Tektonofisika
Judul Modul:
Tektonofisik
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Fakultas Teknik Koordinator/Pembina
Wakil Dekan I Mata Kuliah
Dr. Ir. Gaguk J., S.T., M.T., IPM Januar Fery I, S.T., M.Eng.
NIP. 19690209 199802 1 001 NIP. 197601112000121002
ii
PENGANTAR MODUL
Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan pertolongan dan rahmad-Nya, Modul
Mata kuliah Tektonofisik Program Sarjana Teknik Pertambangan dapat diselesaikan
dengan baik. Modul ini disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dan
peningkatan kualitas pendidikan di Program Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Jember.
Modul ini berisi materi-materi yang diperlukan pada kuliah Tektonofisik.
Adapun materi kuliah meliputi: konsep tektonik lempeng, benua terapung, struktur interior
bumi, proses sedimentasi, aktivitas sesmik dan tektonik, akresi benua dan sedimentasi di
benua. Di samping itu, untuk mendukung proses kuliah ini diperlukan latihan soal.
Dalam penyusunan modul ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember
2. Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember
3. Ketua Program S1 Teknik Pertambangan Universitas Jember
4. Rekan-rekan dosen Teknik Pertambangan
5. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian modul praktikum/tugas
besar ini.
Semoga modul praktikum/tugas besar ini dapat membantu tim pengajar mata
kuliah geologi dasar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Pengantar Modul ........................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Peta Konsep Modul ....................................................................................... iv
Daftar Capaian Pembelajaran ................................................................... v
Kegiatan Pembelajaran I ................................................................................1
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas
iv
Kegiatan Pembelajaran VI .......................................................................... 34
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas
Kegiatan Pembelajaran VII .......................................................................... 40
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas
v
Peta Konsep Modul
Mahasiswa mampu menguasai dan mengaplikasikan konsep dasar geologi yang terdiri atas konsep
tektonik lempeng, benua terapung, struktur interior bumi, proses sedimentasi, aktivitas sesmik dan
tektonik, akresi benua dan sedimentasi di benua
8
Mahasiswa mampu mengingat Mahasiswa mampu
dan memahami proses-proses menjeaskan aktivitas tumbukan
5
sedimentasi di lantai samudera dan akresi benua
Mahasiswa mampu
Mahasiswa mampu menjelaskan
menjelaskan struktur interior Mahasiswa mampu
4 7 sedimentasi di benua akibat
bumi menjelaskan tektonik di 9 aktivitas tektonik
bagian litosfer samudera
3 6
Mahasiswa mampu memahami Mahasiswa mampu memahami
konsep benua terapung seismisitas tektonik lempeng
1
Mahasiswa mampu memahami
konsep tektonik lempeng dan
mekanismenya
vi
Daftar Capaian Pembelajaran
vii
Kegiatan Pembelajaran I
(Teori dan Konsep Tektonik Lempeng)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep tektonik lempeng dan
mekanismenya
B. Uraian Konsep dan Teori
Bumi sebagai tempat tinggal manusia dan makhluk hidup lainnya
ternyata terdiri atas berlapis- lapis. Jadi, Bumi ini mempunyai sebuah inti
yang sangat panas dan berada di tengah-tengah (di kedalaman). Terkadang isi
yang dikandung oleh Bumi ini keluar ketika gunung berapi sedang erupsi.
Bumi mempunyai berbagai macam lapisan penyusun Bumi itu sendiri.
Lapisan Bumi ini terdiri atas berbagai unsur. Salah satu unsur yang
membentuk lapisan atau menyusun lapisan Bumi adalah bebatuan. Bebatuan
penyusun Bumi ini ada berbagai macam. Pada kesempatan kali ini kita akan
membahas mengenai berbagai macam Jenis-jenis Batuan Penyusun Lapisan
Bumi. Kulit Bumi mempunyai tiga bagian yang menyusunnya. Ketia bagian
itu adalah: Kerak Bumi (Crust), Selimut atau selubung Bumi (Mantle) dan
Inti Bumi (Core).
Banyak sekali jenis batuan yang menyusun lapisan bumi tersebut.
Berbagai jenis batuan merupakan elemen penyusun kulit bumi. Batuan ini
menyusun kulit bumi dengan ketebalan yang mencapai 4 hinga 80 kilometer.
Berikut akan dijelaskan mengenai jenis batuan apa saja yang menyususn
struktur lapisan Bumi. Bataun- batuan yang menyusun lapisan Bumi adalah
batuan beku, sedimen dan metamorf. Kerak bumi ini sendiri terbagi menjadi
dua, yaitu kerak benua dan kerak samudera. Kedua jenis kerak bumi ini
memiliki beberapa perbedaan mendasar yang antara lain adalah ketebalan,
berat jenis, material penyusun, dan umur dari kerak tersebut.
Kerak benua pada dasarnya adalah kerak bumi yang ada di bawah
benua-benua di seluruh dunia. Kerak benua memiliki berat jenis yang
cenderung lebih ringan dibandingkan dengan kerak samudera. Hal ini terjadi
1
karena material penyusun kerak benua berbeda dibandingkan dengan kerak
samudera, penyusun kerak benua adalah Si-Al atau Silika Alumunium.Silika
dan Alumunium memiliki berat jenis yang jauh lebih ringan dibandingkan
dengan mineral yang membentuk kerak samudera. Namun, implikasi dari
material penyusun Si-Al ini adalah tingkat keasaman yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, gunung api yang terbentuk karena kerak benua cenderung
memiliki magma yang bersifat asam dan kental. Kerak samudra pada
dasarnya adalah kerak bumi yang ada dibawah samudra-samudra di seluruh
dunia. Kerak samudera in memiliki beberapa karakteristik yang berbeda
dibandingkan dengan kerak benua. Pertama, material penyusunnya berbeda,
jika kerak benua disusun oleh mineral Si-Al, maka kerak samudera disusun
oleh material Si-Ma.Untuk teman-teman yang belum tahu, Si-Ma adalah
Silika Magnesium, nah, material ini memiliki berat jenis yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kerak benua. Silika dan magnesium juga
memiliki karakteristik mineral yang cenderung basa, sehingga magma yang
berasal dari kerak samudera cenderung lebih cair dan bersifat basa. Kerak
samudera memiliki ketebalan yang cukup tipis, jauh lebih tipis dibandingkan
dengan kerak benua. Secara umum, kerak samudera memiliki ketebalan
hanya sekitar 6 hingga 10 km. Hal ini diduga disebabkan oleh berat jenis
kerak samudera yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak benua.
Oleh karena itu, kerak tersebut akan cenderung termampatkan ke dalam
volume yang lebih kecil. Namun, karena berat jenisnya yang tinggi, bisa jadi
beratnya sama walaupun volumenya jauh lebih rendah.
Para ilmuwan membagi permukaan bumi dari kerak bumi yang kita
lewati hingga pusat atau titik terdalam bumi menjadi lapisan-lapisan yang
berbeda. Lithosphere dan Asthenosphere kebetulan merupakan dua lapisan
penting dari bagian dalam bumi. Dari permukaan bumi hingga 100 km
pertama di dalamnya adalah lapisan bumi yang dikenal sebagai Lithosphere.
Jadi, lapisan terluar bumi yang terlihat bentuk permukaan disebut
Lithosphere. Lapisan Ini terdiri dari semua batu dan permukaan padat
lainnya yang kita lihat di permukaan dalam bentuk tanah, bukit, dan gunung.
