Anda di halaman 1dari 70

MODUL MATA KULIAH

Tektonofisika

Judul Modul:
Tektonofisik

PROGRAM TEKNIK PERTAMBANAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

1 Identitas Mata Kuliah


a. Nama Mata Kuliah : Tektonofisika
b. Kode Mata Kuliah : TKT 1305
c. BidangIlmu : Teknik Pertambangan
d. Status Mata Kuliah : Wajib
2 Koordinator/Pembina Mata Kuliah
a. Nama : Januar Fery Irawan, ST.,M.Eng.
b. NIP : 197601112000121002
c. Pangkat/Golongan : Pembina/ IV a
d. Jabatan : Kaprodi
e. Fakultas/Program : Teknik /Teknik Pertambangan
Studi
f. Universitas : Universitas Jember
3 Jumlah Tim Pengajar : 1 Orang

Jember, 16 Februari 2021

Mengetahui,
Fakultas Teknik Koordinator/Pembina
Wakil Dekan I Mata Kuliah

Dr. Ir. Gaguk J., S.T., M.T., IPM Januar Fery I, S.T., M.Eng.
NIP. 19690209 199802 1 001 NIP. 197601112000121002

ii
PENGANTAR MODUL

Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan pertolongan dan rahmad-Nya, Modul
Mata kuliah Tektonofisik Program Sarjana Teknik Pertambangan dapat diselesaikan
dengan baik. Modul ini disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dan
peningkatan kualitas pendidikan di Program Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Jember.
Modul ini berisi materi-materi yang diperlukan pada kuliah Tektonofisik.
Adapun materi kuliah meliputi: konsep tektonik lempeng, benua terapung, struktur interior
bumi, proses sedimentasi, aktivitas sesmik dan tektonik, akresi benua dan sedimentasi di
benua. Di samping itu, untuk mendukung proses kuliah ini diperlukan latihan soal.
Dalam penyusunan modul ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember
2. Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember
3. Ketua Program S1 Teknik Pertambangan Universitas Jember
4. Rekan-rekan dosen Teknik Pertambangan
5. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian modul praktikum/tugas
besar ini.
Semoga modul praktikum/tugas besar ini dapat membantu tim pengajar mata
kuliah geologi dasar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penyusun

Januar Fery Irawan, ST.,M.Eng.

iii
DAFTAR ISI
Pengantar Modul ........................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Peta Konsep Modul ....................................................................................... iv
Daftar Capaian Pembelajaran ................................................................... v
Kegiatan Pembelajaran I ................................................................................1
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas

Kegiatan Pembelajaran II .......................................................................... 12


A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas

Kegiatan Pembelajaran III ........................................................................... 19


A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. DaftarPustaka
E. Latihan dan Tugas
Kegiatan Pembelajaran IV .............................................................................24
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas

Kegiatan Pembelajaran V ..............................................................................28


A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas

iv
Kegiatan Pembelajaran VI .......................................................................... 34
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas
Kegiatan Pembelajaran VII .......................................................................... 40
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas

Kegiatan Pembelajaran VIII...........................................................................49


A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas

Kegiatan Pembelajaran IX ............................................................................ 56


A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Konsep dan Teori
C. Rangkuman
D. Daftar Pustaka
E. Latihan dan Tugas

v
Peta Konsep Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

Mahasiswa mampu menguasai dan mengaplikasikan konsep dasar geologi yang terdiri atas konsep
tektonik lempeng, benua terapung, struktur interior bumi, proses sedimentasi, aktivitas sesmik dan
tektonik, akresi benua dan sedimentasi di benua

8
Mahasiswa mampu mengingat Mahasiswa mampu
dan memahami proses-proses menjeaskan aktivitas tumbukan
5
sedimentasi di lantai samudera dan akresi benua

Mahasiswa mampu
Mahasiswa mampu menjelaskan
menjelaskan struktur interior Mahasiswa mampu
4 7 sedimentasi di benua akibat
bumi menjelaskan tektonik di 9 aktivitas tektonik
bagian litosfer samudera

3 6
Mahasiswa mampu memahami Mahasiswa mampu memahami
konsep benua terapung seismisitas tektonik lempeng

2 Mahasiswa mampu memahami mekanisme


tektonik di kerak benua dan samudera

1
Mahasiswa mampu memahami
konsep tektonik lempeng dan
mekanismenya

vi
Daftar Capaian Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami konsep tektonik lempeng dan


mekanismenya
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme tektonik
lempeng di cekungan kerak benua dan samudera
3. Mahasiswa mampu memahami konsep benua terapung
4. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur interior bumi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan proses-proses sedimentasi di lantai
samudera
6. Mahasiswa mampu menjelaskan sesimisitas tektonik lempeng
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tektonik di bagian litosfer samudera
8. Mahasiswa mampu menjelaskan aktivitas tumbukan dan akresi benua
9. Mahasiswa mampu menjelaskan sedimentasi di Benua akibat aktivitas
tektonik

vii
Kegiatan Pembelajaran I
(Teori dan Konsep Tektonik Lempeng)

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep tektonik lempeng dan
mekanismenya
B. Uraian Konsep dan Teori
Bumi sebagai tempat tinggal manusia dan makhluk hidup lainnya
ternyata terdiri atas berlapis- lapis. Jadi, Bumi ini mempunyai sebuah inti
yang sangat panas dan berada di tengah-tengah (di kedalaman). Terkadang isi
yang dikandung oleh Bumi ini keluar ketika gunung berapi sedang erupsi.
Bumi mempunyai berbagai macam lapisan penyusun Bumi itu sendiri.
Lapisan Bumi ini terdiri atas berbagai unsur. Salah satu unsur yang
membentuk lapisan atau menyusun lapisan Bumi adalah bebatuan. Bebatuan
penyusun Bumi ini ada berbagai macam. Pada kesempatan kali ini kita akan
membahas mengenai berbagai macam Jenis-jenis Batuan Penyusun Lapisan
Bumi. Kulit Bumi mempunyai tiga bagian yang menyusunnya. Ketia bagian
itu adalah: Kerak Bumi (Crust), Selimut atau selubung Bumi (Mantle) dan
Inti Bumi (Core).
Banyak sekali jenis batuan yang menyusun lapisan bumi tersebut.
Berbagai jenis batuan merupakan elemen penyusun kulit bumi. Batuan ini
menyusun kulit bumi dengan ketebalan yang mencapai 4 hinga 80 kilometer.
Berikut akan dijelaskan mengenai jenis batuan apa saja yang menyususn
struktur lapisan Bumi. Bataun- batuan yang menyusun lapisan Bumi adalah
batuan beku, sedimen dan metamorf. Kerak bumi ini sendiri terbagi menjadi
dua, yaitu kerak benua dan kerak samudera. Kedua jenis kerak bumi ini
memiliki beberapa perbedaan mendasar yang antara lain adalah ketebalan,
berat jenis, material penyusun, dan umur dari kerak tersebut.
Kerak benua pada dasarnya adalah kerak bumi yang ada di bawah
benua-benua di seluruh dunia. Kerak benua memiliki berat jenis yang
cenderung lebih ringan dibandingkan dengan kerak samudera. Hal ini terjadi
1
karena material penyusun kerak benua berbeda dibandingkan dengan kerak
samudera, penyusun kerak benua adalah Si-Al atau Silika Alumunium.Silika
dan Alumunium memiliki berat jenis yang jauh lebih ringan dibandingkan
dengan mineral yang membentuk kerak samudera. Namun, implikasi dari
material penyusun Si-Al ini adalah tingkat keasaman yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, gunung api yang terbentuk karena kerak benua cenderung
memiliki magma yang bersifat asam dan kental. Kerak samudra pada
dasarnya adalah kerak bumi yang ada dibawah samudra-samudra di seluruh
dunia. Kerak samudera in memiliki beberapa karakteristik yang berbeda
dibandingkan dengan kerak benua. Pertama, material penyusunnya berbeda,
jika kerak benua disusun oleh mineral Si-Al, maka kerak samudera disusun
oleh material Si-Ma.Untuk teman-teman yang belum tahu, Si-Ma adalah
Silika Magnesium, nah, material ini memiliki berat jenis yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kerak benua. Silika dan magnesium juga
memiliki karakteristik mineral yang cenderung basa, sehingga magma yang
berasal dari kerak samudera cenderung lebih cair dan bersifat basa. Kerak
samudera memiliki ketebalan yang cukup tipis, jauh lebih tipis dibandingkan
dengan kerak benua. Secara umum, kerak samudera memiliki ketebalan
hanya sekitar 6 hingga 10 km. Hal ini diduga disebabkan oleh berat jenis
kerak samudera yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak benua.
Oleh karena itu, kerak tersebut akan cenderung termampatkan ke dalam
volume yang lebih kecil. Namun, karena berat jenisnya yang tinggi, bisa jadi
beratnya sama walaupun volumenya jauh lebih rendah.
Para ilmuwan membagi permukaan bumi dari kerak bumi yang kita
lewati hingga pusat atau titik terdalam bumi menjadi lapisan-lapisan yang
berbeda. Lithosphere dan Asthenosphere kebetulan merupakan dua lapisan
penting dari bagian dalam bumi. Dari permukaan bumi hingga 100 km
pertama di dalamnya adalah lapisan bumi yang dikenal sebagai Lithosphere.
Jadi, lapisan terluar bumi yang terlihat bentuk permukaan disebut
Lithosphere. Lapisan Ini terdiri dari semua batu dan permukaan padat
lainnya yang kita lihat di permukaan dalam bentuk tanah, bukit, dan gunung.
Kata Lithosphere berasal dari bahasa Yunani Litho yang secara harfiah 2
berarti batu. Lapisan bumi ini juga dibagi menjadi dua jenis, satu yang kita
lihat dan berjalan di atasnya dan yang lainnya di bawah air lautan. Jadi, ada
lapisan benua dan samudera dalam bentuk Lithosphere.
Lapisan bumi yang tepat di bawah Lithosphere dan masuk lebih dalam
ke permukaan dikenal sebagai Asthenosphere. Keseimbangan antara tekanan
dan suhu sedemikian rupa sehingga bebatuan di lapisan bumi ini memiliki
sedikit kekuatan, dan mereka berperilaku seperti mentega di bawah pisau. Ini
adalah bagian dari mantel yang memperlambat gelombang seismik karena
terdiri dari batuan cair. Jika Anda pernah menenggelamkan lumpur, Anda
dapat memahami kondisi bebatuan di dalam lapisan bumi ini. Jika kita
menganggap seluruh mantel sebagai keseluruhan, Asthenosphere terdiri
hanya lebih dari 6% dalam volume, tetapi sangat penting dalam pergerakan
lempeng tektonik karena likuiditas lapisan ini, lapisan atasnya yang disebut
Lithosphere mampu bergerak.
Kedalaman transisi litosfer-astenosfer sangat bervariasi di seluruh
Bumi karena bergantung pada rezim termalnya. Litosfer dapat memiliki luas
hanya 2 atau 3 kilometer di bawah kerak samudera yang panas dan tipis.
Namun, di belakang kerak benua tua dan dingin, litosfer bisa setebal 250 atau
bahkan 500 kilometer.Disisi lain, kerak dan mantel adalah lapisan Bumi yang
didefinisikan oleh sifat kimia (atau komposisinya) atau secara khusus kerak
terdiri dari batuan kurang padat (misalnya granit, basal, serta gabro),
sedangkan mantel terdiri dari batuan padat (terutama peridotit). Kerak
terbagi atas kerak samudra yang lebih tipis (kurang dari 10 kilometer) dan
kerak benua yang lebih tebal (70 kilometer atau lebih).
Ahli geologi sebenarnya tidak pernah secara langsung mengamati batas
lapisan kerak bumi. Tidak ada seorangpun pernah mengebor hingga mencapai
batas lapisan tersebut. Lubang terdalam yang pernah dibor adalah "Kola
Superdeep Borehole", mencapai kedalaman sekitar 12 kilometer. Namun,
karena lubang ini dibor di kerak benua (kontinen) yang tebal, sehingga lubang
itu tidak sampai pada batas lapisan kerak.Karena ahli geologi tidak bisa
secara langsung mengamati batas lapisan kerak (batas litosfer-astenosfer), 3
maka batas tersebut ditentukan oleh pengamatan geofisika. Batas lapisan
kerak disebut Mohorovicic Discontinuity atau MOHO. MOHO adalah tempat
di mana gelombang "P" seismik tiba-tiba meningkat kecepatannya, mungkin
karena gelombang tersebut dapat melakukan perjalanan lebih cepat pada
batuan mantel yang lebih padat.
Teori tektonik lempeng menyatakan bahwa lempeng benua yang ada
sekarang mengapung diatas lapisan batuan yang lebih berat dan cair yaitu
astenosfer. Pergerakan lempeng ini disebabkan oleh adanya dorongan dari
arus konveksi mantel.Teori tektonik lempeng juga menyatakan bahwa Bumi
terdiri dari lapisan dalam dan luar, lalu dibagi-bagi lagi berdasarkan
karakteristik fisik maupun kimiawinya. Lapisan luar meliputi litosfer dan
astenosfer, sedangkan lapisan dalam meliputi mantel dan inti. Dalam
pergerakan lempeng-lempeng litosfer dikenal tiga jenis batas lempeng yaitu:
Divergen (divergent), apabila dua lempeng bergerak saling menjauh disertai
proses pembentukan litosfera baru melalui rekahan yang meregang (Mid
Oceanic Ridges).
Yang kedua adalah Konvergen (convergent), apabila dua lempeng saling
mendekat, dicirikan dengan adanya tumbukan dimana salah satu lempeng
akan menunjam dan menyusup ke bawah lempeng lainnya, serta
adanya Benioff zone yaitu suatu jalur bergempa yang miring dengan sudut
beragam. Gerak konvergensi ditunjukkan dengan adanya penunjaman
(subduction) lempeng samudera dibawah lempeng benua dan pertumbukan
(collision) antara lempeng benua dengan lempeng benua atau lempeng benua
dengan busur kepulauan. Ketiga adalah Sesar transform (transform fault,
fracture zone), apabila dua lempeng bergerak saling berpapasan pada lantai
samudera, umumnya sesar transform berasosiasi dengan punggungan dan
celah (Menard dan Chase, 1970).
Busur kepulauan merupakan salah satu tipe kepulauan, yang biasanya
terdiri dari rantai gunung api, dengan susunan berbentuk busur, dan sejajar
serta dekat dengan batas antar dua lempeng tektonik yang saling
bertumbukkan. Sebagian besar busur kepulauan terbentuk sebagai satu 4
lempeng samudra yang menujam ke lempeng lainnya, dan (di hampir semua
kasus) memproduksi magma di bawah lempeng yang ditujamnya. Meskipun
begitu, ini hanya terjadi pada busur kepulauan yang merupakan bagian dari
sabuk pegunungan yang biasa disebut busur vulkanik. Sebagai contoh,
sebagian besar rantai pegunungan Andes/ Amerika tengah/ Kanada bukan
merupakan busur vulkanik, tetapi mereka bukan merupakan kepulauan (
berada di area benua) dan oleh sebab itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai
busur kepulauan. Di sisi lain, Busur Hellenic di area mediterania, yang terdiri
dari sejumlah pulau seperti kreta, merupakan busur kepulauan, tetapi bukan
busur vulkanik. Busur Aegean selatan yang merupakan busur vulkanik
berada sejajar dengan busur hellenic.
Busur kepulauan merupakan salah satu tipe kepulauan, yang biasanya
terdiri dari rantai gunung api, dengan susunan berbentuk busur, dan sejajar
serta dekat dengan batas antar dua lempeng tektonik yang saling
bertumbukkan. Sebagian besar busur kepulauan terbentuk sebagai satu
lempeng samudra yang menujam ke lempeng lainnya, dan (di hampir semua
kasus) memproduksi magma di bawah lempeng yang ditujamnya. Meskipun
begitu, ini hanya terjadi pada busur kepulauan yang merupakan bagian dari
sabuk pegunungan yang biasa disebut busur vulkanik. Sebagai contoh,
sebagian besar rantai pegunungan Andes/ Amerika tengah/ Kanada bukan
merupakan busur vulkanik, tetapi mereka bukan merupakan kepulauan (
berada di area benua) dan oleh sebab itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai
busur kepulauan. Di sisi lain, Busur Hellenic di area mediterania, yang terdiri
dari sejumlah pulau seperti kreta, merupakan busur kepulauan, tetapi bukan
busur vulkanik. Busur Aegean selatan yang merupakan busur vulkanik
berada sejajar dengan busur hellenic.
Landas benua (bahasa Inggris: continental shelf) atau Paparan benua
atau sering disebut landas kontinen adalah perluasan perimeter pada masing-
masing benua yang terhubung dengan dataran pesisir. Landas benua yang
mengelilingi sebuah pulau disebut landas insuler. Sebagian besar landas
benua terbentuk pada periode glasial, yang kemudian tenggelam di laut 5
dangkal (dikenal dengan laut landas) atau teluk pada periode interglasial.
Tepian benua, yang terletak di antara landas benua dan dataran abisal,
terdiri dari lereng benua dan dataran benua curam. Sedimen dari benua di
atas permukaan air turun menuju lereng dan terkumpul sebagai tumpukan
sedimen di dasar lereng benua, yang disebut dengan peninggian benua.
Meluas sejauh 500 km dari lereng benua, terdapat sedimen tebal yang
diendapkan oleh arus turbiditas dari landas dan lereng benua. Gradien
peninggian benua berada di antara lereng dan landas pada tingkat 0,5–1°.
Menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, landas
benua diartikan sebagai bentang dasar laut yang berdekatan dengan pesisir
milik negara tertentu tempat ia berada.
Dalam hidrologi , cekungan samudera mungkin ada di mana saja di
bumi yang tertutup oleh air laut tetapi cekungan laut secara geologis adalah
cekungan geologi besar yang berada di bawah permukaan laut . Secara
geologis, terdapat fitur geomorfologi bawah laut lainnya seperti landas
kontinen , palung laut dalam, dan pegunungan bawah laut (misalnya,
punggungan Atlantik tengah dan Gunung Kaisar ) yang tidak dianggap
sebagai bagian dari cekungan samudra; sedangkan secara hidrologis,
cekungan samudera mencakup beting benua yang mengapit dan laut epeiric
yang dangkal.
Kriteria ideal bahwa setiap benua adalah daratan yang berbeda
umumnya adalah konvensi sejarah. Dari tujuh daratan yang diakui sebagai
benua, hanya Antarktika dan Australia yang benar-benar terpisah dari benua-
benua lainnya. Beberapa benua tidak secara jelas dianggap berdiri sendiri,
tetapi sebagai "daratan yang lebih kurang berbeda". Asia dan Afrika
disatukan oleh Tanah Genting Suez. Amerika Utara dan Selatan terhubung
oleh Tanah Genting Panama. Pada kedua kasus tersebut, sama sekali tidak
ada pemisahan daratan oleh air (dengan mengenyampingkan Terusan Suez
dan Terusan Panama, yang keduanya sempit dan dangkal, karena merupakan
buatan manusia). Kedua tanah genting ini sangat kecil dibandingkan dengan
daratan besar yang mereka satukan. Pada awalnya bumi terbentuk seluruh 6
benua merupakan satu daratan yang amat luas, belum terbagi-bagi oleh
pergeseran kerak bumi; daratan tersebut disebut Pangea, pada masa mesozoic
terbagi atas dua bagian besar yaitu gondwana di belahan Bumi selatan dan
laurasia di belahan Bumi utara.
Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah
sebuah teori besar dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk
memberikan penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar
yang dilakukan secara alami oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup
sekaligus menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu
dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading
yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Ringkasnya, karena bagian terluar
dari interior bumi terbentuk oleh dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer
yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang isinya kaku dan
padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala
waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear
strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer
sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih
dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic
plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng
yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer.
Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng,
baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform
(menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan
pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah
sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan
50–100 mm .Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer
dan lapisan astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya
perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer
lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan 7
panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan
panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik.
Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi
inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian
dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau
astenosfer pada waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan
kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempengan adalah bahwa litosfer
terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-beda.
Lempengan ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai
viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa
mencapai 10–40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di
Punggungan tengah Atlantik, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat
pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.
Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel
litosferik yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis
material kerak.Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering
disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium.Yang kedua
adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan
aluminium.Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak
benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak
samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30–50 km sedangkan kerak
samudera hanya 5–10 km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate
boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti
gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung,
gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif
di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring
of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.Lempeng
tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu
8
lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua
itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah
berdasarkan kepadatan material pembentuknya.Kerak samudera lebih padat
daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai
elemen, khususnya silikon.Kerak benua kurang padat karena komposisinya
yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat.
Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang
felsik.[19] Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut
seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke
atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan
isostasi.Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif
litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan
panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang
menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui sekarang,
meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan
litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi
adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.
Pada waktu pembentukannya di Punggungan tengah samudra (mid
ocean ridge), litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih
rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring
dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya
kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya
memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona
subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak-
pergerakan lempengan. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan
untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi [22] Meskipun
subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak-pergerakan
lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya
lempengan seperti lempengan Amerika Utara, juga lempengan Eurasia yang
bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini 9
masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu
bumi.
Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik)
menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di
seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia
batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui
ekspansi dan kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari
keheterogenan kepadatan secara lateral adalah konveksi mantel dari gaya
apung (buoyancy forces) [23] Bagaimana konveksi mantel berhubungan secara
langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang
sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau
lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik
bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya ke
pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.

