Anda di halaman 1dari 24

MODUL 4.

TAKSONOMI BANGSA/JENIS DAN TIPE TERNAK


RUMINANSIA KECIL

4.1. PENDAHULUAN.
Ternak kambing dan domba termasuk dalam kelompok hewan pemamah biak,
ordo Artiodactyla atau hewan berkuku genap, subordo Ruminantia adalah sekumpulan
hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang mencerna makanannya dalam dua tahap:
pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah
setengah dicerna dari perutnya dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini
tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik =
berperut banyak). Struktur lambung ternak ruminansia memiliki empat ruangan, yaitu:
rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Hewan pemamah biak secara teknis dalam
ilmu peternakan serta zoologi dikenal sebagai ruminansia. Hewan-hewan ini (kambing
dan domba ) mendapat keuntungan karena pencernaannya sangat efisien dalam
menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dibantu mikroorganisme di
dalam saluran pencernanya.
Topik ini bermanfaat bagi mahasiswa yakni sebagai informasi awal dalam
mempelajari mata kuliah Ilmu Ternak Potong dan Ilmu Ternak Perah dan Ilmu
Pemuliaan Ternak, setelah mempelajari modul ini mahasiswa akan dapat menjelaskan
taksonomi bangsa/jenis dan tipe ternak ruminansia kecil (kambing dan domba)
selanjutnya mahasiswa diberikan materi lanjutan berupa taksonomi bangsa / jenis ternak
yang ruminansia non-ruminansia yang didomestikasi.

4.2. PENYAJIAN.
4.2.1. Taksonomi Bangsa/Jenis dan Tipe Ternak Kambing.
Kambing sudah dibudidayakan manusia kira-kira 8000 hingga 9000 tahun yang
lalu. Di alam, kambing hidup berkelompok 5 sampai 20 ekor(1 flock ). Dalam
pengembaraannnya mencari makanan, kelompok kambing ini dipimpin oleh kambing
betina yang paling tua, sementara kambing-kambing jantan berperan menjaga keamanan
kawanan. Waktu aktif mencari makannya siang maupun malam hari. Makanan
utamanya adalah rumput-rumputan dan dedaunan.
Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing
ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara alami

1
tersebar di Asia Barat Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan Turki) dan Eropa.
Kambing liar jantan maupun betina memiliki sepasang tanduk, namun tanduk pada
kambing jantan lebih besar. Umumnya, kambing mempunyai jenggot, dahi cembung,
ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar,
tidak termasuk ekor, adalah 1,3 - 1,4m, sedangkan ekornya 12 - 15cm. Bobot yang
betina 50- 55kg, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120kg. Kambing liar tersebar
dari Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara sampai Mongolia dan
Siberia. Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu.
Kambing berkembang biak dengan melahirkan dua hingga tiga ekor anak, setelah
bunting selama 150 hingga 154 hari. Dewasa kelaminnya dicapai pada usia4 bulan.
Dalam setahun, kambing dapat beranak sampai dua kali.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Upafamili : Caprinae
Genus : Capra
Spesies : Capra aegagrus
Capra aegagrus hircus,( Linnaeus, 1758).
Hingga sekarang masih terdapat 9 spesies yakni :

a. Spanish ibex (Capra pyrenaica), Alpine ibex (Capra ibex),


b. Nubian ibex (Capra nubiana),
c. Siberian ibex (Capra sibirica),
d. Walia ibex (Capra walie),
e. West Caucasian tur (Capra caucasica),
f. East Caucasian tur (Capra cylindricornis),
g. Markhor (Capra falconeri) dan
h. Wild goat (Capra aegagrus)
 Kambing Piaraan (Capra aegagrus hircus / Capra hircus, termasuk kambing liar)

4.2.2. Tipe dan Jenis Ternak Kambing.


Ternak kambing dapat dibedakan atas 3 tipe yakni tipe potong, tipe perah dan
tipe dwiguna, tergantung pada manajemen usaha yang dilakukan.sedangkan
berdasarkan asalnya dibagi atas 2 yakni lokal dan impor.

2
4.2.2.1. Jenis-jenis Kambing Potong
a. Kambing Marica.
Terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu genotipe kambing
asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir
punah (endanger).
Ciri-cirinya : Ciri yang paling khas pada kambing
ini adalah:
a. Telinganya tegak dan relatif kecil pendek
dibanding telinga kambing kacang.
b. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah
dan agresif.
c. Karakter : Kambing Marica dapat bertahan
hidup pada musim kemarau walau hanya
Gambar 4.1. Kambing Marica memakan rumput-rumput kering di daerah
tanah berbatu-batu
b. Kambing Kacang :
Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia
dan Philipina.
Ciri-cirinya :
a. Telinga panjang (30 cm), jatuh, Jantan dan
betina bertanduk kaki panjang dengan rambut di
kaki belakang
b. Warna : belang putih hitam, putih coklat/ merah
c. Hidung melengkung, puting susu besar dan
panjang (seperti botol)
d. Potensi produksi : Penghasil daging.
Karakter : tahan terhadap berbagai kondisi dan
mampu beradaptasi dengan baik di berbagai
Gambar 4.2. Kambing Kacang
lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi
pemeliharaan yang sangat sederhana
c. Kambing Peranakkan Ettawah :
Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa
(asal India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip Ettawa tetapi lebih
kecil. Kambing PE tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah).
Peranakan yang penampilannya mirip Kacang disebut Bligon atau Jawa randu, yang
merupakan tipe pedaging.

