Kelompok 1-Manajemen Pemasaran New
Kelompok 1-Manajemen Pemasaran New
RESPONSIBILITY
Disusun Oleh :
PRODI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai bagian dari tugas akademik dalam rangka pemenuhan mata kuliah Manajemen
Pemasaran yang diajarkan oleh Dr. Maskuri Sutomo, S.E., M.Si di Universitas Tadulako. Kami
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Maskuri Sutomo, S.E., M.Sii
yang telah membimbing kami.
Makalah ini membahas Manajemen dan Pengelolaan dan kami berharap bahwa makalah ini
dapat memberikan wawasan yang berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini tidak sempurna, namun kami berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan
informasi yang akurat dan relevan.
Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusipositif
dalam pemahaman mengenai Manajemen dan Pengelolaan.
Akhir kata, kami mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam makalah ini, dan kami
sangatmenghargai saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di masa mendatang
Kelompok 1
DAFTAR ISI
1.3. Tujuan:
A. Pengertian produk:
Produk adalah segala sesuatu yang dapar ditawarkan kepada pasar untuk daya tarik,
akusisi, penggunaan, atau komsumsi yang bisa memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.
Produk tidak hanya meliputi fisik tetapi juga jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau
campuran ini.
Produk adalah suatu yang bersifat kompleks, yang dapat diraba maupun tidak dapat diraba,
yang di dalamnya termasuk kemasan, harga, prestise perusahaan dan pelayanan jasa perusahaan
yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya. Kemudian produk
sendiri diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jasa dan barang.
Menurut Philip Kotler, produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan.
b. Produk Konsumen
Barang sehari-hari (convenirnce goods), konsumen biasanya sering membeli barang sehari-
hari dengan segera dan usaha minimum, misalnya makanan, minuman, dan sebagainya.
Barang belanja (shopping goods), adalah barang yang secara karakteristik dibandingkan
oleh konsumen berdasarakan kecocokan, kualitas, harga dan gaya. Misalnya pakaian,
sepatu, kosmetik dan sebagainya.
Barang khusus (specialty goods), mempunyai karakteristik atau identifikasi merek yang
unik dimana ada cukup pembeli yang bersedia melakukan usaha pembelian khusus.
Misalnya sepeda motor, mobil, handphone mewah dan sebagainya.
Barang yang tidak dicari (unsought goods), adalah barang yang tidak dikenal konsumen
atau biasanya tidak terpikirkan untuk dibeli
c. Produk Industri
Bahan dan suku cadang (materials and parts) adalah barang yang seluruhnya menjadi
bagian dari produk produsen. Misalnya produk dari hasil pertanian yaitu kapas, gandum,
beras dan sebagainya.
Barang modal (capital items) adalah barang tahan lama yang memfasilitasi pengembangan
atau pengelolaan produk jadi. Misalnya bangunan pada instalasi pabrik yaitu kantor,
tempat bangunan produksi, mesin produksi dan sebagainya.
Layanan bisnis dan pasokan (supplies and business service) adalah barang dan jasa jangka pendek
yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk jadi. Misalnya supplies, yaitu suatu
perlengkapan dalam operasi produksi. Contohnya pelumas mesin, bahan bakar mesin, alat tulis dan
sebagainya
Untuk mengetahui standar kualitas sebuah produk, tentunya tidak hanya ditentukan oleh produsen,
tetapi juga harus melalui serangkaian survey terhadap konsumen. Hal pertama yang harus
diperhatikan adalah mengenai:
1. Aspek penyimpanan (proper storage) : dari produk yang ditawarkan oleh produsen.
Konsumen pasti akan mempertanyakan bagaimanakah sistem penyimpanan produk
tersebut, terutama untuk produk yang berupa makanan karena sangat berkaitan dengan
kesehatan. Semakin higienis penyimpanan suatu produk, bisa dipastikan bahwa produk
tersebut akan disukai oleh para konsumen. Karena pada dasarnya, konsumen tidak ingin
membeli produk yang membahayakan keselamatan mereka.