C. Rangkuman
Tektonik lempeng merupakan suatu teori revolusi dari semua ilmu
kebumian. Teori ini sangat penting untuk ilmu pengetahuan, sumberdaya
bahan galian dan bagaimana mempelajari bencana.Teori tektonik lempeng
menyatakan bahwa lempeng benua yang ada sekarang mengapung diatas
lapisan batuan yang lebih berat dan cair yaitu astenosfer. Pergerakan
lempeng ini disebabkan oleh adanya dorongan dari arus konveksi mantel.
Teori tektonik lempeng juga menyatakan bahwa Bumi terdiri dari lapisan
dalam dan luar, lalu dibagi-bagi lagi berdasarkan karakteristik fisik maupun
kimiawinya. Lapisan luar meliputi litosfer dan astenosfer, sedangkan lapisan
dalam meliputi mantel dan inti.

D. DaftarPustaka
Skinner B.J. etc., 2004. Dynamic Earth : an introducing to physical
Geology. John Wiley & Sons.
Kiger M. etc., 1996. This Dynamic Earth. USGS. Washington. 10
E. Latihan dan Tugas
1. Jelaskan konsep teori tektonik lempeng dengan batas-batas lempengnya!
2 Jelaskan apa yang dimaksud dengan bidang moho dan gambarkan !

11
Kegiatan Pembelajaran II
(Mekanisme Tektonik Lempeng)

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme tektonik
lempeng di cekungan kerak benua dan samudera
B. Uraian Konsep dan Teori
Teori tektonik lempeng memperkenalkan mengenai lempengan bumi
yang terpecah saling bergerak mendekat membentuk pegunungan dan
menjauh membentuk lantai samudera. Menurut Wilson, seorang ahli geologi
asal Kanada, bahwa akan terjadi suatu siklus tektonik dimana suatu
continental akan terpecah membentuk suatu cekungan samudera, kemudian
cekungan itu lambat laun akan menghilang dan akhirnya membentuk satu
continental utuh lagi seperti semula. Siklus itulah yang dinamakan Siklus
Wilson.
Berawal dari sebuah benua yang memiliki kesetimbangan isostatik
yang sempurna, dimana gak ada gempa, gak ada aktivitas gunungapi,
pokoknya tanah ini gak ada aktivitas tektonik apapun, damai, aman, dan
tentram selama puluhan hingga ratusan tahun. Kondisi benua yang stabil
seperti keadaan di tahap sebelumnya tidak akan berlangsung selamanya.
Suatu ketika akan terjadi ‘gangguan’ yang mengusik ketentraman benua
stabil tersebut. Gangguan tersebut adalah munculnya mantel plume bersifat
mafic atau ultramafic (berasal dari mantel dalam) yang naik ke permukaan
membentuk hot spot. Panas yang sangat intens dari hot spot ini akan
membuat benua ini membengkak, kemudian semakin menipis dan akhirnya
retak. Hot spot tersebut akan membuat benua terbelah menjadi dua bagian,
namun belum terpisah seutuhnya.
Benua akan terpisah saat pembentukan cekungan samudera dimulai.
Cekungan samudera ini terbentuk karena magma yang terus menerus muncul
di permukaan akibat arus konveksi mantel bumi. Lantai samudera yang
12
terbentuk pada cekungan ini terdiri dari batuan mafik dan ultramafik yang
memiiki densitas lebih itnggi dari kerak benua di sampingnya. Kedua benua
yang telah terpisah ini akan terus menjauh ribuan kilometer selama berjuta-
juta tahun. Terjadinya pemisahan dua benua yang awalnya bersatu karena
rifting. Magma yang terus menerus naik ke permukaan akibat arus konveksi
kedua benua saling menjauh, sehingga cekungan samudera terus menerus
melebar membentuk kerak samudera baru serta divergent continental margin
(DCM) atau biasa disebut sebagai tepi benua pasif (passive continental
margin). Butuh waktu sampai ratusan juta tahun hingga mencapai tahap ini,
dimana pemekaran samudera telah terjadi sempurna, terbentuk batas
divergen, hingga munculnya kerak samudera baru. Terlihat bekas axial rifting
lama serta gunungapi yang sudah tertimbun di bawah sedimen-sedimen
yang lebih muda.
Ada satu titik dimana pergerakan divergen lempeng ini akan berhenti
dan kedua benua yang awalnya dipisahkan itu akan bergerak saling bertemu
satu sama lain. Pergerakan ini disebut sebagain konvergen. Pergerakan
konvergen yang terjadi di sini menyebabkan terbentuknya zona subduksi
dimana lempeng yang densitasnya lebih tinggi daripada lempeng satunya
akan menunjam ke bawah. Terdapat dua tipe zona subduksi, yang satunya
terbentuk di cekungan samudera (island arc) dan satunya terbentuk pada
tepian benua (Cordilleran). Kedua tipe subduksi ini membentuk akan suatu
rangakaian pegunungan vulkanik (volcanic mountain bulding). Pada tahap
ini, yang terjadi yaitu pembentukan island arc, dimana lempeng samudera
saling bertemu hingga membentuk busur vulaknik. Pada zona subduksi,
lempeng yang menyusup ke bawah akan membentuk fitur struktur baru juga
beberapa jenis batuan baru.
Setelah lempeng samudera saling bertemu dan membentuk island arc,
lempeng samudera yang menyusup lambat laun akan hilang hingga kemudian
island arc akan bertubrukan dengan salah satu benua, sebut saja dia akan
bertubrukan dengan benua X (pembagian di tahap Early Ocean Basin
Formation). Setiap tubrukan, akan ada satu lempeng yang berada diatas dari
lempeng lainnya. Lempeng di atas itu dinamakan hinterland dan yang 13
ditimpa bernama foreland. Maka bagian hinterland di tahap ini adalah
island arc yang menabraki benua (foreland). Hasil dari tubrukan ini
membentuk rangkaian pegunungan dibagian hinterland. Dari waktu ke
waktu, pegunungan yang terbentuk ini akan mengalami erosi hingga
ketinggiannya akan sama dengan permukaan air laut (peneplain). Akibat
dari tumbukan island arc, maka benua X lebih besar dibandingkan dengan
benua Y.
Pecahnya benua dan baru pada samudra masih memiliki hubungan
dengan sistem wilson berikut adalah tahap tahap nya:
(1) Tahap 1 siklus wilson dan pecahnya benua
(2) Mantel membentuk kubah (domed up) mengakibatkan kerak benua dan
meregang dan menipis
(3) Muncul lembah sempit yang panjang (rift valley) kerak (crustal block
bergerak ke bawah,kemudia terjadi sesar normalsehingga membentuk
pegunungan
(4) Magma naik ke permukaan dan membentuk gunung api
(5) Terbentuk laut sempit
(6) Proses terpisahnya kerak benua masihg berlanjut hingga sterbentuk
sebuah cekungan samudra baru

Saat suatu cekungan samudra telah terbuka sepenuhnya dalam satu


siklus Wilson, cekungan sedimen dapat hadir dalam beberapa tipe seting di
sepanjang margin dan di dalam area lempeng benua dan juga lempeng
samudra. Margin kontinental yang dibentuk selama proses bukaan dari suatu
samudra disebut sebagai Passive margin(tidak aktifnya aktivitas seismik).
Lempeng benua pada umumnya menjadi tipis pada passive margin dan zona
transisi hadir di antara lempeng benua utuh dengan lempeng samudra utuh.
Oleh karena itu, sedimen dapat diendapkan pada seting yang sepenuhnya
dialasi oleh lempeng benua, lempeng transisional, atau sepenuhnya dialasi
lempeng samudra.

14
Platform kontinental adalah suatu kraton yang stabil dilapisi oleh
endapan sedimen tipis, dan secara lateral sangat luas. Cekungan yang
berkembang pada suatu platform yang stabil disebut sebagai cekungan
kratonik. Pada umumnya mereka berbentuk seperi mangkok, dan diisi oleh
endapan Paleozoik dan Mesozoik yang diendapkan pada lingkungan laut
dangkal. Batuan sedimen yang dapat dijumpai mencakup batupasir laut
dangkal, batugamping, serpih, dan juga sedimen fluvial dan deltaik. Endapan
sedimen ini pada umumnya menebal ke arah pusat cekungan, dimana dapat
memiliki ketebalan hingga mencapai 1000 m atau lebih. Kraton Amerika
Utara adalah contoh dari platform kontinental utama yang dicirikan dengan
hadirnya beberapa cekungan kratonik(gambar 1.10). Cekungan-cekungan ini
diisi oleh endapan sedimen yang berumur antara Paleozoik sampai
Mesozoik(Sloss, 1982).