3
Ciri-cirinya :
a. Bentuk muka cembung melengkung
dan dagu berjanggut,
b. Terdapat gelambir di bawah leher yang
tumbuh berasal dari sudut janggut,
c. Telinga panjang, lembek menggantung
dan ujungnya agak berlipat,
d. Ujung tanduk agak melengkung, tubuh
tinggi, pipih,
Gambar 4.3. Kambing Peranakan Etawah/ e. Bentuk garis punggung mengombak ke
Jawarandu/Bligon belakang,
f. Bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha,
g. Bulu paha panjang dan tebal.
h. Potensi produksi : 3l/hari
d. Kambing Gembrong
Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama
di Kabupaten Karangasem
Ciri-cirinya :
a. lebih besar dari pada kambing kacang besar
(tinggi 58-65 cm), BB 32-45 kg.
b. Berambut panjang dan halus (25 cm, khususnya
jantan),
c. jumbai di dahi kadang tutupi mata dan muka

Gambar 4.4. Kambing Gembrong

e. Kambing Kosta :
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Banten. Kambing
ini diduga terbentuk berasal dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir
(kambing impor).
Ciri-cirinya :
a. Bentuk tubuh sedang,
b. Hidung rata dan kadang ada yang melengkung,
c. Tanduk pendek, bulu pendek.
d. Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan
bagian yang belang didominasi oleh warna putih
Gambar 4.5 Kambing Kosta

4
f. Kambing Muara :
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli
Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah,
Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan prolifik. Kambing
Muara ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun
anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu tambahan
dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda
dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan.
Ciri-cirinya :
Tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu
bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan,
putih dan ada juga berwarna bulu hitam.

Gambar 4.6. Kambing Muara


g. Kambing Samosir :
Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun
temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi
Sumatera Utara. Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk upacara
persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (Parmalim)
oleh penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama putih,
maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk memelihara kambing
mereka mengutamakan yang berwarna putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan
diri dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim
kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang
topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak
dengan baik.
h. Kambing Boer
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang
terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata “Boer” artinya petani. Kambing Boer
merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia
karena pertumbuhannya cepat. Kambing ini dapat mencapai bobot pasar 35 – 45kg pada
umur lima hingga enam bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 –

5
0,04kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum
pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing potong lokal, persentase daging
pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40 – 50% dari berat
tubuhnya.
Ciri –ciri Kambing Boer :
a. Tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih,
b. Berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga
panjang menggantung,
c. Berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda
hingga coklat tua.
d. Beberapa kambing boer memiliki garis putih ke
bawah di wajahnya.
Gambar 4.7. Kambing Boer
e. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari
f. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan
sinar matahari langsung.

i. Kambing Boerawa.
Kambing Boerawa merupakan kambing hasil
persilangan antara kambing Boer jantan dengan
kambing Peranakan Etawah (PE) betina. Ternak
hasil persilangan kedua jenis kambing tadi
disebut dengan Boerawa yakni singkatan dari
kata Boer dan Peranakan Etawah. Kambing hasil
persilangan ini mulai ber kembang di Propinsi

Gambar 4.8. Kambing Boerawa Lampung khususnya

dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, walaupun upaya persilangan antara
kambing Boer dengan kambing lokal telah dilakukan dibeberapa propinsi lainnya seperti
Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.

4.2.2.2. Jenis-jenis Kambing Perah


Di beberapa negara termasuk negara-negara tropis walaupun memilki banyak
jenis kambing, tetapi masih sedikit sekali perhatian terhadap seleksi atau breeding dalam
usaha memperoleh satu performance yang baik. Beberapa bangsa kambing perah yang
sudah banyak dikenal di dunia sebagai berikut :

6
4.2.2.2.1. Bangsa-Bangsa Kambing Perah Sub-Tropis
a. Anglo Nubian
Kambing Anglo-Nubian menurut Devendra ditinjau dari penampilan dan
performancenya tampaknya merupakan persilangan antara kambing Jamnapari dari India
dan Nubian.
Ciri-ciri :
a. kambing berukuran besar, Warna bulunya
sangat bervariasi
b. mempunyai kaki yang tinggi dengan kulit yang
baik dan bulu menglcilap.
c. Mempunyai telinga panjang dan menggantung,
profil mukanya konveks (cembung) yang biasa
disebut "Roman nose".
d. bentuk kepala kambing Anglo-Nubian
Gambar 4.9. Kambing Anglo Nubian keseluruhan seperti kepala unta, dan biasanya
tidak bertanduk
e. kambing Anglo Nubian merupakan kambing dual purpose (daging dan susu)
f. kambing ini produksi susunya tidak sebaik kambing-kambing dari Swiss Anglo-
Nubian, kadar lemak susu tinggi, rata-rata 5,6%, sehingga kambing tersebut sering
disebut "Jersey cows in the Goat World".
b. Toggenburg
Kambing Teggenburg berasal dari Swiss Timur Laut, yaitu dari lembah Toggenburg
sehingga diberi nama kambing Toggenburg.
Ciri-ciri :
a. Warna bulu dibagian tubuhnya bervariasi
dari coklat muda sampai warna coklat tua /
gelap.
b. Ada beberapa warna putih yang spesifik pada
Toggenburg yaitu telinga berwarna putih
dengan spot hitam pada bagian tengahnya,
dua garis putih dari sebelah atas mata sampai
bagian mulut (muzzle}.
c. Kaki berwarna putih pada bagian dalam,
kemudian mulai dari lutut kaki depan dan
kaki belakang sampai pada bagian bawah
Gambar 4.10.Kambing Toggenburg kaki seluruhnya berwarna putih.
d. Kaki berwarna putih pada bagian dalam, dari lutut kaki depan dan kaki belakang
sampai pada bagian bawah kaki seluruhnya berwarna putih.
e. Pada bagian belakang disebelah kiri-kanan pangkal ekor terdapat wama putih
berbentuk segitiga. Juga warna putih di kedua cuping telinganya atau di areal cuping
telinga telinganya berdiri dan mengarah ke depan.
f. Kambing Dewasa jantan dan betina masing-masing mempunyai tinggi gumba dan
berat badan 33 inchi; 160 Lbs dan 27 inchi; 125 Lbs
7
g. Tidak dikehendaki adanya warna hitam atau bercak putih selain yang spesifik
tersebut. Kepala kambing Toggenburg mempunyai ukuran sedang (medium size) dan
garis profilnya sedikit konkav (cekung).
c. Saanen
Kambing Saanen asli berasal dari Swiss bagian Barat. Kambing ini di Amerika
disukai bukan karena produksi susunya tinggi, tetapi karena persistensi produksinya yang
baik.
Ciri-ciri :
a. Warna pada urnumnya putih atau sedikit cream,
tetapi warna putih yang paling disenangi.
b. Tidak boleh ada warna/bercak hitam pada
bulunya tetapi boleh ada pada kulitnya saja.
c. Konformasi tubuhnya seperti kambing
Toggenburg.
d. Garis profil mukanya lurus atau sedikit cekung,
daun telinga berdiri dan mengarah ke depan.
Gambar 4.11. Kambing Saanen. e. Produksi susu selama periode laktasi 250 hari
dapat mencapai 800 kg.
f. Ukuran tinggi gumba dan berat tubuh kambing jantan 35 inchi dan 185 lbs.,
sedangkan yang betina 30 inchi dan 135 lbs.

