Anda di halaman 1dari 42

ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA KERIPIK

SINGKONG MAHASISWA

TUGAS BESAR
Diajukan sebagai Syarat untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Analisis dan Perancangan Perusahaan

Dosen Pengampu
Febri Prima, S.T., M.Sc.

Disusun Oleh:
1. Rizky Fachrullah (D1061201006)
2. Kholid Utomo Putra (D1061201014)
3. Restu Al Hidayah (D1061201018)
4. Ilham Akbar Firmana (D1061201020)
5. Nandar (D1061201025)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2

1.1 Latar Belakang.......................................................................................2

1.2 Perumusan Masalah...............................................................................3

1.3 Tujuan....................................................................................................3

1.4 Manfaat..................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................5

2.1 Keripik Singkong...................................................................................5

2.2 Aspek Legalitas Hukum.........................................................................6

2.3 Aspek Sumber Daya Manusia..............................................................10

2.4 Aspek Produksi....................................................................................11

2.5 Aspek Pemasaran.................................................................................12

2.6 Aspek Finansial....................................................................................15

2.7 Analisis STP.........................................................................................16

2.8 BMC.....................................................................................................18

2.9 Analisis SWOT....................................................................................19

2.10 Matriks SWOT...................................................................................20

2.11 Diagram Kartesius Analisis SWOT...................................................21

2.12 Break Even Point (BEP).....................................................................23

2.13 Net Present Value (NPV)...................................................................23

2.14 Payback Period..................................................................................24

2.15 Incremental Rate of Return (IRR)......................................................25

2.16 Rasio B/C...........................................................................................26

2.17 Penelitian Terdahulu..........................................................................26

BAB III METODOLOGI....................................................................................29

1
3.1 Objek Usaha.........................................................................................29

3.2 Flowchart.............................................................................................29

3.3 Penjelasan Flowchart...........................................................................30

BAB IV ANALISIS..............................................................................................34

4.1 Identifikasi Deskripsi Produk...............................................................34

4.2 Aspek Hukum.......................................................................................34

4.3 Aspek Lingkungan...............................................................................35

4.4 Aspek Sumber Daya Manusia..............................................................35

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) merupakan sebuah Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) yang membuat keripik singkong rasa cokelat. Usaha
ini dikembangkan oleh lima orang Mahasiswa Teknik Industri, Universitas
Tanjungpura angkatan 2020. Usaha ini dikembangkan untuk membuat inovasi
baru pada cemilan keripik singkong yang pada umumnya mempunyai rasa asin
dan gurih. Rasa cokelat dipilih sebagai rasa baru pada keripik singkong karena
zaman sekarang cokelat cukup digemari oleh semua orang. Target pemasaran
usaha keripik singkong ini yaitu mahasiswa.
Singkong atau ubi kayu merupakan bahan pangan yang banyak manfaatnya.
Sejak awal sampai sekarang, makanan pokok penghasil karbohidrat di Indonesia
ini setelah padi dan jagung, mempunyai peranan yang cukup besar dalam
mencukupi bahan pangan nasional dan dibutuhkan sebagai bahan pakan ternak
serta bahan baku berbagi industri makanan. Selain dijadikan bahan makanan
berat, singkong sendiri di Indonesia sering dimanfaatkan sebagai makanan ringan
yaitu dijadikan keripik singkong. Keripik Singkong merupakan salah satu produk
makanan ringan yang banyak digemari konsumen. Rasanya yang enak dan harga
yang terjangkau menjadikan produk tersebut sebagai alternatif tepat untuk
menemani waktu santai bersama rekan dan keluarga.
Studi kelayakan bisnis adalah suatu metode yang terdiri dari berbagai aspek
evaluasi untuk menentukan layak tidaknya suatu bisnis yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu, studi kelayakan bisnis, yang sering disebut feasibelity study,
merupakan faktor penting dalam memutuskan apakah rencana suatu
perusahaan/ide bisnis diterima atau ditolak. Yang dimaksud dengan validitas
dalam penilaian ini adalah kemungkinan bahwa ide perusahaan/usaha yang
dijalankan akan memberikan manfaat baik dari segi ekonomi maupun manfaat
sosial. Faktor-faktor yang dievaluasi dalam penyusunan studi kelayakan berkisar
dari aspek hukum, ekonomi dan budaya, pasar dan pemasaran, teknis dan teknis,
administrasi dan keuangan.

1
Keputusan pembelian konsumen juga dapat dipengaruhi oleh periklanan yang
di lakukan perusahaan. Menurut Kotler dan Amstrong (2008) berpendapat bahwa
periklanan adalah bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi yang dibayar
mengenai gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi. Iklan yang
baik diharapkan menjamin komunikasi antar produsen dan konsumen sehingga
dengan menjalankan iklan yang tepat dan dikendalikan dengan baik akan dapat
mempengaruhi dan menaikkan tingkat pembelian konsumen.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang penyusunan laporan ini, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek legalisasi hukum?
2. Bagaimana kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek lingkungan?
3. Bagaimana kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek sumber daya manusia?
4. Bagaimana kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek produksi?
5. Bagaimana kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek pemasaran?
6. Bagaimana kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek finansial?
1.3 Tujuan
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek legalisasi hukum.
2. Mengetahui kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek lingkungan.
3. Mengetahui kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek sumber daya manusia.
4. Mengetahui kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek produksi.

2
5. Mengetahui kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek pemasaran.
6. Mengetahui kelayakan usaha Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) ditinjau
dari aspek finansial.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu analisis yang dapat
bermanfaat untuk:
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman tentang arti
dan pentingnya studi kelayakan bisnis serta menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendiri Usaha
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan terkait dengan bisnis perusahaan dan menambah keyakinan
untuk melanjutkan atau menghentikan usaha.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana penerapan teori studi kelayakan
bisnis yang diperoleh selama kuliah, mengetahui tentang kondisi nyata
perusahaan dan pentingnya melakukan analisis kelayakan bisnis.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Keripik Singkong
Keripik singkong adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari
umbi-umbian yang mengandung pati. Biasanya keripik singkong melalui tahap
pengupasan sampai hingga menjadi keripik, tetapi ada pula yang hanya melalui
penjemuran atau pengeringan. Keripik ubi kayu dapat berasa dominan asin, pedas,
manis, asam, gurih, atau paduan dari semuanya (Valentina, 2009).
Proses dalam pembuatan keripik ubi kayu mulai bahan baku mentah sampai
siap untuk dijual melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Pengupasan
Kulit ubi kayu yang telah dipilih kemudian dikupas, sebelum dilakukan
pengupasan, pada masing-masing ujungnya dilakukan pemotongan terlebih
dahulu. Pengupasan kulit ubi kayu dilakukan digarit dengan ujung pisau,
kemudian kulit tersebut mulai dikelupas sampai bersih.
2. Pencucian
Ubi kayu yang telah dikuliti kemudian dicuci dengan air hingga seluruh
kotoran bersih. Selanjutnya, dilakukan pembilasan dengan air bersih sehingga
kotoran yang melekat pada ubi kayu mengelupas dan benar-benar bersih.
3. Perajangan atau pengirisan
Ubi kayu yang telah dicuci kemudian diiris (dirajang) tipis-tipis dengan
memakai pisau atau alat pasah sehingga diperoleh irisan yang sama tebalnya.
4. Pengemasan
Sebelum dikemas keripik ubi kayu diangin-anginkan sampai dingin,
kemudian dimasukan dalam plastik polytilene dengan ketebalan 0.05 mm.
Keripik ubi kayu dengan berat 200 gram dapat dikemas dalam plastik ukuran
20 x 25 cm. Selain menggunakan plastik dapat juga bisa menggunakan kaleng.
Pada kemasan dicantumkan label (nama perusahaan, berat netto, merk dagang,
ijin depkes dan lain-lain yang diperlukan). Keripik ubi kayu yang dikemas
dalam plastik dapat tahan simpan selama 4 – 6 bulan, sedangkan yang dalam
kaleng tahan disimpan 6 bulan.