Penampang skematik dari cekungan Intrakratonik di Amerika Utara.


Lokasi dari sayatan ini diperlihatkan pada peta inset. Terminologi Zuni,
Absaroka, Kaskaskia, Tippecanoe, dan Sauk mengacu pada sekuens
pengendapan yang teridentifikasi di area kraton ini(Sloss, 1982). Beberapa
jenis cekungan yang berbeda dapat terbentuk pada seting kratonik. Cekungan
Intrakratonik adalah suatu cekungan luas yang dialasi oleh fosil rifting dalam
zona axial. Cekungan tipe ini pada umumnya memiliki dimensi sangat besar,
berbentuk ovate di dalam interior suatu kontinen yang terletak jauh dari plate
margin. Subsidens pada cekungan kratonik dapat disebabkan karena
penebalan Mantel-Listosfer dan juga karena pembebanan sedimenter dan
vulkanik, kendati demikian, beberapa penyebab lain telah diajukan, antara
lain penipisan kerak(Klein, 1995). Kehadiran dari fosil rift di bawah cekungan
intrakratonik, seperti yang dijumpai di cekungan Michigan, mengindikasikan
adanya mekanisme penipisan kerak dan juga kemungkinan terjadinya
densifikasi krustal. Beberapa cekungan intrakratonik diisi oleh sedimen
marin, karbonat, dan sedimen evaporit yang diendapkan pada lingkungan
laut epikontinental, sedangkan yang lain mengandung sedimen nonmarin.
15
Cekungan intrakratonik Amerika Utara purba mencakup Cekungan Hudson
Bay(Kanada), Cekungan Michigan, Cekungan Illinois, dan Cekungan
Williston(Gambar 1.11 dan 1.12). Cekungan Intrakratonik purba pada area
benua lain mencakup Cekungan Amadeus di Australia, Cekungan Parana di
Brazil Selatan, Paraguay, Argentina Utara, dan Uruguay, Cekungan Paris di
Perancis, dan Cekungan Carpentaria di Australia(Klein, 1995; Leighton et al.,
1990). Cekungan Chad di Afrika adalah contoh dari cekungan intrakratonik
modern.

Tidak semua cekungan pada suatu kraton adalah cekungan


intrakratonik, seperti yang didefinisikan di tabel 16.2. Beberapa cekungan di
Amerika Utara yang ditunjukkan pada Gambar 16.6, contohnya, dibentuk
oleh mekanisme selain rifting. Cekungan Paradox dibentuk oleh mekanisme
strike-slip(Kompresional). Beberapa cekungan lain(contohnya Oquirrh,
Denver, Appalachian) adalah cekungan foreland yang berhubungan dengan
proses collision(kompresional). Cekungan Anadarko kemungkinan adalah
suatu aulacogen.

Gambar 1. Penampang stratigrafi intrepertatif di sepanjang margin


kontinental Atlantik dari Amerika Utara di sekitar area palung Baltimore
Canyon. Berdasarkan atas data geofisika dan data pemboran pada formasi
16
yang terdapat di area ini.(Grow, J. A., 1981)
Continental rises and terraces adalah suatu fitur yang memiliki
karakteristik suatu baji yang memiliki dimensi besar dari suatu paket
sedimen yang dibatasi pada bagian ke arah laut oleh slope kontinen landai
dan suatu tinggian. Diskontinuitas struktural hadir di bawah sistem terrace-
rise di antara lempeng benua normal dengan lempeng transisional. Rise dan
terrace ini terbentuk sebagai konsekuensi dari rifting continental di dalam
suatu passive margin yang diinisiasi di sepanjang batas lempeng
divergen(Bond, Kominz, dan Sheridan, 1995). Sedimen diakumulasikan pada
beberapa bagian sistem terrace-rise– shelf,slope, dan continental rise pada
bagian kaki dari slope. Sedimen yang diendapkan pada seting ini dapat
mencakup batupasir neritik dangkal, batulempung, batuan karbonat, dan
evaporit pada area shelf, lumpur hemipelagik pada bagian slope, dan turbidit
pada continental rise. Akumulasi sedimen berbentuk prisma tebal dapat
terbentuk oleh proses subsidens yang berlangsung terus menerus, yang antara
lain disebabkan oleh metamorfisme krustal(menyebablan bertambahnya
densitas dari batuan di kerak bagian bawah), crustal stretching and thinning,
dan pembebanan sedimen.

Sedimentasi pada continental terraces and rise dapat terjadi setelah


rifting pada kerak benua terjadi sepenuhnya dan cekungan yang baru telah
mulai terbentuk oleh pemekeran kerak samudra(Bond, Komniz, dan Sheridan,
1995). Cekungan ini dikunci ke dalam posisi interplate yang relatif stabil pada
bagian tepi dari rifted continent. Contoh yang baik untuk cekungan seperti ini
adalah cekungan yang terletak di bagian timur Amerika Serikat dan di bagian
tenggara peisisr Kanada(Cekungan Blake Plateu, Palung Carolina, Palung
Baltimore Canyon, Cekungan Georges Bank, Cekungan Nova Scotia, Gambar
16.8) yang terbentuk saat Triasik akhir hingga Jura awal oleh rifting yang
kemudian diiringi oleh pecahnya Benua Pangea(Manspeizer, 1988). Beberapa
dari cekungan ini terisolasi dari lautan dan mengakumulasikan endapan tebal
klastik arkosik dan endapan lakustrin, berselingan dengan batuan beku basa
vulkanik. Sedangkan yang lain, dengan koneksi yang dimiliki dengan area
17
laut, mengakumulasikan endapan beragam mulai dari evaporit hingaa
sedimen deltaik, turbidit, dan serpih hitam. Gambar 16.9 memperlihatkan
beberapa sedimen di Palung Baltimore Canyon. Contoh lain dari cekungan
terrace-slope mencakup Cekungan Campos, Brazil; shelf bagian barat daya
Australia, dan cekungan sedimen di Gabon yang berada di bagian barat
Afrika(Edward dan Santogrossi, 1990). Beberapa cekungan terrace-slope
adalah penghasil utama minyak bumi dan gas alam.

C. Daftar Pustaka
Whitmeyer, S. J., Fichter, L. S., & Pyle, E. J. (2007). New directions in
Wilson Cycle concepts: Supercontinent and tectonic rock cycles. Geosphere,
3(6), 511-526.
Fichter, L.S., 1996, Tectonic rock cycles: Journal of Geosci- ence
Education, v. 44, p. 134–148.

D. Latihan dan Tugas


Gambar dan Jelaskan Pengembangan cekungan benua dan samudera !

E. Rangkuman
Teori tektonik lempeng memperkenalkan mengenai lempengan bumi
yang terpecah saling bergerak mendekat membentuk pegunungan dan
menjauh membentuk lantai samudera. Menurut Wilson, seorang ahli geologi
asal Kanada, bahwa akan terjadi suatu siklus tektonik dimana suatu
continental akan terpecah membentuk suatu cekungan samudera, kemudian
cekungan itu lambat laun akan menghilang dan akhirnya membentuk satu
continental utuh lagi seperti semula. Siklus itulah yang dinamakan Siklus
Wilson.

18
Kegiatan Pembelajaran III
(Teori Benua Terapung)
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep benua terapung
B. Uraian Konsep dan Teori
Benua merupakan suatu daratan yang sangat luas yang berada di atas
permukaan bumi. Sekitar lima benua yang berada di dalam bumi kita,
diantaranya yaitu benua Eropa, Asia, Afrika, Australia, dan Amerika. Bentuk
bentuk benua tersebut apabila diperhatikan seperti sebuah puzzle yang saling
terpisah. Seorang ilmuwan pada tahun 1912 yang bernama Alfred Lothar
Wegene, mengemukakan sebuah teori mengenai pengapungan dan pergeseran
benua (Continental Drift) dalam bukunya yang berjudul The Origin of
Continent and Oceans (1912). Alfred Lothar di dalam bukunya
mengemukakan bahwa benua benua yang ada tersusun atas batuan batuan
sial yang mengapung pada batuan batuan sima yang memiliki berat jenis
lebih besar.
Awalnya bumi memiliki sebuah daratan yang sangat luas yang disebut
dengan Pangaea (semua daratan), pangaea ini dikelilingi oleh lautan luas
yang disebut Panthalassa (semua lautan). Pangea tersebut pada 200 juta
tahun yang lalu pecah menjadi dua bagian, yakni Laurasia dan Gondwana.
Laurasia merupakan dataran yang menjadi cikal bakal daratan sebelah utara
bumi, sedangkan Gondwana adalah cikal bakal daratan di bagian selatan
bumi. Bagian bagian yang pecah tersebut kemudian dikenal sebagai benua,
lalu benua-benua tersebut bergerak saling menjauh menuju tempat tempat
seperti yang bisa kita lihat saat ini.
Pergerakan tersebut menuju ke arah khatulistiwa dan juga ke arah
barat. Akan tetapi, Alfred Lothar Wegene hanya mengemukakan hipotesa
pengapungan dan pergeseran benua, dia tidak bisa menjelaskan mengapa
benua tersebut bisa bergeser. Hal ini membuat sebagian ilmuan menerima
hipotesa ini, tetapi sebagian besar ilmuan lainnya tidak bisa membanyangkan
bagaimana bisa suatu massa benua yang lebih besar dapat mengapung dan 19
bergeser di atas permukaan bumi yang padat ini. Para ilmuan yang tidak
setuju beranggapan bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya vertikal,
sehingga gaya tersebut tidaklah mungkin mampu menyebabkan daratan yang
sangat besar (Pangaea) tersebut pecah dan terpisah.
Pada masa itu, Wegener belum bisa menyajikan bukti bukti yang kuat
untuk medukung hipotesanya, dia hanya mampu memberikan bukti bukti
yang berupa kesamaan fosil fosil pada setiap benua, kesamaan garis pantai,
dan kesamaan struktur dan batuan pada setiap benua. Bukti-bukti tetap saja
tersebut belum bisa menyakinkan para pengkritik terhadap hipotesanya
karena dia tetap tidak bisa menjelaskan dan meyakinkan para ahli lainnya
bahwa gaya utama yang bekerja pada permukaan bumi adalah bukan gaya
vertikal tetapi gaya lateral.
Seorang ahli muncul setelah misteri ini tidak terjawab selama berabad
abad dan memberikan jawaban atas keraguan ini, dia bernama Harry Hass.
Seorang ahli yang bisa menjelaskan bagaimana bisa permukaan yang sangat
luas itu pecah dan bergeser menjadi benua benua yang lebih kecil dengan
sangat jelas dan rasional. Harry Hass menjelaskan bahwa Pangeaea pecah
dan menjadi benua benua yang kecil karena arus konveksi yang berasal dari
inti bumi yang amat sangat panas. Arus konveksi ini menyebabkan lempeng-
lempeng bumi saling bertabrakan, sehingga menyebabkan peristiwa
Konvergen, Divergen dan Sesar.
Pergerakan lempengan lempangan bumi yang saling bertubrukan itu
mengakibatkan Pangeaea pecah dan menjadi beberapa daratan yang lebih
kecil yang disebut sebagai benua benua yang ada pada saat ini, yaitu benua
Eropa, Amerika, Afrika, Asia, dan Australia. Meskipun begitu, Alfred Lothar
Wegene tetap berjasa karena hipotesisnya tersebut menajadi tongak awal
toeri tentang pergeseran benua dan mendorong para ilmuan ilmuan lain
untuk memecahkan misteri yang belum terselesaikan di dalam hipotesisnya.
Proses pergeseran benua merupakan gagasan yang dituangkan oleh
Alfres L. Wegener yang dituangkan dalam buku berjudul The Origin of
Continent and Oceans (1912). Benua berisiakan susunan batuan sial yang 20
terapung pada batuan sima yang lebih besar berat jenisnya. Pergerakan
benua itu menuju khatulistiwa dan juga ke arah barat. Hipotesis utamanya
adalah di bumi pernah ada satu benua raksasa yang disebut Pangea (artinya
"semua daratan") yang dikelilingi oleh Panthalassa ("semua lautan"),
selanjutnya, 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua
yang lebih kecil yang kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang
dijumpai saat ini.Jadi benua pada jaman dahulu diibaratkan sebuah batu
apung yang bergerak karena adanya pergerakan lempeng di bagian bawah
kulit bumi ini. Pangea mulai memecahkan diri nya menjadi benua (daratan)
yang lebih kecil yang bernama Laurasia (membentuk daratan belahan selatan
seperti amerika latin, Afrika, India, Antartika, Australia, Selandia baru, New
guenea dll) dan Gondwanaland (membentuk daratan belahan utara seperti
Amerika dan Eropa). Sedangkan pada akhir periode Cretaceous benua benua
yang ada sudah sama dengan apa yang kita lihat hari ini (5 benua). Pada saat
benua Pangea terbentuk, daratan daratan yang menjadi benua sekarang
memiliki daratan penghubung (jembatan benua) yang menghubungkan benua
Amerika bagian selatan (latin), Afrika, India, Australia dan Antartika.
Pergerakan lempeng lempeng benua ini tiap tahun nya mencapai 1.5
inchi/tahun bahkan lebih lambat dari pertumbuhan kuku jari tangan kita
pertahun nya. Dan dengan ini jelas dibutuhkan ber juta juta tahun bagi
daratan benua itu untuk bergerak berjauhan dan membentuk benua yang ada
sekarang.Dan tanpa kita sadari pun sekarang benua benua kita telah
"bertumbukan" dan proses nya telah berlangsung selama beberapa juta tahun,
daratan Afrika telah bertumbukan dengan daratan benua Eropa. Italia,
Yunani dan hampir semua kota di bagian Mediteranian merupakan bagian
dari alur lempeng Afrika, dan itu telah tercatat pergerakan nya dalam 40 juta
tahun terakhir (menurut data geologist).
Tanda tanda lain pergerakan tersebut adalah Gunung Alpen Swiss dan
pegunungan Pyrenees telah saling mendorong, sehingga menyebabkan gempa
bumi yang terkadang menyerang wilayah bagian Yunani dan Turki. begitu
pula Australia yang diramalkan kedepan nya bila diperhitungkan dengan 21
pergerakan lempeng bumi tersebut, maka Australia akan terus bergerak ke
arah Utara hingga membentur Asia Tenggara. begitu pula dengan benua lain
seperti benua Amerika.
Awal terbentuknya Samudera besar di bumi ini juga di pengaruhi oleh
Pangea. Setelah perpisahan (partisi pangea) tersebut muncullah samudera
yang diperkirakan terbentuk 180-200 juta tahun yang lalu yaitu Samudera
Atlantik tengah antara barat laut Afrika dan Amerika Utara serta Samudera
Hindia barat daya antara Afrika dan Antartika. Jadi sangat dimungkinkan
bila ini terus terjadi, maka bumi (benua) kita ini sedang dalam proses untuk
menjadi "pangea" selanjutnya, karena bukti bukti penelitian memang
menunjukkan hal tersebut. Jadi kurang lebih 250 tahun lagi Bumi ini bisa
jadi tak berbentuk lagi seperti sekarang ini demikian penilitian yang di
lakukan pihak NASA(PangeaUltima).

