Review Jurnal
Review Jurnal
Tugas 2:
Nilai rata-rata elemen Perhatian (A) pada pembelajaran
tradisional sebesar 3,97 meningkat menjadi 4,24 saat
menggunakan tablet dan aplikasi.
Nilai rata-rata elemen Kepuasan (R) sebesar 3,83 pada
pembelajaran tradisional meningkat menjadi 4,35 saat
pembelajaran menggunakan tablet dan aplikasi.
Nilai rata-rata elemen Kepercayaan (C) pada pembelajaran
tradisional sebesar 3,71 meningkat menjadi 4,09 saat
menggunakan tablet dan aplikasi.
Nilai rata-rata elemen Kepuasan (S) pada pembelajaran
tradisional sebesar 3,83 meningkat menjadi 4,35 saat
menggunakan tablet dan aplikasi.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran anak slow learner relatif efektif
dapat ditingkatkan dengan diperkenalkannya teknologi tablet dan aplikasi.
Motivasi untuk anak telah meningkat dan diperkuat saat mereka melakukan
tugas dengan tablet dan aplikasi. Temuan dari hasil penelitian menunjukkan
penggunaan tablet dan aplikasi yang dapat diterapkan sebagai sarana
pembelajaran pelengkap bagi anak slow learner. Penggunaan tablet dan
aplikasi memungkinkan anak menjadi lebih percaya diri dan mandiri dalam
belajar. Mereka berfokus untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan
tidak terlalu takut untuk mencoba melakukan tugas sendiri.
Secara relatif, rata-rata hasil yang diperoleh dari penelitian untuk masing-
masing unsur motivasi; Perhatian, Relevansi, Keyakinan, dan Kepuasan
(ARCS) telah menyoroti penerimaan anak slow learner terhadap
penggunaan tablet dan aplikasi sebagai bagian dari alat pembelajaran gratis.
Ini telah menunjukkan tanggapan dan tanggapan yang baik dari anak
tentang penggunaan tablet dan aplikasi sebagai alat belajar dalam suasana
belajar mereka.
Dampak penerapan teknologi tablet dan aplikasi telah meningkatkan
motivasi anak slow learner. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan skor
rata-rata elemen motivasi, terutama pada elemen perhatian dan kepuasan
selama mengerjakan tugas. Anak slow learner telah fokus dan berinteraksi
dengan baik dengan tablet dan aplikasi.
Judul Shyness Ditinjau Dari Pola Asuh Otoriter Orang Tua Pada Siswa-Siswi
SMA di Methodist-2 Medan
Jurnal Jurnal Psikologi konseling
Volume & Halaman Vol. 10, No. 1
Tahun Juni, 2017
Penulis Sarinah, S.Psi, M.Psi
Reviewer Arniyati Halil Sangadji
Tanggal review 04 November 2020
Tujuan Penelitian Menguji Hubungan antara Pola Asuh Otoriter oleh Orangtua dan Rasa Malu
(Shyness) pada Anak.
Subjek Penelitian Siswa kelas X SMA Methodist-2 Medan, sebanyak 240 siswa.
Variabel Penelitian Pola Asuh Otoriter dan Shyness
Landasan Teori Eysenck (Rubin & Coplan, 2010) mendefinisikan shyness sebagai sebuah
sifat seorang individu yang berfokus kepada perasaan yang berhubungan
dengan kesadaran diri, kekakuan dan kecemasan dalam interaksi sosial.
Anak-anak yang mengalami shyness tertarik untuk berinteraksi dengan
lingkungan kemampuan bersikap yang memadai sosialnya, tetapi anak-anak
tersebut takut sesuai dengan standar yang ada di dan cemas untuk memulai
interaksi lingkungan sekitar.
Papalia (2010) mendefinisikan pola asuh otoriter adalah pola asuh yang
memandang penting control dan kepatuhan tanpa syarat. Orang tau yang
memiliki gaya pengasuhan otoriter akan mencoba membuat anaknya
menyesuaikan diri dengan serangkaian perilaku dan menghukum anak
dengan keras atas pelanggaran yang dilakukan anak. Ana akan cenderung
menarik diri dari lingkungan dan menjadi tidak percaya diri.
Aspek-Aspek Aspek Shyness, Crozier & Alden (2008)
1) Pengalaman, mencakup ketakutan, ketegangan dan rasa
kurang percaya diri
2) Pengetahuan, diartikan sebagai ketidaktahuan individu dalam
bersikap
3) Kemampuan, individu tidak mampu untuk mengurangi sikap
yang tidak memadai
4) Kognisi, pemikiran irasional sebelum, ketika menghadapi
interaksi social dan setelah berinteraksi dengan
lingkungannya, individu akan menilai sendiri dengan
penilaian negatif
5) Keadaan fisik, mencakup keadaan keringatan, gemetaran, dan
pipi menjadi merah merona
6) Perilaku menghindar, individu lebih memilih untuk
menghindari interaksi social dan tidak memiliki kemampuan
bersikap memadai sesuai dengan standar yang ada di
lingkungan sekitar.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui efektivitas token ekonomi dalam mengurangi shyness
pada anak SD
Subjek Penelitian 2 siswa berdasarkan rekomendasi guru.