4
2.2 Aspek Legalitas Hukum
Usaha atau bisnis dapat mengalami kegagalan karena terbentur masalah
hukum atau tidak memperoleh izin dari pemerintah, baik dari tingkat daerah
maupun tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, sebelum ide bisnis
dilaksanakan, analisis secara mendalam terhadap aspek hukum harus dilakukan
agar di kemudian hari bisnis yang akan dilaksanakan tidak gagal karena terbentur
masalah hukum dan perizinan. Aspek hukum merupakan aspek yang pertama kali
harus dikaji karena jika berdasarkan analisis aspek hukum sebuah ide bisnis tidak
layak, maka proses analisis aspek yang lain tidak perlu dilakukan.
Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda,
tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut. Adanya otonomi daerah
menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan antara daerah yang satu dengan
yang lain berbeda-beda. Oleh karena itu, pemahaman mengenai ketentuan hukum
dan perizinan investasi untuk setiap daerah merupakan hal yang sangat penting
untuk melakukan analisis kelayakan aspek hukum.
Secara spesifik analisis aspek hukum pada studi kelayakan bisnis bertujuan
untuk:
1. Menganalisis legalitas atas usaha yang akan dijalankan
2. Menganalisis ketepatan bentuk badan hukum dengan ide bisnis yang akan
dilaksanakan
3. Menganalisis kemampuan bisnis yang akan diusulkan dalam memenuhi
persyaratan perizinan
4. Menganalisis jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika bisnis akan dibiayai
dengan pinjaman.
Kegiatan bisnis tidak dapat dilepaskan dari bentuk badan usaha dan perizinan
yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Bentuk badan usaha yang dipilih
tergantung pada modal yang dibutuhkan dan jumlah pemilik. Pemilihan usaha
didasarkan oleh beberapa pertimbangan seperti besarnya modal yang diperlukan
untuk menjalankan bisnis, tingkat kemampuan dan tanggung jawab hukum dan
keuangan, bidang industri yang dijalankan, serta persyaratan perundang-undangan
yang berlaku. Tempat usaha sering juga disebut dengan nama perusahaan,

5
sehingga dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan
tujuan memperoleh keuntungan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang
perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan
hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia. Dalam perjanjian pendirian perusahaan, harus ada unsur kesepakatan,
kecakapan bertindak para pihak, objek tertentu, dan kausa halal atau tujuan yang
sah. Perbuatan mendirikan perusahaan itu sendiri merupakan perbuatan hukum
bersama untuk mencapai suatu akibat hukum yang bukan seperti dalam perikatan.
Dalam melakukan kegiatan usahanya, setiap perusahaan harus mempunyai wadah
berupa badan usaha. Salah satu bentuk badan usaha yang umum dikenal dalam
masyarakat di antaranya adalah firma (FA), persekutuan komanditer (CV), dan
Perseroan Terbatas (PT).
1. Firma (FA)
Persekutuan firma (FA) dalam pasal 16 KUHD didefinisikan sebagai tiap-
tiap perserikatan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah
satu nama bersama. Pada persekutuan firma, kepribadian para sekutu sangat
diutamakan yaitu bersifat kekeluargaan. Persekutuan firma harus didirikan
dengan akta otentik (Pasal 22 KUHD) yang memuat hal-hal sebagai berikut.
a. Nama lengkap/identitas diri;
b. Penetapan nama bersama atau firma;
c. FA bersifat umum/terbatas atau pada bidang tertentu;
d. Saat mulai dan berakhirnya Firma; serta
e. Ketentuan-ketentuan lain mengenai hak pihak ketiga terhadap para sekutu.
Akta pendirian harus didaftarkan di Pengadilan Negeri dimana firma
berdomisili. Setelah itu, akta pendirian harus diumumkan dalam Berita Negara
RI. Persekutuan Firma bukan badan hukum karena firma tidak perlu mendapat
pengesahan dari menteri Kehakiman dan HAM, dan tidak ada pula pemisahan
harta kekayaan antara pribadi. Para sekutu dan setiap sekutu bertanggung
jawab secara pribadi untuk keseluruhan.
Kekuasaan tertinggi dalam firma adalah para sekutu. Dalam
menyelesaikan segala permasalahan, baik yang menyangkut hubungan internal

6
maupun eksternal, keputusan diambil dengan musyawarah dan mufakat. Dalam
firma, tanggung jawab pribadi bersifat untuk keseluruhan. Artinya, para sekutu
bertanggung jawab sampai harta pribadinya selain dari harta kekayaan yang
ada dalam firma. Berikut ini merupakan sebab-sebab berakhirnya suatu
persekutuan firma.
a. Lampaunya waktu;
b. Telah tercapai tujuan;
c. Adanya kehendak dari seseorang atau beberapa orang sekutu; dan
d. Adanya keputusan Pengadilan Negeri atas tuntutan kejaksaan.
2. Persekutuan Komanditer (CV)
CV adalah persekutuan firma yang mempunyai satu atau beberapa orang
sekutu secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya
pada satu pihak atau pihak lain. Persekutuan komanditer mempunyai dua
macam sekutu, yaitu sekutu kerja, yaitu sekutu yang menjadi pengurus
persekutuan dan sekutu tidak kerja, yaitu sekutu yang tidak mengurus
persekutuan.
Baik sekutu kerja maupun sekutu tidak kerja, masing-masing memberikan
pemasukannya berupa uang, barang, atau tenaga atas dasar pembiayaan
bersama. Artinya, rugi dipikul bersama antara sekutu kerja dan sekutu tidak
kerja meskipun terbatas pada modal yang disanggupkan. Pendirian persekutuan
komanditer hampir sama dengan firma, yakni harus memenuhi informasi-
informasi sebagai berikut.
a. Nama lengkap/identitas diri;
b. Penetapan nama bersama atau CV;
c. CV bersifat umum atau terbatas pada bidang tertentu;
d. Saat mulai dan berakhirnya CV; serta
e. Ketentuan-ketentuan lain mengenai hak pihak ketiga terhadap para sekutu.
Soal dalam kepengurusan persekutuan, sekutu tidak kerja dilarang
melakukan pengurusan meskipun dengan surat kuasa. Oleh karena dalam
pendiriannya sama dengan firma, maka penyebab berakhirnya CV pun juga
sama dengan firma, yakni disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Lampaunya waktu;

7
b. Telah tercapai tujuan;
c. Adanya kehendak dari seseorang atau beberapa orang sekutu; dan
d. Adanya keputusan Pengadilan Negeri atas tuntutan kejaksaan.
3. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang. Dapat dikatakan
perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan
tercantum dalam anggaran dasar. Dalam perseroan terbatas, kekayaan
perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan, sehingga
memungkinkan pemiliknya untuk memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap
orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan
perusahaan.
Pemilik saham dalam perseroan terbatas memiliki tanggung jawab yang
terbatas, yaitu hanya sebesar banyaknya saham yang dimilikinya. Apabila
utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang
tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya mendapatkan keuntungan,
maka keuntungan tersebut akan dibagikan sesuai dengan ketentuan yang
diterapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut
dividen dimana besarnya dividen tersebut ditentukan oleh besar kecilnya
keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas. Pendirian suatu perseroan
terbatas umumnya memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut.
a. Memproduksi barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
dipasar dalam negeri ataupun internasional atau meningkatkan nilai
pemegang saham.
b. Hal ini akan dicapai apabila pemegang saham yang bersangkutan dapat
memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan barang dan atau jasa yang
bermutu tinggi dan berdaya saing kuat baik di pasar dalam negeri maupun
internasional. Jika keuntungan usaha sebagai hasil kinerja pemegang saham
dapat meningkatkan nilai saham dalam perusahaan yang bersangkutan,

8
maka hal ini akan memberikan manfaat bagi pemegang saham, karyawan,
dan kreditur.
c. Memupuk dan meningkatkan keuntungan guna menaikkan nilai perusahaan.
d. Perseroan dengan sifat usaha tertentu dapat melaksanakan tugas khusus
untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum, dengan tetap
memperhatikan maksud dan tujuan suatu perusahaan.
e. Meskipun persero didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mencari
keuntungan, persero dapat pula didirikan untuk pelaksanaan khusus, yakni
persero yang sifat usahanya untuk melaksanakan pelayanan kepentingan
masyarakat luas atau melaksanakan fungsi pelayanan kemanfaatan umum.
Berdasarkan pasal 7 UUPT, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mendirikan perseroan, yaitu sebagai berikut.
a. Didirikan oleh dua orang atau lebih.
b. Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian pada saat saham
perseroan didirikan.
c. Memuat identitas diri.
Pendirian perseroan terbatas harus dilakukan dengan menggunakan akta
resmi, yaitu akta yang dibuat oleh notaris. Adapun prosedur lengkap untuk
melakukan pendirian PT dirincikan sebagai berikut.
a. Membuat akta pendirian notaris.
b. Mengajukan permohonan ke Menteri Kehakiman.
c. Dalam jangka waktu 60 hari akan disahkan.
d. Setelah disahkan oleh Menteri Kehakiman, mendaftarkan ke dalam daftar
perusahaan dalam jangka waktu 30 hari.
e. Mengajukan pengumuman di Tambahan Berita Negara dalam jangka waktu
30 hari.
2.3 Aspek Sumber Daya Manusia
Adapun aspek-aspek sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
Analisa SDM :
1. Tenaga kerja
Untuk sementara tenaga kerja berasal dari kami sendiri selaku pemilik,
tapi tidak tertutup kemungkinan apabila permintaan keripik singkong ini