C. Daftar Pustaka
Skinner B.J. etc., 2004. Dynamic Earth : an introducing to physical
Geology. John Wiley & Sons.
Thompson G.R., and Turk J. 1998. Introduction to Physical Geology.
Sounders Golden Sunburst Series.

D. Latihan dan Tugas


Jelaskan Gambar perkembangan benua di bawah ini !

22
E. Rangkuman
Benua adalah sebuah susunan batuan sial yang terapung pada batuan
sima yang lebih besar berat jenisnya.Pergerakan benua tersebut menuju ke
khatulistiwa dan juga ke arah barat sesuai dengan yang disampaikan Alfres
L. Wegener pada bukunya yang berjudul The Origin of Continent and Oceans
(1912). Pada awalnya benua di dunia menjadi satu yaitu Pangea(Semua
daratan) dan memiliki satu samudera yaitu Panthalassa(semua lautan),
kemudian setelah 200 juta tahun setelah itu pangea pecah menjadi benua-
benua kecil yang bergerak menuju tempatnya yang kita jumpai seperti saat
ini yang memiliki 5 benua besar, yaitu Asia, Eropa, Afrika, Amerika, dan
Australia.
Pergeseran tersebut telah disampaikan oleh beberapa ahli dengan
melakukan penelitian atas dasar berbagai faktor-faktor.Factor-faktor tersebut
diantaranya factor biologi, geologi, dan klimatologi.Beberapa factor tersebut
membuktikan bahwa memang pada mulanya benua-benua di dunia dulunya
menjadi satu, dengan berbagai hewan maupun batuan yang ditemukan
memiliki kesamaan meskipun letak kedua benua tersebut saat ini berjauhan,
selain itu dapat dilihat dari garis pantai yang dirasa seperti saling
berpotongan antara benua satu dengan benua yang lainnya.

23
Kegiatan Pembelajaran IV
(Interior Bumi)

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan struktur interior bumi
B. Uraian Konsep dan Teori
Secara umum, interior Bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu lapisan
kerak, mantel, dan inti. Kerak Bumi bersifat kaku dan terdiri dari dua jenis,
yaitu kerak benua dan kerak samudera. Kerak benua bersifat asam/felsik
dengan komposisi mayoritas silika (Si), aluminium (Al), natrium (Na), dan
kalium (K). Ketebalan dari kerak benua adalah 20-70 km dengan rentang
suhu sekitar 200- 5000C. Densitas dari kerak benua adalah 2,7 g/cc.
Sedangkan kerak samudera bersifat basa/mafik dengan komposisi mayoritas
silika (Si), magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan besi (Fe). Ketebalan dari kerak
samudera adalah 8-15 km dengan rentang suhu 400-7000C. Rata-rata densitas
dari kerak samudera sekitar 3,3 g/cc.
Mantel dibagi menjadi dua lapisan, yaitu mantel luar (astenosfer) dan
mantel dalam (mesosfer). Sebagian mantel luar bersama dengan kerak akan
membentuk lempeng Bumi. Lempeng Bumi inilah yang disebut sebagai
litosfer dan akan selalu bergerak setiap waktu. Litosfer bersifat kaku dan
ultrabasa. Tebal dari lapisan ini sekitar 200 km dengan suhu maksimum
1.1000C. Ketika suhu melebihi 1.1000C, maka batuan akan sepenuhnya
mencair dan membentuk magma, sehingga lapisan astenosfer akan bersifat
plastis dan bergerak layaknya fluida. Astenosfer membentang dari kedalaman
200 km hingga 660 km di bawah permukaan Bumi. Suhu dari astenosfer
berkisar 1.100-2.0000C dengan densitas rata-rata 3,3 g/cc. Di bawah
astenosfer terdapat lapisan mesosfer. Mesosfer bersifat kaku dan memiliki
densitas sekitar 5,7 g/cc. Mesosfer membentang pada kedalaman 660-2.900 km
dengan rentangan suhu 2.000-3.0000C. Akibat adanya perubahan sifat dari
astenosfer yang bersifat plastis dengan mesosfer yang bersifat kaku, maka
24
terdapat bidang diskontinuitas di antara dua lapisan ini, yaitu bidang
diskontinuitas Repetti.
Bidang yang memisahkan lapisan mantel dengan inti adalah bidang
diskontinuitas Guttenberg. Inti Bumi dibagi menjadi dua lapisan, yaitu inti
luar yang bersifat cair dan inti dalam yang bersifat padat. Perbedaan sifat
inilah yang membentuk lapisan elektromagnetik dan kutub Bumi. Inti luar
bersifat cair dan berada pada kedalaman 2.900-5.150 km dengan densitas 10-
12 g/cc. Suhunya berkisar antara 3.000-3.8000C. Komposisi utama dari inti
luar adalah besi (Fe), nikel (Ni), dan sulfur (S). Di bawah lapisan inti luar,
terdapat bidang yang membatasi lapisan inti luar dan inti dalam, yaitu bidang
diskontinuitas Lehmann. Komposisi dari inti dalam berupa besi (Fe), nikel
(Ni), dan uranium (U). Lapisan ini memiliki suhu yang sangat tinggi akibat
adanya reaksi nuklir, yaitu sekitar 3.800-6.0000C. Meskipun inti dalam
suhunya sangat tinggi dan hampir setara dengan suhu permukaan Matahari,
lapisan ini bersifat padat. Hal ini disebabkan karena masifnya energi
gravitasi di daerah inti dalam sehingga lapisan ini memiliki densitas yang
sangat tinggi (>12 g/cc) dan suhu tersebut tetap tidak sanggup mencairkan
lapisan inti dalam.
Kerak adalah lapisan bumi yang paling luar dan paling keras. Namun
kerak sangat tipis jika dibandingkan dengan lapisan lainya. Lapisan ini juga
dikenal dengan lapisan sial. Kandungan utamanya adalah besi (32,1%),
oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%), nikel
(1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri
dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian
inti bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan sedikit nikel
(5,8%), sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka. Ahli
geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi
terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi
hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah
kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%.
25
Oksida-oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia,
potasium
Gelombang seismic termasuk dalam gelombang elastik karena medium
yang dilalui yaitu bumi bersifat elastik. Oleh karena itu sifat penjalaran
gelombang seismik bergantung pada elastisitas batuan yang dilewatinya
Gelombang seismik terdiri dari 2 tipe, yaitu gelombang body (gelombang yang
menjalar di dalam permukaan bumi) dan gelombang permukaan (gelombang
yang menjalar di atas permukaan bumi).
1. Gelombang permukaan merupakan gelombang yang seringkali
menyebabkan dampak yang besar ketika terjadi gempa, sementara
Gelombang body merupakan gelombang yang menjadi “sumber data”
untuk meneliti bumi dan isinya.
2. Gelombang body yang terdiri dari 2 jenis, yaitu gelombang P (primary)
dan S (secondary). Gelombang P selalu muncul lebih cepat dibanding
gelombang S. Tidak hanya dari waktu kemunculannya, namun kedua
gelombang ini memiliki sifat yang berbeda dalam hal medium
perambatannya. Gelombang P dapat merambat di segala medium (padat
maupun cair), sementara gelombang S tidak dapat merambat di medium
cair.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat gelombang seismik dalam


batuan antara lain adalah litologi, densitas, porositas, kedalaman, tekanan,
umur batuan, dan temperatur (Firnanza, 2017). Kecepatan Sebagai Alat
Diagnosa Sifat alamiah dari sedimen seperti porositas, densitas, temperatur,
ukuran butir, saturasi gas, frekuensi, dan tekanan berpengaruh terhadap
kecepatan. Pertambahan kecepatan dipengaruhi oleh takanan eksternal,
ukuran butir dan densitas. Kecepatan akan berkurang pada sedimen yang
porous dan atau mempunyai takanan pori yang besar. Pengukuran
Kecepatan Pengukuran kecepatan didasarkan pada perubahan waktu tiba
pantulan (arrival time) sebagai perubahan jarak dari sumber getar sampai
geophone. Jarak tersebut dikenal dengan offset, sedangkan perbedaan waktu 26
dari offset disebut normal moveout. Kecepatan sebagai implikasinya disebut
stacking velocity. Frekuansi gelombang seismik lebih kecil dibandingkan
dengan frekuensi yang digunakan pada log sumur, sehingga kemampuan
perubahan seismik jauh lebih besar, sekitar 100 kali lipat. Semakin kecil
frekuensi dan kecepatan, maka gelombang akan semakin besar.

C. Rangkuman

Secara umum, interior Bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu lapisan


kerak, mantel, dan inti. Kerak Bumi bersifat kaku dan terdiri dari dua jenis,
yaitu kerak benua dan kerak samudera. Kerak benua bersifat asam/felsik
dengan komposisi mayoritas silika (Si), aluminium (Al), natrium (Na), dan
kalium (K). Mantel dibagi menjadi dua lapisan, yaitu mantel luar (astenosfer)
dan mantel dalam (mesosfer). Sebagian mantel luar bersama dengan kerak
akan membentuk lempeng Bumi. Lempeng Bumi inilah yang disebut sebagai
litosfer dan akan selalu bergerak setiap waktu. Litosfer bersifat kaku dan
ultrabasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat gelombang
seismik dalam batuan antara lain adalah litologi, densitas, porositas,
kedalaman, tekanan, umur batuan, dan temperatur

D. DaftarPustaka
Firnanza, Esha. 2017. Penentuan Litologi Lapisan Bawah Permukaan
Berdasarkan Model Kecepatan 2D Tomografi Seismik Refraksi Untuk Geoteknik
Jalan Tol. Fakultas Teknik, Universitas Lampung: Lampung.
Gadallah, R.M dan Fisher, R. 2009. Exploration Geophysics.
Springer:Berlin Geofisika, 2015. Mata Kuliah Pengantar. Depok: Universitas
Indonesia
E. Latihan dan Tugas
Jelaskan struktur interior bumi dan hubungannya dengan gerakan
lempeng!

27
Kegiatan Pembelajaran V
(Sedimentasi di Lantai Samudera)

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan proses-proses sedimentasi di lantai samudera

B. Uraian Konsep dan Teori


Cekungan samudera dapat berada di manapun di bumi yang ditutupi
oleh air laut, tetapi secara geologi, cekungan samudera adalah cekungan
geologi yang berada dibawah laut. Secara geologi, bentuk geomorfologi seperti
palung dan pegunungan bawah laut yang bukan bagian dari cekungan laut,
sementara secara hidrologi, cekungan laut termasuk fitur geomorfologi.
Samudera Atlantik dan samudera Artik adalah salah satu contoh cekungan
samudera aktif, sementara laut Tengah menciut. Samudera Pasifik juga
cekungan aktif yang menyusut walaupun memiliki palung laut dan punggung
bukit laut yang menyebar. Teluk Meksiko adalah salah satu cekungan
samudera yang sudah tidak aktif. Contoh lainnya adalah laut Jepang dan laut
Bering.
Pada awal perkembangannya studi tentangilmu geologi dari tahun
1860an, hampir semua ahli geologi menganggap cekungan laut umumnya
berbentuk seperti palung besar yang disebut dengan geosinklin, dimana
didalamnya terakumualasi endapan sedimen yang tebal yang didominasi oleh
sedimen laut dangkal dan seiring dengan subsiden yang dialami oleh
geosinklin tersebut. Dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada
akhir tahun 1950an dan awal 1960an, pemikiran geologi berpindah dari
konsep geosinklin. Saat ini para ahli geologi mengenal ada beberapa jenis
cekungan dan bermacam macam mekanisme yang mengakibatkan suatu
cekungan terbentuk. Para ahli geologi berpendapat bahwa cekungan
terbentuk oleh kontrol tektonik global serta kontrol geologi (perubahan muka
air laut, suplai sedimen, subsiden cekungan, dll) yang berpengaruh terhadap
proses pengisian cekungan.
28
Cekungan sedimen adalah suatu depresi yang memiliki kapabilitas
untuk menjadi tempat terakumulasinya endapan sedimen. Subsiden dari
kerak bumi bagian atas harus terjadi sehingga depresi yang sedemikian rupa
bisa terbentuk. Mekanisme yang dapat menghasilkan subsiden yang
pembebanan bagian kerak, aliran astenosfir dan densifikasi kerak (Dickinson,
1993). Kompensasi isostatik adalah aspek yang penting dari suatu proses
pembebanan vulkanik dan sedimenter. Konsep dari isostasi menganggap
bahwa kompensasi lokal dari suatu kerak dengan ketebalan dan atau struktur
densitas yang berbeda akan memiliki perbedaan relief relatif (Angevine,
Heller, dan Paola, 1990). Dengan demikian, menambah beban diatas suatu
bagian kerak (contohnya pengisian cekungan sedimen) menyebabkan
subsiden, menghilangkan beban (contohnya erosi) akan menyebabkan
pengangkatan. Konsep ini mengikuti premis bahwa suatu cekungan yang
awalnya diisi air oleh air akan mengalami pendalaman oleh pembebanan
sedimen, seiring cekungan tersebut mengakumulasi sedimen. Sebagai
tambahan dari efek pembebanan, proses flexing pada kerak juga terjadi, pada
intensitas tertetu pada kepadatan dari litosfir yang ada di bawhnya, sebagai
hasil dari proses tektonik: overthrusting, underpulling, dan underthrusting
pada litosfir padat. Terakhir, efek termal (contohnya pendinginan litosfir,
bertambahnya densitas kerak disebabkan perubahan temperatur atau kondisi
tekanan) juga dapat berperan sebagai faktor penting dalam pembentukan
cekungan
Proses tektonik lempeng menyebabkan perubahan mendasar pada masa
benua dan cekungan samudra seiring dengan berjalannya waktu. Benua
terpisah dan saling menjauh membentuk cekungan samudra yang dapat
memiliki lebr hingga 500 km, yang kemudian dapat tertutup kembali saat
lempeng samudra mengalami subduksi di palung (trench). Proses bukn dan
penutupn dari suatu cekungan samudra disebut sebagai siklus Wilson. Siklus
Wilson dimulai dengan pembentukn cekungan rift atau rifting basin (dialasi
oleh kerak benua) yang kemudian akan berevolusimenjadi proto-oceanic
through (sebagian dialasi oleh kerak samudra), dan selanjutnya akan menjadi 29
cekungan samudra sepenuhnya, dialasi oleh lempeng samudra dan dibatasi
oleh passive continental margin. Setelah puluhan juta tahun atau lebih, zona
subduksi akan berkembangdisekitarnya margin samudra dan cekungan
samudra kan mulai tertutup. Klosur akan timbul bersamaan dengan proses
tumbukan benua (continental collision) dan pembentukan sabuk orogen.
Keseluruhan pembentukan cekungan dan penghancurannya membutuhkan
waktu antara 50 sampai 150 juta tahun. Catatan geologi mengisyaratkan
bahwa telah terjadi banyak siklus Wilson dalam sejarah masing-masing benu.
Oleh karena itu, hanya sedikit cekungan sedimen tetap tidak berubah hingga
sekarang, atau ada dalam posisi yang tetap, kecuali beberapa cekungan yang
terletak di daerah kratonik dalam suatu benua.