d. French Alpine
Kambing French Alpine berasal dari pegunungan Alpine (France), di bawa ke
Amerika Serikat, dimana kambing-kambing tersebut telah diseleksi untuk keseragaman,
ukuran dan produksinya..
Ciri-ciri :
a. Warna kambing French Alpine bermacam-
macam, putih, coklat, hitam dan kombinasi
dari macam-macam warna.
b. Baik kambing jantan maupun betina memiliki
bulu-bulu yang pendek, tetapi yang jantan
mempunyai bulu-bulu yang panjang dan kasar
pada bagian punggung.
c. Telinganya berukuran sedang, halus dan
Gambar 4.12. Kambing French
Alpine berdiri.
d. Kambing betina dewasa mempunyai ukuran tinggi gumba 29 - 36inchi dengan
berat badan 125lbs, sedangkan jantan dewasa mempunyai tinggi gumba 34 -
40inchi dengan berat badan 170 lbs.
e. Kambing betinanya merupakan excellent milker, mempunyai ambing yang besar
dan bentuknya bagus dengan puting yang ideal

8
e. Nubian
Kambing Nubian merupakan satu-satunya kambing Afrika yang khusus digunakan
sebagai kambing perah, walaupun strain yang terbaikpun tidak menunjukkan produksi
susu yang istimewa. Tetapi ambingnya dapat berkembang dengan sangat baik / ideal
sebagai ternak perah, dan kambing ini merupakan progenitor/yang memberikan darahnya
pada kambing Anglo-Nubian. Pada beberapa strain baik yang jantan maupun betina
kambing ini bertanduk tetapi ada juga strain yang tidak bertanduk
Ciri;ciri :
a. Berukuran besar, kakinya panjang
b. Daun telinga panjang dan menggantung,
c. Profil mukanya Roman nose, terutama pada
yang jantan.
d. Warna bulu pada umumnya hitam, coklat dan
bulunya panjang.
e. Produksi susu 1 - 2 kg per hari atau 120 - 140
Gambar 4. 13.Kambing Nubian kg per tahun dalam dua kali laktasi.
f. Tinggi gumba dan berat badan kambing jantan dewasa 35 inchi dan 175 Lbs
sedangkan kambing betina dewasa 30 inchi dan 135 Lbs..

g. British Alpine
Aslinya berasal dari Swiss dan pegunungan
Alpine Austria. Sebagian besar kambing asli di
Eropa adalah bangsa Alpine dan
penyebarannya ke seluruh Eropa. British
Alpine merupakan kambing yang cepat
berkembang menjadi penghasil susu yang baik.
Kambing-kambing Swiss, French dan Italian
Gambar 4. 14. Kambing British Alpine Alpine merupakan tipe-tipe kambing Alpine
dan banyak dijumpai di Eropa Tengah dan Utara, biasa dipelihara dalam jumlah yang
kecil dan ditambatkan dengan sistem feeding stall. Kambing ini mempunyai daya
aklimatisasi lebih baik dari pada kambing Saanen.

4.2.2.2.2. Bangsa-Bangsa Kambing Perah Tropis


a. Etawah / Jamunapari
Jamnapari atau Etawah mungkin merupakan kambing paling populer dan tersebar
luas sebagai kambing perah (susu) di India, Asia Tenggara dan di daerah-daerah lain.
Aslinya dari lembah sungai Chanbal, Gangga dan Jumna. Juga diketemu-kan di district
9
Etawah di Utar Pradesh, sehingga disebut juga kambing Etawah Jamunapari merupakan
kambing perah yang baik (excellent) dan juga sering digunakan sebagai penghasil daging.
Ciri-ciri :
a. Warna bulunya bervariasi dengan
warna dasar putin, coklat dan hitam.
b. Telinga menggantung dan panjangnya
kurang lebih 30 cm.
c. Ambing biasanya berkembang baik.
d. Berat badan yang jantan 68-91 kg,
sedang yang betina 36 - 63 kg.
e. Tinggi gumba kambing jantan 91 - 127
Gambar 4.15. Kambing Ettawah/Jamunapari
cm dan yang betina 76 -92 cm.
f. Produksi susu dapat mencapai 235 kg dalam periode laktasi 261 hari. Di India
produksi susu dapat mencapai 3,8 kg per hari, dan produksi susu tertinggi tercatat
562 kg.
g. Kadar lemak agak tinggi dengan rata-rata 5,2 %.
h. Karkas kambing jantan dan betina umur 12 bulan dapat mencapai 44 - 45 % berat
hidup.