2. Performance atau penampilan dari produk tersebut. Bila bicara mengenai penampilan suatu
produk, tidak akan bisa dilepaskan dari kualitas desain (quality of design). Meskipun
terkesan sepele, tetapi desain suatu produk tidak dapat diremehkan begitu saja. Hal itu
karena desain produk bisa saja dijadikan sebagai identitas dari produk yang bersangkutan.
3. Reliability atau seberapa besar kemungkinan produk akan mengalami kerusakan atau
gagal. Pembeli tentunya keberatan bila membeli barang yang cepat rusak. Sangatlah wajar
rasanya bila konsumen ingin membeli sebuah produk yang awet dan tidak cepat rusak.
4. Function of product (fungsi dari produk tersebut) yang lebih bermanfaat atau tidaknya
produk tersebut. Konsumen akan lebih berminat membeli suatu produk yang memiliki
fungsi yang sesuai dengan yang dinutuhkan oleh konsumen.
6. Durability yaitu berkaitan denga berapa lama suatu produk dapat dipergunakan. Konsumen
akan menyukai produk yang awet dan tahan lama, sehinga barang tersebut tidak akan
mudah rusak.
7. Suitability yaitu tingkat kesesuaian antara produk dengan spesifikasi yang ditetapkan
sebelumya atau yang ditawarkan kepada pelanggan. Produk yang memiliki kesesuaian
dengan spesifikasinya akan lebih memuaskan konsumen.
8. Fit and finish yaitu sebuah kriteria yang sangat subyektif dan sangat berhubungan dengan
perasaan pelanggan mengenai sebuah produk. Dalam hal ini pelanggan bisa dengan bebas
menyatakan perasaannya terhadap produk yang telah dibeli, apakah mereka puas dengan
produk tersebut ataukah justru kecewa dengan produk tersebut
9. Quality of service (mutu pelayanan), ada beberapa tipe penyedia barang dan jasa yang
hanya fokus pada penjualan, tetapi mereka tidak memikirkan pelayanan lainnya seperti
memberikan garansi pembelian, pelayanan purna jual dan servis.
10. Aethestic atau esstetika yaitu berhubungan dengan nilai estetika yang berkaitan dengan
pertimbangan pribadi atau preferensi perseorangan (individual). Hal ini juga berkaitan
dengan selera dari konsumen karena setiap konsumen memiliki penilaian yang berbeda
dengan suatu produk.
c. Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian
Memperbaiki kualitas produk adalah hal yang paling penting. Hal tersebut karena kualitas
sebuah produk sangat menentukan keputusan seorang konsumen untuk membeli produk.
“perusahaan dengan kualitas produk paling baik akan tumbuh dengan pesat, dan dalam jangka
panjang perusahaan tersebut akan lebih berhasil dari perusahaan yang lain
Siklus hidup produk (Product Life Cycle) adalah konsep yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan dalam kinerja dan penjualan produk dari waktu ke waktu. Siklus hidup
produk biasanya terdiri dari empat tahap utama, yaitu:
1. Pengenalan (Introduction)
2. Pertumbuhan (Growth)
3. Kematangan (Maturity)
4. Penurunan (Decline).
Setiap tahap memiliki karakteristik, strategi pemasaran, dan tantangan yang berbeda. Adanya
siklus produk mampu membantu produsen dalam menetapkan strategi tepat ketika memasarkan
produk tersebut. Tak hanya itu, produsen bisa mengambil langkah perpanjangan umur produk
dengan peningkatan kualitas dan kuantitas
Kurva penjualan untuk masing-masing produk akan bervariasi tergantung tahapan yang
dicapai dalam siklus kehidupannya. Bila Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) dianggap
sebagai nilai strategik bagi suatu perusahaan, maka manajernya harus dapat menentukan dimana
posisi Siklus Hidup Produk produknya. Tahap Siklus Hidup Produk suatu produk dapat ditentukan
dengan mengidentifikasikan statusnya dalam market volume, rate of change of market volume.