Cekungan Samudra adalah bagian dari lithosfir yang berada dibawah


permukaan laut. Paparan benua adalah suatu bentuk lempeng bawah laut
yang dangkal yang berada pada batas tepi benua dengan bidang kemiringan
yang sangat kecil mengarah kearah laut. Paparan benua umumnya luas dan
relatif datar berada pada tepi benua yang bersifat pasif. Paparan benua yang
ada di dunia biasanya ditutupi oleh sedimen yang relatif muda. Hampir
semua sedimen muda berasal dari daratan. Pada umumnya sedimen pasir
berada dekat pantai dimana bagian dasarnya dangkal dan dipengaruhi oleh
kerja gelombang. Lumpur yang berbutir halus umumnya diendapkan agak
jauh dari lepas pantai; dimana airnya lebih dalam, tenang dan tidak
dipengaruhi oleh kerja gelombang seperti yang terjadi di pantai.

Endapan paparan benua dapat terjadi pada dua lempeng benua yang
saling menjauh (divergen) sampai pada kedua segmen benua tersebut
terpisah, dan dengan semakin lebarnya rift maka air laut akan mengisinya
membentuk dan tumbuh menjadi cekungan laut yang baru. Tepi benua yang
mengalami surut secara berangsur seperti litosfir yang mengalami muai dan
susut, pembentukan cekungan lepas pantai dapat menerima sedimen hasil
erosi dari daratan sekitarnya. Meluasnya paparan benua dari setiap benua
yang berasosiasi dengan dataran pesisir yang merupakan bagian dari benua 30
selama zaman es, tetapi berada dibawah laut selama zaman antarglasial
seperti paparan laut dan teluk. Naiknya permukaan benua dibawah lereng,
tetapi kearah daratan dari dataran abyssal. Gradien antara lereng dan
paparan pada kemiringan 0.5 - 1°. Kelanjutan sejauh 500 km dari lereng
disusun oleh endapan sedimen yang tebal melalui arus turbidit yang berasal
dari paparan dan lereng.

Pada kenyataannya, luas dari cekungan samudra sangatlah bervariasi,


hal ini tidaklah umum untuk wilayah yang tidak mempunyai paparan,
terutama kearah tepi dari suatu lempeng samudra yang menyusup kebawah
lempeng benua pada zona lepas pantai penunjaman (subduksi), seperti lepas
pantai Chili atau pantai barat Sumatra. Paparan benua yang paling luas
adalah paparan Siberia yang berada di lautan Artic, dengan lebar mencapai
1500 km. Laut China Selatan juga merupakan paparan benua yang cukup
luas yang juga menerus hingga ke Paparan Sunda yang menghubungkan
Kalimantan, Jawa, dan Sumatra hingga ke Daratan Asia. Keluarga lainnya
dari paparan benua yang juga ditutupi oleh air adalah Laut Utara dan Teluk
Persia. Lebar rata-rata dari papapran benua adalah kuranglebih 80 km.
Kedalaman air dari paparan juga sangat bervariasi, akan tetapi umumnya
tidak lebih dari 150 meter. Kemiringan lereng paparan umumnya sangat
kecil, yaitu sekitar 0.5° dengan relief vertikal kurang dari 20 meter

Secara fisiografi, cekungan samudra dimulai dari bagian tepi benua


yang terendam air. Tepi benua yang bersifat pasif seperti semua pantai yang
ada di Atlantik mempunyai paparan yang lebar dan dangkal, terbangun dari
sedimen yang tebal yang berasal dari erosi yang sangat lama dari benua yang
ada disekitarnya. Pada tepi benua yang aktif, paparan benuanya sempit,
dengan lereng yang curam, berkaitan dengan seringnya gempabumi yang
membawa sedimen ke bagian laut yang dalam.

Biasanya ujung dari paparan merupakan suatu titik dari berkurangnya


kemiringan lereng. Lantai samudra dibawah tekuk lereng adalah lereng
31
benua. Bagian bawah dari kemiringan lereng dikenal sebagai sebagai
pembubungan benua (continental rise), dimana akhirnya bergabung dengan
lantai dasar samudra, yaitu dataran abyssal. Paparan benua dan kemiringan
lereng merupakan bagian dari tepi benua. Bagian paparan umumnya dibagi
menjadi Paparan Benua Bagian Dalam, Paparan Benua Bagian Tengah, dan
Paparan Benua Bagian Luar, dimana masing-masing memiliki ciri
geomorfologi dan organisme laut tertentu. Sifat dari paparan berubah secara
mencolok pada batas dimulainya lereng benua. Dengan beberapa
pengecualian, batas paparan terletak pada kedalaman yang ditandai oleh
kedalaman yang seragam yaitu berkisar antara 140 meter. Hal ini
menyerupai suatu tanda pada zaman es, ketika tinggi muka air laut lebih
rendah dari saat ini. Lereng benua lebih curam dibandingkan dengan
paparan, rata-rata 3° tetapi dapat juga lebih rendah dari 1° atau 10°.
Kelerengan seringkali terpotong oleh ngarai bawah laut. Mekanisme fisik
yang terlibat didalam pembentukan ngarai tidak diketahui secara pasti
hingga tahun 1960an.

Berdasarkan penyebarannya, sedimen laut dapat dikelompokan


menjadi 2 (dua), yaitu sedimen laut dalam dan sedimen laut dangkal.
Karakteristik fisika kimia dan biologi antara kedua penyebaran tersebut
memiliki perbedaan. Analisis besar butir sedimen dasar laut dan pantai
menunjukkan kecenderungan menghalus ke arah lepas pantai. Dalam suatu
proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen.
Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi
sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi
sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar
lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan
laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan
tersuspensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan
tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut
sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung
penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral.
32
C. Rangkuman

Aktivitas lantai samudra ini berkaitan erat dengan batas antar lempeng
yang disebut sea floor spreading. Sea floor spreading terjadi sebagai akibat
arus konveksi di dalam mantel Bumi dan berkembang secara simetris
menyebabkan antar lempeng samudra saling menjauh. Cekungan samudera
terbentuk dengan cara siklus wilson. Siklus Wilson menggambarkan siklus
tektonik atau siklus permulaan dan akhir dari suatu cekungan
samudra(Pradana dan Sutedjo, 2018). Berdasarkan penyebarannya sedimen
laut dapat dikelompokan menjadi 2 (dua), yaitu sedimen laut dalam dan
sedimen laut dangkal.Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi
pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng benua (Continental
Slope).Continental Shelf adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai
kurang lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar
dari pantai 50 - 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada di atasnya
di antara 100 - 200 meter.Daerah perairan dalam, seperti endapan yang
terjadi pada laut dalam. Pada umumnya “Glacial Continental Shelf”’ dicirikan
dengan susunan utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil.
Sedangkan “Non Glacial Continental Shelf’” endapannya biasanya
mengandung lumpur yang berasal dari sungai.Endapan Sedimen pada
Perairan Laut Dalam. Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
SedimenTerigen Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis

D. Daftar Pustaka
Anggraeni, A., (2018), Tektonik Lempeng: Introduction to Plate Tectonics Theory.
Yogyakarta: Program Studi Geofisika Fakultas MIPA UGM
Earthguide, (n.d.), Earthguide at Scripps Institution of Oceanography: Sea Floor
Spreading. Tersedia di: earthguide.ucsd.edu. Diakses pada 27 April 2020
Pradana, S., Sutedjo, A., (2018), Pendalaman Materi Ilmu Geografi Modul 19
Perairan Laut. Tersedia di: ppg.spada.ristekdikti.go.id. Diakses pada 27 April 2020
E. Latihan dan Tugas
Jelaskan dan gambarlah pembentukan sedimentasi di lantai samudera !
33
Kegiatan Pembelajaran VI
(Seismisitas Tektonik Lempeng)

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan sesimisitas tektonik lempeng

B. Uraian Konsep dan Teori


Seismisitas merupakan persebaran gempa. Gempa dapat disebabkan
oleh berbagai hal, diantaranya perpindahan mendadak massa kerak bumi,
aktivitas vulkanik dan ledakan yang disebabkan oleh manusia. Dari ketiga
hal tersebut perpindahan medadak massa kerak bumi adalah faktor yang
paling besar menyebabkan kerusakan. Ketika batuan mendapat tekanan yang
diakibatkan oleh pergerakan lempeng, batuan akan bertahan hingga
mencapai batas elastisitas.
Ketika mencapai batas elastisitas batuan akan terdeformasi dan
melepaskan energi akibat tekanan pergerakan lempeng. Jadi berdasarkan
penjelasan tersebut, pada dasarnya gempa yang diakibatkan pergerakan
lempeng ini dipengaruhi oleh elastisitas batuan serta laju pergerakan
lempeng.Seismisitas adalah sistem data yang serasi dan dapat memberikan
gambaran atau informasi secara sistematis tentang karakteristik dan
aktivitas gempa bumi di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.Informasi
itu dapat berupa suatu bentuk persamaan empiris, peta, grafik dan tabel.
Konsep tentang seismisitas ini tidak lepas dari akurasi data yang dianalisis
serta jangkauan waktu yang ditentukan.Jangkauan waktu yang singkat sulit
dipakai pedoman untuk menentukan aktivitas gempa bumi di suatu daerah
dengan baik.Namun bila dalam waktu yang singkat tersebut dapat
memberikan info data gempa yang banyak, maka penentuan seismisitas itu
dianggap cukup akurat (Pepen, 2008).

Pada mulanya seismisitas merupakan distribusi pusat-pusat gempa


bumi secara geografis.Pada saat ini, seismisitas didefinisikan sebagai suatu
sistem data yang serasi, yang dapat memberikan suatu gambaran atau
34
informasi secara sistematis tentang karakteristik dan aktifitas gempa bumi
pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Seismisitas merupakan
ukuran untuk membandingkan aktivitas seismik suatu daerah dengan daerah
lain. Untuk mengetahui distribusi zona-zona gempa aktif atau pola aktifitas
kegempaan berdasarkan analisis hubungan frekuensi magnitude dapat
diperoleh dengan cara menggambarkan pola sebaran parameter parameter
seismisitas a & b serta periode ulangnya, dan melakukan pemetaan
kegempaan untuk mengklasifikasikan suatu daerah dengan daerah lain
berdasarkan parameter-parameter seismisitas.

Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi


beberapa lempeng tektonik besar.Lempeng tektonik adalah segmen keras
kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh
karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling
berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik,
merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang
menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi.
Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu:
Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra
(Sea Floor Spreading).Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan
batuan yang relatif dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat
dan kaku.Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang
disebut mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam
keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan proses
pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng
tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas
mantel ikut bergerak satu sama lainnya.

Tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap


lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading),
saling mendekati(collision) dan saling geser (transform).Jika dua lempeng
bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling
mendekati atau saling bergeser.Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat 35
dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm
pertahun.Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci,
sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada
suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan
gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal
sebagai gempa bumi.
Gelombang merupakan fenomena alam dimana terjadi perambatan
usikan atau energi dari suatu sumber ke titik-titik lain. Gelombang seismik
adalah gelombang-gelombang yang merambat baik di dalam maupun di
permukaan bumi yang berasal dari sumber sismik seperti dari sumber gempa
dimana terjadi batuan pecah secara tiba-tiba di dalam bumi, ledakan (proses
kimia dan nuklir), erupsi gunungapi, longsoran, badai, dentuman pesawat
supersonic, dan sebagainya.Gelombang seismik termasuk gelombang
mekanik, dimana medium dibutuhkan dalam perambatannya dan partikel
dari medium tersebut berosilasi ketika gelombang melewatinya.Gelombang ini
dicatat oleh seismometer sebagai seismogram yang mempresentasikan osilasi
partikel di titik stasiun seismik tersebut.
Berdasarkan teori elastis dan deformasi elemen medium serta konsep
displacement potensial, maka pada media homogen isotropis, transfer energi
dapat ditransmisikan dalam dua tipe dengan kecepatan penjalaran yang
berbeda pula, tergantung konstanta-konstanta elastik media yang
dilewatinya. Disamping itu, transfer energy terjadi baik melalui media
perlapisan di dalam bumi maupun melalui media perlapisan permukaan
bumi. Transfer ini yang terjadi melalui media perlapisan di dalam bumi
disebut gelombang badan (body wave) sedangkan yang terjadi di permukaan
bumi disebut gelombang permukaan (surface wave).

36
Gambar di atas adalah penampang ideal dari zona subduksi.Bagian
utama dari zona ini adalah kerak samudra yang menunjam,palung,prisma
akresi, forearc basin, outer-arc high, dan backstop. Tidak semua komponen
tersebut harus ada pada suatu zona subduksi. Terdapat dua kelompok
seismisitas,yaitu:a).Interplate seismicity yang dihasilkan oleh permukaan
antara dua lempeng; b). Intraplate seismicity yang terjadi pada batas luar
kedua lempeng. Dimulai dari kanan pada gambar6.22, gempa dangkal yang
dihasilkan dari sesar turun banyak terjadi pada kerak samudra ketika mulai
menunjam. Fenomena ini dinamakan ‘intraplate bending-related
normalevent.’Kerak menunjam di bawah prisma akresi dengan sedikit sesar
naik yang terjadi.Lapisan sedimen pelagik menjadi zona tanpa seismik
(aseismic).
Zona aseismicslip berakhir pada kedalaman 12 km di bawah outer-
archigh. Pada titik tersebut adalah zona backstop yang terdiri dari batuan
vulkanik,dimana gempa dangkal banyak terjadi.Titik dimana permukaan
lempeng berada pada zona backstop, dinamakan seismic front. Kearah bawah
dari seismic front,lempeng naik terhadap vulkanik/metamorphiccrustal
backstop, menghasilkan gempa besar sepanjang zona sesar tersebut.
Fenomena ini dinamakan interplate seismic slip zone yang terletak pada
kedalaman 40 km, dimana mantel berubah dari brittle menjadiductile.Pada
zona tersebut, gempa yang terjadi adalah ‘bending-related thrustslip.’Didekat 37
dasar batas elastic lithosphere,‘intra plate bending-related thrust event’ terjadi
pada kedalaman sekitar 35km.Beberapa bending-related intraplate normal
event terjadi pada kedalaman antara 40 –50km di bagian bawah lempeng yang
menunjam.
Pada kasus gempa besar yang terjadi di Jepang dan Alaska,terjadi
perubahan ketinggian permukaan sebelum dan setelah gempa.Ketika terjadi
gempa di Jepang,ditahun1964,terjadi perubahan ketinggian permukaan dekat
episenter sebelum terjadi gempa.Amblasnya permukaan secara tiba-tiba
diikuti oleh gempa,Gerakan permukaan ini mungkin terletak akibat gerakan
ke bawah (downwardmotion) atau underthrusting pada litosfer benua. Ketika
dilakukan penelitian pada beberapa lokasi episenter dan pengamatan waktu
kejadian gempa besar di zona batas Lempeng Subduksi Pasifik, terdapat area
yang tidak terdapat aktivitas gempa selama beberapa dekade. Area tersebut
dinamakan seismicgap ketika tidak ada gempa besar selama 30 tahun
terakhir.Terdapat dua penjelasan bagi gejala ini, pertama, elastic strain masih
sedang terjadi pada daerah seismic gap tersebut. Cepat atau lambat, gempa
besar akan terjadi.Kedua, mungkin daerah tersebut adalah aseismicslip
dimana gerakan subduksi terjadi secara perlahan sehingga tidak ada
perubahan (strain) yang besar dan akhirnya tidak akan ada gempa besar.

