Anda di halaman 1dari 11

NAMA : BONNY MISSYAF PUTRA

NIM : 042194529
MATA KULIAH : HUKUM ACARA PERDATA

Andi (52 tahun) seorang pengusaha kerajinan rotan bertempat tinggal di Jl. Awiligar No 1E,
Kota Bandung. Kerajinan rotan yang dibuat Andi sangat digemari oleh masyarakat terutama
oleh orang asing. Banyak pesanan yang Andi terima dari mancanegara namun tidak
seluruhnya dapat dipenuhi oleh Andi karena terkendala kekurangan modal. Untuk itu Andi
meminjam uang kepada Eddy (50 tahun), seorang pengusaha jual beli mobil yang beralamat
di Jl. Braga No.5 Kota Bandung. Perjanjian utang piutang tersebut dilaksanakan dihadapan
Notaris di kota Bandung yang bernama Dinda, SH, Mkn., pada tanggal 2 Agustus 2018 dalam
perjanjian No. 200, dimana dalam perjanjian tersebut Andi meminjam uang kepada Eddy
sebesar Rp. 200.000.000,- dengan jaminan tanah milik Andi yang terletak di Jl. Cimenyan No.
15 Kota Bandung tercatat sebagai Hak Milik No. 177 seluas 800 m2 serta sebuah mobil merk
Xenia keluaran tahun 2016 atas nama Andi. Berdasarkan perjanjian itu Andi harus melunasi
utangnya dengan cicilan tiap bulannya sebesar Rp. 10.000.000,- ditambah bunga 4% selama
20 bulan. Setelah berjalan setahun ternyata Andi hanya membayar utang pokoknya saja
sebesar Rp. 120.000.000,- tanpa membayar bunga. Bahkan pada bulan berikutnya Andi tidak
membayar sama sekali baik pinjaman pokok maupun bunga, sehingga total tunggakan Andi
adalah Rp. 80.000.000,- ditambah bunga sebesar Rp. 8.000.000,- Hal ini membuat Eddy
melalui pengacaranya memberikan teguran kepada Andi pada tanggal 15 September 2019
dan tanggal 5 Oktober 2019, namun Andi selalu mengelak dengan berbagai alasan. Hal ini
membuat Eddy menderita kerugian waktu, tenaga, pikiran dan mengalami kerugian dana
sekitar Rp. 80.000.000,-. Setelah dua somasi tidak dihiraukan oleh Andi, akhirnya pada
tanggal 8 Nopember 2019 Eddy meminta pengacaranya Saputra, SH, M.H dari Kantor
Advokat dan Konsultan Hukum LBH Putra, Jl. Kopo No. 20, Kota Bandung, mengajukan
gugatan terhadap Andi di Pengadilan Negeri kota Bandung di Jl. RE. Martadinata No. 74-80,
Bandung, Jawa Barat.
Pertanyaan:

1. Berdasarkan kasus di atas mahasiswa diminta untuk “Membuat Surat Gugatan” ke


Pengadilan Negeri kota Bandung melalui kuasa hukumnya!
Jawaban :
Bandung, (08 Nopember 2019)

Kepada
Yth. Ketua Pengadilan Negeri Kota
Bandung.
Di-.
Tempat

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :


Nama : Eddy
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat tinggal : Jl. Braga No.5 Kota Bandung
Pekerjaan : Pengusaha jual beli mobil

Berdasarkan surat kuasa khusus Nomor I tanggal 08 Nopember 2019 memberikan kuasa
kepada :
Nama : Saputra, SH, M.H
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan :Advokat, berkantor di Jl. Kopo No. 20, Kota Bandung
selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT ;

Dengan ini Penggugat mengajukan gugatan terhadap Andi, berkedudukan di Jl.