9
semakin meningkat maka kami akan menambah tenaga kerja tambahan dari
luar yang memiliki keahlian seperti, memproduksi dan memasarkan serta
pengalaman yang diperlukan agar dapet memperlancar kegiatan produksi
permasarannya.
2. Penghasil bahan baku
Untuk bahan baku kami mengambil dari beberapa pedagang singkong di
pasar flamboyan dan kami hanya akan mengambil bahan baku dari mereka saja
demi menjaga kualitas bahan baku yang terbaik.
2.4 Aspek Produksi
Adapun aspekaspek produksi adalah sebagai berikut:
1. Produk
Produk yang kami produksi memiliki rasa cokelat.Produk kami dibuat
dengan tingkat higienis dan kebersihan yang tinggi serta tidak menggunakan
bahan-bahan kimia yang dapat merusak kesehatan seperti borax, formalin,
pewarna buatan ataupun bahan berbahaya yang lain.
2. Rencana Produksi
Rencana produksi yang kami jalankan adalah sebagai berikut:
a. Desain produk
Kami akan membuat desain kemasan yang sedapat mungkin menarik
dan praktis untuk dibawa-bawa sehingga dapat menjadi pilihan para
konsumen produk kami.
b. Tempat usaha
Sementara ini kami menggunakan kendaraan pribadi sebagai tempat
stok barang sehingga bila ada konsumen yang mau membeli maka kami
langsung antar keripik tersebut ke konsumen tersebut. Kedepannya
diharapkan apabila negosiasi telah tercapai dengan pihak kantin rumah sakit
maka kami akan langsung mengirim stok barang ke kantin tersebut.
c. Pengawasan
kami selaku produsen selalu membuka komunikasi dengan para
konsumen-konsumen kami sehingga apabila ada kritik ataupun saran maka
akan segera kami tindak lanjuti dan perhatikan. Untuk kualitas produk akan
selalu senantiasa kami awasi dan perhatikan.

10
3. Proses Produksi
Proses dalam pembuatan keripik ubi kayu mulai bahan baku mentah
sampai siap untuk dijual melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Pengupasan
Kulit ubi kayu yang telah dipilih kemudian dikupas, sebelum dilakukan
pengupasan, pada masing-masing ujungnya dilakukan pemotongan terlebih
dahulu. Pengupasan kulit ubi kayu dilakukan digarit dengan ujung pisau,
kemudian kulit tersebut mulai dikelupas sampai bersih.
b. Pencucian
Ubi kayu yang telah dikuliti kemudian dicuci dengan air hingga seluruh
kotoran bersih. Selanjutnya, dilakukan pembilasan dengan air bersih
sehingga kotoran yang melekat pada ubi kayu mengelupas dan benar-benar
bersih.
c. Perajangan atau pengirisan
Ubi kayu yang telah dicuci kemudian diiris (dirajang) tipis-tipis dengan
memakai pisau atau alat pasah sehingga diperoleh irisan yang sama
tebalnya.
d. Pengemasan
Sebelum dikemas keripik ubi kayu diangin-anginkan sampai dingin,
kemudian dimasukan dalam plastik polytilene dengan ketebalan 0.05 mm.
Keripik ubi kayu dengan berat 200 gram dapat dikemas dalam plastik
ukuran 20 x 25 cm. Selain menggunakan plastik dapat juga bisa
menggunakan kaleng. Pada kemasan dicantumkan label (nama perusahaan,
berat netto, merk dagang, ijin depkes dan lain-lain yang diperlukan). Keripik
ubi kayu yang dikemas dalam plastik dapat tahan simpan selama 4 – 6
bulan, sedangkan yang dalam kaleng tahan disimpan 6 bulan.
2.5 Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan
hidup usahanya. Pemasaran dapat pula diartikan sebagai upaya untuk menciptakan
dan menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran

11
berusaha menciptakan dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa
kepada konsumen di pasar.
Aspek pemasaran merupakan faktor strategis atau kunci dari keberhasilan
perusahaan, jika permintaan terhadap produk/jasa yang dibuat kurang memadai
seluruh kegiatan aspek-aspek yang lain tidak akan terwujud. Jika prospek
permintaan terhadap permintaan produk 34 lebih kecil dari peawarannya maka
sitem produksi produk tersebut tidak layak dilaksanakan. Jika market space masih
tersedia maka perlu diselidiki apakah pasar masih mampu menampung produk
baru yang direncanakan. Agar dapat mengetahui potensi permintaan dan
penawaran terhadap suatu barang atau jasa, perlu dilakukan penelitian yang
mendalam tentang perkembangan permintaan dan jumlah pemasoknya.
Perkembangan permintaan dapat diduga melalui perubahan pendapatan, selera dan
tingkah laku konsumen dalam membeli barang dan jasa tersebut.
Pemasaran dimulai dengan adanya kebutuhan dan keinginan, kemudian
adanya permintaan, munculnya usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan, terjadi transaksi dan pertukaran, semuanya harus berakhir dengan
saling menguntungkan kepuasan semua pihak. Berikut merupakan 3 tahapan
dalam praktik pemasaran.
1. Pemasaran Swadaya (Entrepreneurial Marketing)
Ketika perusahaan masih kecil dan baru berdiri, di mana jumlah produk yang
dijual tidak begitu banyak dan pengusaha baru belajar, maka pemasaran
dilakukan dari individu ke individu, dari pintu ke pintu, dari toko ke toko, serta
memasarkan sendiri-sendiri.
2. Pemasaran Terformulasi (Formulated Marketing)
Selanjutnya, setelah perusahaan semakin sukses dan berkembang, diperlukan
pemasaran yang terformulasikan. Ada departemen pemasaran, pemasangan
iklan, sales force, marketing research, dll
3. Pemasaran Total (Intrepreneurial Marketing):
Muncul kesulitan dalam memformulasikan pemasaran, mencari laporan riset
pemasaran, mencoba hubungan baik dengan dealer dan pesan-pesan iklan.
Perusahaan kehabisan kreativitas dan berkeinginan bergerilya seperti dulu lagi.
Manajer produk dan merek perlu keluar dari kantor dan mulai hidup dengan

12
pelanggan dan menunjukkan cara baru menambah nilai dalam hidup
pelanggannya.
Pemasaran perlu menentukan target agar dapat mengidentfikasi peluang pasar
yang lebih baik. Pasar sasaran adalah sekelompok konsumen atau pelanggan yang
secara khusus menjadi sasaran usaha pemasaran bagi sebuah perusahaan. Dalam
menetapkan pasar sasaran, terdapat tiga langkah pokok yang harus diperhatikan,
yaitu sebagai berikut.
1. Segmentasi pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen
dari suatu produk kedalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat
homogen. Berdasarkan definisi diatas diketahui bahwa pasar suatu produk
tidaklah homogen, akan tetapi pada kenyataannya adalah heterogen. Pada
dasarnya segmentasi pasar adalah suatu strategi yang didasarkan pada falsafah
manajemen pemasaran yang orientasinya adalah konsumen. Dengan
melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih
terarah dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara
lebih efektif dan efisien dalam rangka memberikan kepuasan bagi konsumen
2. Penetapan pasar sasaran;
Penetapan pasar sasaran adalah merupakan kegiatan yang berisi dan menilai
serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu
perusahaan. Apabila perusahaan ingin menentukan segmen pasar mana yang
akan dimasukinya, maka langkah yang pertama yang harus dilakukan adalah
menghitung dan menilai porensi profit dari berbagai segmen yang ada tadi.
Dalam hal ini, pemasar harus mengerti betul tentang teknik-teknik dalam
mengukur potensi pasar dan meramalkan permintaan pada masa yang akan
datang. Teknik-teknik yang dipergunakan ini sangat bermanfaat dalam memilih
pasar sasaran, sehingga pemasar dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi atau setidaknya mengurangi risiko kesalahan sekecil mungkin
dalam praktiknya. Dalam kaitannya dengan tujuan tersebut, perusahaan harus
membagi-bagi pasar menjadi segmen-segmen pasar utama, setiap segmen pasar
kemudian dievaluasi, dipilih dan diterapkan segmen tertentu sebagai sasaran
3. Penempatan produk