C. Rangkuman
Seismisitas merupakan persebaran gempa. Gempa dapat disebabkan oleh
berbagai hal, diantaranya perpindahan mendadak massa kerak bumi,
aktivitas vulkanik dan ledakan yang disebabkan oleh manusia. Dari ketiga
hal tersebut perpindahan medadak massa kerak bumi adalah faktor yang
paling besar menyebabkan kerusakan. Ketika batuan mendapat tekanan yang
diakibatkan oleh pergerakan lempeng, batuan akan bertahan hingga
mencapai batas elastisitas.
Berdasarkan teori elastis dan deformasi elemen medium serta konsep
displacement potensial, maka pada media homogen isotropis, transfer energi
dapat ditransmisikan dalam dua tipe dengan kecepatan penjalaran yang 38
berbeda pula, tergantung konstanta-konstanta elastik media yang
dilewatinya.

D. Daftar Pustaka

Lamont Log Winter. etc., 1988. Subduction Zone adjacent Volcanic


Island Arc.Geological Observaory of Clombia University.
Gutenberg and CF Ritcher, 1949, Sismisity of The Earth, University
Press, Princeton University

E. Latihan dan Tugas


1. Deskripsikan Besaran Gempa Menurut Skala Magnitude!
2. Jelaskan Cara kerja perekam gelombang seismik di bawah ini !

39
Kegiatan Pembelajaran VII
(Tektonik dan Litosfer Samudera)

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tektonik di bagian litosfer samudera

B. Uraian Konsep dan Teori


Lempeng adalah bongkahan batuan yang kaku dan padat. Tektonik
adalah Ilmu pengetahuan sejarah gerakan dan deformasi dari skala kecil
(regional) sampai skala besar (global) (Twiss dan Moores). Tiap lempeng
adalah satu fragmen tersendiri yang dibatasi oleh lempeng lainnya. Segmen
batas lempeng merupakan garis menerus antara dua lempeng yang berhenti
pada triple junction. Triple junction adalah dimana titik temu ketiga lempeng
tersebut bertemu. Segmen batas lempeng tidak hanya terdiri dari satu jenis
batas lempeng diatas. Namun, Tiap segmen dapat terdiri dari dua jenis batas
lempeng. Pematang Tengah Samudra memiliki aturan bahwa batas lempeng
berupa pemekaran dan batas transform yang saling bertemu satu sama
lain.Lempeng litosfer aktif harus bergerak sebagai satu unit.Gerakannya pada
bumi harus bergerak sebagai busur lingkaran. Batas Konvergen biasannya
digambarkan dengan bentuk kurva.
Triple Junction adalah sebuah titik dimana batas-batas antara 3
lempeng tektonik saling bertemu jadi satu. Triple Junction memiliki 9 jenis
tiap jenis memiliki 3 batas-batas antar lempeng yang sering diketahui, yaitu :
huruf R (Ridge) yaitu untuk batas divergen, huruf T (Trench) yaitu untuk
batas konvergen dan huruf F (fault) yaitu untuk batas transform. Penamaan
Triple Junction bisa juga mengacu pada batas-batas lempeng seperti yang ada
pada gambar 7.3.1. sebagai contoh Ridge-Ridge-Ridge (RRR), Trench-Trench-
Fault (TTF). Afar Triple Junction merupakan pertemuan pertemuan antara
laut merah, teluk aden dan rift afrika timur. Lempeng Triple Junction yang
berada di Indonesia berada di Sulawsi diaman betemunya ketiga lempeng
antara lain : Lempeng Eurasia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik.
40
Triple junction dapat bergerak dan menghilang di zona subduksi. Triple
junction yang baru dapat terbentuk oleh pemekaran atau oleh pembentukan
batas subduksi yang baru. Satu jenis triple junction dapat berkembang
menjadi jenis lainnya. Suatu Triple Junction dikatakan stabil, jika gerakan
relatif ketiga lempeng dan azimut batas sehingga konfigurasi tidak berubah
terhadap waktu. Triple Junction tidak stabil dikatakan apabila geometri
perbatasan berubah terhadap waktu. Tipe Triple Junction yang stabil adalah
Ridge-Ridge-Ridge (RRR). namun nyatanya tipe ini tidak bisa terbentuk.
Sebuah batas lempeng hanya bisa berakhir dengan berpotongan dengan batas
lempeng yang lain.
Lempeng litosfer adalah fragmen kulit bola yang bergerak sebagai satu
kesatuan pada permukaan bola. Jika suatu fragmen bola tersebut diletakkan
pada bola lainnya (dengan ukuran bola yang sama), maka terdapat gerakan
fragmen tersebut akan mengikuti pola lingkaran. Gerakan fragmen tersebut
juga akan memiliki suatu kutub rotasinya. Dalam ilmu, kutub rotasi tersebut
dinamakan Kutub Euler (Euler Pole). Gerakan fragmen kulit bola akan
mengikuti Teorema Euler, yang menyatakan bahwa gerakan suatu fragmen
bola terhadap permukaan bola akan membentuk rotasi terhadap kutubnya.
Pergeseran Lempeng merupakan penyebab percepatan rotasi pada bumi.
Gempa merupakan indikator pelepasan energi akibat pergeseran lempeng
bumi. Pergeseran lempeng bumi menyebabkan kesetimbangan “bola” bumi
berubah. Sebuah “bola” yang dimaksud bukanlah bentuk bola sempurna
melainkan bola pepat diarah kedua kutubnya (obtate spherical) dengan
distribusi massa yang tak sempurna.
Medan Magnet Bumi atau biasa kita sebut medan geomagnetik
merupakan medan magnet yang menjangkau dari bagian dalam bumi hingga
batas dimana medan magnet bertemu angin matahari. Sumbu batang magnet
pada gambar bertepatan dengan sumbu Geografi. Sumbu magnet bumi
membentuk sudut 15o terhadap sumbu geografi. Sumbu magnetik berorientasi
vertikal. Sudut vertikal antara garis gaya dengan bidang horizontal di
namakan inklinasi magnetik (magnetic inclination). Gambar diatas 41
menunjukkan bahwa garis medan magnet bumi terhadap inti magnet.
Ekuator magnetik (magnetic equator) terletak pada bidang tegak lurus
terhadap sumbu geomagnetik dan mengelilingi permukaan bumi yang hampir
sama dengan ekuator geografis.
Paleomagnetik adalah adalah studi tentang gambaran medan magnet
bumi di batuan, sedimen, atau bahan arkeologi. Setiap mineral terdapat
rekaman arah yang dimana kita dapat menentukan lokasi lempeng tektonik
pada masa tersebut.Mineral magnetik tidak memiliki sifat magnet ketika
suhu pada magma masih tinggi. Namun,ketika temperaturnya turun
melewati titik cure (cure point; 4000 – 6000 C)mineral tersebut mengalami
magnetisasi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kristalisasi magma
dipengaruhi oleh medan magnet. Pendinginan akan menjadi sifat magnet
yang permanen (thermal remnant magnetism). Terdapat dua sifat magma
yaitu :
- sifat pertama yaitu dapat menunjukkan arah yang mengarah ke utara
atau selatan magnetik.
- menunjukkan inklinasi magnetik akan bervariasi terhadap garis lintang
magnetik.

Sifat magmatisme batuan yang dapat merekam arah medan magnet


bumi inilah yang disebut dengan paleomagnetik. Contoh batu yang memiliki
sifat magnetik ini menghasilkan 2 jenis informasi. Pertama, sifat tersebut
menunjukkan arah garis gaya atau arah yang berorientasi pada kutub utara
(atau selatan) magnetik Kedua, menunjukkan inklinasi garis gaya magnetik
terdahulu. Besarnya nilai inklinasi magnetik akan bervariasi terhadap garis
lintang magnetik. Sehingga, besarnya nilai inklinasi magnetik pada batuan
dapat menunjukkan jarak batuan sesungguhnya terhadap kutub utara
magnetik terdahulu. Dengan demikian, data paleomagnetik dapat
menunjukkan posisi geografis kutub magnetik bumi terdahulu.
Kutub magnetik bumi saat lava terbentuk telah berlawanan dengan
kutub magnetik bumi sekarang menurut Benard barunhes. Motoyari 42
Motoyama juga telah melakukan penelitian pada tahun 1920-an pada
beberapa batuan vulkanik dan beliau menemukan satu kelompok batuan yang
memeperlihatkan inklinasi magnetik yang mendekati medan geomagnetik
sekarang.
Umur geologi suatu contoh batuan dapat diketahui melalui metoda
radioaktif. Akhir tahun 1950-an, penentuan umur dengan kalium argon dapat
digunakan untuk menentukan umur plistosen. Akhir tahun 1960-an,
kemajuan metoda tersebut dapat menunjukan umur hingga 4,5 juta tahun.
Penentuan ekstensif data magnetik dan umur batuan menunjukan paling
tidak ada 7 pembalikan medan kutub geomagnetik dari medan magnet bumi
pada 4 juta tahun terakhir.
Hipotesa pemekaran lantai samudera dikemukakan pertama kalinya oleh
Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul “Essay in geopoetry
describing evidence for sea-floor spreading”. Dalam tulisannya diuraikan
mengenai bukti-bukti adanya pemekaran lantai samudera yang terjadi di
pematang tengah samudera (mid oceanic ridges), Guyots, serta umur kerak
samudera yang lebih muda dari 180 juta tahun. Hipotesa pemekaran lantai
samudera pada dasarnya adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa
bagian kulit bumi yang ada didasar samudera Atlantik tepatnya di pematang
tengah samudera mengalami pemekaran yang diakibatkan oleh gaya tarikan
(tensional force) yang digerakan oleh arus konveksi yang berada di bagian
mantel bumi (astenosfir). Akibat dari pemekaran yang terjadi disepanjang
sumbu pematang tengah samudera, maka magma yang berasal dari astenosfir
kemudian naik dan membeku. Magma ini terus keluar keatas di pematang
tengah samudera dan menghasilkan aliran magma yang mengalir kedua arah
berbeda dan menghasilkan kekuatan yang mampu membelah pematang
tengah samudera. Pada saat lantai samudera tersebut terbelah,
retakan terjadi di tengah pematang dan magma yang meleleh mampu keluar
dan membentuk lantai samudera yang baru. Arus konveksi yang
menggerakkan lantai samudera (litosfir), pembentukan material baru di
43
Pematang Tengah Samudera (Midoceanic ridge) dan penyusupan lantai
samudera kedalam interior bumi (astenosfir) pada zona subduksi.
Kemudian lantai samudera tersebut bergerak menjauh dari pematang
tengah samudera sampai dimana akhirnya bertemu dengan lempeng kontinen
dan akan menyusup ke dalam karena berat jenisnya yang umumnya
berkomposisi lebih berat dari berat jenis lempeng kontinen. Penyusupan
lempeng samudera kedalam lempeng benua inilah yang menghasilkan zona
subduksi atau penunjaman dan akhirnya lithosphere akan kembali menyusup
ke bawah astenosphere dan terpanaskan lagi. Kejadian ini berlangsung secara
terus-menerus. Dengan adanya zona penunjaman ini maka akan terbentuk
palung pada sepanjang tepi paparan, dan juga akan terbentuk kepulauan
sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera
yang menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle atau jika bertemu
dengan batuan benua yang mempunyai densitas sama atau lebih besar maka
akan terjadi mixing antara material kerak samudera dengan benua
membentuk larutan silikat pijar atau magma. Proses mixing terjadi pada
kerak benua sampai 30 km di bawah permukaan bumi. Karena sea floor
spreading terus berlangsung maka jumlah magma hasil mixing yang
terbentuk akan semakin besar sehingga akan menerobos batuan-batuan di
atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan bumi membentuk deretan
gunung api. Bagian lempeng masuk ke zona subduksi, memiliki kemiringan
sudut sekitar 45˚. Lempeng ini terus tenggelam ke dalam astenosfer, yang
karena proses waktu yang berjuta-juta tahun, disertai pemanasan yang kuat
dari dalam, bagian yang menekuk ini lama kelamaan akan pecah, hancur-
lebur, dan menjadi bagian dalam bumi kembali. Bagian-bagian litosfer yang
bergerak, retak, runtuh inilah yang merupakan wilayah paling labil, yang
menjadi salah satu penyebab terjadinya gempa, dan jalan yang lebih
memungkinkan bagi magma untuk naik mencapai permukaan bumi,
membangun tubuhnya menjadi gunung api.
Teori Hess tentang pemekaran dasar samudera mendapat dukungan
bukti dari mahasiswa tingkat sarjana di Inggris, Frederick J. Vine dan D. H. 44
Matthews. Pendapat keduanya sebenarnya bukan hal yang baru. Vine dan
Matthews berpendapat bahwa saat lava meluap dan memadat di retakan
tengah samudera, lava basal mendapatkan perkutuban magnet sesuai dengan
keadaan pada saat lava ini memadat. Penelitian tentang kemagnetan
mendukung teori pemekaran dasar samudera. Penyebab dari pergerakan
benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi dari mantel bumi. Arah arus
ini tidak teratur, seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air
yang direbus. Terjadinya arus konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas
radioaktif yang menimbulkan panas. Dalam kondisi tertentu dua arah arus
yang saling bertemu bisa menghasilkan arus interferensi yang arahnya ke
atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya.
Magma yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan
membentuk gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang
di bawah permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera
yang saling berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk
linear ini disebut dengan MOR (Mid Oceanic Ridge atau Pematang Tengah
Samudera) dan merupakan tempat keluarnya material dari mantel ke dasar
samudera. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-
pematang ini karena aliran material dari mantel. Batuan dasar samudera
yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari MOR karena
desakan dari magma mantel yang terus-menerus dan juga tarikan dari gaya
gesek arus mantel yang horisontal terhadap material di atasnya. Lambat laun
kerak samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak terus
menjauh dari daerah poros pematang dan ‘mengarungi’ samudera. Gejala ini
disebut dengan Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).
Jika axial rift valey memang merupakan tempat keluarnya lava basaltik
dan jika pemekaran kerak merupakan proses kontinyu,maka aliran lava yang
keluar dari axial rift akan bergerak menjauhi lift.Lempeng litosfer di kedua
sisi batas pemekaran mengalami akreasi dengan kecepatan yang
sama.Hasilnya, kerak samudra yang di hasilkan dalam satuan waktu
membentuk dua lapisan yang sejajar dengan lebar yang sama di kedua sisi 45
pusat pemekaran.Dalam pengertian paleomagnetik,zona lava tersebut akan
memiliki ciri normal dan reversed magnetic polarity. Dengan kata lain,lapisan
lava dari pemekaran akan memperlihatkan pola magnetik yang simetris atau
biasa di namakan magnetic stripe. Dalam sejarah tektonik lempeng, di
namakan Vine-Matthews hypothesis.
Dengan menggunakan pola anomali magnetik memungkinkan
identifikasi normal dan reversed epoch pada lantai samudra.Prosedur di
lakukan oleh Pitman dan Hertzler di tahun 1966 dengan contoh di East
Pasific Rise.Pada gambar ini bagian atas adalah hasil pengukuran dengan
magnetometer,sementara di bagian bawahnya adalah model profil dari skala
waktu pembalikan magnetik yang di terapkan dari hasil pengukuran
magnetometer. Skala waktu tersebut bermulai dengan nol di bagian pusat dan
duplikasi ke dua arah berlawanan. Hasil skala waktu tersebut dapat
digunakan untuk menghitung kecepatan pemisahan dua lempeng.Panjang
setengah bagian dari zona anomali adalah 450 km yang terjadi dalam waktu
10 juta tahun. Jadi, kecepatan gerakan horizontal rata-rata pada satu
lempeng atau half spreading rate adalah 4,5 cm/tahun. Dengan kata lain,
kecepatan pemisahan total (full separation rate)adalah 2 kalinya atau 9 cm/
tahun.
Gerakan Lempeng Relatif dapat diperkirakan dengan menggunakan
beberapa cara.Diantaranya menggunakan : a) arah ditunjukkan oleh sesar
transform yang dikonfirmasi oleh adanya gelombang P. b) Bukti seismic
dapat menunjukkan arah gerakan penunjaman lempeng; c) Pola anomaly
magnetic dan data umur basalt dari lantai samudra menunjukkan pergerakan
kecepatan lempeng; d) Rangkaian kepulauan gunung api dan seamount dapat
digunakan untuk menentukan arah dan kecepatan gerakan lempeng, baik di
masa sekarang maupun masa lalu. Gerakan lempeng sebenarnya adalah
gerakan relative dari satu lempeng terhadap lempeng lainnya, atau gerakan
relative dari 3 lempeng terhadap salah satu lempengnya.Untuk
mempermudah, salah satu dari 3 lempeng tersebut diasumsikan tetap pada
46
tempatnya (fixed position). Namun, ini tidak berarti lempeng tersebut tidak
bergerak terhadap mantel.
Di tahun 1976, NASA meluncurkan satelit Lageos sebagai cara baru
untuk pengukuran gerakan lempeng relatif. Lageos singkatan dari laser
Geodynamics Satelite. Satelit ini berperan sebagai reflector laser yang
dikirimkan ke ground station di bumi. Dengan menggunakan 2 atau lebih
ground station sebagai system triangulasi, satelit ini sanggup menjadi alat
triangulasi yang akurat bagi pengukuran geodetik. Sistem ini dinamakn
Satelit Laser Ranging (SLR). Di tahun 1979, NASA menggunakan teknologi
VLBI (Very Long Baseline Interferometry) yang mampu mengukur hingga
tingkat sekitar 3 cm di bumi. Sistem ketiga adalah Global Positioning System
(GPS) menggunakan beberapa satelit yang memancarkan sinyal dan diterina
oleh Ground Station. Hasill pengukuran satelit menunjukkan bahwa
kecepatan terendah gerakan lempeng adalah 1 cm/tahun, sementara
kecepatan tercepat adalah 10 cm / tahun. Di tahun 1966, hasil pengukuran
dengan system VLBI ternyata cocok dengan fakta geologi / geophysic.
Semua gaya yang terlibat dalam gerakan lempeng dibagi menjadi dua
kategori:
a. Driving force adalah gaya yang cenderung menghasilkan gerakan
lempeng relatif terhadap astenosfer, atau gaya pada satu lempeng
relatif terhadap lempeng lainnya di sepenjang batas sesar. Gaya
gravitasi adalah agen yang mengendalikan gaya ini. Gaya gravitasi
berasal dari energi potensial pada litosfer yang terdongkrak oleh proses
tektonik dari mantel.
b. Resisting force adalah gaya yang membentuk akibat adanya driving
force. Gaya ini cenderung membentuk resistansi yang sama atau
berlawanan dengan gerakan lempeng. Konsep ini dinyatakan oleh
Keary dan Vine; karena kecepatan lempeng sekarang terlihat konstan,
tiap lempeng haruslah berada dalam kesetimbangan dinamik, dengan
driving force yang menjadi seimbang oleh gaya yang menghambatnya.
47
C. Rangkuman

