Anda di halaman 1dari 45

ROPOSAL PENELITIAN

“PENGARUH BRANDING PRODUK KACANG METE


TERHADAP CITRA PERUSAHAAN” ( STUDI PADA UD. Mete
Muborok Lombe Kendari).

OLEH :

OLEH

ASNI
C1A315193

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTASI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

1
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah selesai diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing


II untuk dipertahankan dihadapan panitia Seminar Proposal pada Jurusan
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo
Kendari.

Nama : ASNI
Stambuk : C1A315193
Jurusan : Administrasi Bisnis
Judul : Pengaruh Branding Produk Kacang Mete Terhadap Citra
Perusahaan (Studi Pada UD. Mete Muborok Lombe Kendari ).

Kendari , November 2018

Menyetujui :

Pembimbing I
Pembimbing II

Drs. H. Mustakim, M.Si Liwaul, S. Sos., M.Si


NIP. 19570715 198403 1 001 NIP. 19771231 200501 1 005

Mengetahui :
Ketua Jurusan Administrasi Bisnis

Sahrun, SE., M. S
NIP. 19601231 198703 1 030

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 3
C. Tujuan penelitian.................................................................................. 3
D. Manfaat penelitian................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Branding ................................................................................ 5
1. Pengertian Branding ..................................................................... 5
2. Fungsi Dan Tujuan Branding........................................................ 6
3. Unsur-Unsur Branding.................................................................. 7
4. Jenis-Jenis Branding ..................................................................... 8
B. Konsep Produk.................................................................................... 9
1. Atribut Produk .............................................................................. 10
2. Tingkat Produk.............................................................................. 11
3. Klasifikasi Produk......................................................................... 12
4. Kualitas Produk............................................................................. 14
C. Branding Produk ................................................................................. 16
D. Konsep citra ........................................................................................ 17
1. Pergertian citra .............................................................................. 17
2. Jenis citra ...................................................................................... 18
E. Pengertian citra perusahaan ................................................................ 20
1. Arti penting citra perusahaan ........................................................ 22
2. Tujuan dalam mengelola citra perusahaan.................................... 24
3. Dimensi pembentukan citra perusahaan ....................................... 25
4. Hubungan citra perusahaan dan citra merek ................................. 27
F. Kerangka pikir ................................................................................... 31

3
G. Hipotesis ............................................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................. 32
B. Lokasi Penelitian............................................................................... 32
C. Populasi Dan Sampel ........................................................................ 32
D. Sumber Dan Data Penelitian ............................................................. 33
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 33
F. Teknis Analisis Data ......................................................................... 34
G. Skala Pengukuran.............................................................................. 34
H. Uji kualitas data................................................................................. 35
I. Metode analisis data.......................................................................... 36
J. Operasionalisasi Variabel.................................................................. 37
K. Definisi operasional variabel ............................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 40

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Brand merupakan sesuatu aspek penting bagi suatu perusahaan., Melaui

brend suatu perusahaan akan di kenal dan di pandang baik ataupun buruk oleh

masyarakat. Menrut American Marketing Association, definisi brand adalah

nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut

(Rangkuti, 2009 : 2). Suatu perusahaan harus bisa membentuk suatu brand

sedemikian rupa agar semua aspek didalamnya dapat mengkomunikasikan suatu

hal yang sama sesuai dengan tujuan brand tersebut.

Pada masa sekarang sebagian besar orang lebih mementigkan brand

dibandingkan produk dari brand itu sendiri. Hal ini dapat di lihat dari respon

masyarakat saat suatu brend terkenal mengeluarkan produk baru sebagian besar

masyarakat tidak mengkhawatirkan kualitas dari produk tersebut sudah dapat

menjamin kualitas dari produk tersebut.

Melihat fenomena tersebut, dapat di ketahui bahwa brend mempunyai

peranan yang sangat penting. Untuk membangun suatu brend menjadi brend yang

kuat dan dapat di percaya masyarakat bukanlah hal yang mudah.Dibutuhkan

waktu dan strategi yang baik untuk mengukuhkan suatu brand di tengah

masyarakat.

Sebelum brand dipublikasikan kepada masyarakat, perusahaan pasti

terlebih dahulu menyusun brand tersebut seperti logo, tagline, pesan dalam brand

itu sendiri, dan lain-lain. Untuk menyampaikan brand tersebut kepada masyarakat,

5
biasanya perusahaan membuat strategi branding. Melalui strategibrandingtersebut,

perusahaan akan mempublikasikan brand mereka kepada masyarakat luas ataupun

kepada calon stakeholder.

Branding pada perusahaan sangat penting, karena dapat memberikan kesan

baik atau buruknya perusahaan. Tidaklah mudah untuk menentukan arah, desain

sebuah brand perusahaan. Dimulai dari tujuan didirikannya perusahaan atau

bisnis, bidang industri yang dipilih, serta market yang dituju, juga menentukan

arah kreasi promosi Promosi pada perusahaan juga tidak kalah penting, karena

apabila perusahaan tidak mempromosikan perusahaannya dengan baik, maka

masyarakat juga sulit untuk mengenal perusahaan tersebut

branding Produk adalah dimana masing-masing produk memiliki nama

sendiri. maka pengertian branding adalah berbagai kegiatan komunikasi yang

dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan tujuan untuk membangun dan

membesarkan sebuah brand atau merek.

Kacang mete merupakan buah dari tanaman jambu monyet yang menjadi

produk yang paling penting dari pohon jambu monyet itu sendiri. Kacang mete

biasanya dikonsumsi utuh, dipanggang, dikupas, dan diberi garam. Kacang mete

biasanya diolah dengan cara digoreng secara deep frying. Selain itu, kacang mete

juga dapat digunakan sebagai penyedap rasa pada berbagai makanan seperti es

krim, cokelat batangan, serta aneka kue.

Citra perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap

hidup dan orang orang didalamnya terus mengembangkan kreativitas bahkan

memberi manfaat lebih bagi orang lain (Rhenald kasali, 2003:30). Memiliki citra

6
baik di masyarakat merupakan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan,

keuntungan jangka panjang tersebut meliputi kepercayaan publik terhadap

layanan dan produk perusahaan. Citra perusahaan yang dapat menjadi salah satu

penilaian publik dalam mengambil keputusan penting seperti mempercayai

layanan maupun produk perusahaan hingga merekomendasikan kepada orang lain.