13
Penempatan produk mencakup kegiatan merumuskan penempatan produk
dalam persaingan dan menetapkan bauran pemasaran yang terperinci. Pada
hakekatnya Penempatan produk adalah: Tindakan merancang produk dan
bauran pemasaran agar tercipta kesan tertentu diingatan konsumen. Bagi setiap
segmen yang dimasuki perusahaan, perlu dikembangkan suatu strategi
penempatan produk. Saat ini setiap produk yang beredar dipasar menduduki
posisi tertentu dalam segmen pasamya. Apa yang sesungguhnya penting disini
adalah persepsi atau tanggapan konsumen mengenai posisi yang dipegang oleh
setiap produk dipasar
2.6 Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan aspek yang berkaitan dengan kondisi keuangan
suatu usaha baik dari investasi awal usaha dan keuntungan yang diperoleh dari
hasil penjualan. Aspek finansial bersifat kuantitatif dan digunakan untuk
menganalisis dana yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha. Analisis
aspek finansial membahas beberapa hal, yaitu:
1. Aliran kas (cash flow)
Perhitungan terhadap aliran kas sangat penting untuk dilakukan karena arti laba
dalam akuntansi tidak sama dengan pengertian kas masuk bersih bagi investor
yang justru lebih penting untuk diketahui, hal ini menjadi wajar karena hanya
dengan aliran kas bersih perusahaan dapat membiayai kewajiban keuangannya.
Menurut Umar (2009), kas mempunyai tiga komponen utama yaitu Initial Cash
Flow yang berhubungan dengan pengeluaran untuk investasi. Operational Cash
Flow yang biasanya mempunyai selisih netto yang positif yang dapat dipakai
untuk mencicil pengembalian investasinya, dan Terminal Cash Flow yang
merupakan aliran kas dari nilai sisa aktiva tetap yang dianggap sudah tidak
mempunyai nilai ekonomis lagi dan pengembalian modal kerja awal
2. Payback Period
Menurut Umar (2009), metode Payback Period (PP) merupakan teknik
penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek
atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih yang
diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah
pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100%

14
menggunakan modal sendiri). Payback Period adalah waktu yang diperlukan
untuk mengembalikan modal investasi dengan menggunakan aliran kas yang
didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya (Wening, 2012).
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang
ditimbulkan oleh penanaman modal investasi. NPV merupakan hasil
pengurangan dari biaya yang didiskontokan (Khotimah & Sutiono, 2014).
Analisis NPV ini digunakan untuk menganalisis bagaimana nilai investasi
dengan mempertimbangkan nilai mata uang dan menunjukkan perbedaan
antara nilai sekarang dari keuntungan dan biaya (Kadir W, 2007).
b. Internal Rate of Return (IRR)
merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang
(NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi usaha (Pahlevi, Zakaria, &
Kalsum, 2014). Nilai IRR menunjukkan nilai aktual pengembalian dari
suatu usaha.
c. Break Event Point
merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah hasil
penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Usaha
dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produk pada suatu periode
sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga suatu usaha tidak
mengalami rugi maupun untung (Kadir, 2007).
d. Analisis sensitifitas
Analisis sensitifitas merupakan kegiatan menganalisis kembali suatu usaha
untuk mengetahui perubahan dari variabel-variabel yang sensitif, seperti
perubahan nilai dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (B/C
Ratio), Pay Back Period (PBP), Break Event Point (BEP), Internal Rate of
Return (IRR), dan Profitability Index (PI) yang terjadi karena pengaruh
kenaikan biaya produksi maupun penurunan harga jual produk atau
pendapatan (Pahlevi dkk, 2014)
2.7 Analisis STP
Keinginan dan kebutuhan pelanggan berbeda antara satu pelanggan dengan
yang lainnya, oleh karena itu diperlukan pengelompokkan pelanggan yang
mempunyai keinginan yang sama dengan cara menganalisa segmenting, targeting

15
dan positioning (STP). Strategi pemasaran terdiri atas tiga tahap yakni
segmenting, targeting, positioning. Segmentasi pasar pada dasarnya adalah suatu
strategi untuk memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, sedangkan
targeting adalah mengevaluasi kemudian memilih, menyeleksi dan menjangkau
konsumen yang akan menjadi sasaran. Proses selanjutnya adalah melakukan
positioning yaitu suatu strategi untuk memasuki benak konsumen sehingga bisa
membentuk sebuah persepsi baik tentang produk pada konsumen (Kotler, 2008).
Adapun tiga tahapan dari analisis STP adalah sebagai berikut.
1. Segmenting
Segmentasi pasar adalah suatu usaha untuk mengelompokkan konsumen
dalam beberapa kelompok yang secara relatif orang-orang nya cukup homogen.
Dalam melakukan segmentasi itu merupakan sebuah kewajiban dan untuk itu
dilakukan strategi yang khusus pula dalam melakukan pendekatan kepada
masing-masing segmen pasar yang dijadikan sebagai target pasar (Kotler,
2016). perusahaan akan lebih berhasil apabila membagi-bagi konsumennya
kedalam beberapa segmen. Cara ini lebih menjamin keberhasilan daripada
melayani konsumen dengan apa adanya. Salah satu caranya dengan melakukan
pendekatan yang penting dalam segmentasi pasar, seperti membagi pasar
kedalam beberapa jenis pasar yang ada. Segmentasi dibagi menjadi empat
variabel segmentasi utama bagi konsumen. Variabel segmentasi yang umum
digunakan adalah variabel geografis, demografis, psikografis, dan perilaku
(Kotler et al, 2017).
2. Target
Pasar sasaran adalah proses mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa
segmen pasar yang dinilai paling menarik untuk dilayani dengan program
pemasaran spesifik perusahaan (Tjiptono dan Chandra, 2012). Targeting atau
pasar sasaran adalah kegiatan dimana perusahaan memilih segmen pasar untuk
dimasuki dan kemudian perusahaan dapat menentukan lebih spesifik pasar
yang akan dituju. Targeting adalah proses mengevaluasi setiap daya tarik
segmen kemudian memilih satu atau lebih karakteristik untuk dilayani.
3. Positioning

16
Positioning merupakan cara sebuah produk, merek, atau perusahaan
dipersepsikan secara relatif dibandingkan dengan produk, merek atau
organisasi pesaing oleh pelanggan (Tjiptono dan Chandra, 2012). Hal ini bisa
dikatakan positioning adalah suatu tindakan atau langkah-langkah yang
dilakukan oleh perusahan dalam upaya penawaran nilai dimana dalam satu
segmen tertentu konsumen mengerti dan menghargai apa yang dilakkan suatu
perusahan dibandingkan dengan pesaingnya. Jadi Positioning bukan
menempatkan produk untuk kelompok tertentu atau segmentasi, tetapi
berusaha menanamkan citra produk pada benak konsumen pada segmen yang
telah dipilih. Positioning berhubungan dengan memainkan komunikasi agar
dalam benak konsumen tertanam suatu citra tertentu.
2.8 BMC
Persaingan bisnis semakin berat dan ketat, setiap perusahaan selalu
dituntut untuk berkembang. Salah satu cara yang digunakan perusahaan atau
pelaku usaha untuk dapat bersaing dan berkembang adalah menciptakan strategi-
strategi yang baru. Namun, strategi itu sendiri tidaklah cukup, perusahaan harus
punya model bisnis yang kuat dan baik serta tepat pada perusahaan miliknya.
Business Model Canvas (BMC) memilikikeunggulan dalam analisis model bisnis
yaitu mampu mengambarkan secara sederhana dan menyeluruh terhadap kondisi
suatu perusahaan saat ini berdasarkan segmen konsumen, value yang ditawarkan,
jalur penawaran nilai, hubungan dengan pelangan, aliran pendapatan, asset vital,
mitra kerja sama, serta struktur biaya yang dimiliki (Rainaldo et al., 2017). Model
bisnis kanvas memiliki komponen bisnis. Kesembilan komponen bisnis yang ada
pada model bisnis kanvas adalah sebagai berikut.
1. Customer segment (CS), yaitu menentukan segmen target customer dari
produksi trobel bag yang akan dikembangkan,
2. Value proposition (VP), yaitu memperkirakan kebutuhan customer yang sudah
diidentifikasi pada customer segment.
3. Customer relationship (CR), yaitu mendefinisikan hubungan antara sektor
usaha dengan customer.
4. Channel (CH), yaitu suatu cara untuk mencapai customer.
5. Revenue stream (RS)yaitu representasi dari jalur penerimaan uang yang akan
diterima dari setiap customer segment.