Awiligar No 1E, Kota Bandung, untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT ;

I. Objek Sengketa :
Surat Gugatan, No I, Tanggal 08 Nopember 2019
(pasal 1 angka 9 UU Peradilan TUN).

II. Tenggang Waktu Gugatan : 90 hari


- Bahwa Objek Sengketa diterbitkan Tergugat tanggal 2 Agustus 2018
- Bahwa Objek Sengketa tersebut diterima /diketahui Penggugat pada tanggal
8 Nopember 2019
- Bahwa gugatan a quo diajukan pada tanggal 8 Nopember 2019
- Bahwa oleh karenanya Gugatan a quo diajukan masih dalam tenggang waktu
sesuai dengan pasal 55 UU Peradilan TUN di Pengadilan Negeri kota Bandung
di Jl. RE. Martadinata No. 74-80, Bandung, Jawa Barat.
(pasal 55 UU Peradilan TUN).

III. Kepentingan Penggugat Yang Dirugikan :


Penggugat merasa dirugikan karena Penggugat adalah pemilik/menguasai sesuai
dengan alat bukti Perjanjian utang piutang Nomor 200 /pihak yang dituju Surat
Objek Sengketa. (pasal 53 UU Peradilan TUN)

IV. Posita/Alasan Gugatan :


Andi (52 tahun) seorang pengusaha kerajinan rotan bertempat tinggal di Jl.
Awiligar No 1E, Kota Bandung. Kerajinan rotan yang dibuat Andi sangat digemari
oleh masyarakat terutama oleh orang asing. Banyak pesanan yang Andi terima
dari mancanegara namun tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh Andi karena
terkendala kekurangan modal. Untuk itu Andi meminjam uang kepada Eddy (50
tahun), seorang pengusaha jual beli mobil yang beralamat di Jl. Braga No.5 Kota
Bandung. Perjanjian utang piutang tersebut dilaksanakan dihadapan Notaris di
kota Bandung yang bernama Dinda, SH, Mkn., pada tanggal 2 Agustus 2018
dalam perjanjian No. 200, dimana dalam perjanjian tersebut Andi meminjam
uang kepada Eddy sebesar Rp. 200.000.000,- dengan jaminan tanah milik Andi
yang terletak di Jl. Cimenyan No. 15 Kota Bandung tercatat sebagai Hak Milik No.
177 seluas 800 m2 serta sebuah mobil merk Xenia keluaran tahun 2016 atas
nama Andi. Berdasarkan perjanjian itu Andi harus melunasi utangnya dengan
cicilan tiap bulannya sebesar Rp. 10.000.000,- ditambah bunga 4% selama 20
bulan. Setelah berjalan setahun ternyata Andi hanya membayar utang pokoknya
saja sebesar Rp. 120.000.000,- tanpa membayar bunga. Bahkan pada bulan
berikutnya Andi tidak membayar sama sekali baik pinjaman pokok maupun
bunga, sehingga total tunggakan Andi adalah Rp. 80.000.000,- ditambah bunga
sebesar Rp. 8.000.000,- Hal ini membuat Eddy melalui pengacaranya
memberikan teguran kepada Andi pada tanggal 15 September 2019 dan tanggal
5 Oktober 2019,
namun Andi selalu mengelak dengan berbagai alasan. Hal ini membuat Eddy
menderita kerugian waktu, tenaga, pikiran dan mengalami kerugian dana sekitar
Rp. 80.000.000,-. Setelah dua somasi tidak dihiraukan oleh Andi, akhirnya pada
tanggal 8 Nopember 2019 Eddy meminta pengacaranya Saputra, SH, M.H dari
Kantor Advokat dan Konsultan Hukum LBH Putra, Jl. Kopo No. 20, Kota Bandung,
mengajukan gugatan terhadap Andi di Pengadilan Negeri kota Bandung di Jl. RE.
Martadinata No. 74-80, Bandung, Jawa Barat.

V. Permohonan Penundaan :
- Bahwa Objek sengketa ternyata akan dilaksanakan pada tanggal 2
Agustus 2018 sehingga terdapat keadaan mendesak .
- Bahwa apabila Surat Objek Sengketa dilaksanakan maka Penggugat akan
sangat dirugikan/terdapat keadaan yang sulit untuk
dikembalikan/dipulihkan seperti keadaan semula.
- Bahwa fakta fakta diatas telah memenuhi ketentuan pasal 67 UU
Peradilan TUN.
- Bahwa oleh karenanya Penggugat mohon agar diterbitkan Penetapan
yang berisi perintah kepada Tergugat agar menunda Pelaksanaan Objek
Sengketa, sampai perkara a quo berkekuatan hukum tetap.
(pasal 67 UU Peradilan TUN).