Gerakan Lempeng Relatif dapat diperkirakan dengan menggunakan


beberapa cara.Diantaranya menggunakan : a) arah ditunjukkan oleh sesar
transform yang dikonfirmasi oleh adanya gelombang P. b) Bukti seismic
dapat menunjukkan arah gerakan penunjaman lempeng; c) Pola anomaly
magnetic dan data umur basalt dari lantai samudra menunjukkan
pergerakan kecepatan lempeng; d) Rangkaian kepulauan gunung api dan
seamount dapat digunakan untuk menentukan arah dan kecepatan
gerakan lempeng, baik di masa sekarang maupun masa lalu. Gerakan
lempeng sebenarnya adalah gerakan relative dari satu lempeng terhadap
lempeng lainnya, atau gerakan relative dari 3 lempeng terhadap salah satu
lempengnya.Untuk mempermudah, salah satu dari 3 lempeng tersebut
diasumsikan tetap pada tempatnya (fixed position). Namun, ini tidak
berarti lempeng tersebut tidak bergerak terhadap mantel.

D. Daftar Pustaka
Butler, R. F.. 1992. Paleomagnetisme : Magnetic Domain to Geological
Terranes. Boston : Blackwell.
Twiss, R.J., & E.M. Moores. 1992. Structural Geology. New York : W.H.
Freeman and Company.
Wilson, JT. 1965. Kelas Sesar Baru dan Hubungannya dengan Pergeseran
Benua Alam. 207(4995) : 343-347.

E. Latihan dan Tugas

Jelaskan Bagaimana cara mengetahui aktivitas tektonik pada lantai


samudera !

48
Kegiatan Pembelajaran VIII
(Tektonik Tumbukan dan Akresi Benua)

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan aktivitas tumbukan dan akresi benua

B. Uraian Konsep dan Teori


Menurut teori lempeng tektonik, kerak bumi pada dasarnya terdiri dari
lempeng-lempeng tektonik yang mengapung dan bergerak di atas lapisan inti
bumi yang cair, sangat panas, dan selalu bergolak.Umumnya, gerakan ini
berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia, namun terukur
sebesar 0-15 cm per tahun.Pada dasarnya, lempeng tektonik itu tidak diam
ditempat, namun bergerak sesuai dengan arahnya masing-masing. Contohnya
pergerakan lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan kecepatan
sekitar 7 cm/tahun dengan menumbuk lempeng Eurasia yang bergerak ke
selatan dengan kecepatan kurang lebih 5-6 cm/tahun.

Peristiwa tumbukan kedua lempeng besar itu terjadi di selatan pulau


Jawa di batas lempeng tektonik.Teori fisika mengatakan Tumbukan adalah
suatu kejadian atau peristiwa dimana dua buah benda saling bertemu dan
bergerak. Dimana peristiwa tumbukan berlaku Hukum Kekekalan
Momentum yang kurang lebih berbunyi " Momentum Sebelum dan Sesudah
Tumbukan Akan Selalu Sama ". Tumbukan itu sendiri dibagi menjadi
Tumbukan Elastis dan Non elastis.Pada jenis tumbukan elastis dibagi lagi
menjadi tumbukan elastis sempurna dan elastis sebagian. Pada Tumbukan
Elastis Sempurna kedua lempeng tektonik akan memiliki arah dan kecepatan
yang sama sebelum dan setelah peristiwa tumbukan.

Kemudian pada tumbukan elastis sebagian ,lempeng tektonik tidak


memiliki arah dan kecepatan yang sama sebelum dan sesudah tumbukan.
Sedangkan pada kategori yang kedua tumbukan non elastis , lempeng
tektonik akan menyatu dan bergerak ke arah yang sama. Namun pada
kenyataannya , peristiwa yang sebetulnya terjadi tumbukan kedua lempeng 49
tektonik saling bertemu dan terus bergerak secara terus menerus sesuai
dengan arah dan kecepatannya masing-masing diikuti dengan rusaknya
bagian tertentu pada lempeng tektonik yang menyebabkan timbulnya
peristiwa gempa bumi. Maka dapat dikatakan Tumbukan kedua lempeng
tersebut tidak termasuk tumbukan elastis maupun non elastis.Namun ini
hanya sekedar analisa sederhana saja, perlu dibuktikan dengan bukti -bukti
yang empirik dengan data yang valid.

Hampir 71% permukaan bumi tertutupi oleh air, menjadikan warna bumi
biru muda di luar angkasa. Area bumi ini disebut hydrospere atau lumrah
disebut lautan atau nama bekennya samudra. Hydrospere ini meliputi lima
daerah utama, dari yang terluas yakni samudra pasifik, atlantik, hindia
(indian), Southern (antartika), dan Arktik. Indonesia sendiri termasuk negara
kepulauan yang diapit oleh dua samudra, yakni pasifik di sebelah timur dan
hindia di sebelah barat. Potensi ini menguntungkan Indonesia, karena dimasa
kini dan dimasa depan samudra dipandang sebagai salah satu penggerak
ekonomi dunia.

Samudra memiliki banyak peran/pengaruh bagi kelangsungan hidup


manusia dan makhluk hidup lainnya di planet bumi.Khususnya pada benua,
samudra berperan sebagai Jalur Transportasi Utama Antar
Benua.Coba bayangkan jika bumi hanya terdiri dari daratan saja, tanpa ada
samudra?Pastinya repot untuk memindahkan barang dalam skala besar dari
satu tempat ke tempat lain yang jaraknya beribu-ribu kilometer.Untungnya
permukaan bumi tertutupi lautan, sehingga kapal-kapal tanker mampu
membawa berjuta juta ton barang dari satu benua ke benua lainnya, dan ini
tidak bisa digantikan oleh transportasi lainnya, pesawat udara sekalipun.
Ombak merupakan objek samudra, Angin yang berhembus di atas
permukaan laut membentuk ombak yang tegak lurus terhadap arah
angin. Gaya gesek antara angin sepoi-sepoi dengan air di kolam akan
membentuk riak, tetapi angin yang kencang di samudra akan menghasilkan
ombak yang lebih besar. Ombak akan mencapai ketinggian maksimal ketika 50
kecepatannya hampir menyamai kecepatan angin. Apabila angin berhembus
secara terus menerus di perairan terbuka (seperti angin Roaring Forties di
Belahan Selatan), akan terbentuk gelombang besar. Apabila gelombang besar
itu terjadi maka akan mempengaruhi jalur transportasi utama antar benua.
Transportasi itu akan terhambat danmenimbulkan kerugian.
Ada tiga tipe tumbukan lempeng tektonik, antara lempeng busur
kepulauan dan benua, lautan dan benua, dan antara benua dengan benua.
Tumbukan lempeng lautan dan benua menimbulkan deposit sedimen laut
terhadap tepi lempeng benua. Tumbukan antara lempeng busur kepulauan
dengan benua berakibat lempeng lautan menyusup ke lapisan asthenosfir dan
batuan vulkanik dan sedimen menumpuk pada sisi benua sehingga terjadilah
pegunungan sierra nevada di california pada zaman mesozoic. Sedangkan
dalam proses epeirogenesis merupakan gerakan yang membentuk benua yang
bekerja sepanjang jari-jari bumi. Proses ini juga disebut gerakan radial
karena gerakan mengarah atau menjauhi titik pusat bumi dan terjadi pada
daerah yang sangat luas sehingga prosesnya lebih lambat dibandingkan
dengan proses orogenesis. Pembentukan dataran rendah (graben) dan dataran
tinggi (horts) adalah salah satu contoh proses epeirogenesis.

Tabrakan benua dari dua lempeng benua membentuk orogen


tumbukan. Biasanya, kerak benua disubduksi ke kedalaman litosfer untuk
metamorfosis fasies blueschist ke eklogit, dan kemudian digali di sepanjang
saluran subduksi yang sama. Hasil tumbukan lempeng benua dengan lempeng
benua menghasilkan batas lempeng yang membentuk suatu rangkaian
pegunungan yang disebut obduksi. Contohnya yaitu pegunungan himalaya
yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua india dan benua eurasia,
contoh lainnya yaitu pegunungan ural.

Orogeni adalah peristiwa yang mengarah pada deformasi struktural dan


diferensiasi komposisi litosfer bumi ( kerak dan mantel paling atas) pada
margin lempeng konvergen. Suatu sabuk orogen atau orogenik berkembang
ketika lempeng benua runtuh dan terangkat membentuk satu atau 51
lebih pegunungan, ini melibatkan serangkaian proses geologi yang secara
kolektif disebut orogenesis. Pembentukan orogen dilakukan sebagian oleh
proses tektonik subduksi, di mana benua naik secara paksa keatas lempeng
samudera (orogen non tumbukan), atau tumbukan dua atau lebih benua
(orogen tumbukan). Orogeni biasanya menghasilkan struktur-struktur
arkuata panjang (dari kata arcuare, yang berarti menekuk seperti busur),
yang dikenal sebagai sabuk orogenik. Umumnya, sabuk orogenik terdiri dari
strip paralel batuan yang menunjukkan karakteristik yang sama sepanjang
sabuk. Sabuk orogenik berhubungan dengan zona subduksi, yang
mengkonsumsi kerak, menghasilkan gunung berapi, dan membangun busur
kepulauan.Struktur arkuata disebabkan oleh kekakuan lempeng yang turun,
dan katup busur kepulauan terkait dengan sisa-sisa turunnya litosfer.Busur
kepulauan ini nantinya bergabung ke benua selama kejadian orogenik.

Proses orogeni dapat terjadi selama puluhan juta tahun dan membangun
pegunungan dari dataran atau dasar laut. Ketinggian topografi pegunungan
orogenik dipengaruhi oleh prinsip isostasi yaitu adanya keseimbangan
antara gaya gravitasi ke bawah dengan berbagai dorongan ke atas gunung
(terdiri dari material terang kerak benua) dan gaya apung keatas yang
diberikan oleh mantel padat yang ada dibawahnya. Biasanya, formasi
batuan yang mengalami orogeni adalah yang telah mengalami banyak
deformasi berat dan menjalani metamorfosis. Selama orogeni, batuan yang
terkubur dapat terdorong ke permukaan.Material dasar laut dan dekat pantai
dapat mencakup beberapa atau semua daerah orogenik.Bila orogeni terjadi
akiat dua benua yang bertabrakan, pegunungan yang dihasilkan bisa sangat
tinggi (Himalaya).