Dalam keempat tahap dari analisa Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini memiliki beberapa
strategi yaitu :
a) Strategi Peluncuran Cepat (Rapid Skimming Strategy) Strategi ini dilaksanakan dengan
jalan menetapkan harga yang tinggi untuk memperoleh laba kotor per unit sebanyak
mungkin, serta dengan melakukan promosi yang gencar untuk meyakinkan konsumen
tentang kualitas produk walau harganya mahal. Cara ini biasanya dipakai untuk
mempercepat laju penerobosan pasar. Strategi ini akan berhasil jika sebagian besar pasar
belum mengetahui keberadaan produk, konsumen bersedia membayar pada harga berapa
pun, dan perusahaan menghadapi pesaing potensial serta ingin membangun preferensi pada
mereknya.
d) Strategi Penetrasi Lambat (Slow Penetration Strategy) Strategi ini dijalankan dengan
menetapkan harga yang rendah untuk memperoleh penerimaan yang besar dari konsumen
dan promosi yang rendah agar biaya pemasaran tidak membengkak. Keberhasilan strategi
ini biasanya harus didukung dengan pasar yang sangat luas, konsumen mengetahui
keberadaan produk, konsumen peka terhadap harga, dan persaingan potensial sangat
rendah. Contoh produk yang ada pada tahap ini untuk barang elektronik misalnya iPad.
b) Pertumbuhan Lambat (Slow Growth) Pada tahap ini penjualan masih meningkat, namun
dengan pertumbuhan yang semakin menurun. Sebagian besar pasar telah dijangkau, karena
produk perusahaan telah digunakan oleh mayoritas konsumen. Situasi ini akan
menyebabkan perusahaan mulai memperbarui produknya agar dapat mempertahankan
penjualannya. Pada umumnya dilakukan usaha modifikasi produk dengan
menyempurnakan model (style improvement) guna memantapkan posisi produknya di
pasar. Laba akan semakin sulit diperoleh perusahaan dan penyalur karena persaingan harga
akan cenderung menyebabkan penurunan harga. Pesaing semakin banyak yang keluar dari
pasar disebabkan oleh semakin berkurangnya keuntungan/daya tarik industri. Contoh
produk elektronik yang ada pada tahap ini adalah laptop dimana pasar laptop saat ini
sedang tumbuh pesat.
b) Strategi Menyerang (Offensive Strategy) Strategi ini lebih menitikberatkan pada usaha
perubahan untuk mencapai tingkat yang lebih baik. Bentuk strategi ini dapat berupa
modifikasi pasar, yaitu dengan menggaet kelompok bukan pemakai (non-user),
mengintensifkan penawaran produk kepada nonuser, dan merebut konsumen pesaing.
Bentuk lain dari strategi menyerang adalah modifikasi produk, yaitu mengubah
karakteristik produk sedemikian rupa sehingga semakin menarik konsumen saat ini untuk
membeli, dengan cara menawarkan manfaat baru dari suatu produk kepada konsumen
sekarang untuk mendorong pembelian yang lebih banyak dan pemakaian yang lebih sering
(usaha seperti ini sering disebut dengan product relaunching). Contoh produk elektronik
yang ada pada tahap ini adalah handphone. Penjualan handphone saat ini mencapai posisi
tertinggi dan mulai tergerus oleh teknologi yang lain
1. Pengertian merek
Dalam pemasaran, merek adalah simbol pengejawantahan seluruh informasi yang berkaitan
dengan produk atau jasa. Merek biasanya terdiri dari nama, logo dan seluruh elemen visual lainnya
seperti gambar, tipografi, warna, dan simbol. Merek juga merupakan visualisasi dari citra yang
ingin ditanamkan di benak konsumen.
Merek yang telah dikenal luas oleh pasar disebut brand recognition. Brand recognition
dibangun dari titik dimana merek mendapat sentimen positif di pasar, tingkatan dimana sentimen
positif tersebut mencapai titik puncaknya disebut brand franchise. Point keberhasilan dalam brand
recognition adalah merek dapat dikenal tanpa nama perusahaan pemilik merek. Sebagai contoh
adalah disney yang sukses dalam membangun merek melalui tipografi huruf yang aslinya
merupakan tanda tangan walt disney.
Macam-macam strategi penamaan brand yang berkembang pesat saat ini ialah:
a) Individual Branding Individual branding, juga dikenal dengan nama MultiBranding adalah
strategi pemasaran dengan memasukkan portofolio produk ke tiap produk dan memberikan
merek unik. Hal ini berlawanan dengan family branding, dimana seluruh produk dalam lini
produk yang sama akan diberikan satu merek dagang. Keuntungan individual branding
adalah tiap produk memiliki citra dan identitasnya sendiri, sehingga sangat memudahkan
positioning produk.