b. Damaskus
Dari berbagai kambing perah di Timur Tengah mungkin yang paling penting
adalah kambing Damaskus dan sudah merupakan kambing yang banyak dipelihara di
Libanon, Syria, Cyprus.
Ciri-ciri :
a. Jantan maupun betina tidak bertanduk,
b. Warna pada umumnya merah atau merah dan
putih,
c. Profil muka konveks,
d. Daun telinga panjang dan menggantung.
e. Produksi susu 3-4 liter per hari dapat mencapai
6 liter, dengan jumlah produksi 300 - 600 liter
Gambar 4.16. Kambing Damaskus dalam 8 bulan.
f. Tinggi gumba 70 - 75 cm dan berat badan antara
40 -60 kg.
c. Beetal
Beetal adalah bangsa kambing yang juga penting di India dan Pakistan. Kambing
ini ditemui di beberapa distrik di Punyab India, Rawalpindi dan Lahore di Pakistan Barat.
Sepintas kambing ini seperti Jamunapari, antara lain profil mukanya Roman nose, telinga
panjang tetapi jauh lebih kecil dibanding telinga kambing Etawah. Tampaknya memang
seperti ada darah Etawahnya.
10
Ciri-ciri :
a. berwarna merah coklat dengan bercak / belang-
belang putih.
b. Tinggi gumba jantan dan betina adalah 89 dan 84
cm kambing betina dewasa mencapai berat hidup
kira-kira 45 kg.
c. Rata-rata selama laktasi kambing ini dapat
menghasilkan susu 195 kg susu dalam waktu 224
hari, dan beranak rata-rata seta-bun sekali dengan
Gambar 4.17. Kambing Beetal
rata-rata anaknya tunggal atau twin (kembar dua).
d. Barbari
Kambing ini lebih kecil dibanding Jamunapari dan Beetal. Diketemukan di India
bagian Utara dan Pakistan Barat. Di India bangsa kambing ini dikembangkan karena
produksi susunya walaupun tubuhnya relatif kecil sedangkan produksinya cukup banyak
menyebabkan ternak ini dipandang sebagai produsen susu yang ekonomis.
Ciri-ciri :
a. bulu-pendek, berwarna putih dengan bercak-bercak
coklat.
b. Tinggi gumba kambing jantan antara 66 - 76 cm
dan betina 60-71 cm.
c. betina dewasa berat nya antara 27 - 36 kg.
d. produksi susu selama dalam periode laktasi 235
hari mencapai 144 kg..
Gambat 4. 18. Kambing Barbari

4.2.3. Taksonomi Bangsa/Jenis dan Tipe Ternak Domba.


Informasi mengenai asal usul seleksi dan domestikasi domba hanya sedikit yang
diketahui dan dianggap keturunan dari beberapa jenis domba liar,diduga merupakan
pembentuk genetik domba-domba sekarang, diantaranya adalah :
a. Domesticated sheep : Ovis aries : meneyebar diseluruh dunia
b. Bighorn sheep : Ovis canadensis terdapat di bagian Barat Amerika Utara.
c. Dall sheep : Ovis dalli terdapat dibagian Utara Canada dan Alaska
d. Mouflon : Ovis musimon terdapat di Mediterannia
e. Asian mouflon : Ovis orientalis terdapat dibagian Barat Asia
f. Urial : Ovis vignei terdapat di Afghanistan dan Pakistan
g. Argali : Ovis ammon terdapat di bagian Timur Asia
Sejalan dengan berkembang peradaban manusia, muncul jenis dan bangsa
bangsa domba baru sebagai penghasil wool yang berkualitas, produksi daging, maupun
kulit, tentu saja dengan mengorbankan beberapa sifat yang lain. Keragaman wilayah
menyebabkan begitu banyak bangsa domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat
11
ini terdapat 244 bangsa yang telah diidentifikasi dengan cukup baik, sehingga dari
performa fisik dapat dibedakan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya.
Klasifikasi bangsa domba berdasarkan sifat-sifat fenotip secara alami sukar
dibedakan apakah domba tipe bulu atau tipe wool, demikian pula tidak ada perbedaan
anatomi yang jelas antara domba ekor gemuk dengan domba ekor tipis, untuk itu
klasifkasi yang umum adalah berdasarkan pada jenis wool yang dihasilkan. Faktor-
faktor lain seperti jenis daging, bentuk ekor, warna, ada tidaknya tanduk serta
karakteristik kemampuan adaptasinya diperhatikan pada tiap-tiap bangsa. Setiap bangsa
domba memiliki beberapa karakteristik berbeda, tetapi secara zoologis klasifikasinya
sebagai berikut :
Klasifikasi Ilmiah
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Sub Ordo : Ruminansia
Family : Bovidae
Sub Family : Caprinae
Genus : Ovis
Nama binomial: Ovis aries (Linnaeus, 1758).

4.2.3.1. Tipe dan jenis ternak Domba


Secara komersil ternak domba terbagi atas empat tipe yaitu: tipe daging/meat
type, tipe wool/wool type, tipe perah/dairy tipe dan tipe serbaguna/multipurpose type.
Kebanyakkan domba dikelompokkan atas tipe dwiguna ( dual purpose/ daging dan
susu), sedikit triple purpose (daging, susu dan wool). Pada usaha yang bersifat komersil,
ternak domba dikembangkan hanya untuk menghasilkan satu jenis produk saja.

4.2.3.1.1. Domba Lokal


Di Indonesia, jenis domba tersebut dibedakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Domba Ekor Tipis /DET/ Javanese thin tailed
Domba ekor tipis dikenal sebagai domba asli Indonesia dan sering disebut
Domba Gembel, dalam Bahasa Inggris disebut Javanesse Thin-Tailed sheep. Pada
awalnya domba ini berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, namun saat ini
sudah berkembang di seluruh pulau Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.

12
Ciri-ciri :
a. Termasuk golongan domba ber-perawakan
kecil, dengan berat badan domba jantan 30-40
kg dan domba betina 15-20 kg.
b. Bulu wolnya gembel berwarna putih dominan
dengan warna hitam di sekeliling mata,
hidung, dan beberapa bagian tubuh lain.
c. Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi
lemak.
Gambar 4.19. Domba Ekor Tipis d. Telinga umumnya medium sampai kecil dan
sebagian berposisi menggantung
e. Domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina umumnya tidak
bertanduk. Keunggulan domba ekor tipis ini adalah bersifat prolific (dapat
melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah berkembang biak dan
tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu beradaptasi pada daerah tropis dan
makanan yang buruk

b. Domba Ekor Gemuk/ (Javanese fat tailed)