17
6. Key resource (KR) adalah sumber daya utama yang menjelaskan mengenai
assetterpenting yang diperlukan dalam membuat model bisnis.
7. Key activities (KA) adalah kegiatan utama.
8. Keypartners (KP) adalah kunci kemitraan yang menjelaskan jaringan pemasok
dan mitra.
9. Cost structure (CR) adalah struktur biaya yang menggambarkan semua biaya
yang dikeluarkan
2.9 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis menurut (Rangkuti F, 2014:19). Keempat faktor itulah yang membentuk
akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak
dalam mencapai tujuan tersebut. SWOT berperan dalam perancangan suatu model
dalam menganalisis sebuah organisasi yang berorientasi pada nonprofit dan profit
untuk mengetahui keadaan organisasi yang bersangkutan secara lebih
komprehensi f. Analisis SWOT tidak hanya menarik untuk dikaji oleh top
management perusahaan dan para manajer, karena analisis SWOT pula begitu
menarik saat dikaji secara pribadi. Terutama digunakan dalam melihat potensi
seseorang hingga prospek yang akan diraihnya dimasa yang akan datang. SWOT
digunakan sebagai alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi peluang-peluang,
pilihan karir, kemampuan hingga keterampilan yang dimiliki oleh seseorang.
Analisis SWOT berperan penting dalam mendukung suatu pengambilan
keputusan dengan beberapa kegunaan yang dapat digunakan (Fahmi, 2013).
1. Pemberian gambaran sebuah organisasi berdasarkan empat sudut diantaranya,
kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan
ancaman (threats).
2. Dapat digunakan sebagai sebuah pertimbangan untuk perencanaan keputusan
jangka panjang.

18
3. Dapat memberikan suatu pandangan yang dapat memperkuat para stakeholders
yang bersimpati sehingga bergabung bersama perusahaan yang saling memiliki
sebuah ikatan kerja yang bertujuan untuk menguntungkan kedua belah pihak.
4. Dapat digunakan sebagai suatu penilai untuk melihat laporan perkembangan
berdasarkan keputusan yang telah dilaksanakan.
2.10 Matriks SWOT
Matriks SWOT yang digunakan sebagai formulasi pengambilan keputusan
pada suatu strategi. Pencocokkan akan dilakukan pada matriks ini untuk
menentukan faktor internal hingga faktor eksternal. Jenis strategi yang
dikembangkan pada matriks SWOT diantaranya strategi SO (kekuatan-peluang),
strategi WO (kelemahan-peluang), strategi ST (kekuatan-ancaman), dan strategi
WT (kelemahan-ancaman) (David, 2012:327). Menurut Rangkuti (2006, p31), alat
yang dipakai untuk menyusuk faktor -faktor strategis perusahaan adalah Matriks
SWOT. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal
(EFAS) yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan internal (IFAS) yang dimilikinya.
Tabel 2.1 Matriks SWOT
STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)
IFAS
(Tentukan 5-10 faktor (Tentukan 5-10 faktor
EFAS
kekuatan internal) kelemahan internal)
Strategi WO
Strategi SO
OPPORTUNITIES (O) Daftar untuk memperkecil
Daftar kekuatan untuk
(Tentukan 5-10 faktor kelemahan dengan
meraih keuntungan
peluang eksternal memanfaatkan keuntungan
dari peluang yang ada
dari peluang yang ada
Strategi WT
THREATS (T) Strategi ST
Daftar untuk memperkecil
(Tentukan 5-10 faktor Daftar kekuatan yang
kelemahan dan
ancaman eksternal menghindari ancaman
menghindari ancaman
(Sumber: Rangkuti F., 2013)
Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu
sebagai berikut (Rangkuti, 2013:83):
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

19
sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan
untuk memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan
untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk
memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT
bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman
eksternal.
Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT (Rangkuti, 2013:83)
yaitu sebagai berikut:
1. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.
2. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
3. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
4. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan
strategi SO dalam sel yang tepat.
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi WO dalam sel yang tepat.
7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi ST dalam sel yang tepat.
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi WT dalam sel yang tepat.
2.11 Diagram Kartesius Analisis SWOT
Setelah didapat hasil analisis pada tabel Matriks IFAS dan EFAS bila
dipetakan pada diagram Kartesius analisis SWOT dengan cara sebagai berikut ini.
1. Sumbu horisontal x menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu
vertikal y menunjukkan peluang dan ancaman.

20
2. Posisi organisasi ditentukan dengan hasil analisa jika peluang lebih besar
daripada ancaman, maka nilai y0 dan sebaliknya ancaman lebih besar daripada
peluang maka nilai y0. Sedangkan jika kekuatan lebih besar daripada
kelemahan maka nilai x0 dan sebaliknya kelemahan lebih besar daripada
kekuatan maka nilai x0.
Menurut Rangkuti (2013:20) terdapat 4 kuadran untuk melihat posisi
perusahaan yaitu:

Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT


(Sumber: Rangkuti, 2013)
1. Kuadran I
Kuadran I merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif.
2. Kuadran II:
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
cara strategi diversifikasi produk atau pasar.
3. Kuadran III
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak
menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu
meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang
lebih baik (turn around).

21
4. Kuadran IV
Kondisi yang terjasdi dalam Kuadran IV ini yaitu situasi yang sangat tidak
menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan tindakan penyelamatan
agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive). Dalam analisis SWOT,
dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal maupun
eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing faktor tersebut,
kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian
ditentukan fokus rekomendasi strategi.
2.12 Break Even Point (BEP)
Break Event Point atau titik impas adalah titik dimana total biaya produksi
sama dengan pendapatannya. Titik impas memberikan petunjuk bahwa tingkat
produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya
produksi yang dikeluarkan. Selain itu bagi manajemen dapat memberikan
informasi mengenai biaya tetap dan biaya variabel yang dapat digunakan untuk
mempertimbangkan tentang pengadaan bahan baku, pemilihan peralatan dan
mengikuti perkembangan proses teknologi (Soeharto, 2001). Dengan diketahui
tituk impas maka suatu perusahaan akan dapat mengetahui jumlah produksi
(volume produksi) yang harus dipertahankan agar tidak mengalami kerugian, akan
tetapi setiap perusahaan hendaknya dapat memproduksi diatas volume ini dengan
merencanakan jumlah tambahan kebutuhan akan modal berkaitan dengan volume
produksi.
Biaya Tetap
BEP unit=
Harga−Biaya Variabel per Unit
Biaya Tetap
BEP Rupiah=
Biaya Variabel per Unit
1−
Harga per Unit
2.13 Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan metode analisis keuangan yang memerhatikan
adanya perubahan nilai uang karena faktor waktu; proyeksi arus kas dapat dinilai
sekarang (periode awal investasi) melalui pemotongan nilai dengan factor
pengurang yang dikaitkan dengan biaya modal (persentase bunga) (Subagyo,
2007). Proyek akan dinilai layak jika NPV bernilai positif dan dinilai tidak layak
jika NPV bernilai negatif.

22
n n
(C) t (Co ) t
NPV =∑ −∑
t=0 ( 1+i ) t t =0 ( 1+i ) t

Keterangan:
NPV = Nilai sekarang bersih
(C)t = Arus kas masuk tahun ke-t
(Co)t = Arus kas keluar tahun ke-t
n = umur unit usaha hasil investasi
i = Arus pengembalian (rate of return)
t = waktu
2.14 Payback Period
Payback Period (PBP) ialah jangka waktu pengembalian biaya awal.
Semakin cepat pengembaliannya maka alternatif tersebut lebih menarik
dibandingkan dengan alternatif lainnya. Kelebihan dari metode payback Period
adalah mudah dalam penggunaan dan perhitungan, berguna untuk memilih
investasi yang mana yang mempunyai masa pemulihan tercepat, masa pemulihan
modal dapat digunakan untuk alat prediksi resiko ketidakpastian pada masa
mendatang, dan masa pemulihan tercepat memiliki resiko lebih kecil
dibandingkan dengan masa pemulihan yang relatif lebih lama (Rachadian dkk,
2013).
Sedangkan kelemahanya adalah mengabaikan adanya perubahan nilai uang
dari waktu ke waktu, mengabaikan arus kas setelah periode pemulihan modal
dicapai, mengabaikan nilai sisa proses dan sering menjebak analisator jika biaya
modal atau bunga kredit tidak diperhitungkan dalam arus kas yang menyebabkan
usaha tidak likuid (Rachadian dkk, 2013).
Rumus periode pengembalian apabila cashflow dari proyek investasi sama
setiap tahun.
Investasi
Payback Period = ×1 tahun
Cashflow
Rumus periode pengembalian apabila cashflow dari proyek investasi berbeda
setiap tahun.
a−b
Payback Period = n + × 1tahun
c−b
Keterangan:

23
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa
menutup investasi
a = Jumlah investasi mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Kriteria seleksi:
Jika payback period lebih kecil dibanding dengan target kembalinya
investasi, maka proyek investasi layak. Sedangkan jika payback period lebih besar
dibanding dengan target kembalinya investasi, maka proyek tidak layak (Sutrisno,
2009).
Berdasarkan studi kasus pada perusahaan keripik singkong mahasiswa yang
memproduksi Trobel Bag, maka juga ikut diuji kelayakan investasi dengan
menghitung lama pengembalian biaya awal. Perusahaan membutuhkan investasi
dari para investor dengan perjanjian uang akan dikembalikan selama 3 tahun.
Investor membutuhkan data besar arus kas selama 4 tahun untuk menghirung
payback period dari perusahaan tersebut. Jika hasil yang diperoleh lebih kecil dari
target atau 4 tahun, maka investor akan menginvestasi pada perusahaan keripik
singkong mahasiswabag. Sebaliknya jika hasil yang diperoleh lebih besar, proyek
investasi pada perusahaan tidak layak.
2.15 Incremental Rate of Return (IRR)
Metode Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode untuk mengukur
tingkat pengembalian hasil. IRR merupakan tingkat bunga antara aliran kas keluar
dengan aliran kas masuk yang diharapkan. Metode ini memperhitungkan nilai
waktu uang, jadi arus kas didiskontokan atas dasar tingkat suku bunga. Rumus
yang digunakan sama dengan nilai sekarang bersih atau Net Present Value (NPV).
Perbedaannya adalah dalam metode tingkat kembali investasi atau Internal Rate of
Return (IRR) nilai i (bunga) tidak diketahui dan harus dicari dengan cara trial and
error (Priyo, 2012).
IRR adalah tingkat marjin/fee/bagi hasil yang menjadikan jumlah nilai
sekarang dari proceeds yang diharapkan (PV of future proceeds) sama dengan
jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays) (Karim,
2011). Penilaian penanaman modal dalam proyek investasi berdasarkan IRR
adalah suatu metode penilaian proyek investasi dengan menggunakan ukuran;

24
aliran kas netto (proceeds) diperhitungkan dengan tingkat bunga tertentu (IRR).
Suatu proyek investasi dinilai menguntungkan apabila IRR lebih besar daripada
tingkat marjin/fee/bagi hasil yang dikehendaki atau IRR > cost of money (tingkat
resiko + SWBI).
NPV rr
RR = RR + × (rt – rr)
TVPrr +TVP rt
Keterangan:
rr = Tingkat discount rate (r) lebih rendah
rt = Tingkat discount rate (r) lebih tinggi
TPV = Total present value
NPV = Net Present Value
Kriteria Seleksi :
Jika IRR > dari tingkat bungan yang disyaratkan, maka proyek investasi layak
Jika IRR < dari tingkat bunga yang disyaratkan, maka proyek investasi kurang
layak (Sutrisno, 2009).
2.16 Rasio B/C
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), Benefit and Cost Ratio (BCR) atau PI
(Profitability Index) adalah perbandingan benefit atau keuntungan yang
didapatkan suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha tersebut pada
masa yang akan datang. Secara umum B/C ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut.
π
B/C =
TC
B/C = Benefit and Cost Ratio (BCR)
π = Keuntungan (Benefit)
TC = Total biaya (Totak Cost)
Kriteria seleksi:
Nilai B/C ratio > 1 (satu) menunjukkan bahwa suatu usaha layak untuk
dijalankan. Nilai B/C ratio < 1 (satu) menunjukkan suatu usaha tidak layak
dijalankan karena tidak mampu mengembalikan modal yang diinvestasikan
(Kasmir dan Jakfar, 200).
2.17 Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil yang dilakukan oleh para peneliti sebagai berikut:

25
1. Penelitian yang dilakukan oleh Alto Kristian Patoki, Effendi (2017) yang
berjudul “Analisis Probabilitas Keripik Singkong pada Industri Rumah Tangga
Pasudan di Kota Palu”. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pendapatan yang
diperoleh usaha olahan keripik singkong pada industry rumah tangga
“Pasundan” selamaBulan November-Desember 2015 sebesar Rp17.856.592
dengan rata-rata Rp8.928.296. Profitabilitas rata-rata yang diperoleh Industri
Rumah Tangga “Pasundan” dari Bulan November-Desember 2015 melalui
perhitungan ROI sebesar 89,39% artinya nilai profitabilitas menunjukkan
bahwa perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal yang
diinvestasikan yakni sebesar 89,39% setiap bulannya dalam mengembalikan
aset yang dimiliki industry rumah tangga “Pasundan.”
Pada penelitian diatas dengan peneliti sendiri dapat dilihat persamaannya
terletak pada penggunaan rumus ROI yaitu untuk mengetahui besar
keuntungan yang diperoleh pengusaha keripik singkong. Namun, yang menjadi
pembeda dengan penelitian diatas yaitu lokasi penelitian dan metode-metode
yang digunakan. Jika metode diatas hanya menggunakan rumus ROI saja,
maka peneliti sendiri menggunakan metode yang lain yaitu aspek-aspek
kelayakan bisnis untuk mengetahui bahwa bisnis yang dijalankan apakah layak
untuk terus dijalankan.
2. Penelitian yang dilakukanoleh Ibnu Sajari, Elfiana dan Martina (2017) yang
berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Keripik Pada UD. Mawar di Gampong
Bate Ie Liek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireun”. Metode yang
digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Rata-rata penerimaan pada agroindustri keripik UD. Mawar adalah Rp.
60.750.000,00/ bulan dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp.
38.508.054,00/ bulan. Biaya produksi tersebut terdiri dari biaya tetap sebesar
Rp. 628.054,00 dan biaya variabel sebesar Rp. 37.880.000,00/ bulan. Dari hasil
analisa data, didapatkan bahwa keuntungan yang diperoleh pada agroindustri
keripik UD. Mawar sebesar Rp. 22.241.946,00/ bulan. Berdasarkan
perhitungan kelayakan usaha (R/C) Ratio yaitu perbandingan antara
penerimaan dengan total biaya diperoleh nilai (R/C) Ratio 1,57 atau 1,57 > 1.

26
(B/C) Ratio yaitu perbandingan keuntungan dengan total biaya produksi yang
lebih besar dari nol yaitu memiliki angka perbandingan 0,57 atau 0,57 > 0.
Berdasarkan perbandingan laba dan modal produksi diperoleh nilai ROI
sebesar 57%. Maka dapat disimpulkan bahwa usaha agroindustri UD. Mawar
dapat dikatakan menguntungkan dan layak dijalankan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman dan Ronnie Susman Natawidjaja
(2018) yang berjudul “ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI
KERIPIK SINGKONG (Studi Kasus Sentra Produksi Keripik Singkong
Pedas di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota
Cimahi)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Teknik studi kasus yang digunakan adalah survey deskriptif. Salah satu
upaya diversifikasi hasil tanaman ubi kayu adalah pembuatan ubi kayu
menjadi keripik singkong. Banyaknya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
di Indonesia membuka peluang bagi para pengusaha untuk mengusahakan
keripik singkong menjadi usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah ubi
kayu. Kota Cimahi merupakan salah satu daerah sentra produksi keripik
singkong, yang bertempat di Kampung Pojok-Kademangan, Kelurahan
Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan agroindustri pengolahan
keripik singkong, nilai usaha dan nilai tambah yang diperoleh dari
pengolahan ubikayu menjadi keripik singkong. Penelitian ini
menggunakan desain kualitatif dengan teknik studi kasus. Analisis data
terdiri dari analisis nilai usaha, analisis nilai tambah dengan metode
Hayami dan deskriptif dengan data kuantitatif dan kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses pengolahan keripik singkong masih
menggunakan peralatan yang relatif sederhana dan rata-rata merupakan
industri kecil. Pemasaran keripik singkong dilakukan oleh pengusaha yaitu
pengusaha langsung menjual keripik singkong kepada konsumen, selain
itu melalui pedagang grosir lalu ke pedagang-pedagang pengecer
kemudian ke konsumen. Hasil analisis nilai usaha menunjukkan bahwa
rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh usaha keripik singkong di Sentra
Produksi Keripik Singkong Pedas Cimahi sebesar Rp4.598.410,53 dengan