VI. Petitum/Tuntutan :
A. Dalam Penundaan.
- Mengabulkan Permohonan Penundaan yang diajukan Penggugat.

B. Dalam Pokok Perkara/Sengketa.


1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya ;
2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Gugatan No I tertanggal 08 Nopember
2019
3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Surat Surat Gugatan No I
4. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara ;
Hormat Kami,
Penggugat/ Kuasa Hukum Penggugat,

Eddy/ Saputra, SH, M.H

2. Dalam mempersiapkan suatu gugatan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar
tidak terjadi kekeliruan dalam membuat gugatan? Jelaskan
Jawaban :
Langkah-Langkah Membuat Gugatan
Ada enam langkah dalam membuat surat gugatan, yaitu persiapan, menentukan siapa
yang menjadi penggugat, menentukan siapa yang menjadi tergugat, persona standi in
judicio, posita gugatan dan petitum gugatan.
1) Persiapan
Kecermatan dan kehati-hatian dalam membuat gugatan sangat diperlukan.
Kekeliruan dalam membuat gugatan dapat mengakibatkan syarat formil dan materiel
gugatan tidak terpenuhi.
Hal tersebut dapat membuat gugatan kandas di tengah jalan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat surat gugatan:
1. Pihak yang akan digugat, apakah sebagai pribadi atau sebagai suatu badan hukum
atau sebagai kedua-keduanya?
2. Di pengadilan mana gugatan akan diajukan? (perlu dilihat dari domisili si
Penggugat)
3. Jenis gugatan apa yang akan dibuat? Apakah Gugatan Wanprestasi atau Gugatan
Perbuatan Melawan Hukum (PMH).
4. Bukti-bukti apakah yang dimiliki oleh klien (Penggugat), apakah buktinya lengkap
atau hanya sebagian atau hanya berupa fotokopi?
5. Apakah Tergugat mempunyai aset yang akan disita sebagai jaminan agar kalau
gugatan dikabulkan tidak menjadi sia-sia?
6. Perlu dijelaskan kronologis masalah yang menimbulkan sengketa yang merugikan
klien kita. Kemudian dikonfirmasikan kembali kepada klien jika masih ada data
yang tidak jelas.
7. Setelah data bukti telah lengkap sebagaimana yang dimiliki klien kita dan
peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi telah membentuk suatu kelengkapan
dalam pembuatan suatu gugatan, maka langkah pertama adalah membuat
surat kuasa lebih dulu.
Dalam membuat suatu gugatan, sebenarnya harus dikumpulkan lebih dulu data yang
dimiliki klien. Tentunya data tersebut berkaitan dengan bukti-bukti yang dimiliki oleh
klien.
Kadang-kadang, bukti-bukti yang diajukan klien kita tidak relevan dengan
permasalahan yang dihadapi. Bila demikian maka kita harus pandai mengingatkannya
sehingga seluruh data bukti diserahkan seluruhnya.
Dengan data bukti yang lengkap akan memudahkan kita menentukan langkah-
langkah hukum yang akan menyelesaikan masalah tersebut.
Apabila data bukti yang akan mendukung gugatan klien kita sudah terkumpul,
adakalanya diperlukan suatu investigasi terhadap para pihak yang akan digugat.
Apakah pihak yang akan digugat merupakan orang perorangan, kumpulan orang atau
suatu badan hukum.
Kadang-kadang dapat digugat sebagai perorangan dan sekaligus badan hukumnya
bila kita sulit mengklarifikasi siapa yang bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita klien kita.
Kemudian perlu juga diteliti alamat tempat tinggal terakhir perorangan yang akan
digugat dan domisili badan hukum yang terakhir.
Demikian pula bila yang digugat adalah bank cabang maka terhadap bank cabang
tersebut dapat digugat secara berdiri sendiri dan bukannya kantor pusat bank