Kata Lithosphere berasal dari bahasa Yunani Litho yang secara harfiah 2
berarti batu. Lapisan bumi ini juga dibagi menjadi dua jenis, satu yang kita
lihat dan berjalan di atasnya dan yang lainnya di bawah air lautan. Jadi, ada
lapisan benua dan samudera dalam bentuk Lithosphere.
Lapisan bumi yang tepat di bawah Lithosphere dan masuk lebih dalam
ke permukaan dikenal sebagai Asthenosphere. Keseimbangan antara tekanan
dan suhu sedemikian rupa sehingga bebatuan di lapisan bumi ini memiliki
sedikit kekuatan, dan mereka berperilaku seperti mentega di bawah pisau. Ini
adalah bagian dari mantel yang memperlambat gelombang seismik karena
terdiri dari batuan cair. Jika Anda pernah menenggelamkan lumpur, Anda
dapat memahami kondisi bebatuan di dalam lapisan bumi ini. Jika kita
menganggap seluruh mantel sebagai keseluruhan, Asthenosphere terdiri
hanya lebih dari 6% dalam volume, tetapi sangat penting dalam pergerakan
lempeng tektonik karena likuiditas lapisan ini, lapisan atasnya yang disebut
Lithosphere mampu bergerak.
Kedalaman transisi litosfer-astenosfer sangat bervariasi di seluruh
Bumi karena bergantung pada rezim termalnya. Litosfer dapat memiliki luas
hanya 2 atau 3 kilometer di bawah kerak samudera yang panas dan tipis.
Namun, di belakang kerak benua tua dan dingin, litosfer bisa setebal 250 atau
bahkan 500 kilometer.Disisi lain, kerak dan mantel adalah lapisan Bumi yang
didefinisikan oleh sifat kimia (atau komposisinya) atau secara khusus kerak
terdiri dari batuan kurang padat (misalnya granit, basal, serta gabro),
sedangkan mantel terdiri dari batuan padat (terutama peridotit). Kerak
terbagi atas kerak samudra yang lebih tipis (kurang dari 10 kilometer) dan
kerak benua yang lebih tebal (70 kilometer atau lebih).
Ahli geologi sebenarnya tidak pernah secara langsung mengamati batas
lapisan kerak bumi. Tidak ada seorangpun pernah mengebor hingga mencapai
batas lapisan tersebut. Lubang terdalam yang pernah dibor adalah "Kola
Superdeep Borehole", mencapai kedalaman sekitar 12 kilometer. Namun,
karena lubang ini dibor di kerak benua (kontinen) yang tebal, sehingga lubang
itu tidak sampai pada batas lapisan kerak.Karena ahli geologi tidak bisa
secara langsung mengamati batas lapisan kerak (batas litosfer-astenosfer), 3
maka batas tersebut ditentukan oleh pengamatan geofisika. Batas lapisan
kerak disebut Mohorovicic Discontinuity atau MOHO. MOHO adalah tempat
di mana gelombang "P" seismik tiba-tiba meningkat kecepatannya, mungkin
karena gelombang tersebut dapat melakukan perjalanan lebih cepat pada
batuan mantel yang lebih padat.
Teori tektonik lempeng menyatakan bahwa lempeng benua yang ada
sekarang mengapung diatas lapisan batuan yang lebih berat dan cair yaitu
astenosfer. Pergerakan lempeng ini disebabkan oleh adanya dorongan dari
arus konveksi mantel.Teori tektonik lempeng juga menyatakan bahwa Bumi
terdiri dari lapisan dalam dan luar, lalu dibagi-bagi lagi berdasarkan
karakteristik fisik maupun kimiawinya. Lapisan luar meliputi litosfer dan
astenosfer, sedangkan lapisan dalam meliputi mantel dan inti. Dalam
pergerakan lempeng-lempeng litosfer dikenal tiga jenis batas lempeng yaitu:
Divergen (divergent), apabila dua lempeng bergerak saling menjauh disertai
proses pembentukan litosfera baru melalui rekahan yang meregang (Mid
Oceanic Ridges).
Yang kedua adalah Konvergen (convergent), apabila dua lempeng saling
mendekat, dicirikan dengan adanya tumbukan dimana salah satu lempeng
akan menunjam dan menyusup ke bawah lempeng lainnya, serta
adanya Benioff zone yaitu suatu jalur bergempa yang miring dengan sudut
beragam. Gerak konvergensi ditunjukkan dengan adanya penunjaman
(subduction) lempeng samudera dibawah lempeng benua dan pertumbukan
(collision) antara lempeng benua dengan lempeng benua atau lempeng benua
dengan busur kepulauan. Ketiga adalah Sesar transform (transform fault,
fracture zone), apabila dua lempeng bergerak saling berpapasan pada lantai
samudera, umumnya sesar transform berasosiasi dengan punggungan dan
celah (Menard dan Chase, 1970).
Busur kepulauan merupakan salah satu tipe kepulauan, yang biasanya
terdiri dari rantai gunung api, dengan susunan berbentuk busur, dan sejajar
serta dekat dengan batas antar dua lempeng tektonik yang saling
bertumbukkan. Sebagian besar busur kepulauan terbentuk sebagai satu 4
lempeng samudra yang menujam ke lempeng lainnya, dan (di hampir semua
kasus) memproduksi magma di bawah lempeng yang ditujamnya. Meskipun
begitu, ini hanya terjadi pada busur kepulauan yang merupakan bagian dari
sabuk pegunungan yang biasa disebut busur vulkanik. Sebagai contoh,
sebagian besar rantai pegunungan Andes/ Amerika tengah/ Kanada bukan
merupakan busur vulkanik, tetapi mereka bukan merupakan kepulauan (
berada di area benua) dan oleh sebab itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai
busur kepulauan. Di sisi lain, Busur Hellenic di area mediterania, yang terdiri
dari sejumlah pulau seperti kreta, merupakan busur kepulauan, tetapi bukan
busur vulkanik. Busur Aegean selatan yang merupakan busur vulkanik
berada sejajar dengan busur hellenic.
Busur kepulauan merupakan salah satu tipe kepulauan, yang biasanya
terdiri dari rantai gunung api, dengan susunan berbentuk busur, dan sejajar
serta dekat dengan batas antar dua lempeng tektonik yang saling
bertumbukkan. Sebagian besar busur kepulauan terbentuk sebagai satu
lempeng samudra yang menujam ke lempeng lainnya, dan (di hampir semua
kasus) memproduksi magma di bawah lempeng yang ditujamnya. Meskipun
begitu, ini hanya terjadi pada busur kepulauan yang merupakan bagian dari
sabuk pegunungan yang biasa disebut busur vulkanik. Sebagai contoh,
sebagian besar rantai pegunungan Andes/ Amerika tengah/ Kanada bukan
merupakan busur vulkanik, tetapi mereka bukan merupakan kepulauan (
berada di area benua) dan oleh sebab itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai
busur kepulauan. Di sisi lain, Busur Hellenic di area mediterania, yang terdiri
dari sejumlah pulau seperti kreta, merupakan busur kepulauan, tetapi bukan
busur vulkanik. Busur Aegean selatan yang merupakan busur vulkanik
berada sejajar dengan busur hellenic.
Landas benua (bahasa Inggris: continental shelf) atau Paparan benua
atau sering disebut landas kontinen adalah perluasan perimeter pada masing-
masing benua yang terhubung dengan dataran pesisir. Landas benua yang
mengelilingi sebuah pulau disebut landas insuler. Sebagian besar landas
benua terbentuk pada periode glasial, yang kemudian tenggelam di laut 5
dangkal (dikenal dengan laut landas) atau teluk pada periode interglasial.
