Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

HKUM4405.32

HUKUM ACARA PERDATA

NIM : 049315713
Nama : Ryan Nobel Agastya
Program Studi : Ilmu Hukum – S1
UPBJJ : Bandar Lampung

TUTON
SESI 3
Soal :

Andi (52 tahun) seorang pengusaha kerajinan rotan bertempat tinggal di


Jl. Awiligar No 1E,
Kota Bandung. Kerajinan rotan yang dibuat Andi sangat digemari oleh masyarakat te
rutama oleh orang asing. Banyak pesanan yang
Andi terima dari mancanegara namun tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh Andi kar
ena terkendala kekurangan modal. Untuk itu Andi meminjam uang kepada Eddy
(50 tahun), seorang pengusaha jual beli mobil yang beralamat di
Jl. Braga No.5 Kota Bandung. Perjanjian utang piutang tersebut
dilaksanakan dihadapan Notaris di kota Bandung yang bernama Dinda, SH, Mkn.,
pada tanggal 2 Agustus 2018 dalam perjanjian No. 200, dimana dalam perjanjian
tersebut Andi meminjam uang kepada Eddy sebesar Rp. 200.000.000,- dengan
jaminan tanah milik Andi yang terletak di Jl. Cimenyan No. 15 Kota Bandung tercatat
sebagai Hak Milik No. 177 seluas 800
m2 serta sebuah mobil merk Xenia keluaran tahun 2016 atas nama Andi.
Berdasarkan perjanjian itu Andi harus melunasi utangnya dengan cicilan tiap
bulannya sebesar Rp. 10.000.000,- ditambah bunga 4% selama 20 bulan. Setelah
berjalan setahun ternyata Andi hanya membayar utang pokoknya saja sebesar
Rp. 120.000.000,- tanpa membayar bunga. Bahkan pada bulan berikutnya Andi tidak
membayar sama sekali baik pinjaman pokok maupun bunga, sehingga total
tunggakan Andi adalah Rp. 80.000.000,- ditambah bunga sebesar Rp. 8.000.000,-
Hal ini membuat Eddy melalui pengacaranya memberikan teguran kepada Andi pada
tanggal 15 September 2019 dan tanggal 5 Oktober 2019,
namun Andi selalu mengelak dengan berbagai alasan. Hal
ini membuat Eddy menderita kerugian waktu,
tenaga, pikiran dan mengalami kerugian dana sekitar Rp. 80.000.000,-. Setelah dua
somasi tidak dihiraukan oleh Andi, akhirnya pada
tanggal 8 Nopember 2019 Eddy meminta pengacaranya Saputra, SH, M.H
dari Kantor Advokat dan Konsultan Hukum LBH Putra, Jl. Kopo No. 20,
Kota Bandung, mengajukan gugatan terhadap Andi di Pengadilan Negeri
kota Bandung di Jl. RE. Martadinata No. 74-80, Bandung, Jawa Barat.

Pertanyaan:

1. Berdasarkan kasus di atas mahasiswa diminta untuk “Membuat Surat


Gugatan” ke Pengadilan Negeri kota Bandung melalui kuasa hukumnya!

2. Dalam mempersiapkan suatu gugatan hal-


hal apa saja yang harus diperhatikan agar tidak terjadi kekeliruan dalam membuat g
ugatan? Jelaskan
Jawab :

1. Syarat materiil gugatan adalah syarat yang berkaitan dengan isi atau materi yang
harus dimuat dalam surat gugatan. Dalam arti lain, syarat materiil merupakan
substansi pokok dalam membuat surat gugatan. Sedangkan syarat formil suatu
gugatan adalah syarat untuk memenuhi ketentuan tata tertib beracara yang ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan. Jika syarat formil tidak terpenuhi, maka gugatan
akan dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard) atau pengadilan
tidak berwenang mengadili.

Syarat Materiil Membuat Surat Gugatan


Hal-hal apa saja yang ada dalam surat gugatan? Isi surat gugatan atau syarat materiil
surat gugatan mengacu pada Pasal 8 ayat (3) Rv yang pada pokoknya harus
memuat:

1. Identitas para pihak

Ciri-ciri dan keterangan yang lengkap dari para pihak yang berperkara yaitu, nama
lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, agama dan tempat tinggal. Kalau perlu
agama, umur, status, dan kewarganegaraan.

Pihak-pihak yang ada sangkut pautnya dengan persoalan harus disebutkan dengan
jelas mengenai kapasitas dan kedudukannya apakah sebagai penggugat atau
tergugat.

2. Dasar Gugatan atau Fundamentum Petendi atau Posita

Dasar gugatan atau posita berisi dalil-dalil konkret tentang adanya hubungan hukum
yang merupakan dasar-dasar dan alasan-alasan dari gugatan.