27
rata-rata penerimaan yang diterima sebesar Rp5.955.600,00 dan rata-rata
pendapatan/keuntungan yang diterima pengusaha keripik singkong adalah
sebesar Rp1.393.585,30 dalam satu kali produksi. Hasil analisis efisiensi
usaha menunjukkan bahwa rata-rata R/C rasio yang didapatkan adalah
1,30. Yang artinya agroindustri keripik singkong sudah efisien atau layak
karena sudah melebihi angka 1,00. Rata-rata nilai tambah diterima pada
usaha keripik singkong sebesar Rp5.232,18 per kilogram dengan rasio
nilai tambah terhadap nilai output rata-rata sebesar 23,76% per proses
produksi. Rasio nilai tambah ini termasuk dalam nilai tambah tersebut
termasuk dalam kategori sedang karena berada diantara 15-40%
berdasarkan pernyataan Hubeis. Kata kunci: Ubi Kayu, Nilai Tambah,
Nilai Usaha, Keripik Singkong
4. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Ana Sari (2019) yang berjudul
“ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERIPIK SINGKONG
INDUSTRI RUMAH TANGGA CAP KURIHING KOTA
BANJARBARU”. Metode penentuan daerah penelitian dengan
menggunakan metode studi kasus yaitu merupakan deskripsi mengenai
suatu pengalaman yang ada dalam realita di kehidupan kita yang nyata,
selanjutnya ditetapkan dan digunakan untuk poin-poin yang penting,
memunculkan terjadinya suatu masalah dan atau bahkan meningkatkan
pemikiran atau pemahaman dan pengalaman belajar dari peserta. Dimana
Industri Rumah Tangga Cap Kurihing sebagai tempat untuk dilakukan
penelitian ini. Dan penelitian ini menggunakan metode analisis SWOT,
dari teori strategi bisnis, kesimpulan dari berdasarkan penelitian ini
adalah : 1. Industri Rumah Tangga Cap Kurihing sebagai industri yang
memproduksi dan yang menghasilkan makanan keripik singkong. Rumah
industri keripik singkong ini melakukan sistem penjualannya dengan
pembeli atau pelanggang langsung datang ditempat produksi. 2. Kekuatan
yang dingunakan Industri Rumah Tangga Cap Kurihing adalah produk
yang unggul dan sikap jujur, ramah kepada pelanggan. 3. IRT Cap
Kurihing mempunyai kelemahan, Industru Rumah Tangga Cap Kurihing
ini tidak memiliki kas perusahaan sehingga Industri Rumah Tangga Cap

28
Kurihing ini bisa terjadi krisis keuangan yang dialaminya
(penurunan )apabila perusahaan tersebut terkena dampak dari
perekonomian dunia yang sedang tidak baik/drop atau jatuh. 4. Peluang
yang besar mungkin dapat diperoleh Industri Rumah Tangga Cap Kurihing
adalah dapat menguasai pasar monopolistic.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Eva Alvianita (2014) yang berjudul
“PENGARUH PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN USAHA
ANEKA KERIPIK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh produksi terhadap
pendapatan usaha aneka keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya pada
tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan
analisis regresi linier sederhana. Variabel terikat yang digunakan adalah
pendapatan usaha aneka keripik (Y), dan variabel bebas yang digunakan
adalah produksi (X) di Kabupaten Aceh Barat Daya. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh persamaan analisis regresi linier sederhana yaitu Y =
894,445X persamaan regresi linier sederhana ini dapat dijelaskan bahwa
nilai produksi (X) yaitu sebesar 894,445. Hal ini menyatakan bahwa setiap
kenaikan produksi (X) sebesar 1 unit, maka pendapatan usaha aneka
keripik (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 894,445 rupiah. Koefesien
determinasi menunjukkan bahwa pendapatan usaha aneka keripik di
Kabupaten Aceh Barat Daya memperoleh nilai 85,2 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas (produksi) memberi sumbangan
sebesar 85,2 persen terhadap variabel terikat (pendapatan usaha aneka
keripik), sedangkan sisanya sebesar 14,8 persen ini dipengaruhi oleh
variabel yang terdapat diluar model regresi penelitian ini. Berdasarkan
hasil penelitian dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa nilai
thitung > ttabel (6,795 > 2,365), yang artinya bahwa secara parsial variabel
produksi berpengaruh secara positif terhadap pendapatan usaha aneka
keripik di Kabupaten Aceh Barat Daya.
Pada penelitian diatas hanya berfokus untuk mengetahui jumlah pendapatan
dan keuntungan dari usaha yang dijalankan. Adapun persamaan dari peneliti
sendiri yaitu sama-sama membahas mengenai kelayakan usaha yang dijalankan

29
yang dilihat dari aspek keuangan. Akan tetapi yang menjadi perbedaan antara
penulis dengan penelitian diatas yaitu penulis menggunakan aspek-aspek
kelayakan bisnis dari aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis
dan dan teknologi, aspek SDM, dan aspek lingkungan. Sedangkan pada penelitian
diatas tidak menggunakan aspek-aspek tersebut. Tempat yang dijadikan objek
peneliatianpun berbeda. Adapun objek atau lokasi penelitian oleh penulis terletak
di desa Wonosari Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara. Meskipun pada
penelitian sebelumnya pernah membahas mengenai analisis usaha atau bisnis
keripik singkong. Namun peneliti sendiri belum pernah menemukan suatu
penelitian mengenai studi kelyakan bisnis keripik singkong didesa
WonosariKecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

30
BAB III
METODOLOGI
3.1 Objek Usaha
Objek usaha adalah benda, hal, atau sebagainya yang dijadikan sebagai
sasaran dalam perancangan dan pengembangan usaha. Objek usaha
digunakan untuk mendapatkan data yang lebih terarah. Penelitian ini
menggunakan objek usaha keripik singkong. Keripik singkong adalah sejenis
makanan ringan berupa irisan tipis dari umbi-umbian yang mengandung pati.
Keripik singkong yang dibuat adalah dengan inovasi rasa coklat, karena pada
saat ini coklat sangat digandrungi oleh masyarakat, terutama oleh kaum
remaja.
3.2 Flowchart
Adapun flowchart dari analisis perusahaan keripik singkong adalah sebagai
berikut.

31
Gambar 3.1 Flowchart

3.3 Penjelasan Flowchart


Adapun penjelasan flowchart dari analisis produk keripik singkong adalah
sebagai berikut.
1. Mulai
2. Identifikasi Masalah

32
Indentifikasi masalah adalah suatu proses yang penting dalam mengenbangkan
suatu usaha yang digunakan untuk mempermudah penentuan prioritas usaha.
Identifikasi dilakukan berdasarkan studi literatur dan metode analisis yang
sesuai dengan penelitian.
3. Rumusan Masalah
Rumusah masalah adalah sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan
permasalahan dalam mengembangkan suatu usaha atau produk.
4. Studi Literatur
Setelah mengidentifikasi masalah dan rumusan masalah, langkah selanjutnya
adalah menentukan studi literatur. Studi literatur adalah serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka. Studi literatur pada
pembahasan ini berisi tentang teori tas, aspek legalitas (CV/PT), aspek
produksi, aspek manajemen, aspek lingkungan, strategi pemasaran yang terdiri
dari break even point (BEP), net present value (NPV), payback period,
incremental rate of return (IRR), dan rasio B/C, analisis terdahulu, analisis
STP, BMC, analisis SWOT.
5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data nya berupa data penjualan keripik singkong, biaya promosi
dan kuesioner. Data primer adalah data yang diambil secara langsung terdiri
dari data penjualan keripik singkong, biaya promosi, dan kuesioner. Sedangkan
data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi literatur dan studi hasil
penelitian terdahulu, serta melalui informasi dari perusahaan. Data sekunder
terdiri dari profil perusahaan dan data yang mendukung permasalah yang
diteliti.
6. Pengolahan Data
Setalah mengumpulkan data, langkah selanjutnya adalah melakukan
pengolahan data. Pengolahan data terdiri dari aspek legalitas (CV/PT), aspek
produksi, aspek manajemen, aspek lingkungan, strategi pemasaran, analisis
STP, BMC, analisis SWOT, analisis kelayakan finansial yang terdiri dari break
even point (BEP), net present value (NPV), payback period, incremental rate
of return (IRR), dan rasio B/C.
7. Analisis dan Pembahasan

33
Analisa dan pembahasan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah selesai
melakukan pengolahan data yang bertujuan untuk menguraikan atau
menjelaskan data yang telah diperoleh. Adapun analisa dan pembahasan untuk
menguraikan atau menjelaskan data yang telah diperoleh adalah sebagai
berikut.
a. Aspek legalitas (CV/PT)
Aspek legalitas merupakan pengesahan suatu perusahaan menurut undang-
undang dan peraturan yang berlaku. Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa)
membutuhkan surat perizinan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis berupa izin
untuk penggunaan tanah (IPPT), izin membangun bangunan (IMB), izin tempat
usaha (SITU), izin gangguan (HO), dan izin SIUP.
b. Aspek Produksi
Aspek produksi merupakan proses teknis atau operasional dan teknologi
yang digunakan perusahaan Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa).
c. Aspek Manajemen
Aspek manajemen dilakukan dengan merencanakan usaha,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yaitu
membuat keripik singkong yang enak, berkualitas, dan ramah lingkungan.
d. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan berkaitan dengan pengolahan limbah ataupun dampak
negatif dan posisitf saat melakukan pendirian perusahaan.
e. Aspek Sumber Daya Manusia
Kriteria aspek sumber daya manusia terdiri dari bentuk struktur organisasi
yaitu struktur organisasi fungsional, tersedianya tenaga kerja yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan, job description dan job specification yang telah
ditentukan perusahaan, serta melakukan program pelatihan.
f. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran dilakukan agar mendapatkan dan mempertahankan
konsumen, strategi yang digunakan Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa)
yaitu strategi harga dan strategi promosi.