Definisi Buss (dalam Bas, 2010) mendefinisikan shyness sebagai inhibisi perilaku
social yang diharapkan, perasaan tegang dan perasaan canggung. Shyness
sebagai ketidaknyamanan, hambatan, dan kecanggungan dalam situasi
social, terutama dalam situasi dengan orang asing.
Seseorang yang shyness akan memiliki self-esteem yang rendah dan
cenderung kesepian. Hal ini sejalan dengan penelitian Crozier (1995 dan
penelitian Jaredic (2013) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
negative antara shyness dan sel-esteem. Selain itu dalam penelitian Bass
(2010) juga mengatakan bahwa anak-anak yang shyness cenderung
kesepian.
Karakteristik Berdasarkan item Children’s Shyness Questionnaire. Crozier (1995) :
1) Keengganan
2) Rasa malu
3) Kurangnya membangun kontak
4) Takut-takut
Teknik pengumpulan Menggunakan teknik pengamatan/observasi, yaitu teknik rating scale
data shyness. Lembar observasi rating scale shyness disusun berdasarkan item
children’s shyness questionnaire dari Crozier (1995). Skala disusun menjadi
15 aitem yang dibuat berdasarkan 4 karakteristik, yaitu: keengganan, rasa
malu, kurangnya membangun kontak, dan takut-takut.
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah ABA deisgn. Menurut Todman
dan Dugard (2009) mengatakan ABA design terdiri dari tiga fase yaitu
baseline, treatment, dan return to baseline.
ABA design merupakan desain penelitian ekperimen yang menggunakan
pengamatan pola perilaku awal yang biasa disebut baseline (A). kemudian
diikuti oleh pemberian perlakuan yang disebut treatment (B), lalu diikuti
dengan fase pembuktian atas perlakuan yang diberikan yang disebut dengan
return to baseline (A). (Riley-Tillman & Burns, 2009)
Dinamika Penelitian D’Souza dkk (2006) menemukan sifat pemalu akan
membawa pada tingkat kecemasan yang lebih tinggi,
kecenderungan neurotik dan prestasi akademik yang lebih rendah,
rendahnya harga diri, serta gangguan sosial emosional.
Seseorang yang shyness akan memiliki self-esteem yang rendah
dan cenderung kesepian. Hal ini sejalan dengan penelitian Crozier
(1995) dan penelitian Jaredic (2013) yang mengatakan
terdapatnya hubungan yang negatif antara shyness dan self-
esteem.
Intervensi Intervensi menggunakan token ekonomi. Token ekonomi sebagai
salah satu bentuk teknik modifikasi perilaku yang berfungsi
sebagai penguat positif juga ditemukan efektif dalam proses
pembelajaran.
Miltenberger, (2012) menyatakan bahwa token ekonomi adalah
teknik modifikasi perilaku yang mana adanya penguat yang
dikondisikan dan disebut dengan token guna mempertahankan
perilaku yang diinginkan.
Dalam token ekonomi, tingkah laku yang diharapkan muncul bisa
diperkuat dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga
hasil perilaku yang diharapkan oleh peneliti bisa ditukar dengan
sesuatu yang diinginkan oleh anak (Timothy, 2009).
Penerapan teknik token ekonomi sudah ditemukan dalam
beberapa penelitian, seperti penelitian Porter (2007) yang
membuktikan adanya korelasi keinginan siswa untuk memperoleh
prestasi yang memuaskan selama program dan mendapatkan
token. Penelitian Ihiegbulem (2011) juga menunjukkan bahwa
token ekonomi dapat meningkatkan prestasi akademik siswa.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis mengenai efektifitas
token ekonomi untuk mengurangi shyness pada anak SD yang dapat
disimpulkan bahwa token ekonomi efektif dalam mengurangi perilaku
shyness pada siswa di SD X. Observasi dalam penelitian memperlihatkan
penurunan perilaku shyness pada subjek setelah diberikan program token
ekonomi.
Penurunan nilai mean perilaku shyness dari periode baseline ke periode
return to baseline yang menunjukkan bahwa terjadi perubahan perilaku
shyness subjek setiap harinya. Hasil pengolahan data statistik menggunakan
Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan terjadi perubahan yang
signifikan terhadap perilaku shyness subjek A dan subjek N pada tahap
baseline dan return to baseline.