Tepian benua, yang terletak di antara landas benua dan dataran abisal,
terdiri dari lereng benua dan dataran benua curam. Sedimen dari benua di
atas permukaan air turun menuju lereng dan terkumpul sebagai tumpukan
sedimen di dasar lereng benua, yang disebut dengan peninggian benua.
Meluas sejauh 500 km dari lereng benua, terdapat sedimen tebal yang
diendapkan oleh arus turbiditas dari landas dan lereng benua. Gradien
peninggian benua berada di antara lereng dan landas pada tingkat 0,5–1°.
Menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, landas
benua diartikan sebagai bentang dasar laut yang berdekatan dengan pesisir
milik negara tertentu tempat ia berada.
Dalam hidrologi , cekungan samudera mungkin ada di mana saja di
bumi yang tertutup oleh air laut tetapi cekungan laut secara geologis adalah
cekungan geologi besar yang berada di bawah permukaan laut . Secara
geologis, terdapat fitur geomorfologi bawah laut lainnya seperti landas
kontinen , palung laut dalam, dan pegunungan bawah laut (misalnya,
punggungan Atlantik tengah dan Gunung Kaisar ) yang tidak dianggap
sebagai bagian dari cekungan samudra; sedangkan secara hidrologis,
cekungan samudera mencakup beting benua yang mengapit dan laut epeiric
yang dangkal.
Kriteria ideal bahwa setiap benua adalah daratan yang berbeda
umumnya adalah konvensi sejarah. Dari tujuh daratan yang diakui sebagai
benua, hanya Antarktika dan Australia yang benar-benar terpisah dari benua-
benua lainnya. Beberapa benua tidak secara jelas dianggap berdiri sendiri,
tetapi sebagai "daratan yang lebih kurang berbeda". Asia dan Afrika
disatukan oleh Tanah Genting Suez. Amerika Utara dan Selatan terhubung
oleh Tanah Genting Panama. Pada kedua kasus tersebut, sama sekali tidak
ada pemisahan daratan oleh air (dengan mengenyampingkan Terusan Suez
dan Terusan Panama, yang keduanya sempit dan dangkal, karena merupakan
buatan manusia). Kedua tanah genting ini sangat kecil dibandingkan dengan
daratan besar yang mereka satukan. Pada awalnya bumi terbentuk seluruh 6
benua merupakan satu daratan yang amat luas, belum terbagi-bagi oleh
pergeseran kerak bumi; daratan tersebut disebut Pangea, pada masa mesozoic
terbagi atas dua bagian besar yaitu gondwana di belahan Bumi selatan dan
laurasia di belahan Bumi utara.
Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah
sebuah teori besar dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk
memberikan penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar
yang dilakukan secara alami oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup
sekaligus menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu
dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading
yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Ringkasnya, karena bagian terluar
dari interior bumi terbentuk oleh dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer
yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang isinya kaku dan
padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala
waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear
strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer
sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih
dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic
plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng
yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer.
Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng,
baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform
(menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan
pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah
sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan
50–100 mm .Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer
dan lapisan astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya
perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer
lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan 7
panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan
panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik.
Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi
inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian
dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau
astenosfer pada waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan
kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer
terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-beda.
Lempengan ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai
viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa
mencapai 10–40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di
Punggungan tengah Atlantik, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat
pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.
Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel
litosferik yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis
material kerak.Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering
disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium.Yang kedua
adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan
aluminium.Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak
benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak
samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30–50 km sedangkan kerak
samudera hanya 5–10 km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate
boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti
gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung,
gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif
di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring
of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.Lempeng
tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu
8
lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua
itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah
berdasarkan kepadatan material pembentuknya.Kerak samudera lebih padat
daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai
elemen, khususnya silikon.Kerak benua kurang padat karena komposisinya
yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat.
Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang
felsik.[19] Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut
seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke
atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan
isostasi.Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif
litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan
panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang
menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui sekarang,
meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan
litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi
adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.
Pada waktu pembentukannya di Punggungan tengah samudra (mid
ocean ridge), litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih
rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring
dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya
kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya
memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona
subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak-
pergerakan lempengan. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan
untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi [22] Meskipun
subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak-pergerakan
lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya
lempengan seperti lempengan Amerika Utara, juga lempengan Eurasia yang
bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini 9
masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu
bumi.
Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik)
menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di
seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia
batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui
ekspansi dan kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari
keheterogenan kepadatan secara lateral adalah konveksi mantel dari gaya
apung (buoyancy forces) [23] Bagaimana konveksi mantel berhubungan secara
langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang
sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau
lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik
bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya ke
pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.
C. Rangkuman
Tektonik lempeng merupakan suatu teori revolusi dari semua ilmu
kebumian. Teori ini sangat penting untuk ilmu pengetahuan, sumberdaya
bahan galian dan bagaimana mempelajari bencana.Teori tektonik lempeng
menyatakan bahwa lempeng benua yang ada sekarang mengapung diatas
lapisan batuan yang lebih berat dan cair yaitu astenosfer. Pergerakan
lempeng ini disebabkan oleh adanya dorongan dari arus konveksi mantel.
Teori tektonik lempeng juga menyatakan bahwa Bumi terdiri dari lapisan
dalam dan luar, lalu dibagi-bagi lagi berdasarkan karakteristik fisik maupun
kimiawinya. Lapisan luar meliputi litosfer dan astenosfer, sedangkan lapisan
dalam meliputi mantel dan inti.
D. DaftarPustaka
Skinner B.J. etc., 2004. Dynamic Earth : an introducing to physical
Geology. John Wiley & Sons.
Kiger M. etc., 1996. This Dynamic Earth. USGS. Washington. 10
E. Latihan dan Tugas
1. Jelaskan konsep teori tektonik lempeng dengan batas-batas lempengnya!
2 Jelaskan apa yang dimaksud dengan bidang moho dan gambarkan !
11
Kegiatan Pembelajaran II
(Mekanisme Tektonik Lempeng)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme tektonik
lempeng di cekungan kerak benua dan samudera
B. Uraian Konsep dan Teori
Teori tektonik lempeng memperkenalkan mengenai lempengan bumi
yang terpecah saling bergerak mendekat membentuk pegunungan dan
menjauh membentuk lantai samudera. Menurut Wilson, seorang ahli geologi
asal Kanada, bahwa akan terjadi suatu siklus tektonik dimana suatu
continental akan terpecah membentuk suatu cekungan samudera, kemudian
cekungan itu lambat laun akan menghilang dan akhirnya membentuk satu
continental utuh lagi seperti semula. Siklus itulah yang dinamakan Siklus
Wilson.
Berawal dari sebuah benua yang memiliki kesetimbangan isostatik
yang sempurna, dimana gak ada gempa, gak ada aktivitas gunungapi,
pokoknya tanah ini gak ada aktivitas tektonik apapun, damai, aman, dan
tentram selama puluhan hingga ratusan tahun. Kondisi benua yang stabil
seperti keadaan di tahap sebelumnya tidak akan berlangsung selamanya.