Domba ekor gemuk berkembang di Jawa Timur, Madura, Sulawesi, dan Nusa
Tenggara. Domba ini beradaptasi dan tumbuh lebih baik di daerah beriklim kering.
Bentuk badannya sedikit lebih besar daripada domba lokal lainnya.
Ciri- ciri :
a. Bentuk badannya sedikit lebih besar daripada
domba lokal lainnya.
b. Berat domba jantan mencapai 40-60kg,
sedangkan domba betina 25-50kg.
c. Tinggi pada jantan dewasa 52 – 65cm,
sedangkan pada betina dewasa 47 – 60cm.
d. Warna bulu wolnya putih dan kasar.
e. Umumnya domba jantan tidak bertanduk dan
hanya sedikit yang mempunyai tanduk kecil,
Gambar 4.20. Domba Ekor Gemuk
sedangkan yang betina tidak bertanduk
f. Ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan
timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil karena tidak terjadi penimbunan
lemak. Cadangan lemak di bagian ekor berfungsi sebagai sumber energi pada musim
paceklik.
g. Dada terlihat serasi dan kuat seperti bentuk perahu, ke empat kakinya kalau jalan
agak lamban karena menanggung berat badan dan ekornya yang gemuk.
Karakteristik domba ini yaitu ekornya panjang, lebar, dan mampu menimbun lemak
yang banyak sehingga ekornya menjadi sangat besar. Namun, bagian ujung ekornya
mengecil karena di bagian ini tidak terjadi penimbunan lemak. Keunggulan Domba
Domba ekor gemuk ini adalah tahan terhadap panas dan kering.

13
c. Domba Garut
Domba Garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba lokal (asli
Indonesia), Domba Cape/Capstaad (Domba Ekor Gemuk atau Kibas) dari Afrika
Selatan dan Domba Merino dari Asia Kecil. Yang dibentuk kira-kira pada pertengahan
abad ke 19 (±1854). Sekitar 70 tahun kemudian yaitu tahun 1926 Domba Garut telah
menunjukan suatu keseragaman, misalnya bentuk tanduk yang besar melingkar
diturunkan dari Domba Merino. .
Ciri-ciri :
a. Bertubuh besar dan lebar, lehernya kuat, dahi
konveks.
b. Domba priangan jantan memiliki tanduk besar
dan kuat, melengkung ke belakang berbentuk
spiral, dan pangkal tanduk kanan dan kiri
hampir menyatu.
c. Sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk,
Gambar 4.21. Domba Garut
panjang telinga sedang, dan terletak di belakang
tanduk.
d. Domba jantan mempunyai berat 40-80 kg, sedangkan betina 30-40 kg.
e. Kadang-kadang dijumpai adanya domba tanpa daun telinga.
Keunggulan domba priangan ini adalah kulitnya merupakan salah satu kulit dengan
kualitas terbaik di dunia, selain itu dengan leher yang kokoh dan tubuh yang besar,
kuat, domba ini sesuai untuk domba aduan. Keunggulan lainnya adalah penghasil
daging yang sangat baik dan mudah dipelihara.

d. Domba Texel Wonosobo (Dombos)


Domba Texel atau juga dikenal dengan nama Dombos yang artinya Domba
Texel Wonosobo. Pada tahun 1954/1955 pemerintah mendatangkan 500 ekor Domba
Texel dari Belanda dan dialokasikan ke beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah (Baturaden Banyumas dan Tawangmangu Solo) dan Jawa Timur, tetapi daerah
tersebut tidak mampu mengembangkannya. Akhirnya tahun 1957, dipindahkan ke
Wonosobo. Ternyata penduduk Wonosobo mampu mengembangkan Domba Texel
tersebut, akhir tahun 2006 populasi mencapai 8.753 ekor.
Domba Texel mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dari domba jenis lain
yaitu :

14
mempunyai bulu wol yang keriting halus
berbentuk spiral berwarna putih yang
menyelimuti bagian tubuh-nya kecuali perut
bagian bawah, ke-empat kaki dan kepala. Postur
tubuh tinggi besar dan panjang dengan leher
panjang dan ekor kecil. Domba Texel tergolong
ternak unggulan yang berpotensi sebagai
penghasil daging. Bobot badan dewasa jantan
Gambar 4.22. Domba Texel Wonosobo
(Dombos) dapat mencapai 100 kg dan yang betina 80kg
dengan karkas sekitar 55%.

Dalam penggemukkan secara intensif dapat menghasilkan pertambahan berat


badan 265 – 285g/hari. Masyarakat Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah telah
banyak merintis usaha penggemukan intensif terhadap Domba Persilangan Texel
dengan Domba Lokal, yang menghasilkan keuntungan memadai. Di samping itu Domba
Texel dapat menghasilkan bulu wool berkualitas sebanyak 1000g/ekor/tahun, yang
dapat diolah sebagai komuditas yang mempunyai nilai tambah. Di pedesaan Wonosobo
yang potensial Domba texel telah dirintis industri rumah tangga yang mengolah bulu
wool Domba Texel.
Domba Texel tergolong ternak yang cepat berkembang biak, dapat beranak
pertama kali pada umur 15 bulan dan selanjutnya dapat melahirkan setiap delapan
bulan. Anak pertama cenderung tunggal dan anak berikutnya kadang-kadang kembar
dua. Domba Texel mempunyai karakter genetik yang cenderung dominan. Di
Kabupaten Wonosobo, Domba Texel telah banyak memberi kontribusi genetik terhadap
domba-domba lokal melalui proses kawin silang, menghasilkan domba domba
persilangan yang potensial sebagai penghasil daging.
Kendala pengembangan Domba Texel justru karena tingginya permintaan dari
luar daerah yang disinyalir untuk di ekspor ke Malaysia. Hal ini sebenarnya meningkat-
kan pamor dan nilai harga Domba Texel itu sendiri, sehingga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat peternak dan pedagang Domba Texel. Namun di sisi lain, bila
pengeluaran ke luar daerah tak dikendalikan, bisa mengancam terjadinya pengurasan
ternak. Kendala lain, perkembangbiakan Domba Texel masih tergantung pada kawin
alam, berhubung belum terdapatnya Produsen Frozen semen Domba Texel.

