Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH RANCANGAN OBAT

Antagonis Pada Fase Farmakodinamik


Hubungan Struktur Kimia Senyawa Antagonis

Dosen pengampu : Ibu Ayu Agustin, M. Si,.

Di Susun Oleh :

Ahmad Hinsa R (21103102)


Bima Dafa K (21103111)
Istikomah (21103122)
Mutmainah (21103128)
Pingky Lailatus S (21103131)
Pramudita Ayu P (21103132)
Regita Anggi O (21103135)
Regita Putri C (21103136)
Tsamarotu Qolbi I (21103143)
Lerisa Mayang A (21103145)
Ayu Diah W (21103148)

Program Studi Farmasi


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
Tahun Akademik 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah kasus farmakoterapi. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Ibu Ayu Agustin, M. Si. Pada mata kuliah Rancangan Obat Program Studi S1
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi. Selain itu, penulis juga
berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ayu Agustin, M. Si selaku dosen


mata kuliah Rancangan Obat dan penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1.................................................................................................Latar Belakang
................................................................................................
1.2.................................................................................................Rumusan
Masalah...................................................................................
1.3.................................................................................................Tujuan.......

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Antagonisme.............................................................


2.2 Jenis-jenis Antagonis..............................................................
2.3 Mekanisme Antagonis............................................................
2.4 Pengertian Farmakodinamika.................................................
2.5 Interaksi Farmakodinamika....................................................
2.6 Sinergisme.............................................................................
2.7 Mekanisme Sinergisme...........................................................
2.8 Hubungan Struktur kimia senyawa Antagonis.......................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................
3.2 Saran......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Antagonisme


Antagonisme adalah suatu keadaan Ketika efek dari suatu obat menjadi
berkurang atau hilang sama sekali yang disebabkan oleh keberadaan suatu obat
lainnya. Antagonis berikatan pada reseptor namun tidak mengaktivasinya dan
antagonis tidak menginduksi perubahan konformasional sehingga tidak memiliki
efikasi. Namun, karena antagonis menduduki reseptor, senyawa ini dapat
mencegah ikatan reseptor pada agonis sehingga menghambat kerja agonis.
Ada 2 tipe antagonis, yaitu :
1. Mekanisme Antagonis Kompetitif
Dalam hal ini, antagonis mengikat reseptor ditempat ikatan agonis (reseptor
site atau active site) secara reversible sehingga dapat digeser oleh agonis kadar
tinggi. Dengan demikian hambatan efek agonis dapat diatasi dengan
meningkatkan kadar agonis sampai akhirnya dicapai efek maksimal yang sama.
Jadi, diperlukan kadar agonis yang lebih tinggi untuk memperoleh efek yang
sama. Ini berarti afinitas agonis terhadap reseptornya menurun. Contoh antagonis
kompetitif adalah Beta bloker dan antihistamin.
Kadang-kadang suatu antagonis mengikat reseptor di temat lain dari reseptor
site agonis dan menyebabkan perubahan konformasi reseptor sedemikian sehingga
afinitas terhadap agonisnya menurun. Jika penurunan afinitas agonis ini dapat
diatasi dengan meningkatkan dosis agonis, maka keadaan ini tidak disebut
antagonisme kompetitif, tetapi disebut kooperativitas negative.
2. Antagonism Non-Kompetatif
Antagonis ini adalah suatu keadaan ketika obat antagonis memblokade
suatu tempat tertentu dari rangkaian kejadian yang diperlukan untuk
menghasilkan respon suatu agonis. (departemen farmakologi, 2008). Hambatan
efek agonis oleh antagonis non kompetitif tidak dapat diatasi dengan
meningkatkan kadar agonis. Akibatnya, efek maksimal yang dicapai akan
berkurang, tetapi afinitas agonis terhadap reseptornya tidak berubah.

