Anda di halaman 1dari 4

NAMA : KHANZA NAVIZA

NAMA MATA KULIAH : PENGANTAR AKUNTANSI SYARIAH


KODE MATA KULIAH : EKSA4101
PRODI :EKONOMI SYARIAH

1). persamaan akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional adalah baik akuntansi
syariah atau konvensional sama-sama menyediakan informasi yang dapat diukur, dinilai,
dicatat, dan dikomunikasikan serta dipertanggunjawabkan.

Akuntansi Syariah dan konvensional adalah dua pendekatan yang berbeda dalam mencatat,
melaporkan, dan mengelola transaksi keuangan. Perbedaan akuntansi syariah dan
konvesional mendasar terletak pada landasan filosofisnya.

Di mana akuntansi syariah didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang melarang riba
(bunga) dan transaksi yang mengandung unsur-unsur haram, sementara akuntansi
konvensional beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip sekuler dan profitabilitas.

Persamaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional

1.Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi

2.Prinsip penahunan dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan keuangan
3.Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal

4.Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang

5.Prinsip perbandingan dengan prinsip perbandingan income dengan cost (biaya)

6.Prinsip kontinuitas dengan kesinambungan perusahaan

7.Prinsip keterangan dengan penjelasan atau pemberitahuan

Kesimpulannya, akuntansi syariah dan konvensional memiliki pendekatan yang berbeda


dalam mengelola modal dan aset. Dalam akuntansi konvensional, modal dibagi menjadi
modal tetap dan modal beredar. Sementara dalam akuntansi syariah, modal terdiri dari
barang-barang pokok yang terbagi menjadi harta uang dan harta barang, serta dibedakan
antara barang milik dan barang dagang.
https://www.coursehero.com/file/22123309/AKS/ -
https://www.bee.id/blog/persamaan-dan-perbedaan-akuntansi-syariah-dan-
konvesional/

2). Tahap ketiga perkembangan akuntansi konvensional menurut Hopwood adalah tahap
"Perkembangan Sistem Informasi Akuntansi". Pada tahap ini, perhatian utama adalah
pengembangan sistem informasi akuntansi yang lebih canggih dan efisien.
Tahap ini ditandai dengan adanya perubahan dalam teknologi dan komunikasi yang
mempengaruhi cara akuntansi dilakukan. Beberapa perubahan yang terjadi pada tahap ini
antara lain:
1. Penggunaan komputer: Komputer mulai digunakan secara luas dalam proses
akuntansi. Hal ini memungkinkan pengolahan data yang lebih cepat dan akurat.
2. Pengembangan sistem informasi: Sistem informasi akuntansi yang terintegrasi mulai
dikembangkan. Sistem ini memungkinkan pengolahan data yang lebih efisien dan
pengambilan keputusan yang lebih baik.
3. Penggunaan basis data: Basis data digunakan untuk menyimpan dan mengelola data
akuntansi. Hal ini memungkinkan akses yang lebih mudah dan cepat terhadap
informasi akuntansi.
4. Penggunaan perangkat lunak akuntansi: Perangkat lunak akuntansi yang lebih
kompleks dan spesifik mulai dikembangkan. Perangkat lunak ini membantu dalam
pengolahan data akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
Tahap ketiga ini menunjukkan adanya pergeseran dari penggunaan manual dalam proses
akuntansi menuju penggunaan teknologi informasi yang lebih canggih. Hal ini memberikan
dampak positif dalam efisiensi dan akurasi proses akuntansi.
https://www.studocu.com/id/messages/question/4309243/jelaskan-tahap-ketiga-
perkembangan-akuntansi-konvensional-menurut-hopwood