tersebut yang digugat.
Pada waktu melakukan investigasi, juga perlu dicek kembali aset-aset yang masih
dimiliki oleh pihak yang akan digugat.
Letak batas-batas tanah yang mungkin akan diajukan sebagai jaminan atas gugatan
klien kita harus jelas diketahui batas-batasnya juga data pendukungnya.
2) Menentukan Siapa yang Menjadi Penggugat
Untuk dapat menentukan siapa yang akan menjadi Penggugat atau yang berhak
secara hukum memberikan kuasa kepada kita, maka diperlukan pertimbangan-
pertimbangan tertentu.
Bila klien kita yang dirugikan adalah perorangan, maka yang perlu diteliti apakah dia
mempunyai hubungan hukum dengan pihak yang akan digugat atau ada hak
perdatanya yang dilanggar di mana pelanggaran dilakukan secara melawan hukum.
Demikian pula jika klien kita merupakan kumpulan orang, baik berupa firma,
matschaap maupun namloze vennoschap (cv), maka yang dapat bertindak sebagai
penggugat sekaligus pemberi kuasa adalah para sekutu yang sah sebagaimana
tercantum dalam anggaran dasarnya.
Bila Penggugatnya adalah badan hukum maka kita harus lebih cermat untuk
menentukan siapa yang dapat mewakili badan hukum itu.
Tapi secara umum yang dapat memberikan kuasa atau mewakili sebagai penggugat
adalah Direksi yang memang berwenang sebagaimana yang telah ditentukan dalam
anggaran dasarnya.
Namun dalam hal tertentu kita harus hati-hati menentukan siapa yang mewakili
sebagai penggugat (yang memberi kuasa). Seperti Bank, di samping tunduk pada UU
Perseroan Terbatas juga pada UU Perbankan, dapat pula diatur dengan peraturan-
peraturan lain yang membuat siapa yang berwenang dan mewakili sebagai
penggugat bisa berubah.
Untuk itu kita harus mengikuti adanya perkembangan peraturan-peraturan baru.
3) Menentukan Siapa yang Menjadi Tergugat
Sebagaimana dalam pembuatan Surat kuasa Khusus, maka dalam menentukan para
pihak yang akan digugat juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah ada pihak yang dianggap telah melakukan tindakan yang merugikan hak
keperdataan klien kita dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum?
2. Apakah di antara klien kita dengan para pihak yang merugikan tersebut
mempunyai hubungan hukum?
3. Jika mempunyai hubungan hokum, apakah dalam perjanjian yang telah disepakati
ada ketentuan yang mengatur penyelesaian sengketa?
4. Perlunya informasi yang terakhir mengenai domisili para pihak dan data aset para
pihak yang akan digugat tersebut.
Dalam hubungan di masyarakat, kadangkala mungkin terjadi ada tindakan kita yang
dianggap pihak lain merugikan hak keperdataannya padahal kita tidak merasa
melakukannya.
Secara hukum, apabila ada perbuatan yang dilakukan yang menurut pandangan satu
pihak wajar dan tidak ada masalah, namun oleh pihak lain dianggap merugikan,
dianggap sebagai suatu tindakan kelalaian yang menurut Pasal 1365 dan Pasal 1366
KUHPerdata dapat dituntut secara hukum penggantian kerugiannya.
Kemudian pihak yang dianggap merugikan secara langsung tersebut dimasukkan
sebagai Tergugat utama baru ditentukan pihak-pihak lain yang secara tidak langsung
dianggap turut serta merugikan tersebut.
Kaitan yang harus diperhatikan dalam penyusunan gugatan terhadap perkara yang
demikian, penyusunan para tergugat tersebut harus memperhatikan ketentuan Pasal
118 dari ayat (1) sampai ayat 4 HIR.
Ketentuan ini harus diperhatikan agar tidak ada eksepsi (tangkisan atau pembelaan)
yang berkaitan dengan kompetensi relatif.
