ۗا ِ ت َ ْع ِدلُ ْوا فَ َو
ْ احدَة ً ا َ ْو َما َملَ َك
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku
adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian
itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Q.S. An-Nisâ’ 4:3)
Tidak ada seorang mufassirpun mengaitkan ayat tentang poligami ini dengan perang
Uhud sekalipun ayat ini turun setelah peristiwa perang Uhud. Sebagaimana yang dicatat
oleh sejarah, dalam perang Uhud lebih kurang 70 orang sahabat gugur menjadi syuhada’,
termasuk paman Nabi Hamzah ibn Abd al-Muthallib. Jika diasumsikan 70 orang sahabat
itu masing-masing punya satu isteri, berarti ada 70 orang perempuan yang ditinggal mati
oleh suami mereka. Jika masing-masing janda itu mempunyai 3 orang anak, berarti ada
210 orang anak yatim yang perlu perhatian dan perlindungan. Pertanyaannya, bolehkah
peristiwa banyaknya gugur para syuhada’ dengan segala akibat turunannya itu dinyatakan
sebagai sababun nuzul ayat tentang poligami di atas, padahal tidak ada satu riwayatpun
yang menyebutkankannya.
Jika mengikuti pengertian asbabun nuzul yang sudah baku, jika tidak ada riwayat—
baik dengan redaksi yang sharîh ataupun muhtamal--yang menyebutkan persitiwa itu
sebagai sebab asbabun nuzul maka dia tidak bisa dikatakan sebagai asbabun nuzul. Kalau
dinyatakan bisa dan diterima maka terbuka juga asbabun nuzul dari aspek lain sekalipun
tidak ada riwayat yang menyebutkan. Latar belakang geografis, politik, ekonomi, sosial
masyarakat Arab di jazirah Arabia waktu itu bisa juga dijadikan sebagai asbabun nuzul.
5
Pengembangan pengertian asbabun nuzul ini akan berpengaruh pada konklusi hukum
sebagaimana yang dapat terlihat dari pemikiran Syahrur, ilmuan dari Suriah.
Bagi Muhammad Syahrur, poligami hanya dibolehkan dengan janda-janda yang
ditinggal mati oleh suaminya (armalah) dan mempunyai anak-anak, kecuali dalam kasus
perang, di mana jumlah laki-laki lebih sedikit dari jumlah perempuan, poligami dibolehkan
dengan para janda yang ditinggal mati oleh suaminya sekalipun tidak punya anak. Tetapi
sebaliknya sama sekali tidak boleh, yaitu menikahi janda yang ditinggal mati oleh
suaminya tanpa memelihara anak-anaknya. Kasus seperti ini harus dilarang sama sekali.
Ini hanyalah sebuah contoh, bagaimana kemungkinan perkembangan ‘Ulumul
Qur’an.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa secara
terminologi, ‘Ulumul Qur’an adalah kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan
Al-Qur’an yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Pertumbuhan dan
perkembangan ‘Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses
secara bertahap dan sesuai dengan Kebutuhan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi
keberadaan dan pemahamannya. Jadi, Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia yang
disajikan dengan status sastra yang tinggi. Kitab suci ini sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia semenjak Al-Qur’an diturunkan, terutama terhadap ilmu pengetahuan,
peradaban serta akhlak manusia.
B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan kami
dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita untuk lebih menyadari bahwa agama islam
memiliki khazanah keilmuan yang sangat dalam untuk mengembangkan potensi yang ada
di alam ini dan merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar
kita menjadi seorang muslim yang bijak sekaligus intelek. Serta dengan harapan dapat
bermanfaat dan bisa difahami oleh para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan
dari para pembaca, khususnya dari Dewan Guru yang telah membimbing kami dan para
Mahasiswa demi kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Syamsu Nahar, Studi Ulumul Quran. Cet I; Medan: Perdana Publishing, 2015
Oom Mukarromah, Ulumul Qur’an. Cet I; Jakarta: Rajawali Pers, 2013
Subhan Abdullah Acim. Kajian Ulumul Qur’an. Cet I; Lombok: CV. Al-Haramain, 2020
Yunahar Ilyas. Kuliah Ulumul Qur’an. Cet III; Yogyakarta: ITQAN Publishing 2014