Suatu ketika akan terjadi ‘gangguan’ yang mengusik ketentraman benua
stabil tersebut. Gangguan tersebut adalah munculnya mantel plume bersifat
mafic atau ultramafic (berasal dari mantel dalam) yang naik ke permukaan
membentuk hot spot. Panas yang sangat intens dari hot spot ini akan
membuat benua ini membengkak, kemudian semakin menipis dan akhirnya
retak. Hot spot tersebut akan membuat benua terbelah menjadi dua bagian,
namun belum terpisah seutuhnya.
Benua akan terpisah saat pembentukan cekungan samudera dimulai.
Cekungan samudera ini terbentuk karena magma yang terus menerus muncul
di permukaan akibat arus konveksi mantel bumi. Lantai samudera yang
12
terbentuk pada cekungan ini terdiri dari batuan mafik dan ultramafik yang
memiiki densitas lebih itnggi dari kerak benua di sampingnya. Kedua benua
yang telah terpisah ini akan terus menjauh ribuan kilometer selama berjuta-
juta tahun. Terjadinya pemisahan dua benua yang awalnya bersatu karena
rifting. Magma yang terus menerus naik ke permukaan akibat arus konveksi
kedua benua saling menjauh, sehingga cekungan samudera terus menerus
melebar membentuk kerak samudera baru serta divergent continental margin
(DCM) atau biasa disebut sebagai tepi benua pasif (passive continental
margin). Butuh waktu sampai ratusan juta tahun hingga mencapai tahap ini,
dimana pemekaran samudera telah terjadi sempurna, terbentuk batas
divergen, hingga munculnya kerak samudera baru. Terlihat bekas axial rifting
lama serta gunungapi yang sudah tertimbun di bawah sedimen-sedimen
yang lebih muda.
Ada satu titik dimana pergerakan divergen lempeng ini akan berhenti
dan kedua benua yang awalnya dipisahkan itu akan bergerak saling bertemu
satu sama lain. Pergerakan ini disebut sebagain konvergen. Pergerakan
konvergen yang terjadi di sini menyebabkan terbentuknya zona subduksi
dimana lempeng yang densitasnya lebih tinggi daripada lempeng satunya
akan menunjam ke bawah. Terdapat dua tipe zona subduksi, yang satunya
terbentuk di cekungan samudera (island arc) dan satunya terbentuk pada
tepian benua (Cordilleran). Kedua tipe subduksi ini membentuk akan suatu
rangakaian pegunungan vulkanik (volcanic mountain bulding). Pada tahap
ini, yang terjadi yaitu pembentukan island arc, dimana lempeng samudera
saling bertemu hingga membentuk busur vulaknik. Pada zona subduksi,
lempeng yang menyusup ke bawah akan membentuk fitur struktur baru juga
beberapa jenis batuan baru.
Setelah lempeng samudera saling bertemu dan membentuk island arc,
lempeng samudera yang menyusup lambat laun akan hilang hingga kemudian
island arc akan bertubrukan dengan salah satu benua, sebut saja dia akan
bertubrukan dengan benua X (pembagian di tahap Early Ocean Basin
Formation). Setiap tubrukan, akan ada satu lempeng yang berada diatas dari
lempeng lainnya. Lempeng di atas itu dinamakan hinterland dan yang 13
ditimpa bernama foreland. Maka bagian hinterland di tahap ini adalah
island arc yang menabraki benua (foreland). Hasil dari tubrukan ini
membentuk rangkaian pegunungan dibagian hinterland. Dari waktu ke
waktu, pegunungan yang terbentuk ini akan mengalami erosi hingga
ketinggiannya akan sama dengan permukaan air laut (peneplain). Akibat
dari tumbukan island arc, maka benua X lebih besar dibandingkan dengan
benua Y.
Pecahnya benua dan baru pada samudra masih memiliki hubungan
dengan sistem wilson berikut adalah tahap tahap nya:
(1) Tahap 1 siklus wilson dan pecahnya benua
(2) Mantel membentuk kubah (domed up) mengakibatkan kerak benua dan
meregang dan menipis
(3) Muncul lembah sempit yang panjang (rift valley) kerak (crustal block
bergerak ke bawah,kemudia terjadi sesar normalsehingga membentuk
pegunungan
(4) Magma naik ke permukaan dan membentuk gunung api
(5) Terbentuk laut sempit
(6) Proses terpisahnya kerak benua masihg berlanjut hingga sterbentuk
sebuah cekungan samudra baru
14
Platform kontinental adalah suatu kraton yang stabil dilapisi oleh
endapan sedimen tipis, dan secara lateral sangat luas. Cekungan yang
berkembang pada suatu platform yang stabil disebut sebagai cekungan
kratonik. Pada umumnya mereka berbentuk seperi mangkok, dan diisi oleh
endapan Paleozoik dan Mesozoik yang diendapkan pada lingkungan laut
dangkal. Batuan sedimen yang dapat dijumpai mencakup batupasir laut
dangkal, batugamping, serpih, dan juga sedimen fluvial dan deltaik. Endapan
sedimen ini pada umumnya menebal ke arah pusat cekungan, dimana dapat
memiliki ketebalan hingga mencapai 1000 m atau lebih. Kraton Amerika
Utara adalah contoh dari platform kontinental utama yang dicirikan dengan
hadirnya beberapa cekungan kratonik(gambar 1.10). Cekungan-cekungan ini
diisi oleh endapan sedimen yang berumur antara Paleozoik sampai
Mesozoik(Sloss, 1982).
C. Daftar Pustaka
Whitmeyer, S. J., Fichter, L. S., & Pyle, E. J. (2007). New directions in
Wilson Cycle concepts: Supercontinent and tectonic rock cycles. Geosphere,
3(6), 511-526.
Fichter, L.S., 1996, Tectonic rock cycles: Journal of Geosci- ence
Education, v. 44, p. 134–148.
E. Rangkuman
Teori tektonik lempeng memperkenalkan mengenai lempengan bumi
yang terpecah saling bergerak mendekat membentuk pegunungan dan
menjauh membentuk lantai samudera. Menurut Wilson, seorang ahli geologi
asal Kanada, bahwa akan terjadi suatu siklus tektonik dimana suatu
continental akan terpecah membentuk suatu cekungan samudera, kemudian
cekungan itu lambat laun akan menghilang dan akhirnya membentuk satu
continental utuh lagi seperti semula. Siklus itulah yang dinamakan Siklus
Wilson.
18
Kegiatan Pembelajaran III
(Teori Benua Terapung)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep benua terapung
B. Uraian Konsep dan Teori
Benua merupakan suatu daratan yang sangat luas yang berada di atas
permukaan bumi. Sekitar lima benua yang berada di dalam bumi kita,
diantaranya yaitu benua Eropa, Asia, Afrika, Australia, dan Amerika. Bentuk
bentuk benua tersebut apabila diperhatikan seperti sebuah puzzle yang saling
terpisah. Seorang ilmuwan pada tahun 1912 yang bernama Alfred Lothar
Wegene, mengemukakan sebuah teori mengenai pengapungan dan pergeseran
benua (Continental Drift) dalam bukunya yang berjudul The Origin of
Continent and Oceans (1912). Alfred Lothar di dalam bukunya
mengemukakan bahwa benua benua yang ada tersusun atas batuan batuan
sial yang mengapung pada batuan batuan sima yang memiliki berat jenis
lebih besar.
Awalnya bumi memiliki sebuah daratan yang sangat luas yang disebut
dengan Pangaea (semua daratan), pangaea ini dikelilingi oleh lautan luas
yang disebut Panthalassa (semua lautan). Pangea tersebut pada 200 juta
tahun yang lalu pecah menjadi dua bagian, yakni Laurasia dan Gondwana.