Pemanfaatan individual branding dengan memberi merek berbeda pada produk
baru seperti pada deterjen surf dan rinso yang sama-sama dari unilever untuk membidik
segmen pasar yang berbeda demikian halnya pada wings yang memproduksi deterjen
merek so klin dan daia untuk segmen pasar yang beda pula, sehingga strategi harga murah
(low cost) tidak menjatuhkan citra produk sejenis yang telah beredar sebelumnya
b) Family Branding Family branding adalah strategi pemasaran yang memasukkan beberapa
produk setara ke dalam satu merek. Hal ini berlawanan dengan individual branding. Ada
beberapa pertimbangan ekonomis dalam menerapkan strategy family branding karena
beberapa produk setara namun tidak saling bersaing akan dapat dipromosikan dengan
hanya menggunakan satu event
promosi. Family branding ditujukan untuk mengenalkan produk baru yang mendukung
produk yang telah ada di pasar.
Contoh pemanfaatan family branding misalnya seperti pada motor suzuki yang
mengeluarkan varian motor suzuki smash, suzuki sky wave, suzuki spin, suzuki thunder,
suzuki arashi, suzuki shodun, suzuki satria, dan lain-lain. Strategi merek (brand) dari sudut
pandang harga produk ialah Premium brand (merek premium) biasanya menghabiskan
biaya produksi lebih tinggi dibanding produk lain dalam lini yang sama.
Keberadaan merek menjadi sebuah alat bantu dalam mengenali dan mengetahui kualitas
produk, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk membeli sebuah produk maka banyak pelaku
bisnis menjadikan merek produk sebagai ujung tombak bagi perusahaannya agar bisa
memenangkan persaingan pasar.
a) Lakukan perluasan lini. Perluasan lini dapat dilakukan para pelaku usaha dengan cara
menambahkan varian baru pada produk mereka. Hal ini sengaja dilakukan untuk
memperluas target pasar yang mereka bidik dan menguatkan merek tersebut di kalangan
masyarakat luas. Salah satu produk yang telah menggunakan strategi ini adalah produk
sampo Sunsilk. Mereka sengaja mengeluarkan beragam varian produk sampo sesuai
dengan jenis rambut konsumennya, seperti sampo untuk rambut rontok, rambut
berketombe, rambut kering, rambut berminyak, dan lain sebagainya
b) Perluasan merek (Brand Extension). Strategi ini sering dilakukan beberapa perusahaan
besar untuk menguasai pasar. Mereka memanfaatkan merek yang sudah dikenal banyak
orang, untuk mengeluarkan produk baru guna menjangkau pangsa pasar yang lebih luas.
Lihat saja merek lifebuoy yang dulunya dikenal masyarakat sebagai merek sabun, sekarang
mulai melebarkan sayapnya dengan meluncurkan produk handwash (sabun cuci tangan),
serta sampo untuk memperluas merek produknya di pasaran. Dengan strategi ini,
perusahaan dapat memperkenalkan perluasan merek (nama merek yang ada diperkenalkan
ke kategori produk baru), inti strategi pengembangan merek ini menggunakan nama merek
yang sudah dikenal oleh konsumen untuk meluncurkan produk baru atau produk
modifikasi pada kategori produk yang baru.
c) Gunakan strategi multi-merek. Selain menambahkan varian baru pada produk, salah satu
strategi pemasaran lainnya yang dapat digunakan yaitu menggunakan tambahan merek
untuk kategori produk yang sama. Strategi ini dilakukan para pengusaha untuk menarik
minat konsumen dari berbagai kalangan. Contohnya saja seperti perusahaan Indofood yang
sengaja meluncurkan merek Indomie, Supermi, serta Sarimi untuk membidik target pasar
yang berbeda. Sehingga tidak heran, jika sampai saat ini Indofood berhasil menjadi market
leader untuk kategori produk mie instan. Dengan strategi ini, perusahaan dapat
memperkenalkan pengembangan merek (nama merek yang baru diperkenalkan ke kategori
produk yang sama), inti strategi pengembangan merek ini dengan meluncurkan banyak
merek pada satu macam kategori produk yang sama.
d) Luncurkan merek baru. Jika sebuah perusahaan meluncurkan sebuah produk baru dalam
kategori baru, namun tidak memungkinkan untuk menggunakan merek yang sudah ada.