Branding produk Ud. Mette Mubaraq Lombe adalah salah satu usaha

perdagangan yang menyediakan berbagai jajanan khas daerah Sulawesi tenggara

yang berbahan baku bambu mente seperti mente mentah, mente goreng (asin dan

manis); tenteng mente, kripik mente, dll

Berdasarkan latar belakang di atas serta fenomena tersebut peneliti

tertarik untuk mengkaji permasalahnan dengan judul “Pengaruh Branding

Produk Kacang Mete Terhadap Citra Perusahaan (studi pada UD. Mete

Muborok Lombe Kendari)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah nama merek berpengaruh signifikan terhadap citra perusahaan?

2. Apakah logo berpengaruh signifikan terhadap citra perusahaan?

3. Apakah penampilan visual berpengaruh signifikan terhadap citra

perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

7
1. Untuk mengetahui nama merek berpengaruh signifikan terhadap citra

perusahaan

2. Untuk mengetahui logo berpengaruh signifikan terhadap citra

perusahaan

3. Untuk mengetahui penampilan visual berpengaruh signifikan terhadap

citra perusahaan

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dengan diadakanya penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam

pengambilan keputusan mengenai branding produk kacang mete

terhadap citra perusahaan

2. Bagi peneliti

Penliti ini dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan di bidang

pemasaran, khususnya mengenai branding produk kacang mete

terhadap citra perusahaan

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Branding

1. Pengertian brending

Branding adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi

yang dapat dijadikan sebagai identitas produk atau jasa yang membedakan satu

atau kumpulan penjual dari kompetitornya (Kotler dan Keller 2006) . Branding

adalah sebuah usaha untuk memperkuat posisi produk dalam benak konsumen

(Soemanagara, 2006:98).

Branding telah berkembang dari sekadar merek atau nama dagang dari

suatu produk, jasa atau perusahaan, yang berkaitan dengan hal-hal yang kasat

mata dari merek, seperti nama dagang, logo atau ciri visual lainnya, kini juga

berarti citra, kredibilitas, karakter, kesan, persepsi dan anggapan dibenak

konsumen (Landa, 2006:4)

Bagi sebuah perusahaan, branding tidak sekedar berfungsi sebagai

corporate identity, tetapi dapat meningkatkan brand image “Citra yang terbentuk

dalam benak konsumen mengenai sebuah merk tertentu” yang luar biasa, jika

digarap dengan profesional. Branding berarti suatu pernyataan mengenai siapa

“identitas” apa yang dilakukan “produk/jasa yang ditawarkan” dan mengenai

kenapa suatu merek layak dipilih “keistimewaan”. Brand adalah reputasi, merek

yang memiliki reputasi adalah merek yang menjanjikan, sehingga publik

mempercayai dan memilih merek tersebut (Neumeier, 2003:54).

9
Branding (penciptaan merek) bukan hanya mengenai ubikuitas (berada di

mana-mana), visibilitas, dan fungsi, namun mengenai penciptaan ikatan

emosioal dengan masyarakat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hanya jika

sebuah produk dapat memicu sebuah dialog emosional dengan para konsumen,

barulah produk atau jasa ini memenuhi kualifikasi sebagai merek” (Gobe,

Marc,2005).

2. Fungsi Dan Tujuan Branding

Fungsi Branding adalah untuk menanamkan image dan citranya di

masyarakat bahkan konsumennya, jika perusahaan tersebut memiliki produk yang

mereka jual, sehingga dengan adanya branding “merk dagang atau corporate

identity” diharapkan brand atau merk mereka akan senantiasa diingat oleh

masyarakat atau konsumennya dalam jangka waktu yang lama.

Terdapat tiga tujuan dalam membangun brand yaitu membentuk persepsi,

membangun kepercayaan dan membangun cinta “kepada brand” (Neumeier,

2003:41). Fungsi branding secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pembeda

Suatu produk akan memiliki perbedaan dengan pesaingnya bila

memiliki brand yang kuat, sehingga sebuah brand dapat dengan mudah

dibedakan dari brand yang lain.

2. Promosi Dan Daya Tarik

Produk yang memiliki brand akan dengan mudah dipromosikan dan

menjadi daya tariknya. Promosi sebuah brand akan dengan mudah

mempromosikan produknya dengan menampilkan logo brand tersebut.

10
3. Pembanguan Citra, Pemberi Keyakinan, Jaminan Kualitas Dan Prestise

Sebuah brand juga berfungsi membentuk citra dengan memberi alat

pengenalan pertama kepada masyarakat. Keyakinan, kualitas dan prestise

sebuah produk akan melekat dalam sebuah brand dari pengalaman dan

informasi dari produk tersebut.

4. Pengendali Pasar

Pasar akan mudah dikendalikan oleh brand yang kuat. Brand tersebut akan

menjadi peringatan bagi para kompetitornya untuk mengambil setiap

langkah yang diambilnya, disamping itu masyarakat akan dengan mudah

diberi informasi tambahan dengan adanya brand yang diingat olehnya.

3. Unsur-Unsur Branding

Karena sebuah brand adalah identitas dan kegiatan branding akan

menyangkut pada pengenalan identitas tersebut pada masyarakat, maka dalam

proses branding tersebut, kita harus memahami unsur-unsur yang harus disertakan

agar produk kita mudah diingat. Adapun Unsur-unsur branding ( Kaller : 2008)

yaitu :

1. Nama merek

Nama adalah hal pertama yang harus dipenuhi jika kita akan melakukan

branding. Tanpa sebuah nama, maka produk tidak akan memiliki identitas

yang akan memudahkannya untuk dikenali masyarakat.

3. Logo (Logo, logotype, monogram, bendera)

Dalam pembuatan logo, perhatikanlah faktor keunikan dan image

11
yang sesuai dengan brand. Logo yang unik akan meninggalkan kesan tak

terlupakan bagi konsumen.

3. Penampilan Visual

Tampilan visual ini bisa diaplikasikan pada desain produk, desain

kemasan, desain seraga, dan lain sebagainya. Menggunakan tampilan

visual dengan warna-warna yang cerah atau elegan akan menambah

pencitraan terhadap sebuah produk.

4. Pengunaan juru bicara

Juru bicara dalam hal ini bisa jadi seorang co-founder dari perusahaan,

maskot, tokoh perusahaan, atau orang terkenal yang telah diajak bekerja

sama untuk meningkatkan pemasaran produk.

5. Kata-kata slogan yang cerdas selalu meninggalkan kesan mendalam.

Dalam proses pembuatan brand, gunakan kata- kata yang memiliki unsur

ceria dan positif, mudah diingat, dan beda dari brand lain.