15
Pemerintah telah berupaya melestarikan Domba Texel melalui Program Village
Breeding Centre (VBC) Domba Texel yang meliputi kegiatan pendataan, droping
Domba Texel Gaduhan Pemerintah, sosialisasi dan promosi pelestarian maupun teknik
budidaya serta pelatihan pengolahan bulu, kulit dan daging Domba Texel.

e. Domba Batur Banjarnegara (Domas)


Domba Batur (atau Domas) sebenarnya merupakan domba hasil persilangan dari
domba lokal yaitu domba Ekor Tipis (Gembel), domba Suffolk dan domba Texel. Pada
1984, kelompok tani ternak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah, berusaha menyilangkan domba bantuan presiden dengan domba lokal.
Persilangan domba asal Tapos dan domba lokal menghasilkan keturunan yang oleh
warga dinamai domba Batur atau Domas.
Pada awalnya berkembang di daerah Banjarnegara dan menjadi ikon
Banjarnegara, dan sejak tahun 2009 mulai berkembang di beberapa daerah Jawa dan
Sumatera. Domba batur jantan maupun betina adalah tipe domba potong yang
merupakan penghasil daging yang baik.
Ciri-ciri Domba Batur :
a. Tubuhnya besar dan panjang.
b. Kaki cenderung pendek dan kuat.
c. Domba jantan maupun betinanya tidak
memiliki tanduk.
d. Kulitnya relatif lebih tipis dibandingkan
domba garut, kibas, atau gembel, namun
bulunya tebal.
Gambar 4.23. Domba Batur e. Warna bulu dominan putih dan menutupi
seluruh tubuhnya hingga bagian muka
domba.
f. Keunggulan utama domba Batur ini adalah berat badannya. Untuk domba jantan
dewasa berkisar antara 90-140 kg dan domba betina 60-80kg, serta tinggi badan
domba jantan dapat mencapai 75cm dan tinggi domba betina 60cm.
Domba Batur ini memang istimewa montok/gemuk, pada umur dua tahun
domba jantan umumnya sudah bisa mencapai bobot 100kg dan betina 80kg. Bahkan,
domba jantan yang bagus dapat mencapai bobot 140kg. Domba dengan bobot seperti ini
biasanya dijadikan pejantan. Proporsi dagingnya (bukan karkas yang masih bertulang)
juga tinggi. Dagingnya lebih empuk dan lemaknya lebih tinggi. Untuk sate lebih bagus.
Domba Batur mulai dapat dikawinkan pada umur 8 bulan saat si betina mencapai bobot

16
50—60 kg. Satu ekor pejantan mampu mengawini 10 ekor betina. Betina bunting
selama lima bulan dan rata-rata jumlah anaknya 1,5 ekor per kelahiran.

4.2.3.1.2. Domba Impor.


Bangsa-bangsa domba impor yang perlu diketahui sebagai berikut :
a. Black Belly Barbados (Kep.Barbados)
Ciri-ciri
a. Coklat tua sampai hitam.
b. Jantan bertanduk, betina tidak bertanduk. Ekor
gemuk.
c. Berat Jantan = 50 – 70kg, betina = 32 – 42kg.
d. Tahan terhadap parasit internal.
e. Prolifikasi tinggi (180 %).

Gambar 4.24. Domba Black Belly Barbados

b. Hampshire(Inggris).
Domba Hampshire dikembangkan di daerah Hampshire, Inggris, pada abad ke-
19 melalui persilangan antara domba Southdown jantan dengan domba betina keturunan
Wiltshire Horn dan Berkshire Knot.
Ciri-ciri:
a. Wajah berwarna gelap
b. Bulu panjang dan tebal berwarna coklat.
c. Telinga agak melengkung.
d. Kaki berwarna hitam dan tidak ditutupi wol
e. Telinga dan hidung hitam
f. Tidak bertanduk, bobot jantan 120kg dan betina
Gambar 4.25. Domba Hampshire 90kg
g. Dapat beradaptasi dengan baik di padang rumput
yang kurang baik
c.. Corriedale (New Zealand)
Ciri-ciri :
a. Warna putih, tidak bertanduk;
b. Jantan = 79 – 125kg; Betina = 59 – 81kg; tipe
dwiguna (wool dan daging yang sangat baik).
c. Persilangan dari jantan Lincoln dan induk
Merino.
d. Cepat dewasa kelamin.
Gambar 4.26. Domba Corriedale

17
d. Cheviot (Skotlandia)
Ciri-ciri
a. Coklat tua sampai hitam. Jantan bertanduk, betina
tidak bertanduk. Ekor gemuk.
b. Bobot jantan = 50 – 70kg, Betina = 32 – 42kg
c. Tahan terhadap parasit internal.
Gambar 4.27. Domba Cheviot d. Prolifikasi tinggi (180 %).

e. Dorset (Somerset, Wiltshire)


Ciri-ciri :
a. Muka putih. Bertanduk dan sebagian tidak
bertanduk,
b. Jantan = 90 – 120kg,Betina = 70 – 90kg, Sangat
subur dengan produksi susu yang baik.
c. Dapat berkembang biak di luar musimnya.
Gambar 4.28. Domba Dorset

f. Oxford (Oxford)
Ciri-ciri :
a. Warna bervariasi, tidak bertanduk
b. Jantan = 90 – 135kg; betina = 68 – 90kg;
c. Merupakan tipe pedaging yang sangat besar,
daging dan anak yang dihasilkan baik.
d. Mudah adaptasi di daerah dengan kondisi
sumber makanan yang baik.

Gambar 4.29. Domba Oxford

g. Romney (Kent-Inggris)
Ciri-ciri :
a. Warna putih, di bawah lutut terdapat sedikit atau
bahkan tidak terdapat wool. Tidak bertanduk;
b. Jantan = 102-124kg; Betina = 68 – 90kg;
c. Pertumbuhannya cepat.
d. Kualitas karkas tinggi.
e. Produksi susu Tinggi
Gambar 4.30. Domba Kent

18
h. Domba Portland
Domba Portland berasal dari Inggris dan merupakan salah satu breed Dorset.
Bertubuh kecil dan dipenuhi oleh wool kecuali
pada bagian wajah dan kaki bagian bawah yang
berwana kecoklatan. Domba yang baru lahir
berwarna dan berwarna agak keputih-putihan atau
abu-abu selama beberapa awal bulan kehidupan.
Tanduk muncul setelah dewasa dan berbentuk
spiral.
Gambar 4.31 Domba Portland
i. Domba Polwarth
Domba Polwarth merupakan tipe dual-purpose,
dikembangkan di Victoria, Australia sejak tahun
1880. Merupakan persilangan antara Merino (75%)
dan Lincoln (25%).
Domba Polwarth memiliki tubuh yang besar, tegap,
pemeliharaannya mudah dan memiliki produktivitas
wool yang tinggi dengan serat bulu berdiameter
Gambar 4.32. Domba Polwarth
antara 22-25 mikron.

j. Domba Norwegia (Villsau)


Domba Norwegia merupakan domba primitif yang
hidup di daerah Norwegia dan Skandinavia
Memiliki muka yang kecil dengan kaki yang
bagus dan bulu yang berwarna hampir putih

. sampai keabu-abuan, cokelat gelap dan hitam.