Posita terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. bagian yang menguraikan kejadian atau peristiwanya (feitelijke gronden);


dan
b. bagian yang menguraikan tentang dasar hukumnya (rechts gronden)
sebagai uraian tentang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi
dasar yuridis gugatan.

3. Petitum atau Tuntutan

Petitum berisi apa yang diminta atau tuntutan supaya diputuskan oleh pengadilan.
Petitum akan dijawab dalam dictum atau amar putusan.
Dalam praktiknya, selain mengajukan tuntutan pokok atau tuntutan primer, juga
disertai dengan tuntutan tambahan/pelengkap (accessoir) dan tuntutan pengganti
(subsidair) yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Tuntutan pokok atau tuntutan primer adalah tuntutan utama yang


diminta oleh penggugat untuk diputuskan oleh pengadilan yang berkaitan
langsung dengan pokok perkara atau posita.

Contohnya, apabila tergugat punya utang kepada penggugat maka tuntutan utama
penggugat adalah melunasi utang yang belum dibayar tergugat.

b. Tuntutan tambahan (accessoir) adalah tuntutan yang sifatnya


melengkapi atau sebagai tambahan dari tuntutan pokok. Tuntutan
tambahan ini tergantung pada tuntutan pokoknya. Jika tuntutan pokok
tidak ada maka tuntutan tambahan juga tidak ada.

Terdapat lima contoh tuntutan tambahan yaitu:

1. Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar biaya perkara.


2. Tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan lebih dulu meskipun ada
perlawanan, banding dan kasasi (uitvoerbaar bij voorraad).
3. Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar bunga (moratoir)
apabila tuntutan yang dimintakan oleh penggugat berupa sejumlah
uang tertentu.
4. Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar uang paksa
(dwangsom/astreinte), apabila hukuman itu tidak berupa
pembayaran sejumlah uang selama ia tidak memenuhi isi putusan.
5. Tuntutan atas nafkah bagi istri atau pembagian harta bersama
dalam gugatan perceraian.

c. Tuntutan pengganti (subsidair) adalah tuntutan yang berfungsi untuk


menggantikan tuntutan pokok apabila tuntutan pokok ditolak pengadilan.
Tuntutan ini digunakan sebagai tuntutan alternatif agar kemungkinan
dikabulkan oleh hakim lebih besar.

Biasanya tuntutan ini berupa permohonan kepada hakim agar dijatuhkan putusan
yang bijaksana dan seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Menurut Ridwan Halim, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat surat
gugatan khususnya terkait isi gugatan meliputi:

1. Isi gugatan haruslah berdasarkan alasan-alasan dan fakta-fakta


yang sebenarnya. Artinya gugatan dapat dibuktikan kebenarannya
dan sesuai dengan alat bukti yang diajukan.
2. Menyebutkan, memaparkan, dan menggambarkan uraian yang
benar mengenai fakta-fakta kejadian yang sebenarnya, dari awal
hingga kesimpulan.
3. Pengajuan gugatan dilandasi dengan akal sehat atau logika
kewajaran yang patut berdasarkan kerugian yang diderita oleh
penggugat dan terbukti bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh
tergugat.

2. Dalam mempersiapkan suatu gugatan hal-


hal apa saja yang harus diperhatikan agar tidak terjadi kekeliruan dalam membuat g
ugatan? Jelaskan

Jaeab :

Syarat Formil Membuat Surat Gugatan


Adapun syarat formil yang harus terpenuhi dalam surat gugatan adalah:

1. Tidak melanggar kompetensi/kewenangan mengadili, baik kompetensi absolut


maupun relatif.
2. Gugatan tidak mengandung error in persona.
3. Gugatan harus jelas dan tegas. Jika gugatan tidak jelas dan tidak tegas
(obscuur libel) dapat mengakibatkan gugatan dinyatakan tidak diterima.
Misalnya posita bertentangan dengan petitum.
4. Tidak melanggar asas ne bis in idem. Artinya gugatan tidak boleh diajukan
kedua kalinya apabila subjek, objek dan pokok perkaranya sama, di mana
perkara pertama sudah ada putusan inkracht yang bersifat positif yaitu
menolak atau mengabulkan perkara.
5. Gugatan tidak prematur atau belum saatnya menggugat sudah menggugat.
6. Tidak menggugat hal-hal yang telah dikesampingkan, misalnya gugatan
kedaluwarsa.
7. Apa yang digugat sekarang masih dalam proses peradilan (aanhanging
geding/rei judicata deductae). Misalnya ketika perkara yang digugat sudah
pernah diajukan dan sedang proses banding atau kasasi.

Anda mungkin juga menyukai