6. Suara : lagu, icon bunyi/nada, lagu tematik

3. Jenis-Jenis Branding

1. Cultural branding dilakukan dengan mengembangkan reputasi mengenai

lingkungan dan orang-orang dari lokasi tertentu

2. Product branding merupakan usaha yang mampu menjadikan produk

mampu mempengaruhi konsumen untuk memilih produk tersebut

dibandingkan produk pesaing lainnya.

12
3. Geographic branding ini memiliki tujuan dalam memunculkan gambaran

dari produk atau jasa ketika nama lokasi tersebut disebut maka orang

akan langsung mengingat brand tersebut

4. Personal branding adalah alat pemasaran yang digunakan dalam

menjadikan brand dikenal dan diingat sehingga memiliki penilaian atau

pandangan tersendiri contohnya adalah adalah artis, pemusik ataupun

orang-orang terkenal lainnya

5. Corporate branding adalah aspek perusahaan yang dimulai dari produk

yang ditawarkan hingga kontribusi pegawai perusahaan terhadap

masyarakat.

B. Konsep Produk

Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk

merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di

konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari

perusahaannya. Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk

yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan,

garansi, dan rasa agar dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan

membeli produk tersebut.

Menurut Tjiptono (2008:95), produk merupakan segala sesuatu yang dapat

ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau

dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keingingan pasar yang

bersangkutan. Produk merupakan Produk merupakan elemen penting dari bauran

pemasaran dan harus dipahami dengan baik dan berhasil memenuhi kebutuhan

13
konsumen dan untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan (Akpoyomare et al.

2012:197).

Menurut Umar (2002:411),Produk adalah hasil dari suatu aktivitas

menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan

dalam mencari, membeli, menggunakan nilai, dan menentukan produk jasa dan

gagasan. Menurut Ferrel (dalam Sagala et.al, 2014:2) menyatakan bahwa saat

membeli produk secara tidak sadar, konsumen telah melalui beberapa langkah

dalam pembuatan keputusan pembelian, pembelian, dan evaluasi pasca pembelian.

Pengertian produk ( product ) menurut Kotler & Armstrong, (2001: 346)

adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan

perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan

atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari

produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai

tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen,

sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain

itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan

oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh

konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.

1. Atribut Produk

Menurut Kotler & Armstrong (2001:354) beberapa atribut yang menyertai

dan melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah:

1. Merek (branding)

14
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau

kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan

membedakannya dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan

masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu mahal dan

memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil atau gagal.

Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada

produk (Kotler & Armstrong, 2001:360)

2. Pengemasan (packing)

Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat

wadah atau pembungkus suatu produk.

3. Kualitas Produk (Product Quality)

Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk

untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,

ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai

lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat

menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain

mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk

meningkatkan nilai pelanggan.

2. Tingkatan Produk.

Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut:

1. Produk Inti (Core Product)

15
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari

konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa.

2. Produk Aktual (Actual Product)

Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual

product) disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual

diantaranya, tingkat kualitas, nama merek, kemasan yang

dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan manfaat inti

(Kotler & Armstrong, 2001:348).

3. Produk Tambahan

Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa

pelayanan tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan

menanggapi dengan baik claim dari konsumen dan melayani

konsumen lewat telepon jika konsumen mempunyai masalah atau

pertanyaan. (Kotler & Armstrong, 2001: 349).

3. Klasifikasi Produk.

Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang.

Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua

kelompok utama (Tjiptono, 2008:98) yaitu:

a. Barang

Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba

atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan diperlakuan fisik

lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang,

yaitu:

16
1. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)

Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis

dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya adalah

sabun, minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula dan garam.

2. barang Tahan Lama (Durable Goods)

Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa

bertahan lama dengan pemakian (umur ekonomisnya untuk pemakaian

normal adalah satu tahun atau lebih). Contohnya antara lain TV, lemari es,

mobil dan computer

b. Jasa

Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk

dijual. Contoh: bengkel reparasi, salon kecantikan, kurus, hotel, lembaga

pendidikan, dan lain-lain. Selain berdasarkan daya tahannya, produk umumnya

juga diklasifikasikan berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk

tersebut dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi

barang konsumen (consumer’s goods) dan barang industri (industrial’s goods).

1. Barang konsumen

Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan

konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan tujuan untuk

bisnis. Umumnya barang konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat

jenis, yaitu convenience goods, shopping goods, specialty goods, dan

unsought goods yaitu:

17
a. Convinience Goods

Convinience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki

frekuensi pembelian tinggi (sering beli), dibutuhkan dalam waktu

segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam

pembandingan dan pembeliannya. Contohnya sabun, pasta gigi, baterai,

makanan, minuman, majalah, surat kabar, payung dan jas hujan.

b. Shopping Goods

Shopping goods adalah barang-barang dalam proses pemilihan dan

pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif

yang tersedia. Kriteria perbandingan tersebut meliputi harga, kualitas dan

model masing-masing barang. Contohnya alat-alat rumah tangga (TV,

mesin cuci tape recorder), furniture (mebel), pakaian.

c. Unsought Goods

Unsought goods merupakan barang-barang yang diketahui konsumen atau

kalaupun sudah diketahui tetapi pada umumnya belum terfikirkan untuk

membelinya. Contohnya asuransi jiwa, batu nisan, tanah kuburan

(Tjiptono, 2000 : 99-100)

4. Kualitas Produk

Menurut Assauri dalam Arumsari (2012:45), kualitas produk merupakan

faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan

barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu

dimaksudkan. Sedangkan menurut Handoko dalam Prajati (2013:16), kualitas

produk adalah suatu kondisi dari sebuah barang berdasarkan pada penilaian atas

18
kesesuainnya dengan standar ukur yang telah ditetapkan. Semakin sesuai standar

yang ditetapkan maka akan dinilai produk tersebut semakin berkualitas.

Untuk menentukan kualitas produk, menurut Kotler (2010:361) kualitas

produk dapat dimasukkan ke dalam 9 dimensi, yaitu :

1. bentuk (Form) produk dapat dibedakan secara jelas dengan yang lainnya

berdasarkan bentuk, ukuran, atau struktur fisik produk.

2. Ciri-ciri produk (Features) karakteristik sekunder atau pelengkap yang

berguna untuk menambah fungsi dasar yang berkaitan dengan pilihan-

pilihan produk dan pengembangannya.

3. Kinerja (Performance) berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan

merupakankarakterisitik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam

membeli barang

4. ketepatan/kesesuaian (Conformance) Berkaitan dengan tingkat kesesuaian

dengan spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan

pelanggan. Kesesuaian merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik

desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.