Gambar 4.33. Domba Norwegia Berat jantan dewasa sekitar 43kg , betinanya 32kg.

l. Domba Rambouillet
Domba Rambouillet berasal dari Prancis disebut
juga Merino Prancis. Domba Rambouillet
merupakan tipe dwiguna.
Ciri-ciri Domba Rambouillet :
a. Badan besar, dalam, lebar dan padat dengan
tulang-tulang yang kuat.
b. Kepala tegak.
Gambar 4.34. Domba Rambouillet c. Domba jantan bertanduk besar sedangkan
betina tidak bertanduk.

19
m. Southdown (Inggris Tenggara).
Ciri-ciri :
a. Tubuh kecil, lebar dan dalam, bentuk bulat, daging
padat dan kaki pendek.
b. Garis punggung lurus, leher pendek dan tebal.
c. Telinga pendek dengan ujung bulat dan tidak
bertanduk.
d. Mukanya hitam, hidung putih atau merah
cerah,.bulu menutupi seluruh tubuh dari ujung
hidung sampai kaki pada bagian kukunya.
Gambar 4.35 Domba Southdown
e. Tidak bertanduk;
e. Berat Jantan = 86 – 104kg,Betina = 59 – 81kg;
d. Konformasi dan kualitasnya sangat baik. Sangat
unggul sebagai domba tipe pedaging.

n. Domba Merino
Domba berasal dari Spanyol. Merupakan domba penghasil wool yang sangat baik.
Mempunyai 3 tipe yaitu : tipe A bulunya sangat keriting, tipe B bulunya tidak terlalu
keriting, tipe C bulunya tidak keriting yang sering disebut Delaine Merino.
Memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a) Berbulu tebal, panjang bulu mencapai 10 cm.
b) Badan tertutupi oleh wol yang tebal dan
persebaran bulunya merata.
c) Jantan bertanduk besar melingkar, tetapi tidak
mempunyai naluri untuk beradu atau berkelahi
dengan jantan lain
d) Domba jantan bertanduk besar dan membelit,
Gambar 4.36. Domba Merino tetapi domba betina tidak bertanduk.
e) Tubuh mempunyai ukuran yang besar, jantan
mencapai bobot 70 kg dan betina 45 kg.
Strain domba Merino lainnya sebagai berikut :
a. Booroola Merino
b. Delaine Merino
c. Fonthill Merino
d. German Mutton Merino
e. Medium-Wool Merino
f. Merinolandschaf
g. Poll Merino
h. South African Merino
i. South African Mutton Merino
j. Strong Wool Merino

20
4.3. PENUTUP.
4.3.1. Ringkasan.
Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing
ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara alami
tersebar di Asia Barat Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan Turki) dan Eropa.
Kambing liar jantan maupun betina memiliki sepasang tanduk, namun tanduk pada
kambing jantan lebih besar, hingga sekarang masih terdapat 9 spesies
Sejalan dengan berkembang peradaban manusia, muncul jenis dan bangsa
bangsa domba baru sebagai penghasil wool yang berkualitas, produksi daging, maupun
kulit, tentu saja dengan mengorbankan beberapa sifat yang lain. Keragaman wilayah
menyebabkan keragaman bangsa domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini
terdapat 244 bangsa domba yang telah diidentifikasi dengan cukup baik, dan dari
performa fisik dapat dibedakan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Secara
komersil ternak domba terbagi atas empat tipe yaitu: tipe daging/meat type, tipe
wool/wool type, tipe perah/dairy tipe dan tipe serbaguna/ multipurpose type.
Kebanyakkan domba dikelompokkan atas tipe dwiguna ( dual purpose/ daging dan
susu), sedikit tipe triguna/triple purpose (daging, susu dan wool). Pada usaha yang
bersifat komersil, ternak domba dikembangkan hanya untuk menghasilkan satu jenis
produk saja.

4.3.2. Evaluasi.
4.3.2.1. Soal Latihan.
1. Jelaskan asal usul ternak Kambing serta sebutkan tipe dan 5 jenisnya?.
2. Jelaskan asal usul ternak Domba serta sebutkan tipe dan 5 jenisnya ?.
3.
4.3.2.2. Test Formatif
1. Struktur lambung ternak ruminansia memiliki empat ruangan, yaitu:
a. humen, retikulum, omasum dan abomasum
b. lumen, retikulum, omasum dan abomasum
c. frumen, retikulum, omasum dan abomasum
d. rumen, retikulum, omasum dan abomasum

2. Hewan pemamah biak secara teknis dalam ilmu peternakan serta zoologi dikenal
sebagai ruminansia. Hewan-hewan ini mendapat keuntungan karena pencernaannya
sangat efisien dalam menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan yang
dibantu oleh adanya :
a) organisme di dalam saluran pencernanya.
b) mikroorganisme di dalam saluran pencernanya.

21
c) Zat asam di dalam saluran pencernanya.
d) Zat kimia dan fisika di dalam saluran pencernanya.

3. Kambing piaraan (Domestic goat)/termasuk kambing liar (Capra aegagrus hircus,


sering juga disebut dengan :
a) Capra hircus c).Capra falconeri
b) Capra aegagrus d). Capra ibex

4. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat
sengatan sinar matahari langsung merupakan salah satu kelebihanjenis :
a) Kambing Boer d). Kambing Etawwa
b) Kambing Boerawa c) Kambing Kacang

5. Ukuran tinggi gumba dan berat tubuh kambing jantan 35 inchi dan 185 Lbs,
sedangkan yang betina 30 inchi dan 135 Lbs., merupakan ciri-ciri dari kambing :
a). Kambing Ettawah c). Kambing Nubian
b). Kambing Saanen d). Kambing French Alpine.