2.2. Jenis-jenis Antagonis


Antagonisme Farmakodinamik
2 jenis antagonisme :
1. Antagonisme fisiologik
Terjadi pada organ yang sama, tetapi ada system reseptor yang berlainan.
Misal : efek bronkokonstriksi histamine dapat dilawan dengan adrenalin yang
bekerja pada adrenoreseptor beta.
2. Antagonisme pada reseptor
Terjadi melalui system reseptor yang sama. Antagonis mengikat reseptor
ditempat ikatan agonis sehingga terjadi antagonisme antara agonis dengan
antagonisnya.
Misalnya : efek histamin yang dilepaskan dalam reaksi alergi dapat dicegah
dengan pemberian antihistamin yang menduduki reseptor yang sama.
2.3. Mekanisme Antagonis
Menurut mekanisme terjadinya, antagonis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Antagonis kimiawi
Antagonisme yang terjadi pada 2 senyawa yang mengalami reaksi kimia pada
suatu larutan atau media sehingga mengakibatkan efek obat berkurang.
Contohmya, tetrasiklin mengikat secara kelat logam-logam bervalensi 2 dan 3
(Ca, Mg, Al) sehingga efek obat berkurang.
b) Antagonisme farmakokinetik
Antagonisme ini terjadi jika suatu senyawa secara efektif menurunkan
konsentrasi obat dalam bentuk aktifnya pada sisi aktif reseptor. Contohnya,
fenobarbital bekerja dengan induksi enzim pemetabolisme warfarin sehingga
konsentrasi warfarin berkurang yang mengakibatkan efek berkurang.
c) Antagonism non-kompetitif
Agonis dan antagonis berikatan ada waktu yang bersamaan, pada daerah selain
reseptor. Contohnya, aksi papaverin terhadap histamin ada reseptor histamine-
1 otot polos trakea.
2.4. Pengertian Farmakodinamik
Dalam farmakologi mencakup informasi mengenai pengaruh obat terhadap
sistem biologi (tubuh), dan sebaliknya pengaruh tubuh terhadap obat. Ilmu yang
mengkaji pengaruh obat terhadap tubuh dinamakan farmakodinamika. Definisi
lain, farmakodinamika adalah studi hubungan konsentrasi obat dengan efek
biologi (fisiologi dan biokimia) yang ditimbulkan. Aspek disiplin ilmu ini
mencakup aksi obat, mekanisme aksi obat dan target aksi obat baik pada organ,
jaringan, maupun sel. Target kebanyakan obat dalam tubuh adalah reseptor.
Reseptor merupakan suatu makromolekul dalam membran sel atau dalam sel
dimana obat berinteraksi untuk menghasilkan efek.
Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari efek-efek biokimiawi dan
fisiologi obat serta mekanisme kerja obat tersebut didalam tubuh (Gunawan,
2009).
Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama
obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta
spektrum efek dan respon yang terjadi.
2.5. Interaksi Farmakodinamika
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang mempunyai
khasiat atau efek samping berlawanan. Interaksi ini disebabkan oleh kompetisi
pada reseptor yang sama, atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem
fisiologi yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diperkirakan dari pengetahuan
tentang farmakologi obat-obatan yang berinteraksi. Pada umumnya, interaksi yang
terjadi dengan suatu obat akan terjadi juga dengan obat-obat sejenisnya. Interaksi
ini terjadi dengan intensitas yang berbeda pada kebanyakan yang mendapat obat-
obat yang berinteraksi (Anonim, 2000).
Efek yang terjadi pada interaksi farmakodinamik yaitu (Fragley, 2003) :
a) Sinergisme
Interaksi farmakodinamik yang paling umum terjadi adalah sinergisme antara
dua obat yang bekerja pada sistem, organ sel, atau enzim yang sama dengan
efek farmakologi yang sama.
b) Antagonisme
Interaksi terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang
berlawanan sehingga mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan dari
satu atau lebih obat.
c) Efek reseptor tidak langsung
Kombinasi ini dapat bekerja melalui mekanisme saling mempengaruhi efek
reseptor yang meliputi sirkulasi kendali fisiologi atau biokimia.
2.6. SINERGISME
Interaksi farmakodinamik yang paling umum terjadi adalah sinergisme antara
dua obat yang bekerja pada sistem, organ, sel, enzim yang sama dengan efek
farmakologi yang sama. Semua obat yang mempunyai fungsi depresi pada
susunan saraf pusat- sebagai contoh, etanol, antihistamin, benzodiazepin
(diazepam, lorazepam, prazepam, estazolam, bromazepam, alprazolam),
fenotiazin (klorpromazina, tioridazina, flufenazina, perfenazina, proklorperazina,
trifluoperazina), metildopa, klonidina- dapat meningkatkan efek sedasi.
2.7. Mekanisme sinergisme
1. Sinergisme pada tempat yang sama
Interkasi di mana efek dua obat yang bekerja pada tempat yang sama
saling memperkuat. Walaupun banyak contoh interaksi yang merugikan
dengan mekanisme ini tetapi banyak pula interaksi yang menguntungkan
secara terapetik. Contohnya yaitu :
a. Efek obat pelemas otot depolarisasi (depolarizing muscle relaxants)
akan diperkuat/diperberat oleh antibiotika aminoglikosida, kolistin dan
polimiksin karena keduanya bekerja pada tempat yang sama yakni
pada motor end plate otot seran lintang.
b. Kombinasi obat beta-blocker dan Ca++ -channel blocker seperti
verapamil dapat menyebabkanaritmia/asistole. Keduanya bekerja pada
jaringan konduksi otot jantung yang sama.
2. Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau hampir sama.
Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun
tempat kerja ata reseptornya berlainan, kalau diberikan. Contohnya yaitu :
a. Alkohol dan obat-obat yang berpengaruh terhadap susunan saraf pusat,
b. Antara berbagai obat yang punya efek yang sama terhadap susunan saraf
pusat, misalnya depresi susunan saraf pusat.
c. Kombinasi antibiotika, misalnya penisilin dan aminoglikosida
d. Kombinasi beberapa obat antihipertensi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Azkiyah S. BUKU AJAR FARMAKOLOGI. Situbondo, 2019.

Anda mungkin juga menyukai