Laurasia merupakan dataran yang menjadi cikal bakal daratan sebelah utara
bumi, sedangkan Gondwana adalah cikal bakal daratan di bagian selatan
bumi. Bagian bagian yang pecah tersebut kemudian dikenal sebagai benua,
lalu benua-benua tersebut bergerak saling menjauh menuju tempat tempat
seperti yang bisa kita lihat saat ini.
Pergerakan tersebut menuju ke arah khatulistiwa dan juga ke arah
barat. Akan tetapi, Alfred Lothar Wegene hanya mengemukakan hipotesa
pengapungan dan pergeseran benua, dia tidak bisa menjelaskan mengapa
benua tersebut bisa bergeser. Hal ini membuat sebagian ilmuan menerima
hipotesa ini, tetapi sebagian besar ilmuan lainnya tidak bisa membanyangkan
bagaimana bisa suatu massa benua yang lebih besar dapat mengapung dan 19
bergeser di atas permukaan bumi yang padat ini. Para ilmuan yang tidak
setuju beranggapan bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya vertikal,
sehingga gaya tersebut tidaklah mungkin mampu menyebabkan daratan yang
sangat besar (Pangaea) tersebut pecah dan terpisah.
Pada masa itu, Wegener belum bisa menyajikan bukti bukti yang kuat
untuk medukung hipotesanya, dia hanya mampu memberikan bukti bukti
yang berupa kesamaan fosil fosil pada setiap benua, kesamaan garis pantai,
dan kesamaan struktur dan batuan pada setiap benua. Bukti-bukti tetap saja
tersebut belum bisa menyakinkan para pengkritik terhadap hipotesanya
karena dia tetap tidak bisa menjelaskan dan meyakinkan para ahli lainnya
bahwa gaya utama yang bekerja pada permukaan bumi adalah bukan gaya
vertikal tetapi gaya lateral.
Seorang ahli muncul setelah misteri ini tidak terjawab selama berabad
abad dan memberikan jawaban atas keraguan ini, dia bernama Harry Hass.
Seorang ahli yang bisa menjelaskan bagaimana bisa permukaan yang sangat
luas itu pecah dan bergeser menjadi benua benua yang lebih kecil dengan
sangat jelas dan rasional. Harry Hass menjelaskan bahwa Pangeaea pecah
dan menjadi benua benua yang kecil karena arus konveksi yang berasal dari
inti bumi yang amat sangat panas. Arus konveksi ini menyebabkan lempeng-
lempeng bumi saling bertabrakan, sehingga menyebabkan peristiwa
Konvergen, Divergen dan Sesar.
Pergerakan lempengan lempangan bumi yang saling bertubrukan itu
mengakibatkan Pangeaea pecah dan menjadi beberapa daratan yang lebih
kecil yang disebut sebagai benua benua yang ada pada saat ini, yaitu benua
Eropa, Amerika, Afrika, Asia, dan Australia. Meskipun begitu, Alfred Lothar
Wegene tetap berjasa karena hipotesisnya tersebut menajadi tongak awal
toeri tentang pergeseran benua dan mendorong para ilmuan ilmuan lain
untuk memecahkan misteri yang belum terselesaikan di dalam hipotesisnya.
Proses pergeseran benua merupakan gagasan yang dituangkan oleh
Alfres L. Wegener yang dituangkan dalam buku berjudul The Origin of
Continent and Oceans (1912). Benua berisiakan susunan batuan sial yang 20
terapung pada batuan sima yang lebih besar berat jenisnya. Pergerakan
benua itu menuju khatulistiwa dan juga ke arah barat. Hipotesis utamanya
adalah di bumi pernah ada satu benua raksasa yang disebut Pangea (artinya
"semua daratan") yang dikelilingi oleh Panthalassa ("semua lautan"),
selanjutnya, 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua
yang lebih kecil yang kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang
dijumpai saat ini.Jadi benua pada jaman dahulu diibaratkan sebuah batu
apung yang bergerak karena adanya pergerakan lempeng di bagian bawah
kulit bumi ini. Pangea mulai memecahkan diri nya menjadi benua (daratan)
yang lebih kecil yang bernama Laurasia (membentuk daratan belahan selatan
seperti amerika latin, Afrika, India, Antartika, Australia, Selandia baru, New
guenea dll) dan Gondwanaland (membentuk daratan belahan utara seperti
Amerika dan Eropa). Sedangkan pada akhir periode Cretaceous benua benua
yang ada sudah sama dengan apa yang kita lihat hari ini (5 benua). Pada saat
benua Pangea terbentuk, daratan daratan yang menjadi benua sekarang
memiliki daratan penghubung (jembatan benua) yang menghubungkan benua
Amerika bagian selatan (latin), Afrika, India, Australia dan Antartika.
Pergerakan lempeng lempeng benua ini tiap tahun nya mencapai 1.5
inchi/tahun bahkan lebih lambat dari pertumbuhan kuku jari tangan kita
pertahun nya. Dan dengan ini jelas dibutuhkan ber juta juta tahun bagi
daratan benua itu untuk bergerak berjauhan dan membentuk benua yang ada
sekarang.Dan tanpa kita sadari pun sekarang benua benua kita telah
"bertumbukan" dan proses nya telah berlangsung selama beberapa juta tahun,
daratan Afrika telah bertumbukan dengan daratan benua Eropa. Italia,
Yunani dan hampir semua kota di bagian Mediteranian merupakan bagian
dari alur lempeng Afrika, dan itu telah tercatat pergerakan nya dalam 40 juta
tahun terakhir (menurut data geologist).
Tanda tanda lain pergerakan tersebut adalah Gunung Alpen Swiss dan
pegunungan Pyrenees telah saling mendorong, sehingga menyebabkan gempa
bumi yang terkadang menyerang wilayah bagian Yunani dan Turki. begitu
pula Australia yang diramalkan kedepan nya bila diperhitungkan dengan 21
pergerakan lempeng bumi tersebut, maka Australia akan terus bergerak ke
arah Utara hingga membentur Asia Tenggara. begitu pula dengan benua lain
seperti benua Amerika.
Awal terbentuknya Samudera besar di bumi ini juga di pengaruhi oleh
Pangea. Setelah perpisahan (partisi pangea) tersebut muncullah samudera
yang diperkirakan terbentuk 180-200 juta tahun yang lalu yaitu Samudera
Atlantik tengah antara barat laut Afrika dan Amerika Utara serta Samudera
Hindia barat daya antara Afrika dan Antartika. Jadi sangat dimungkinkan
bila ini terus terjadi, maka bumi (benua) kita ini sedang dalam proses untuk
menjadi "pangea" selanjutnya, karena bukti bukti penelitian memang
menunjukkan hal tersebut. Jadi kurang lebih 250 tahun lagi Bumi ini bisa
jadi tak berbentuk lagi seperti sekarang ini demikian penilitian yang di
lakukan pihak NASA(PangeaUltima).
C. Daftar Pustaka
Skinner B.J. etc., 2004. Dynamic Earth : an introducing to physical
Geology. John Wiley & Sons.
Thompson G.R., and Turk J. 1998. Introduction to Physical Geology.
Sounders Golden Sunburst Series.