Maka tidak ada salahnya jika mereka menawarkan sebuah merek baru bagi produk yang
akan mereka luncurkan. Cara ini telah dilakukan oleh Unilever dalam mengembangkan
kategori produknya, seperti mengeluarkan merek Pepsodent untuk kategori produk pasta
gigi, Blue Band untuk merek margarine, serta masih banyak lagi merek lainnya untuk
kategori yang berbeda. Perusahaan dapat memperkenalkan merek baru (merek baru untuk
kategori produk yang baru)
e) Gunakan merek bersama. Yang dimaksud dengan merek bersama yaitu menggabungkan
dua atau lebih merek yang sudah terkenal dalam sebuah penawaran. Strategi ini telah
dijalankan oleh Aqua- Danone dalam memasarkan produknya. Keuntungan merek bersama
dari kasus ini untuk merek Aqua yakni selain sudah mendapat pangsa pasar lokal, aqua
juga bisa mendapat pangsa pasar baru di kancah
benua Eropa yang telah dirambah terlebih dahulu oleh Danone
f) Penamaan merek. Nama merek menurut teorinya dapat menimbulkan dua asosiasi dalam
benak konsumen, yaitu asosiasi tentang nama itu sendiri (terlepas dari merek yang diberi
nama) dan asosiasiasosiasi yang dipelajari konsumen untuk dikaitkan dengan nama merek
itu dalam penggunaannya sebagai nama merek. Dalam pilihan nama merek, pemasar
umumnya menyetujui atau menolak sebuah nama atas dasar asosiasi yang ditimbulkan
nama tersebut saat itu. Katakanlah pemasar memberi nama komputer yang akan dilansirnya
ke pasar dengan nama Kangaroo, maka asosiasi yang dibangkitkan nama ini tidak cocok
dipakai untuk komputer daripada Laser, misalnya. Nama Laser menerbitkan asosiasi pada
teknologi modern dan tidak menyimpang dari citra konsumen mengenai komputer pada
umumnya.
Keputusan produk berwawasan sosial ini penting karena dapat menciptakan keuntungan jangka
panjang bagi perusahaan. Konsumen modern semakin peduli dengan masalah sosial dan
lingkungan, dan mereka cenderung memilih produk yang ramah lingkungan dan bertanggung
jawab secara sosial. Dengan mengadopsi keputusan produk berwawasan sosial, perusahaan dapat
meningkatkan citra merek mereka, menarik konsumen baru, dan mempertahankan pelanggan yang
sudah ada.
Pemasar produk dan jasa internasional menghadapi tantangan khusus. Pertama, mereka
harus mengetahui produk dan layanan apa yang akan diperkenalkan dan di negara mana. Kemudian
mereka harus memutuskan seberapa besar standarisasi atau penyesuaian produk dan layanan
mereka untuk pasar dunia akan dilakukan. Di satu sisi, perusahaan ingin melakukan standarisasi
penawaran mereka. Standardisasi membantu perusahaan mengembangkan citra dunia yang
konsisten. Hal ini juga menurunkan biaya desain produk, produksi dan pemasaran dalam
menawarkan berbagai macam produk. Di sisi lain, pasar dan konsumen di seluruh dunia sangat
berbeda. Perusahaan biasanya harus merespons perbedaan ini dengan mengadaptasi penawaran
produk mereka.