34
g. Analisis STP
Analisis STP meliputi segmenting, target, dan positioning yang ditentukan
berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen.
h. Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan membuat matriks SWOT dan diagram
kartesius swot. Matriks SWOT terdiri dari peluang dan ancaman eksternal atau
internal (EFAS/IFAS), strategi SO, ST, WO, dan WT. Sedangkan diagram
kartesius digunakan untuk memetakan hasil matriks.
i. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis yang dilakukan yaitu menganalisis perhitungan nilai investasi,
penyusunan laporan keungan, serta perhitungan kinerja finansial. Metode yang
digunakan untuk menyakatan kelayakan aspek finansial yaitu payback period, net
present value, internal rate of return. Rumus yang digunakan untuk menghitung
kelayakan finansial adalah sebagai berikut.
Biaya Tetap Produksi
BEP =
Harga Jual Per Unit −Biaya Variabel Per Unit
C1 C2 Ct
NPV = C0 + 1
+ 2
+...+ t
(1+r) (1+r) (1+r)
n + (a −b)
Payback Period = ×1tahun
(c−b)
NPV1
IRR = i 1 + ( i −i )
( NPV 1−NPV 2 ) 2 1
π
B/C =
TC
8. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran merupakan bagian akhir yang berisikan inti dari analisis
yang dilakukan dan kekurangan apa saja yang menjadi permasalahan bagi
perusahaan keripik singkong dalam membuat produk keripik singkong.
9. Selesai

35
BAB IV
ANALISIS
4.1 Identifikasi Deskripsi Produk
Krisma (Keripik Singkong Mahasiswa) merupakan sebuah Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) yang membuat keripik singkong rasa cokelat. Varian
rasa coklat bertujuan untuk membuat inovasi baru pada cemilan keripik singkong
yang pada umumnya mempunyai rasa asin dan gurih. Rasa cokelat dipilih sebagai
rasa baru pada keripik singkong karena zaman sekarang cokelat cukup digemari
oleh semua orang. Material yang digunakan dalam pembuatan keripik singkong
ini yaitu singkong dan coklat senagai bahan utamanya.
4.2 Aspek Hukum
Studi kelayakan usaha pada umumnya dimulai dari aspek hukum. Dalam
aspek hukum hal yang dibahasan meliputi bentuk badan hukum perusahaan,
prosedur perizinan atau legalitas, Lembaga yang terkait dengan perusahaan, dan
rencana anggaran dasar perusahaan. Tujuan dari analisis terhadap aspek hukum
yaitu untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dokumen-dokumen
yang dimiliki. Dokumen yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan, dan
keasliannya meliputi badan hukum, perizinan yang dimiliki, sertifikat tanah, dan
dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha tersebut. Legalitas suatu
perusahaan atau badan usaha adalah unsur terpenting dikarenakan legalitas
merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu badan usaha,
sehingga dapat diakui oleh masyarakat. Legalitas perusahaan harus sah menurut
undang-undang dan peraturan.
UMKM Krimsa (Keripik Singkong Mahasiswa) selalu terhubung dengan
pihak ketiga dan ingin melindungi perusahaan yang dijalankan secara jujur (te
goeder trouw), maka sangat penting legalitas bagi perusahaan dalam kegiatan
bisnis, karena legalitas perusahaan merupakan jati diri yang melegalkan suatu
perusahaan sehingga diakui oleh masyarakat. Bentuk aspek hukum legalitas
perusahaan mencakup nama perusahaan dan merek. Nama perusahaan merupakan
jati diri yang digunakan untuk menjalankan usahanya. Perusahaan ini melekat
pada benetuk badan usaha tersebut, dikenal oleh masyarakat, dan dapat
membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya. Nama perusahaan

36
yang diberikan dapat diciptakan berdasarkan jenis perusahaan tersebut. nama
perusahaan dapat diberikanberdasarkan nama pribadi pengusaha, berdasarkan
jenis usaha yang dilakukannya, dan berdasarkan tujuan didirikannya. Indonesia
menganut beberapa asas tentang pemberian nama suatu perusahaan. Asas-asas
tersebut yaitu pembauran nama perusahaan dengan nama pribadi, pembauran
bentuk perusahaan dengan nama pribadi, larangan memakai nama perusahaan
orang lain, larangan memakai merek orang lain, dan larangan memakai nama
perusahaan yang menyesatkan. Setiap nama perusahaan harus disahkan,
pengesahan dimulai sejak dibuatnya akta pendirian di hadapan notaris,
diumumkan di berita negara dan didaftarkan dalam daftar perusahaan.
4.3 Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan seperti yang diketahui bahwa banyak usaha yang telah
berjalan pada akhirnya berhenti karena adanya masalah. Masalah-masalah yang
timbul kadang-kadang sangat vital, sehingga usaha yang semula dinyatakan layak
untuk semua aspek, ternyata menjadi kebalikannya. Tujuan dari aspek lingkungan
adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan, baik
dampak negatif maupun dampak positif. Aspek lingkungan menganalisis dampak
lingkungan yang terjadi serta penanggulangan terhadap dampak lingkungan yang
negative. Aspek lingkungan dikatakan layak apabila memenuhi beberapa kriteria.
Adapun kriteria dari aspek lingkungan yaitu Adanya penanggulangan dampak
lingkungan untuk mengatasi dampak negatif akibat pendirian dan operasi usaha
yang akan dilakukan sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar. UMKM
Krisma menggunakan singkong dan coklat sebagai bahan dasar dalam
membuatkeripik singkong coklat ini. Sisa-sisa dari pengolahan keripik tersebut
yaitu berupa kulit singkong. Untuk mengatasi limbah tersebut pihak UMKM
Krisma mengolah limbah tersebut menjadi pupuk kompos.
4.4 Aspek Sumber Daya Manusia
Analisis aspek sumber daya manusia (SDM) bertujuan untuk menganalisis
mengenai perancangan struktur organisasi, perencanaan tenaga kerja, dan
perencanaan pelatihan tenaga kerja pada usaha keripik singkong rasa coklat, serta
memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk menjalankan kegiatan operasional dan
merancang tata cara kerja usaha.

37
Perencanaan struktur organisasi menjadi tahap awal dalam analisis sumber
daya manusia. Setelah itu, melakukan perencanaan tenaga kerja yang akan
menghasilkan jumlah tenaga kerja serta job description dan job specification.
Selanjutnya menyusun program pelatihan tenaga kerja untuk pembuatan keripik
singkong mahasiswa. Aspek sumber daya manusia dikatakan layak apabila
memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut adalah:
1. Terdapat bentuk struktur organisasi yang sesuai dengan usaha pembuatan
keripik singkong rasa coklat.
2. Tenaga kerja yang cukup untuk menjalankan operasional perusahaan sesuai
dengan level manajemen.
3. Adanya program pelatihan untuk pegawai.

38
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, Made. 2020. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Lembaga Penerbitan
Universitas Nasional (LPU-UNAS)
Jamaluddin. 2018. Pengolahan Aneka Kerupuk dan Keripik Bahan Pangan.
Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
Purnomo, Rochmat Aldy, dkk. 2017. Studi Kelayakan Bisnis. Ponorogo: Unmuh
Ponorogo Press
Saebani, Dadang Husen. 2018. Studi Kelayakan Bisnis. Bandung: Pustaka Setia
Situmorang, Syafrizal Helmi. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Medan: USU Press.

Anda mungkin juga menyukai