22
E. Rangkuman
Benua adalah sebuah susunan batuan sial yang terapung pada batuan
sima yang lebih besar berat jenisnya.Pergerakan benua tersebut menuju ke
khatulistiwa dan juga ke arah barat sesuai dengan yang disampaikan Alfres
L. Wegener pada bukunya yang berjudul The Origin of Continent and Oceans
(1912). Pada awalnya benua di dunia menjadi satu yaitu Pangea(Semua
daratan) dan memiliki satu samudera yaitu Panthalassa(semua lautan),
kemudian setelah 200 juta tahun setelah itu pangea pecah menjadi benua-
benua kecil yang bergerak menuju tempatnya yang kita jumpai seperti saat
ini yang memiliki 5 benua besar, yaitu Asia, Eropa, Afrika, Amerika, dan
Australia.
Pergeseran tersebut telah disampaikan oleh beberapa ahli dengan
melakukan penelitian atas dasar berbagai faktor-faktor.Factor-faktor tersebut
diantaranya factor biologi, geologi, dan klimatologi.Beberapa factor tersebut
membuktikan bahwa memang pada mulanya benua-benua di dunia dulunya
menjadi satu, dengan berbagai hewan maupun batuan yang ditemukan
memiliki kesamaan meskipun letak kedua benua tersebut saat ini berjauhan,
selain itu dapat dilihat dari garis pantai yang dirasa seperti saling
berpotongan antara benua satu dengan benua yang lainnya.
23
Kegiatan Pembelajaran IV
(Interior Bumi)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan struktur interior bumi
B. Uraian Konsep dan Teori
Secara umum, interior Bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu lapisan
kerak, mantel, dan inti. Kerak Bumi bersifat kaku dan terdiri dari dua jenis,
yaitu kerak benua dan kerak samudera. Kerak benua bersifat asam/felsik
dengan komposisi mayoritas silika (Si), aluminium (Al), natrium (Na), dan
kalium (K). Ketebalan dari kerak benua adalah 20-70 km dengan rentang
suhu sekitar 200- 5000C. Densitas dari kerak benua adalah 2,7 g/cc.
Sedangkan kerak samudera bersifat basa/mafik dengan komposisi mayoritas
silika (Si), magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan besi (Fe). Ketebalan dari kerak
samudera adalah 8-15 km dengan rentang suhu 400-7000C. Rata-rata densitas
dari kerak samudera sekitar 3,3 g/cc.
Mantel dibagi menjadi dua lapisan, yaitu mantel luar (astenosfer) dan
mantel dalam (mesosfer). Sebagian mantel luar bersama dengan kerak akan
membentuk lempeng Bumi. Lempeng Bumi inilah yang disebut sebagai
litosfer dan akan selalu bergerak setiap waktu. Litosfer bersifat kaku dan
ultrabasa. Tebal dari lapisan ini sekitar 200 km dengan suhu maksimum
1.1000C. Ketika suhu melebihi 1.1000C, maka batuan akan sepenuhnya
mencair dan membentuk magma, sehingga lapisan astenosfer akan bersifat
plastis dan bergerak layaknya fluida. Astenosfer membentang dari kedalaman
200 km hingga 660 km di bawah permukaan Bumi. Suhu dari astenosfer
berkisar 1.100-2.0000C dengan densitas rata-rata 3,3 g/cc. Di bawah
astenosfer terdapat lapisan mesosfer. Mesosfer bersifat kaku dan memiliki
densitas sekitar 5,7 g/cc. Mesosfer membentang pada kedalaman 660-2.900 km
dengan rentangan suhu 2.000-3.0000C. Akibat adanya perubahan sifat dari
astenosfer yang bersifat plastis dengan mesosfer yang bersifat kaku, maka
24
terdapat bidang diskontinuitas di antara dua lapisan ini, yaitu bidang
diskontinuitas Repetti.
Bidang yang memisahkan lapisan mantel dengan inti adalah bidang
diskontinuitas Guttenberg. Inti Bumi dibagi menjadi dua lapisan, yaitu inti
luar yang bersifat cair dan inti dalam yang bersifat padat. Perbedaan sifat
inilah yang membentuk lapisan elektromagnetik dan kutub Bumi. Inti luar
bersifat cair dan berada pada kedalaman 2.900-5.150 km dengan densitas 10-
12 g/cc. Suhunya berkisar antara 3.000-3.8000C. Komposisi utama dari inti
luar adalah besi (Fe), nikel (Ni), dan sulfur (S). Di bawah lapisan inti luar,
terdapat bidang yang membatasi lapisan inti luar dan inti dalam, yaitu bidang
diskontinuitas Lehmann. Komposisi dari inti dalam berupa besi (Fe), nikel
(Ni), dan uranium (U). Lapisan ini memiliki suhu yang sangat tinggi akibat
adanya reaksi nuklir, yaitu sekitar 3.800-6.0000C. Meskipun inti dalam
suhunya sangat tinggi dan hampir setara dengan suhu permukaan Matahari,
lapisan ini bersifat padat. Hal ini disebabkan karena masifnya energi
gravitasi di daerah inti dalam sehingga lapisan ini memiliki densitas yang
sangat tinggi (>12 g/cc) dan suhu tersebut tetap tidak sanggup mencairkan
lapisan inti dalam.
Kerak adalah lapisan bumi yang paling luar dan paling keras. Namun
kerak sangat tipis jika dibandingkan dengan lapisan lainya. Lapisan ini juga
dikenal dengan lapisan sial. Kandungan utamanya adalah besi (32,1%),
oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%), nikel
(1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri
dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian
inti bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan sedikit nikel
(5,8%), sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka. Ahli
geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi
terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi
hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah
kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%.
25
Oksida-oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia,
potasium
Gelombang seismic termasuk dalam gelombang elastik karena medium
yang dilalui yaitu bumi bersifat elastik. Oleh karena itu sifat penjalaran
gelombang seismik bergantung pada elastisitas batuan yang dilewatinya
Gelombang seismik terdiri dari 2 tipe, yaitu gelombang body (gelombang yang
menjalar di dalam permukaan bumi) dan gelombang permukaan (gelombang
yang menjalar di atas permukaan bumi).
1. Gelombang permukaan merupakan gelombang yang seringkali
menyebabkan dampak yang besar ketika terjadi gempa, sementara
Gelombang body merupakan gelombang yang menjadi “sumber data”
untuk meneliti bumi dan isinya.
2. Gelombang body yang terdiri dari 2 jenis, yaitu gelombang P (primary)
dan S (secondary). Gelombang P selalu muncul lebih cepat dibanding
gelombang S. Tidak hanya dari waktu kemunculannya, namun kedua
gelombang ini memiliki sifat yang berbeda dalam hal medium
perambatannya. Gelombang P dapat merambat di segala medium (padat
maupun cair), sementara gelombang S tidak dapat merambat di medium
cair.
C. Rangkuman
D. DaftarPustaka
Firnanza, Esha. 2017. Penentuan Litologi Lapisan Bawah Permukaan
Berdasarkan Model Kecepatan 2D Tomografi Seismik Refraksi Untuk Geoteknik
Jalan Tol. Fakultas Teknik, Universitas Lampung: Lampung.
Gadallah, R.M dan Fisher, R. 2009. Exploration Geophysics.
Springer:Berlin Geofisika, 2015. Mata Kuliah Pengantar. Depok: Universitas
Indonesia
E. Latihan dan Tugas
Jelaskan struktur interior bumi dan hubungannya dengan gerakan
lempeng!