6. Warna bulunya bervariasi dengan warna dasar putih, coklat dan hitam. Telinga
menggantung dan panjangnya ± 30 cm,. Karkas kambing jantan dan betina umur 12
bulan dapat mencapai 44 - 45 % berat hidup., merupakan data dari ternak :
a). Kambing Ettawah b). Kambing Togenberg
c). Kambing Betal d). Kambing Nubian

7. Domba Awassi berasal dari Israel, penyebaran ternak ini selain di Israel sampai ke
Libanon dan Yordania (Asia Baratdaya), domba Israeli Improved Awassi dapat
memproduksi susu sampai :
a). 1.000- 1.200 kg per tahun. c). 1000 - 1300 kg pertahun
b). 1200 – 1500 kg per tahun d). 900 – 1400 kg pertahun

8. Kambing ini adalah kambing ras unggul yang pertama kali dikembangkan di
Indonesia. Badan kambing ini kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter
hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. , jantan memiliki dua
tanduk yang pendek., adalah ciri kambing :
a). Kambing Ettawah. c). Kambing Kosta
b). Kambing Gembrong d). Kambing Kacang

9. Ciri-ciri Domba Batur :


a. Tubuhnya besar dan panjang.
b. Kaki cenderung pendek dan kuat.
c. Domba jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk.
d. A, b dan c benar

10. Domba ini mempunyai bulu wol yang keriting halus berbentuk spiral berwarna
putih menyelimuti tubuhnya kecuali perut bagian bawah, ke-empat kaki dan kepala.
Postur tubuh tinggi besar dan panjang dengan leher panjang dan ekor kecil,
merupaka ciri khas dari ternak :
a) Domba Texel/Dombos c) domba Merrino
b) Domba Dorset d). domba Garut

22
4.3.2.3. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Pada saat mengerjakan latihan soal-soal terformatif usahakan mahasiswa
mengerjakan tanpa melihat buku acuan ataupun bahan ajar. Hal ini sangat penting untuk
mengetahui pemahaman mahasiswa pada topik yang diberikan tersebut. Apabila
mahasiswa tidak dapat menjawab lebih dari 50% soal-soal tersebut sebaiknya
mahasiswa mengulang belajar lagi dan mahasiswa tidak melanjutkan pada topik
pembelajaran pada minggu berikutnya. Demikian seterusnya hingga mahasiswa dapat
menjawab lebih dari 75% dari latihan soal-soal tersebut. Apabila mahasiswa, dapat
menjawab pertanyaan soal-soal tersebut diatas dengan bahan-bahan penunjang lainnya
di luar yang diberikan dalam kuliah ataupun bahan ajar maka mahasiswa akan
mendapatkan nilai bonus.
Mahasiswa diperkenan untuk mempelajari topik pembelajaran berikutnya
apabila sudah menguasai minimal 75% topik pembelajaran ini. Mahasiswa juga
diperbolehkan membaca informasi yang berkaitan dengan topik ini lewat internet untuk
kemudian kita bahas bersama-sama pada saat diskusi di kelas. Apabila mahasiswa
menginginkan informasi yang lebih mendetail tentang kajian yang lebih baru
mahasiswa dipersilahkan membaca dari berbagai jurnal.

4. 3.2.4. Kunci Test Formatif.


1. D 2. B 3. A 4. A 5. B
6. A 7. A 8. D 9. D 10. A

4.3. DAFTAR PUSTAKA.

Blakely, J. 1998,. Pengantar Peternakan Di daerah Tropis. UGM Pess


Blakely, J. dan Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Yogyakarta: UGM Press.
Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Carles, A.B. 1987. Sheep Production in the Tropics. ELBS Ed. New Delhi.
Charray, J., J.M. Humbert, and J. Levif. 1992. Manual of Sheep Production in the
Humid Tropics of Afrika.
Church, D.C. 1991. Livestock feeds and feeding. 3 ed. New Jersey, Prentice-Hall, Inc.:
278-279.
Croston D. and G. Pollot 1994. Planned Sheep Production.
Devendra, C. and G.B. McLeroy. 1982. Goat and Sheep Production in the Tropics. 1st
Pub. Longman Group Ltd. London and New York.
Edey, T.N. 1983. A Course Manual in Tropical Sheep and Goat Production. AUIDP.
Australian Vice-chancellors Committee. Melbourne.
Gatenby, R.M. 1995. SHEEP, The Tropical Agriculturalist. Edinburg.

23
Haresign, W. 1983. Sheep Production. Univ. of Nottingham School of Agriculture.
Butterworth. London.
Heriyadi, D. 1990. Penanganan Ternak Domba. Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Bandung.
http://andiwawan-tonra.blogspot.com/2008/09/ternak-ruminansia-denganfungsinya.html
http://biol.org/Mammals.htm
http://dompi.co.id/_dompi.php?_i=jenis-domba
http://ekabees.wordpress.com/2010/11/28/sapi-perah/
http://en.wikipedia.org/wiki/Capra_(genus)
http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan_pemamah_biak
http://id.wikipedia.org/wiki/IUCN
http://www.ansi.okstate.edu/breeds/sheep/
http://www.ebookllbs.com/word-documents/kambing_perah.html
http://www.sheep101.info/sheepbreedsa-z.html
http://www.sheep101.info/sheeptypes.html
http://www.smallstock.info/breeds/sheep01.htm
Johnston, R.G. 1983. Introduction to Sheep Farming. Granada Publishing Ltd. London.
Spedding, CRW. 1970. Sheep Production and Grazing Management. 2nd. Ed.
Bailliere, Tindall and Cassell. London.
Speedy, A.W. 1993. Sheep Production Science in to Practice. Longman Handbooks in
Agriculture. Longman. London and New York
.Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1994. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Gadjah Mada University Press, Yoyakarta (Diterjemahkan oleh SGN Djiwa
Darmadja).

24

Anda mungkin juga menyukai