Misalnya, McDonald's beroperasi di lebih dari 100 negara, dengan preferensi makanan
lokal yang terkadang sangat beragam. Jadi meskipun Anda dapat menemukan burger dan kentang
goreng khasnya di sebagian besar lokasi di seluruh dunia, jaringan tersebut telah menambahkan
item menu yang memenuhi selera unik pelanggan di pasar lokal. McDonald's menyajikan burger
salmon di Norwegia, burger kentang tumbuk di Cina,burger udang di Jepang, Burger Babi Samurai
di Thailand, bubur ayam di Malaysia, dan Spam serta telur di Hawaii. Di McDonald's Jerman,
Anda akan menemukan Nürnburger (tentu saja tiga bratwurst besar dalam roti gulung lembut
dengan banyak mustard); di Israel, ada McFalafel (kacang goreng, tomat, mentimun,
dan keju, di atasnya diberi tahini dan dibungkus dengan laffa). Dan menu di Turki menyajikan pai
goreng jeruk coklat (Brasil menambahkan pisang, talas Mesir, dan nanas Hawaii).
Pengecer merupakan salah satu bisnis jasa terkini yang mendunia. Ketika pasar dalam negeri
mereka menjadi jenuh, pengecer Eropa seperti Carrefour dan Tesco berekspansi ke pasar yang
tumbuh lebih cepat di luar negeri. Misalnya, Carrefour kini mengoperasikan lebih dari 10.000 toko
di 34 negara. Ini adalah pengecer terkemuka di Eropa, Brasil dan Argentina, dan pengecer asing
terbesar di Tiongkok.39 Pengecer asing juga melakukan langkah serupa. Costco, pengecer Amerika
yang mengoperasikan jaringan klub gudang khusus keanggotaan, kini memiliki 28 toko di Inggris
dan lebih dari 700 di seluruh dunia. Pembeli Inggris dapat membeli banyak produk Amerika di
toko Costco. Tren pertumbuhan perusahaan jasa global akan terus berlanjut, terutama di bidang
perbankan,penerbangan, telekomunikasi, dan jasa profesional. Saat ini, perusahaan jasa tidak lagi
sekadar mengikuti pelanggan manufaktur mereka. Sebaliknya, mereka justru memimpin ekspansi
internasional.
BA
B3
PE
N
UT
UP
3.1. Kesimpulan
Aspek manfaat saja belum cukup untuk dapat membuat produk dapat laku dipasaran,
banyak hal lain yang harus dipertimbangkan mulai dari memilih nama merek dan
mempertimbangkan entah nama apa yang akan digunakan dalam produk, inti nama merek itu
haruslah mudah diingat (memorable) entah karena sederhana, unik atau hal lain, mengesankan
tentang mutu produk (meaningfull), tak kalah penting juga sebuah produk harus berupaya
mempunyai ekuitas produk yang baik disamping nilai manfaat produk itu sendiri sehingga dapat
memiliki kesan tersendiri buat konsumen agar loyal dalam membeli produk tersebut. Terdapat hal-
hal lain pula yang harus dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi merek yang semestinya dapat
menjadi acuan bagi pemasar dalam pemasaran produk diantaranya dengan perluasan lini yang
mana hal ini dapat dilakukan para pelaku usaha dengan cara menambahkan varian baru pada
produk mereka untuk memperluas target pasar yang mereka bidik dan menguatkan merek tersebut
di kalangan masyarakat luas, kemjudian pemasar juga dapat memperkenalkan strategi perluasan
merek yaitu dengan memberi nama merek yang ada diperkenalkan ke kategori produk baru,
meluncurkan banyak merek pada satu macam kategori produk yang sama, menggabungkan dua
atau lebih merek yang sudah terkenal dalam sebuah penawaran serta tak kalah pentingnya
menemukan penamaan merek yang tepat yang akan bersimbiosis serta memiliki kecocokan dengan
penempatan segment yang dipilah, targetting yang dituju dan positioning yang akan dicitrakan,
semuanya memang harus sudah dirancang jauh sebelum pengedaran produk tersebut kepasaran.
https://www.studocu.com/en-us/document/university-of-northern-iowa/diritto-privato/
produkjasa-dan- penetapan-merk/5354482
https://repository.unugha.ac.id/798/4/BAB%20II.pdf
https://mars.umy.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/STRATEGI-MENETAPKAN-MEREK.pdf
STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN SIKLUS HIDUP PRODUK
(PRODUCT LIFE
CYCLE) oleh Slamet Widodo
Kotler, P., Armstrong, G., & Opresnik, M. O. (2017).
https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/1992/