27
Kegiatan Pembelajaran V
(Sedimentasi di Lantai Samudera)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan proses-proses sedimentasi di lantai samudera
Endapan paparan benua dapat terjadi pada dua lempeng benua yang
saling menjauh (divergen) sampai pada kedua segmen benua tersebut
terpisah, dan dengan semakin lebarnya rift maka air laut akan mengisinya
membentuk dan tumbuh menjadi cekungan laut yang baru. Tepi benua yang
mengalami surut secara berangsur seperti litosfir yang mengalami muai dan
susut, pembentukan cekungan lepas pantai dapat menerima sedimen hasil
erosi dari daratan sekitarnya. Meluasnya paparan benua dari setiap benua
yang berasosiasi dengan dataran pesisir yang merupakan bagian dari benua 30
selama zaman es, tetapi berada dibawah laut selama zaman antarglasial
seperti paparan laut dan teluk. Naiknya permukaan benua dibawah lereng,
tetapi kearah daratan dari dataran abyssal. Gradien antara lereng dan
paparan pada kemiringan 0.5 - 1°. Kelanjutan sejauh 500 km dari lereng
disusun oleh endapan sedimen yang tebal melalui arus turbidit yang berasal
dari paparan dan lereng.
Aktivitas lantai samudra ini berkaitan erat dengan batas antar lempeng
yang disebut sea floor spreading. Sea floor spreading terjadi sebagai akibat
arus konveksi di dalam mantel Bumi dan berkembang secara simetris
menyebabkan antar lempeng samudra saling menjauh. Cekungan samudera
terbentuk dengan cara siklus wilson. Siklus Wilson menggambarkan siklus
tektonik atau siklus permulaan dan akhir dari suatu cekungan
samudra(Pradana dan Sutedjo, 2018). Berdasarkan penyebarannya sedimen
laut dapat dikelompokan menjadi 2 (dua), yaitu sedimen laut dalam dan
sedimen laut dangkal.Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi
pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng benua (Continental
Slope).Continental Shelf adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai
kurang lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar
dari pantai 50 - 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada di atasnya
di antara 100 - 200 meter.Daerah perairan dalam, seperti endapan yang
terjadi pada laut dalam. Pada umumnya “Glacial Continental Shelf”’ dicirikan
dengan susunan utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil.
Sedangkan “Non Glacial Continental Shelf’” endapannya biasanya
mengandung lumpur yang berasal dari sungai.Endapan Sedimen pada
Perairan Laut Dalam. Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
SedimenTerigen Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis
D. Daftar Pustaka
Anggraeni, A., (2018), Tektonik Lempeng: Introduction to Plate Tectonics Theory.
Yogyakarta: Program Studi Geofisika Fakultas MIPA UGM
Earthguide, (n.d.), Earthguide at Scripps Institution of Oceanography: Sea Floor
Spreading. Tersedia di: earthguide.ucsd.edu. Diakses pada 27 April 2020
Pradana, S., Sutedjo, A., (2018), Pendalaman Materi Ilmu Geografi Modul 19
Perairan Laut. Tersedia di: ppg.spada.ristekdikti.go.id. Diakses pada 27 April 2020
E. Latihan dan Tugas
Jelaskan dan gambarlah pembentukan sedimentasi di lantai samudera !
33
Kegiatan Pembelajaran VI
(Seismisitas Tektonik Lempeng)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan sesimisitas tektonik lempeng
36
Gambar di atas adalah penampang ideal dari zona subduksi.Bagian
utama dari zona ini adalah kerak samudra yang menunjam,palung,prisma
akresi, forearc basin, outer-arc high, dan backstop. Tidak semua komponen
tersebut harus ada pada suatu zona subduksi. Terdapat dua kelompok
seismisitas,yaitu:a).Interplate seismicity yang dihasilkan oleh permukaan
antara dua lempeng; b). Intraplate seismicity yang terjadi pada batas luar
kedua lempeng. Dimulai dari kanan pada gambar6.22, gempa dangkal yang
dihasilkan dari sesar turun banyak terjadi pada kerak samudra ketika mulai
menunjam. Fenomena ini dinamakan ‘intraplate bending-related
normalevent.’Kerak menunjam di bawah prisma akresi dengan sedikit sesar
naik yang terjadi.Lapisan sedimen pelagik menjadi zona tanpa seismik
(aseismic).
Zona aseismicslip berakhir pada kedalaman 12 km di bawah outer-
archigh. Pada titik tersebut adalah zona backstop yang terdiri dari batuan
vulkanik,dimana gempa dangkal banyak terjadi.Titik dimana permukaan
lempeng berada pada zona backstop, dinamakan seismic front. Kearah bawah
dari seismic front,lempeng naik terhadap vulkanik/metamorphiccrustal
backstop, menghasilkan gempa besar sepanjang zona sesar tersebut.
Fenomena ini dinamakan interplate seismic slip zone yang terletak pada
kedalaman 40 km, dimana mantel berubah dari brittle menjadiductile.Pada
zona tersebut, gempa yang terjadi adalah ‘bending-related thrustslip.’Didekat 37
dasar batas elastic lithosphere,‘intra plate bending-related thrust event’ terjadi
pada kedalaman sekitar 35km.Beberapa bending-related intraplate normal
event terjadi pada kedalaman antara 40 –50km di bagian bawah lempeng yang
menunjam.
Pada kasus gempa besar yang terjadi di Jepang dan Alaska,terjadi
perubahan ketinggian permukaan sebelum dan setelah gempa.Ketika terjadi
gempa di Jepang,ditahun1964,terjadi perubahan ketinggian permukaan dekat
episenter sebelum terjadi gempa.Amblasnya permukaan secara tiba-tiba
diikuti oleh gempa,Gerakan permukaan ini mungkin terletak akibat gerakan
ke bawah (downwardmotion) atau underthrusting pada litosfer benua. Ketika
dilakukan penelitian pada beberapa lokasi episenter dan pengamatan waktu
kejadian gempa besar di zona batas Lempeng Subduksi Pasifik, terdapat area
yang tidak terdapat aktivitas gempa selama beberapa dekade. Area tersebut
dinamakan seismicgap ketika tidak ada gempa besar selama 30 tahun
terakhir.Terdapat dua penjelasan bagi gejala ini, pertama, elastic strain masih
sedang terjadi pada daerah seismic gap tersebut. Cepat atau lambat, gempa
besar akan terjadi.Kedua, mungkin daerah tersebut adalah aseismicslip
dimana gerakan subduksi terjadi secara perlahan sehingga tidak ada
perubahan (strain) yang besar dan akhirnya tidak akan ada gempa besar.
C. Rangkuman
Seismisitas merupakan persebaran gempa. Gempa dapat disebabkan oleh
berbagai hal, diantaranya perpindahan mendadak massa kerak bumi,
aktivitas vulkanik dan ledakan yang disebabkan oleh manusia. Dari ketiga
hal tersebut perpindahan medadak massa kerak bumi adalah faktor yang
paling besar menyebabkan kerusakan. Ketika batuan mendapat tekanan yang
diakibatkan oleh pergerakan lempeng, batuan akan bertahan hingga
mencapai batas elastisitas.
Berdasarkan teori elastis dan deformasi elemen medium serta konsep
displacement potensial, maka pada media homogen isotropis, transfer energi
dapat ditransmisikan dalam dua tipe dengan kecepatan penjalaran yang 38
berbeda pula, tergantung konstanta-konstanta elastik media yang
dilewatinya.
D. Daftar Pustaka
39
Kegiatan Pembelajaran VII
(Tektonik dan Litosfer Samudera)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tektonik di bagian litosfer samudera
D. Daftar Pustaka
Butler, R. F.. 1992. Paleomagnetisme : Magnetic Domain to Geological
Terranes. Boston : Blackwell.