5. Ketahanan (durabillity) Berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat

digunakan.

6. Kehandalan (reliabillity) Berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan

suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam

periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

19
7. Kemudahan perbaikan (repairabillity) Berkaitan dengan kemudahan

perbaikan atas produk jika rusak. Idealnya produk akan mudah diperbaiki

sendiri oleh pengguna jika rusa.

8. Gaya (Style) Penampilan produk dan kesan konsumen terhadap produk.

9. Desain (design) Keseluruhan keistimewaan produk yang akan

mempengaruhi penampilandan fungsi produk terhadap keinginan konsumen.

C. Branding Produk.

Product branding adalah dimana masing-masing produk memiliki nama

sendiri. Dengan strategi ini, nama perusahaan benar-benar atau hampir tidak ada.

Ini memberikan kesempatan setiap brand untuk memiliki nilai, kepribadian,

identitas dan posisi yang unik. Product branding memudahkan perusahaan

mengevaluasi kinerja dan nilai brand, dan membuat keputusan tentang alokasi

sumber daya yang lebih baik. Apabila produk itu gagal, tidak akan memberikan

efek negatif pada nama perusahaan. Product branding cenderung mahal karena

biaya iklan dan promosi tidak dapat dibagi, dan kesuksesannya bergantung pada

produk itu sendiri yang memiliki keunggulan kompetitif dan posisi yang jelas di

pasar.

1. Konsep citra

1. Pengertian Citra

Citra adalah tujuan pokok bagi suatu organisasi atau perusahaan.

Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat

20
dirasakan dari penilaian, baik semacam tanda respek dan rasa hormat dari publik

sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap organisasi atau perusahaan tersebut

dilihat sebagai sebuah badan usaha yang dipercaya, professional, dan dapat

diandalkan dalam pembentukan pelayanan yang baik. Tugas PR itu sendiri adalah

menciptakan citra organisasi yang diwakilinya sehingga tidak menimbulkan isu-

isu yang merugikan. Menurut Effendi “Dalam Soemirat Dan Elvinaro Ardianto,

2007:171” Yang Kemudian Di Sitir olehnya bahwa citra ialah dunia sekeliling

kita yang memandang kita. Menurut Jalaludin Rakhmad “Dalam Soemirat Dan

Elvinaro Ardianto, 2007:114” Mendefinisikan citra sebagai gambaran tentang

realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra ialah dunia menurut persepsi.

Menurut Ruslan “Dalam Bukunya Manajemen Humas Dan Manajemen

Komunikasi Dan Aplikasi, 1998:63” Menyebutkan bahwa landasan citra berakar

dari: “Nilai-nilai kepercayaan yang konkritnya diberikan secara individual dan

merupakan pandangan atau persuasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:667), citra adalah

pemahaman kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan.

Sedangkan menurut Linggar dalam Teori dan Profesi Kehumasan serta

Aplikasinya (2000:69), bahwa “citra humas yang ideal adalah kesan yang benar,

yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman atas

kenyataan yang sesungguhnya.”

Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa citra adalah sesuatu yang

ditonjolkan secara nyata yang timbul berdasarkan pengetahuan dan pengalaman

yang ada. Citra yang dimaksud disini adalah kesan yang ingin diberikan oleh

21
perusahaan kepada publik atau khalayaknya agar timbul opini public yang positif

tentang perusahaan tersebut.

Menurut G. Sach dalam Soemirat dan Elvinaro Ardianto (2007:171) citra

adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap-sikap terhadap kita yang mempunyai

kelompok-kelompok yang berbeda.

2. Jenis Citra

Ada beberapa jenis Citra (image) menurut (Jefkins, 2003:20) yaitu : Mirror

Image (Citra Bayangan) adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai

pandangan luar, terhadap organisasinya dan bagaimana tanggapan masyarakat

akan perusahaan. Makna atas dari pengalaman memperoleh informasi dan

tanggapan masyarakat. Makna yang diiginkan dalam suatu usaha yang

diharapkan. Makna diartikan sebagai sebelum mendapat informasi yang sesuai.

Makna tidak tetap merupakan wakol dari usaha dalam rangka menghasilkan

sebuah makna sesuai dengan makna yang diharapkan.

Menurut Frank Jefkins dalam Public Relations (dalam Munandar,

1995:17-19) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis citra yang penting untuk

diketahui oleh seorang PR. Jenis-jenis citra tersebut adalah :

1. Citra Bayangan (Mirror Image)

adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar

terhadap organisasinya.

2. Citra Yang Berlaku (Current Image)

adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar

mengenai suatu organisasi atau perusahaan.

22
3. Citra Yang Diharapkan (Wish Image)

adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra

yang diharapkan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang

ada.

4. Citra Perusahaan (Corporate Image)

adalah citra dari suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jadi

bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini

terbentuk oleh banyak hal. Hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu

perusahaan, antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang

gemilang dan lain sebagainya.

5. Citra Majemuk (Multiple Image)

Citra ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi atau perusahaan yang

memiliki banyak unit dan pegawai (anggota). Masing-masing unit dan

individu memiliki perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara sengaja

atau tidak sengaja, mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu

sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

Kelima jenis citra tersebut penting untuk diketahui oleh seorang PR, yakni

untuk mengetahui penilaian terhadap organisasi atau perusahaan tersebut yang

tidak hanya dilihat dari segi fisiknya saja tetapi juga yang tidak terlihat namun

dirasakan baik dan memuaskan.

Citra yang dipilih sesuai dengan penelitian ini adalah Citra Perusahaan

(corporate image) karena berdasar dengan kasus atau penelitian diatas, untuk

23
menciptakan atau membentuk citra perusahaan itu sendiri melalui kegiatan

community relations yang telah dilakukannya.

2. Pengertian Citra Perusahaan

Citra perusahaan merupakan kesan objek terhadap perusahaan yang

terbentuk dengan memproses informasi seetiap waktu dari berbagai sumber

informasi yang terpercaya.Menurut kajian (Dewi, 2007:371) makna yang baik

dapat membeirkan dampak yang baik pula, dimana akan mempengaruhi kepuasan

dan tetap menggunakan produk yang dihasilkan.

Menurut (Dewi, 2007:377) membentuk citra perusahaan terdiri dari :

kemampuan, tanggung jawab. Mutu dari barang yang dihasilkan merupakan

kepercaayaan dari pelanggan, dan menunjukkan bahwa peruahaan mampu

menghasilkan hasil yang baik.