Namun apabila di antara para pihak kemudian ternyata ada hubungan hukum
sebelumnya, di mana hubungan hukum itu berbentuk suatu perjanjian; kemudian
dalam perjanjian tersebut para pihak telah sepakat mengenai pengadilan atau badan
tertentu sebagai penyelesaian bila terjadi perselisihan hukum, maka pengajuan
gugatan dilakukan ditempat yang yang telah disepakati tersebut.
Sedangkan para pihak yang akan digugat adalah pihak-pihak yang terkait dalam
perjanjian yang telah dilanggar tersebut.
Dalam penentuan pihak-pihak yang akan digugat, biasanya dipersiapkan pula
sekaligus kelengkapan data, baik tentang alamat terakhir pihak yang akan digugat
juga data mengenai harta kekayaan tergugat yang diperkirakan akan dimasukkan
dalam daftar sita jaminan.
Data harta kekayaan tersebut sebaiknya dibuat selengkap mungkin sehingga tidak
terjadi kekeliruan sita. Bila terjadi kekeliruan tersebut akan membuat biaya sita
menjadi membengkak karena adanya dua kali atau lebih permohonan sita.
Kalau perlu harus diketahui batas-batas tanah yang akan disita tersebut seperti batas
sebelah utara dengan tanah siapa, sebelah timur dengan jalan apa, sebelah selatan
dengan tanah siapa, dan sebelah barat dengan tanah siapa pula.
Detail lengkap ini diperlukan agar pada waktu pendaftaran sita jaminan di BPN
(Badan Pertanahan Nasional) menjadi lebih mengikat atau merupakan sita jaminan
yang sah dan berharga.
Kadangkala, bila tanahnya belum bersertifikat, maka tembusan penetapan sita
jaminan dan berita acaranya diberikan ke pihak Kelurahan dan Kecamatan.
Hal ini dimaksudkan bila terjadi jual beli atas tanah girik tersebut, pihak terkait dalam
hal ini Camat sebagai PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) dan Lurah sebagai saksi
tidak bersedia melakukan pembuatan akte jual beli tersebut.
4) Persona Standi in Judicio
Setelah menentukan siapa Penggugat dan siapa saja yang menjadi Tergugat sekaligus
menentukan di Pengadilan mana gugatan itu akan diajukan maka hal itu merupakan
bagian dari persona standi dari gugatan ini.
Untuk lebih meyakinkan lagi sebaiknya dicek lebih dulu apakah antara Penggugat
dengan para Tergugat, jumlah dan alamatnya sama sebagaimana yang telah tertuang
dalam Surat Kuasa Khusus.
Bila tidak sama maka dapat membuat pihak Tergugat kemungkinan mengajukan
eksepsi atas kekurangan ini. Akurasi data baik Penggungat maupun Tergugat harus
diperhatikan.
Apakah Tergugat digugat dalam kapasitas pribadi atau personafikasi dari suatu
badan hukum. Atau dapat pula digugat dalam kapasitas sebagai pribadi dan badan
hukumnya sekaligus.
5) Posita Gugatan
Dalam penyusunan posita (rumusan dalil dalam surat gugatan), yang perlu
diperhatikan adalah kelengkapan data atau bukti-bukti yang akan digunakan dan
hubungan hukum di antara para pihak memang sudah jelas.
Dengan demikian gugatan jelasmerupakan gugatan “wanprestasi” atau “perbuatan
melawan hukum”.
Di samping itu, runtutan peristiwa hukum harus disusun dengan baik, karena
peristiwa-peristiwa hukum (rechtsfeit) merupakan dalil-dalil yang didukung bukti-
bukti yang dikemukakan seluruhnya.
Dari peristiwa-peristiwa hukum yang disusun, jelas nampak kapan tergugat
wanprestasi atau kapan tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum.
Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam membuat posita, maka setelah peristiwa-
peristiwa disusun tentunya ada tujuan yang hendak dicapai dalam pengajuan
gugatan tersebut yaitu sita jaminan (conservatoir beslag).