Twiss, R.J., & E.M. Moores. 1992. Structural Geology. New York : W.H.
Freeman and Company.
Wilson, JT. 1965. Kelas Sesar Baru dan Hubungannya dengan Pergeseran
Benua Alam. 207(4995) : 343-347.
48
Kegiatan Pembelajaran VIII
(Tektonik Tumbukan dan Akresi Benua)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan aktivitas tumbukan dan akresi benua
Hampir 71% permukaan bumi tertutupi oleh air, menjadikan warna bumi
biru muda di luar angkasa. Area bumi ini disebut hydrospere atau lumrah
disebut lautan atau nama bekennya samudra. Hydrospere ini meliputi lima
daerah utama, dari yang terluas yakni samudra pasifik, atlantik, hindia
(indian), Southern (antartika), dan Arktik. Indonesia sendiri termasuk negara
kepulauan yang diapit oleh dua samudra, yakni pasifik di sebelah timur dan
hindia di sebelah barat. Potensi ini menguntungkan Indonesia, karena dimasa
kini dan dimasa depan samudra dipandang sebagai salah satu penggerak
ekonomi dunia.
Proses orogeni dapat terjadi selama puluhan juta tahun dan membangun
pegunungan dari dataran atau dasar laut. Ketinggian topografi pegunungan
orogenik dipengaruhi oleh prinsip isostasi yaitu adanya keseimbangan
antara gaya gravitasi ke bawah dengan berbagai dorongan ke atas gunung
(terdiri dari material terang kerak benua) dan gaya apung keatas yang
diberikan oleh mantel padat yang ada dibawahnya. Biasanya, formasi
batuan yang mengalami orogeni adalah yang telah mengalami banyak
deformasi berat dan menjalani metamorfosis. Selama orogeni, batuan yang
terkubur dapat terdorong ke permukaan.Material dasar laut dan dekat pantai
dapat mencakup beberapa atau semua daerah orogenik.Bila orogeni terjadi
akiat dua benua yang bertabrakan, pegunungan yang dihasilkan bisa sangat
tinggi (Himalaya).
C. Rangkuman
Proses orogeni dapat terjadi selama puluhan juta tahun dan membangun
pegunungan dari dataran atau dasar laut. Ketinggian topografi pegunungan
orogenik dipengaruhi oleh prinsip isostasi yaitu adanya keseimbangan
antara gaya gravitasi ke bawah dengan berbagai dorongan ke atas gunung
(terdiri dari material terang kerak benua) dan gaya apung keatas yang
diberikan oleh mantel padat yang ada dibawahnya. Biasanya, formasi
batuan yang mengalami orogeni adalah yang telah mengalami banyak
deformasi berat dan menjalani metamorfosis. Selama orogeni, batuan yang
terkubur dapat terdorong ke permukaan.Material dasar laut dan dekat pantai
dapat mencakup beberapa atau semua daerah orogenik.Bila orogeni terjadi
54
akiat dua benua yang bertabrakan, pegunungan yang dihasilkan bisa sangat
tinggi.
D. Daftar Pustaka
Twiss, R.J., & E.M. Moores. 1992. Structural Geology. New York : W.H.
Freeman and Company.
Wilson, JT. 1965. Kelas Sesar Baru dan Hubungannya dengan Pergeseran
Benua Alam. 207(4995) : 343-347.
55
Kegiatan Pembelajaran IX
(Cekungan Sedimen di Benua)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan sedimentasi di Benua akibat aktivitas
tektonik
B. Uraian Konsep dan Teori
Teori geosinklin muncul pertengahan abad 18, Teori ini dikonsep oleh
Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada tahun
1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan
sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada
Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes. Teori ini menyatakan bahwa
geosinklin terbentuk memanjang atau seperti cekungan dalam skala ribuan
meter, yang terus menurun akibat dari akumulasi batuan sedimen dan
volkanik, suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama
beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen yang tebal.
Proses pengendapan ini menyebabkan subsidencae (penurunan) pada dasar
cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat
proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses
ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.
Teori Dana – Hall yang menyatakan bahwa barisan pegunungan
merupakan kelahiran geosinklin berdasarkan dua pendapat utama : (1)
determinasi lokasi barisan pegunungan yang akan terbentuk didasarkan
kepada adanya akumulasi sedimen pada suatu geosinklin, (2) pegunungan
menjadi rentan dalam proses yang relatif singkat, selama perlapisan
terlipatdan tersesarkan. Dalam perkembangannya, terdapat beberapa
penambahan terhadap teori Hall – Dana : (1) vulkanisme dan intrusi selama
pertumbuhan geosinklin induk, (2) isostatik mengontrol selama perlipatan
akibat appression sedimen geosinklinal, (3) metamorfisme dihasilkan dari
kondisi geosinklin dan kejadian yang mengikuti perlipatan, (4) intrusi batolit,
sintektonik dan epitektonik, dan hubungannya antara intrusi batolitik dan
56
kejadian suksesi perlipatan yang terdiri dari suatu revolusi orogenesa
berskala besar, (5) endapan bersifat metal sebagai akibat dari successive
cycles dari aktifitas gunung api selama revolusi orogenesa.
Terdeformasinya batuan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai akibat
dari menyempitnya cekungan, sehingga batuan di dalamnya terlipat dan
tersesarkan. Pergerakan ini terjadi akibat adanya gaya penyeimbang atau
isostasi.
59
Mantle-lithosperic thickening: pendinginan dari litosfer baik
dikarenakan proses tarikan atau pemanasan oleh peleburan
adiabatic dari pencairan astenosferik
Sedimentary and volcanic loading: Kompensasi isostatik local dari
suatu kerak danflexure litosfer regional, tergantung dari kerapatan
flexural dari litosfer bagian bawah, selama terjadi overthrusting dan
underpulling.
Subcrustal loading: Flexure pada litosfer selama terjadi proses
underthrusting pada suatu litosfer yang padat.
Astenosferik flow: efek dinamik dari aliran astenosferik, pada
umumnya dikarenakan proses delaminasi dari litosfer yang
mengalami subduksi.
Penebalan Krustal: Bertambahnya densitas dari suatu kerak
dikarenakan perubahan tekanan atau temperatur dan proses
emplacement dari cairan dengan densitas lebih tinggi yang menuju
kerak dengan densitas lebih rendah.
C. Rangkuman
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendah, yang terbentuk oleh
proses tektonik, dimana sedimen terendapkan. Cekungan sedimen merupakan
depresi sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Teori geosinklin menyatakan
bahwa geosinklin terbentuk memanjang atau seperti cekungan dalam skala 62
ribuan meter, yang terus menurun akibat dari akumulasi batuan sedimen dan
volkanik, suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama
beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen yang tebal.
Proses pengendapan ini menyebabkan subsidencae (penurunan) pada dasar
cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat
proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses
ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.
Cekungan sedimen digolongkan menjadi beberapa golongan,diantaranya :
Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin), Renggang (Rift),Cekungan
berhubungan patahan mendatar/transform. Cekungan berhubungan dengan
subduksi, Cekungan tepian benua, dan Aulakogen (Aulacogen). Mekanisme
cekungan sedimen benua antara lain :
Mantle-lithosperic thickening
Sedimentary and volcanic loadingSubcrustal loading
Astenosferik flow
Penebalan Krustal
Crustal thinning
Subcrustal loading
D. Daftar Pustaka
63