3). Akad Murabahah adalah salah satu bentuk transaksi jual beli dalam syariah Islam. Untuk
memenuhi syarat-syarat agar akad murabahah dapat terpenuhi sesuai dengan syariah
Islam, berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Kesepakatan: Terdapat kesepakatan antara penjual dan pembeli mengenai harga
jual, jumlah barang, dan waktu pembayaran.
2. Kepemilikan: Penjual harus memiliki kepemilikan sah terhadap barang yang akan
dijual. Barang tersebut harus halal dan dapat diperjualbelikan menurut syariah
Islam.
3. Informasi: Pembeli harus diberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai
barang yang akan dibeli, termasuk kondisi barang, harga, dan spesifikasi lainnya.
4. Tanggung Jawab: Penjual bertanggung jawab atas keabsahan dan keaslian barang
yang dijual. Jika terdapat cacat atau kerusakan pada barang, penjual harus
memberikan ganti rugi atau menggantikan barang tersebut.
5. Pembayaran: Pembeli harus membayar harga jual sesuai dengan kesepakatan yang
telah ditentukan. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau dengan cara yang
disepakati sebelumnya.
6. Kejujuran: Kedua belah pihak harus jujur dan tidak menutup-nutupi informasi yang
penting dalam transaksi. Tidak boleh ada penipuan atau manipulasi dalam akad
murabahah.
7. Ketentuan Hukum: Akad murabahah harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam
dan prinsip-prinsip syariah yang berlaku.
Penting untuk dicatat bahwa syarat-syarat ini dapat bervariasi tergantung pada interpretasi
mazhab atau lembaga keuangan yang menerapkan akad murabahah. Oleh karena itu,
sebaiknya Anda merujuk pada otoritas syariah yang kompeten atau konsultan keuangan
syariah untuk mendapatkan penjelasan yang lebih rinci dan akurat.
Syarat Murabahah
 Penjual jujur menginformasikan harga pokok suatu produk kepada pembeli.
 Kesepakatan harus saha sesuai rukun dan prinsip Islam.
 Terbebas dari unsur riba.
 Adanya transparansi penjual kepada pembeli bila suatu produk memiliki kecacatan.
 Penjual harus terus terang terkait proses perolehan dan segala urusan
mengenai produk, misalnya dibeli secara hutang.

https://www.studocu.com/id/messages/question/4315282/jelaskan-syarat-syarat-
yang-harus-dipenuhi-agar-akad-murabahah-dapat-terpenuhi-sesuai-dengan-syariah
- https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/07/12/akad-murabahah

4). Akuntansi Salam (PSAK 103) dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 103 menggantikan
pengaturan mengenai akuntansi salam dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang
dikeluarkan pada 1 Mei 2002.

-Pengakuan pada akuntansi salam, pengakuan yang dimaksud adalah pengakuan


piutang salam. Piutang salam diakui pada saat modal usaha saham dibayarkan atau
dialihkan kepada penjual maka modal saham disajikan sebagai piutang salam.

1. AKUNTANSI UNTUK PEMBELI (MISAL BANK SEBAGAI


PEMBELI)
PSAK No. 103 telah mengatur tentang pengakuan dan pengukuran salam dan salam
paralel untuk pembeli sebagai berikut:
1. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual.
2. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam
dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal
usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih
antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha
tersebut (Paragraf 11-12, PSAK 103).
Dalam hal pembeli/bank menyerahkan modal salam kepada penjual untuk
membayar pesanan secara tunai, maka bank akan mencatat:

Db Piutang salam xxx


Kr Kas xxx
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/usas/AKS/files/basic-html/page84.html -
modul eksa4101 hal 8 8.15

5). Perbedaan akad salam dan istishna yaitu akad istishna adalah akad jual beli yang
dalam prosesnya memerlukan pembuatan barang terlebih dahulu untuk memenuhi pesanan
pembeli. Sementara akad salam adalah istilah transaksi yang tidak membutuhkan proses
produksi barang dulu sebelum diserahkan

Perbedaan. Kalau dalam akad salam, barang tidak perlu dibuat atau mengalami proses
pengolahan sebelum diserahkan. Sedangkan akad istishna adalah akad untuk suatu barang
pesanan, dimana barang perlu proses pembuatan pengolahan sebelum diserahkan. Akad
salam merupakan akad lazim atau mengikat.

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/04/07/akad-salam-adalah

Anda mungkin juga menyukai