Definisi yang lebih luas mengenai citra perusahaan diungkapkan oleh

Adbel-Salam et al. (2010) yaitu kesan secara umum yang tertinggal di benak

konsumen sebagai hasil dari kumpulan perasaan, ide, sikap dan pengalaman

dengan perusahaan yang disimpan dalam ingatan. Kesan tersebut kemudian

diubah bentuknya menjadi citra positif atau negatif sesuai dengan perasaan dan

pengalaman konsumen pada perusahaan. Baik citra positif maupun negative

kemudian akan teringat kembali ketika nama perusahaan tersebut terdengar atau

terbawa ke dalam ingatan konsumen.

Menurut Berman dan Evans (1995) dalam Weiwei (2007) citra perusahaan

merupakan campuran dari aspek fungsional dan emosional yaitu pengalaman

terdahulu antara konsumen dengan perusahaan misalnya iklan, getok tular,

24
harapan akan datang yang berpengaruh positif secara langsung pada kepuasan

konsumen. Jika konsumen pernah mendapatkan pengalaman baik dengan

perusahaan, maka kepuasannya akan meningkat. Sebaliknya ketika pernah terjadi

Sutisna (2001:13) menyatakan bahwa citra adalah total persepsi terhadap suatu

obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap

waktu.

Alma (2002:15) menyatakan bahwa citra didenifisikan sebagaikesan

yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang

tentang sesuatu. Menurut Davies et al. dalam Vera (2006) dikatakan bahwa citra

diartikan sebagai pandangan mengenai perusahaan oleh para pemegang saham

eksternal, khususnya oleh para pelanggan. Definisi citra menurut Renald

Kasali dalam Iman (2010) yaitu kesan yang timbul karena pemahaman akan

suatu kenyataan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut citra menunjukan

kesan suatu obyek terhadap obyek lain yang terbentuk dengan memproses

informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpercaya. Citra perusahaan

menurut Adona (2006: 107) adalah kesan atau impresi mental atau suatu

gambaran dari sebuah perusahaan di mata para khalayaknya yang terbentuk

berdasarkan pengetahuan serta pengalaman mereka sendiri. Citra dengan sengaja

perlu diciptakan agar bernilai positif (Sukatendel dalam Soemirat, 2003:113). Hal

positif yang dapat meningktakan citra perusahaan melalui keberhasilan

perusahaan dan sejarah atau riwayat perusahaan.

Dengan demikian, citra suatu perusahaan merupakan representasi dari suatu

lembaga dengan harapan mampu mendorong citra perusahaan yang positif.

25
1. Arti penting citra perusahaan

Menurut nguyen dan leblanc (2002:243) zaynuri (2010:5) “ ment=yatakan

dalam dunia usaha, menjaga citra perusahaan yang baik adalah kunci

kesuksesan”. Ketika citra buruk diadakan banyak hal yang bisa dan kemungkinan

besar akan terjadi. Dengan citra perusahaan yang buruk perusahaan akan mulai

melihat penurunan penjualan yang mnyebabkan penurunan laba.

Pelanggan yang cenderung untuk membeli dari bisnis dioperasikan

perusahaan sedang mencari nama yang berkulaitas dapat mereka percayai. Citra

perusahaan semakin dipandang penting dalam mempengaruhi efektifitas

pemasaran. Oleh karena itu sangat layak kalau citra di tetapkan sebagai salah satu

asset utama yang dimiliki perusahaan atua organisasi.

Citra perusahaan penting bagi setiap perusahaan karena merupakan

keseluruhan kesan yang terbentuk di benak masyarakat tentang perusahaan

(Kanaidi, (2010:33). Citra dapat berhubungan dengan nama bisnis arsitektur,

variasi produk, tradisi ideology, dan kesan pada kualitas komunikasi yang di

lakukan oleh setiap karyawan yang berinteraksi dengan klien perusahaan. Dengan

demikian, citra perusahaan dapat dipresepsikan sebagai gambaran mental secara

selektif. Karena keselurahan kesan tentang karakteristik suatu perusahaan-lah

yang yang nantinya akan membentuk citra perusahaan di benak masyarakat.

Setiapa perusahaan dapat memliki lebih dari suatu citra tergantung dari kondisi

intekrasi yang di lakukan perusahaan denggan kelompok-kelompok yang berbeda,

seperti nasabah, karyawan, pemenang saham, supplier dimana setiap kelompok

tersebut mempunyai pengalaman dan hubungan yang berbeda dengan perusahaan.

26
Karena itu, citra yang di milki perusahaan dapat berperingkat positif atau negatif.

Untuk itu, perusahaan perlu mengkomunikasikan secara jelas tentang perusahaan

ynag di harapkan, sehingga dapat mengarahkan masyakat dalam mencitrakan

perusahaan secara positif. Lebih lanjut, citra merupakan hasil dari penilain atas

sejumlah atribut, tetapi citra bukanlah penilain itu sendiri, karna citra adalah kesan

konsumen dalam mengabil keputusan, yang dievaluasi dan pertimbangan oleh

konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.

Factor terkahir merangsang bunga yang berlaku di citra perusahaan dalah

harapan masyarakat yang semakin berkembang bahwa korporasi bertanggung

jawab secara soisal. banyak konsumen saat ini mempertibangkan citra lingkungan

dan sosial perusahaan dalam membuat keputusan pembelian mereka. Beberapa

perusahaan ini dan menuai manfaat luar biasa dengan melakukan sendiri secara

sosial dan lingkungan secara bertanggung jawab. Beberapa perusahaan sederhana

dari manfaat bisnis dari perilaku tersebut.

Citra perusahaan yang baik sangatlah penting bagi kelangungan suatu

perusahaan karena akan berpengaruh terhadap seluruh elemen yang ada didalam

perusahaan tersebut, citra perusahaan merupakan kesan objek terhadap perusahaan

yang terbentuk dengan memposes informasi setiap waktu dari berbagai sumber

informasi yang terpercaya.

Pentingnya citra perusahaan dikemukakan oleh Sutisna dalam Kanaidi

(2010:82) sebagai berikut:

27
1. Menceritaka harapan bersama kampanyepemasaran eksternal, citra

positif memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk berkomunikasi

dan mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya.

2. Sebagia penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan

perusahaan citra yang positif menjadi pelindung terhadap kesalahan

kecil, kualitas teknik/fungsional sdangkan citra negatif dapat

memperbesar kesalahan tersebut.

3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumn atas kualitas

pelayanan perusahaan.