Permohonan sita jaminan sebagai jaminan agar gugatan tersebut tidak menjadi sia-
sia belaka harus diajukan bersama-sama dalam gugatan.
Kadang-kadang, walau telah diajukan dalam posita gugatan, juga diajukan lagi dalam
permohonan tersendiri.
Apabila kita melihat adanya indikasi si tergugat berusaha mengalihkan harta
kekayaannya kepada pihak lain guna menghindari tanggung jawab dari gugatan ini,
maka permohonan sita jaminan dapat diajukan pada saat berkas masih berada
dalam kewenangan Ketua Pengadilan (berkas belum dibagi).
Di samping itu, permohonan sita jaminan dapat diajukan pada saat diperiksa Mejelis
hakim dan biasanya dikabulkan atau tidak setelah melalalui proses pembuktian.
Dalam bagian posita, setidak-tidaknya dimasukkan pula alasan-alasan permohonan
putusan serta merta akan diajukan, uraian mengenai dwangsom (uang paksa),
perincian ganti rugi materiel dan immateriel dalam gugatan ganti rugi atas perbuatan
melawan hukum yang dilakukan tergugat serta hal-hal ini disesuaikan dengan kasus-
kasus yang dihadapi.
6) Petitum Gugatan
Apabila kita membuat petitum (hal yang dimintakan penggugat kepada hakim
untuk dikabulkan) dalam suatu gugatan, maka dalil-dalil yang akan dituntut dalam
petitum harus diuraikan lebih dulu dalam bagian posita, baru dapat dimintakan
dalam bagian petitumnya.
Jadi kalau tidak pernah diuraikan terlebih dulu alasan-alasan hukumnya pada
bagian posita maka hal itu tak dapat dituntut dan diajukan pada bagian
petitumnya.
Secara standar yang dimuat pertama kali pada petitum dalam perkara
wanprestasi adalah klausul:
 “Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya”.
 “Menyatakan secara hukum Tergugat telah cidera janji”.
 “Menyatakan batal demi hukum atau menyatakan sah demi hukum
perjanjian…..”
 “Menyatakan secara hukum para tergugat secara tanggung renteng
membayar ganti rugi…..”
 Bila ada persengketaan bezitrecht maka klausulnya adalah
“Menghukum Tergugat/para Tergugat atau siapapun yang memperoleh
dari Tergugat untuk menyerahkan sebidang tanah dan bangunan a quo
kepada Penggugat dalam keadaan kosong dan baik”.
 “Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah dilakukan”.
 “Menghukum Tergugat/para Tergugat untuk membayar dwangsom
sebesar……”.
 “dan seterusnya sesuai dengan masalahnya”.
 “Biaya perkara menurut hukum”.
Kemudian kebanyakan ditambah pula petitum subsidernya dengan klausul,“Atau, bila
Mejelis berpandangan lain mohon diberikan putusan seadil-adilnya berdasarkan
Ketuhanan YME”.
Sedangkan kalau gugatan itu merupakan gugatan melawan hukum maka petitum
yang diajukan adalah:
 “Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya”.
 “Menyatakan bahwa Tergugat/para Tergugat telah melakukan perbuatan
melawan hukum”
 “Menghukum Tergugat/para Tergugat untuk membayar ganti rugi (secara
tanggung renteng) secara tunai kepada Penggugat meliputi, ganti rugi
materiel sebesar ………, ganti rugi immaterial sebesar ……
 “Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah dilakukan”.
 “Menghukum Tergugat/para Tergugat membayar dwangsom sebesar….”
 “Biaya perkara menurut hukum”.
Dapat pula dimasukkan permohonan subsider atau ex aquo et bono.

Sumber :
 https://butew.com/2018/11/14/pengertian-gugatanlangkah-langkah-
pembuatan-dan-teori-penyusunan-surat-gugatan/
 https://www.hukumonline.com/klinik/a/surat-gugatan-perdata-cl2871
 https://kumparan.com/jendela-dunia/3-contoh-surat-gugatan-perdata-yang-
baik-dan-benar-1xtNfqFemsa/1

Anda mungkin juga menyukai