4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak

internal citra perusahaan yang kurang jelas dari nyata mempengaruhi

sikap karyawan terhadap perusahaan. Dengan demikian peran citra

perusahaan amatlah pentig karena citra yang dari perusahaan akan

berdampak positifa dan menguntungkan sedangkan citra yang buruk

akan berdampak buruk dan merugikan perusahaan.

2. Tujuan Dalam Mengelola Citra Perusahaan

Dalam proses pengelolaan citra prusahaan, komunikasi perusahaan, citra

perusahaan, variable fundamental adalah identitas perusahaan, komunikasi

perusahaan, citra perusahaan, dan umpan balik identitas korporat adalah realitas

kepribadian, perusahaan yang unik dari perusahaan yang membedakan dari

perusahaan lain. Komunikasi perusahaan adalah kesuruhan sumber, pesan, dan

media dimana perusahaan menyampaikan keunikan atau merek keberbagai

audiens. Citra perusahaan adalah dalam mata kesan melihatnya dari kesuruhan

28
perusahaan adalah dalam mata kesan melihatnya dari keseluruhan perusahaan

yang dimiliki oleh beberapa audiennya.

Tujuan dalam mengelola citra perusahaan adalah untuk

mengkomunikasikan identitas perusahaan untuk mereka khalayak atau konstituen

yang pentig bagi perusahaan, sedemikian rupa sehingga mereka mengembangkan

mempertahankan pandangan positif terhadap perusahaan. Proses ini meibatkan

penciptaan identitas positif, berkomunikasi identitas ini untuk khalayak yang

signifikan, dan mendapatkan umpan balik dari para penonton untuk memastikan

bahwa pesan di tafsirkan positif. Gambar tidak memuaskan dapat ditingkatkan

dengan memodifikasi komunikasi korporat, kembali membentuk identitas

perusahaan atau keduanya.

3. Dimensi Pembentukan Citra Perusahaan

Citra perusahaan tidak dapat dibentuk dengan sendirinya, haruslah ada

upaya-upaya yang di lakukan agar citra tersebut menjadi semakin baik. Citra

perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi

kerlibatan antara konsumen denga perusahaan, upaya perusahaan sebagai sumber

informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab

kebutuhan dan keinginan objek sasaran (Zaynuri, (2008:41)

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:74) menyatakan bahwa “proses

terbentuknya citra perusahaan berlangsung beberapa tahap. Pertama objek

mengetahuai melihat/mendengar upaya yang dilakukan perusahaan dalam

membentuk citra perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya perusahaan tersebut.

Ketiga, setelah adanya perhatian objek mencoba memahami semua yang ada pada

29
upaya perusahaan. Keempat, terbentuk citra perusahaan pada objek. Kelima, citra

perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku abjek sasaran dalam

hubungannya dengan perusahaan”.

Menurut Kanaidi (2010:33), Chan Tat Huei (2009:40), Nurmiyati

(2009:23), Adhi Rah Kusuma (2009:67) dimensi pembentukan citra perusahaan

mencangku : sekumpulan kesan (impressions) kepercayaan (beliefs), sikap

(attitudes). Dalam penelitian ini penulis menggunakan ferensi dari pendapat

Kanaidi (2010:33) sebagai berikut:

1. sekumpulan kesan (impressions)

Solamon (2007:356) “menyatakan bahwa Atmospherics Or Desingn And

Layout bisa digunakan untuk mengukur kesan pada variabel citra

perusahaan”.

2. kepercayaan (beliefs)

Kepercayaan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang

suatau hal. Kotler dan keller (2006:117) “menytakan bahwa kepercayaan

konsumen terhadap suatu objek adalah jumlah total kepercayaan dan

nialai-nalai kesluruhan yang relevan”. Kepercayaan lebih mudah diubah

melaui usaha-usaha komunikasi pemasaran, sedangkan manfaat yang

dinginkan sifatnya lebih melekat, lebih tahan lama, dan lebih berkaitan

dengan nilai-nilai normal cultural. Morgan dan hunt (1994) dalam

Hasemark, Ove C dan Muslie Albinson (2004:48) “menjelaskan bahwa

kepercayaan timbul karena adanya rasa percaya kepada pihak lain yang

memang memiliki kualitas yang dapat mengikat dirinya, seperti tindakan

30
yang konsisten, jujur dengan janji-janji, adil, bertanggung jawab, suka

membantu dan rendah diri”.

3. sikap (attitudes)

Sikap sebagai suatu konsep yang cukup sederhana, sebagaimana

diperkenalkan oleh Solomon (2007:237) “affect adalah perasaan seseorang

terhadap suatu objek, behavior (perilaku) adalah kecenderungan seseorang

melakukan tindakan tertentu, sedangkan cognition adalah kepercayaan

seseorang terhadap objek sikap.

4. Hubungan Citra Perusahaan Dan Citra Merk

Konsumen mengorganisasikan berbagai informasi mengenai perusahaan

dan pengalaman yang berkait dengan produk perusahaan kedalam citra

perusahaan. Beberapa perusahaan menghabiskan banyak biaya untuk

mengembangkan citra perusahaan di mata masyarakat dengan beberapa alasan,

yaitu:

1. Citra perusahaan yang positif akan mendorong persepsi positif terhadap

produk perusahaan. Terdapat hubungan yang erat antara citra perusahaan

dengan citra produk (citra merek). Merek produk sering diasosiasikan

dengan perusahaan yang memproduksi produk tersebut.

2. Perusahaan berusaha menjaga citra yang telah ada dari berbagai isu-isu

umum, yang dapat secara langsung mempengaruhi konsumen.

Menurut Prawitra Teddy Sutisna bahwa pentingnya citra perusahaan yaitu

sebagai berikut:

31
1. Citra positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi

dan mecapai tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya.

2. Sebagai penyaring yang dapat memberi pengaruh persepsi terhadap

kegiatan perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan

kecil, kualitas teknis atau fungsional. Sedangkan citra negatif dapat

memperbesar kesalahan tersebut.

3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas

pelayanan perusahaan.

4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal.

Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap

karyawan terhadap perusahaan.

Menurut Rangkuti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap citra

perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Penampilan fasilitas fisik

Fasilitas fisik perusahaan maupun produk yang memadai, harus menjadi

pemikiran awal agar dapat menarik dan mempertahankan konsumen.

Situasi atas pelayanan fasilitas fisik dikaitkan dengan citra perusahaan

sehingga mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap baik atau tidaknya

citra perusahaan.

2. Layanan karyawan dan jaminan atas layanan yang berkualitas

Layanan yang diberikan karyawan dalam pelayanannya terhadap

pelanggan harus sesuai dengan etika dan peraturan yang ada sehingga

pelanggan merasa nyaman. Jaminan atas pelayanan yang diperoleh pada

32
tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi atas citra perusahaan untuk

tahap pelayanan selanjutnya, sehingga pelanggan merasa puas dengan

pelayanan secara keseluruhan.

3. Kualitas dan keterandalan produk

Menurut Kotler dan Amstrong bahwa kualitas produk adalah kemampuan

dari suatu produk dalam menjalankan fungsinya. Kualitas produk dapat

dinilai dari kemampuan produk tersebut untuk menciptakan kepuasan

pelanggan. Sedangkan menurut Mowen dan Minor bahwa kualitas produk

mempunyai pengaruh yang bersifat langsung terhadap kepuasan

pelanggan. Untuk itu kualitas suatu produk harus terus menerus

diperbaharui dengan meningkatkan kinerja pada salah satu atau bahkan

semua dimensi-dimensi yang ada pada produk. Dengan meningkatkan

kemampuan suatu produk maka akan tercipta keunggulan bersaing

sehingga pelanggan menjadi semakin puas dan loyal.

4. Harga yang ditawarkan

Harga adalah suatu komponen penentu dalam suksesnya penjualan suatu

produk. Tingkat harga yang ditawarkan akan meimbulkan persepsi atas

produk yang berkualitas atau tidak. Dalam teori marketing 4P (pricing,

promotion, product, placing), harga merupakan salah satu yang harus

dipertimbangkan. Menurut Tjiptono citra suatu perusahaan dapat dibentuk

melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga

tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara

itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu

33
(image of value). Misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya

merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada

hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk

meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk

yang ditawarkan perusahaan.

5. Komitmen organisasi

Komitmen organisasi yang dimiliki pegawai merupakan factor yang

berpengaruh terhadap citra perusahaan karena dengan komitmen yang baik

dari pegawai, dapat berpengaruh terhadap persepsi pelanggan, sehingga

dapat menimbulkan kesan perusahaan tersebut memiliki citra yang baik

F. Kerangaka Pikir

Brending produk Citra perusahaan


1. Nama merek 1. Kesan
2. Logo 2. Kepercayaan
3. Penampilan visusl 3. Sikap
(kanaidi, 2010:33)
(kaller : 2018)

Gambar 2.1 kerangka pikir

G. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai

berikut : “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan penelitian, telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

34
pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai

jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

empirik”. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis

penelitian adalah sebagai berikut :

1. di duga adanya pengaruh nama merek terhadap citra perusahaan

2. di duga adanya pengaruh logo terhadap citra perusahaan

3. di duga adanya pengarug penampilan visual terhadap citra perusahaan

35
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian

yang dapat gunakan adalah jenis penelitian kuantitif . penelitian kuantitatif adalah

jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat (diperoleh)

dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau cara-cara lain dari

kuantifikasi (pengukuran).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini aka di lakukan UD. Mete Muborok Lombe Kendari. Alasan

memilih penelitian UD. Mete Muborok Lombe Kendari karena saya tertarik

dengan hasil produk kacang metenya.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempuyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono

2012:115). Adapun yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah semua

pelanggan yang datang memebeli dari bulan November sampai dengan bulan

Desember UD. Mete muborok lombe kendari sebenyak 192 orang

36
2 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki populasi

tersebut, bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin semua populasi misalnya

karna keterbatasan dana, tenaga dan waktu.

Pada penelitiam ini, pengambilan jumlah responden menggunakan rumus

Slovin (Husein Umar 2008:78) sampel yang akan ditentukan oleh peneliti dengan

presentase kelonggaran ketidakteletian adalah sebesar 10%

Rumus Slovin = n = .

Dimana : n = Ukuran Sampel

N = Ukuran populasi

e = tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang

ditolelir

Jumlah populasi yang akan teliti telah ditentukan dengan jumlah sebanyak

192 orang. Maka data tersebut didapatkan ukuran sampel dengan menggunakan

rumus Slovin sebagai berikut :

n= ( , )

n =65,75 ≈ 66

Maka dapat disimpulkan, sampel pada penelitian ini menggunakan 66

orang responden.

2,92

37
D. Sumber Dan Data Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni:

1. Data primer adalah yang dikumpulkan berbentuk hasil kuesioner

yangdilakukan terhadap narasumber yang berasal dari para pelaku yang terkait

dengan persoalan untuk mengetahui pengaruh variabel terkait terhadap disiplin

kerja dan keinerja pegawai.

2. Data Sekunder, adalah data ini diperlukan untuk mendukung analisis dan

pembahasan yang maksimal. Data sekunder juga diperlukan terkait

pengungkapan fenomena sosial dalam penelitian ini. Data sekunder ini antara

lain, kepustakaan (Library Research) serta bahan dari internet.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah:

1. Kuisioner

penelitian di lakukan dengan menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada

responden sebagai objek yang di teliti untuk mendapatkan data yang valid.

F. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan, baik terhadap Data Primer maupun Data

Sekunder yang dikumpulkan oleh peneliti dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan analisis Deskriptif Statistik Kuantitatif dan Deskriptif Kualitatif

Regresi Linear Berganda yang digunakan sebagai berikut : (Umar, 2002).

Y = a + b1X1 + b2X2+b3x3+ e

Dimana :

38
Y = citra perusahaan

a = konstanta

b1, b2, b3 = koefisien regresi masing-masing variabel

e = standar error atau varians pengganggu

X1 = nama merek

X2 = logo

X3 = pemampilan visual

G. Skala Pengukuran

Untuk memungkinkan para pelanggan menjawab dalam berbagai tindakan

bagi setiap butir keputusan, format tipe Skala likert bisa digunakan. Kategori yang

dipergunakan oleh skala likert dengan lima kategori sebagai berikut (Riduwan,

2003):

Sangat Setuju : Skor 5, Setuju : Skor 4, Netral : Skor 3, Tidak Setuju :

Skor 2 dan Sangat Tidak Setuju : Skor 1.

H. Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

Pengujian validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dianggap valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut.

Dalam hal ini digunakan item pertanyaan yang diharapkan dapat secara tepat

mengungkapkan variabel yang diukur.

39
2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas yang akan digunakan

dalam penelitian ini, adalah dengan menggunakan fasilitas SPSS, yakni dengan uji

statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika

nilai cronbach alpha > 0.60. (Ghozali, 2011:47- 48).

I. Metode Analisis Data

Adapun analisis yang digunakan sebagai berikut :

1. Uji t

Uji koefisien regresi parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari

masing-masing variabel bebas (independent variabel). Untuk mengetahui apakah

hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau sebaliknya

diuji dengan membandingkan nilai t bilamana nilai t hitung > t tabel maka

hipotesis nol (Ho) ditolak Ha diterima. Sebaliknya, jika nilai t-hitung < t-tabel,

maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha ditolak. (Hair, et al, 2006).

2. Uji F

Uji ketepatan model (goodness of fit) bertujuan apakah perumusan model

sudah tepat atau fit. Uji ini dilakukan dengan membandingkan sifnifikan nilai F.

jika hasil F-hitung > F-tabel, maka model yang dirumuskan sudah tepat (goodness

of fit). (Hair , et al, 2006). Uji F statistik digunakan untuk membuktikan bahwa

40
brending produk di duga mempengaruhi citra perusahaan digunakan uji F

statistik. Adapun dasar keputusannya adalah sebagai berikut :

Ho = ditolak bila F hitung < F tabel

Ha = diterima bila F hitung > F tabel

J. Operasionalisasi Variabel

No Variabel Dimensi Indicator No. Item

Nama merek 1. sederhana dan mudah 1-2


Brending diucapkan atau dieja
1. produk 2. terkenal dan bermakna 3-4

Logo 1. Logo 4
2. logotype 5
Penampilan 1. Desain produk. 6-7
visual 2. Desain kemasan 8-9
Sekumpulan 1. Ekspektasi Penampilan 10
Kesan 2. Perpsepsi penampilan 11
2. Citra Kepercayaan 1. Kejujuran (honesty) 12
perusahaan 2. Kebajikan benevolence) 13
3. Kompetensi 14
(competence)
Sikap 1. kejujuran, 15
2. kedisiplinan 16

K. Definisi operasiaonal variabel

Mengigat dari aspek permasalahan yang timbul, maka dalam penelitian ini

dibatasi dengan masalah sebagai berikut:

41
1. Brending Produk : Product branding adalah dimana masing-masing produk

memiliki nama sendiri.

1. Nama merek : Nama adalah hal pertama yang harus dipenuhi jika kita

akan melakukan branding. Tanpa sebuah nama, maka produk tidak akan

memiliki identitas yang akan memudahkannya untuk dikenali masyarakat.

2. Logo (Logo, logotype, monogram, bendera)

Dalam pembuatan logo, perhatikanlah faktor keunikan dan image yang

sesuai dengan brand. Logo yang unik akan meninggalkan kesan tak

terlupakan bagi konsumen.

3. Penampilan Visual

Tampilan visual ini bisa diaplikasikan pada desain produk, desain

kemasan, desain seraga, dan lain sebagainya. Menggunakan tampilan

visual dengan warna-warna yang cerah atau elegan akan menambah -

pencitraan terhadap sebuah produk.

2. Citra perusahaan : “citra perusahaan adalah kemampuan yang dimiliki

perusahaan untuk mempengaruhi persepsi mereka terhadap apa yang

ditawarkan dan akan memiliki dampak terhadap perilaku pembelian pelanggan

(Kanaidi :2010)

1. sekumpulan kesan (impressions) : sekumpulan kesan (impressions)

Solamon (2007:356) “menyatakan bahwa Atmospherics Or Desingn And

Layout bisa digunakan untuk mengukur kesan pada variabel citra

perusahaan”.

42
2. kepercayaan (beliefs) : kepercayaan (beliefs) Kepercayaan adalah

pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatau hal. Kotler dan

keller (2006:117) “menytakan bahwa kepercayaan konsumen terhadap

suatu objek adalah jumlah total kepercayaan dan nialai-nalai kesluruhan

yang relevan”.

3. sikap (attitudes) : sikap (attitudes) Sikap sebagai suatu konsep yang

cukup sederhana, sebagaimana diperkenalkan oleh Solomon (2007:237)

“affect adalah perasaan seseorang terhadap suatu objek, behavior

(perilaku) adalah kecenderungan seseorang melakukan tindakan tertentu,

sedangkan cognition adalah kepercayaan seseorang terhadap objek sikap.

43
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 2002, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung:


CitraAdityaBakti.

Adona, fitri. 2006. Citra dan KekerasandalamIklan Perusahaan di Televisi.


Padang: Andalas University Press.

Alma, Buchari. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,


AlphabetBandung

Berman, Barry And Joel R. Evans. 1995. Retailing. 6th edtion, New Jersey :
Prentice Hall

Dewi, Y. 2007. Operasi Caesar, Pengantar dari A sampai Z. Penerbit Mahkota,


Jakarta

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.

Freddy Rangkuti, Teknik Mengukurdan Strategi Meningkatkan Kepuasan


Pelanggan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 44.

Handoko, 2013, Manajemen; Edisi Kedua, Cetakan Ketigabelas, BPFE


Yogyakarta.

Hasan, Ali. 2013. Marketing Dan Kasus-Kasus Pilihan. Yogyakarta: Caps

Jefkins, Frank. 2003. Public Relations, Penerbit Erlangga, Jakarta

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). Jakarta: balai pustaka

Kotler dan Amstrong.2001,prinsip-prinsip pemasaran, jilid 1, Edisi Kedelapan,


,Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler and Keller. (2006).Marketing Manajement 12e Landa, Robin. (2006).


Designing Brand Experiences. Thomson Delmar Learning

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2008. Manajemen Pemasaran, Jilid 1,
Penerbit Erlangga. Jakarta.

Neumeier, Marty. (2003). The Brand Gap. Edisi kedua. New Riders Publisher

Prawitra Teddy Sutisna, PerilakuKonsumendanKomunikasiPemasaran, (Bandung:


RemajaRosdakarya, 2006), hlm. 332.

44
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus

Integrated Marketing Communication. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rheinald Kasali (2003), Marketing Public Relations, Jakarta, PT Temprint

Soemirat, Soleh & Ardianto, Elvinaro.2007, Dasar-Dasar Public Relations.


Bandung: Rosdakarya.

Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran, Edisi Ketiga. Andi, Yogyakarta

Umar, Husein. 2002. Saluran Distribusi Edisi Keenam. Jakarta: Intermedia.

Akpoyomare et al.2012. The Influence Of Product Attributes On Consumer


Purchase Decision In The Nigerian Food And Berevages Industry : A
Study Of Lagos Metropolis. American journal of business and
management.Vol I, no. 4, 2012, 196-201.

Arumsari, 2012. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian.


Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

45

Anda mungkin juga menyukai