Dalam geologi, transpression adalah jenis deformasi strike-slip yang


menyimpang dari geser sederhana karena komponen pemendekan secara
simultan tegak lurus dengan bidang sesar.Gerakan ini akhirnya
menghasilkan geser miring. Umumnya sangat tidak mungkin bahwa tubuh
yang mengalami deformasi akan mengalami pemendekan "murni" atau strike- 52
slip "murni". Jumlah relatif shortening dan strike-slip dapat dinyatakan
dalam alpha sudut konvergensi yang berkisar dari nol (strike-slip ideal)
hingga 90 derajat (konvergensi ideal).Selama shortening, kecuali material
hilang, transpression menghasilkan penebalan vertikal pada
kerak.Transpression yang terjadi pada skala regional di sepanjang batas
lempeng ditandai dengan konvergensi miring.Lebih lokal, transpression
terjadi dalam belokan penahan di zona sesar strike-slip.

Zona geser transpressional dicirikan oleh asosiasi struktur yang


menunjukkan pemendekan zona-normal dan geser zona-paralel.Fitur yang
umum dikembangkan meliputi foliasi transposisi, lineasi, stylolites, lipatan,
dan sesar terbalik.Transpression yang didominasi geser murni biasanya
menghasilkan lineasi yang curam, sedangkan transpression yang didominasi
shear sederhana lebih menyukai lineation horizontal.Hal ini juga umum
untuk zona transpressional non-vertikal untuk memiliki komponen signifikan
geser sejajar dengan dipline dari batas zona.Di zona-zona ini, garisasinya
berada antara horizontal dan vertikal.Geometri lengkap yang disajikan oleh
semua elemen struktural di zona digunakan untuk membatasi perpindahan
batas yang sebenarnya.

Akresi melibatkan penambahan material ke lempeng tektonik melalui


subduksi , proses dimana satu lempeng dipaksa di bawah lempeng lainnya
ketika dua lempeng bertabrakan. Pelat yang didorong ke bawah, pelat
subduksi, didorong ke atas, pelat penunggang atas.Sedimen di dasar laut pada
lempeng subduksi sering terkikis saat lempeng turun, material yang
terakumulasi ini disebut baji akresi (atau prisma akresi), yang didorong dan
menempel pada lempeng atas.Selain akumulasi sedimen laut, busur pulau
vulkanik atau gunung bawah laut yang ada di lempeng subduksi dapat
digabungkan ke kerak benua yang ada di lempeng atas, sehingga menambah
daratan benua.

Kerak benua berbeda secara signifikan dari kerak samudera. Kerak


53
samudera terutama terdiri dari batuan basaltik , yang
memiliki kepadatan lebih tinggi daripada batuan penyusun sebagian besar
kerak benua. Busur pulau dan batuan vulkanik lainnya juga memiliki
kepadatan yang lebih rendah daripada kerak samudera, dan karenanya tidak
mudah tersubduksi bersama dengan kerak samudera yang
mengelilinginya. Sebaliknya, kerak yang kurang padat ini akan bertabrakan
dengan kerak benua yang ada di lempeng atas begitu kerak samudera yang
memisahkannya benar-benar tersubduksi. Kebanyakan benua terdiri dari
beberapa " terranes " yang bertambah, potongan kerak benua dengan
kepadatan rendah dengan asal yang berbeda. Misalnya, Amerika Utara terdiri
dari beberapa terranes yang bertambah yang bertabrakan dengan proto-benua
Laurentian , seperti Proterozoic Yavapai, Mazatzal, dan Grenville
Province Terranes. Terranes yang bertambah di sepanjang batas lempeng
subduksi modern termasuk kompleks akresi Nankai di Jepang
(subduksi Lempeng Filipina di bawah Lempeng Eurasia ), Punggung Bukit
Barbados di Karibia (subduksi Lempeng Karibia di bawah Lempeng Amerika
Utara ), dan Pegunungan Mediterania (subduksi Lempeng Afrika di bawah
Lempeng Eurasia). Contoh terranes yang bertambah ini juga semuanya
termasuk irisan akresi.

C. Rangkuman
Proses orogeni dapat terjadi selama puluhan juta tahun dan membangun
pegunungan dari dataran atau dasar laut. Ketinggian topografi pegunungan
orogenik dipengaruhi oleh prinsip isostasi yaitu adanya keseimbangan
antara gaya gravitasi ke bawah dengan berbagai dorongan ke atas gunung
(terdiri dari material terang kerak benua) dan gaya apung keatas yang
diberikan oleh mantel padat yang ada dibawahnya. Biasanya, formasi
batuan yang mengalami orogeni adalah yang telah mengalami banyak
deformasi berat dan menjalani metamorfosis. Selama orogeni, batuan yang
terkubur dapat terdorong ke permukaan.Material dasar laut dan dekat pantai
dapat mencakup beberapa atau semua daerah orogenik.Bila orogeni terjadi
54
akiat dua benua yang bertabrakan, pegunungan yang dihasilkan bisa sangat
tinggi.

D. Daftar Pustaka
Twiss, R.J., & E.M. Moores. 1992. Structural Geology. New York : W.H.
Freeman and Company.
Wilson, JT. 1965. Kelas Sesar Baru dan Hubungannya dengan Pergeseran
Benua Alam. 207(4995) : 343-347.

E. Latihan dan Tugas

1. Jelaskan proses tumbukan terhadap terbentuknya akresi benua!

55
Kegiatan Pembelajaran IX
(Cekungan Sedimen di Benua)

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan sedimentasi di Benua akibat aktivitas
tektonik
B. Uraian Konsep dan Teori
Teori geosinklin muncul pertengahan abad 18, Teori ini dikonsep oleh
Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada tahun
1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan
sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada
Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes. Teori ini menyatakan bahwa
geosinklin terbentuk memanjang atau seperti cekungan dalam skala ribuan
meter, yang terus menurun akibat dari akumulasi batuan sedimen dan
volkanik, suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama
beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen yang tebal.
Proses pengendapan ini menyebabkan subsidencae (penurunan) pada dasar
cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat
proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses
ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.
Teori Dana – Hall yang menyatakan bahwa barisan pegunungan
merupakan kelahiran geosinklin berdasarkan dua pendapat utama : (1)
determinasi lokasi barisan pegunungan yang akan terbentuk didasarkan
kepada adanya akumulasi sedimen pada suatu geosinklin, (2) pegunungan
menjadi rentan dalam proses yang relatif singkat, selama perlapisan
terlipatdan tersesarkan. Dalam perkembangannya, terdapat beberapa
penambahan terhadap teori Hall – Dana : (1) vulkanisme dan intrusi selama
pertumbuhan geosinklin induk, (2) isostatik mengontrol selama perlipatan
akibat appression sedimen geosinklinal, (3) metamorfisme dihasilkan dari
kondisi geosinklin dan kejadian yang mengikuti perlipatan, (4) intrusi batolit,
sintektonik dan epitektonik, dan hubungannya antara intrusi batolitik dan
56
kejadian suksesi perlipatan yang terdiri dari suatu revolusi orogenesa
berskala besar, (5) endapan bersifat metal sebagai akibat dari successive
cycles dari aktifitas gunung api selama revolusi orogenesa.
Terdeformasinya batuan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai akibat
dari menyempitnya cekungan, sehingga batuan di dalamnya terlipat dan
tersesarkan. Pergerakan ini terjadi akibat adanya gaya penyeimbang atau
isostasi.

Cekungan intrakraton umumnya cukup besar terletak di tengah suatu


benua yang jauh dari tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini
umumnya disebabkan oleh penebalan mantel-litosfir dan bembebanan oleh
batuan sedimen atau gunungapi (Boggs, 2001). Beberapa cekungan
intrakraton ini diisi oleh endapan klastika laut, karbonat, atau sedimen
evaporit yang diendapkan mulai dari laut epikontinental sampai darat.
Cekungan tua jenis ini di antaranya adalah Cekungan Amadeus dan
Carpentaria di Australia, Cekungan Parana di Amerika Latin, dan Cekungan
Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis ini adalah
Cekungan Chad di Afrika.
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi
memanjang, dibatasi oleh lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km
sampai sangat lebar seperti pada Sistem Renggangan Afrika Timur, dimana
mempunyai lebar 30-40 km dan panjang hampir 300 km. Cekungan ini dapat
terbentuk oleh berbagai tataan tektonik, namun yang paling umum oleh
divergen. Perenggangan lempeng benua seperti antara Amerika Utara dan
Eropa terjadi pada Trias menghasilkan Punggungan Tengah Atlantik (Mid-
Atlantic Ridge). Sistem renggangan pada Afrika Timur merupakan contoh
sistem renggangan modern.
Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar
terhadap tepian benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan
tetapi gagal dan kemudian diaktifkan kembali selama tektonik konvergen.
Palung yang sempit tapi panjang dapat menggapai sampai kraton benua
dengan sudut besar dari lajur sesar. Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini
57
dapat berupa sedimen darat (misalnya kipas aluvium), endapan paparan, dan
endapan yang lebih dalam seperti endapan turbit. Contoh aulakogen di
antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur Paleozoik dimana Sungai
Misisipi mengalir dan Palung Benue yang berumur Kapur dimana Sungai
Niger membelahnya.
Cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar
dari sedimen yang ke arah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan
sembulan. Ketidakterusan struktur dijumpai di bawah sistem ini, antara
kerak benua normal dan kerak peralihan. Sedimen terendapkan pada sistem
ini: pada paparan berupa pasir neritik dangkal, lumpur, kabonat dan endapan
evaporasi; pada lerengan terdiri atas lumpur hemipelagik; dan pada sembulan
benua berupa endapan turbit. Cekungan renggangan (rift basin) dapat
berhubungan dengan cekungan tepian benua. Contoh yang baik dari cekungan
jenis ini adalah pantai Amerika dan bagian selatan-timur Kanada (Cekungan
Blake Plateau, Palung Lembah Baltimor, Cekungan George Bank dan
Cekungan Nova Scotian) yang terbentuk pada akhir Trias- awal Jura oleh
renggangan dan terpisahnya Pangea. Beberapa cekungan itu terpisahkan dari
laut membentuk lapisan tebal dari endapan klastik arkosik dan endapan
lakustrin; berselingan dengan batuan gunungapi basa. Cekungan yang lain
berhubungan dengan laut, membentuk sedimen yang berkisar dari endapan
evaporit sampai delta, turbit, dan serpih hitam.
Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana
umumnya dicirikan oleh adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif,
rumpang parit-busur (arc-trench gap) yang memisahkan ke duanya. Tataan
subduksi terjadi lebih banyak pada tepian benua dibandingkan pada besur
samodra. Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh
endapan silisiklastik yang umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari
busur gunungapi. Endapan ini dapat berupa pasir dan lumpur yang
terendapkan pada paparan, lumpur dan endapan turbit terendapkan dalam
air yang lebih dapam pada lereng, cekungan, dan parit. Sedimen pada parit
dapat berupa endapan terigen yang terangkut oleh arus turbit dari daratan,
bersamaan dengan sedimen dari lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini 58
umumnya membentuk kompleks akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat
terbentuk pada daerah akrasi ini, yang dicirikan oleh percampuran dari
batuan berbagai jenis yang tertanam pada masa dasar yang mengkilap
(sheared matrix). Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi
Sumatra, Jepang, Peru, Chili dan Amerika Tengah. Contoh cekungan busur
muka purba di antaranya adalah cekungan busur muka Great Valley,
Kalifornia; Midland Valley, Inggris dan Coastal range, Taiwan. Contoh
cekungan busur belakang di antaranya terjadi pada Jura Akhir – Awal Kapur
terbentuk di belakang Busur Andean di Chili selatan.
Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan
mendatar yang menoreh dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang
berbeda (transform fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu lempeng
dan hanya menoreh bagian atas kerak (Sylvester, 1988). Cekungan yang
berhubungan dengan patahan mendatar regional terbentuk sepanjang
punggung pemekaran, sepanjang batas patahan antar lempeng, pada tepian
benua dan daratan dalam lempeng benua. Gerakan sepanjang patahan
mendatar regional dapat membentuk berbagai cekungan nendatar (pull-apart
basin). Cekungan yang dibentuk karena patahan mendatar umumnya kecil,
garis tengahnya hanya beberapa puluh kilometer, walaupun ada beberapa
yang sampai 50 km. Karena patahan mendatar terbentuk pada berbagai
tataan geologi, cekungan ini dapat diisi sedimen laut maupun darat.
Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal, karena kecepatan sedimentasi
yang tinggi yang dihasilkan oleh erosi dari daerah sekitarnya yang berelevasi
tinggi, dan boleh jadi ditandai dengan banyaknya perubahan fasies secara
lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini banyak terdapat sepanjang Patahan
Sumatra.
Cekungan sedimen terbentuk dengan mekanisme sebagai berikut :
 Crustal thinning: gaya ektensional atau tarikan, erosi selama terjadi
pengangkatan, dan magmatic withdrawal

59
 Mantle-lithosperic thickening: pendinginan dari litosfer baik
dikarenakan proses tarikan atau pemanasan oleh peleburan
adiabatic dari pencairan astenosferik
 Sedimentary and volcanic loading: Kompensasi isostatik local dari
suatu kerak danflexure litosfer regional, tergantung dari kerapatan
flexural dari litosfer bagian bawah, selama terjadi overthrusting dan
underpulling.
 Subcrustal loading: Flexure pada litosfer selama terjadi proses
underthrusting pada suatu litosfer yang padat.
 Astenosferik flow: efek dinamik dari aliran astenosferik, pada
umumnya dikarenakan proses delaminasi dari litosfer yang
mengalami subduksi.
 Penebalan Krustal: Bertambahnya densitas dari suatu kerak
dikarenakan perubahan tekanan atau temperatur dan proses
emplacement dari cairan dengan densitas lebih tinggi yang menuju
kerak dengan densitas lebih rendah.

Tektonik merupakan faktor utama yang mengontrol pembentukan dan


penghancuran akomodasi. Tanpa subsidensi tekton tidak akan ada cekungan
sedimen. Tektonik juga mempengaruhi laju pemasokan sedimen ke dalam
cekungan. Subsidensi tektonik terjadi melalui dua mekanisme utama:
ekstensi dan pembebanan fleksur (flexural loading). Laju subsidensi itu
menentkan volume sedimen yang terakumulasi dalam cekungan, setelah
dimodifikasi oleh efek pembebanan, kompaksi dan guntara. Extensional basin
dapat terbentuk pada berbagai tatanan tektonik lempeng, namun umumnya
terbentuk pada tepi lempen konstruktif. Dalam extensional basin, laju
perubahan subsidensi tektonik berlangsung secara sistematis dari waktu ke
waktu. Subsidensi pada cekungan ini diawali oleh perioda subsidensi awal
yang berlangsung cepat akibat peneraan isostatis, kemudia diikuti oleh
perioda subsidensi termal yang berlangsung lambat dan berangsur (60-100
60
juta tahun) akibat pendinginan astenosfer. Perubahan yang sistematis dari
laju subsidensi tektonik sangat mempengaruhi geometri endapan pengisi
cekungan. Hubba (1988) membagi endapan cekungan ini ke dalam 3 paket: (1)
megasekuen yang terbentuk sebelum terjadinya retakan (pre-rift
megasequence); (2) megasekuen yang terbentuk selama berlangsungnya
retakan (syn-rift megasequence); dan (3) megasekuen yang terbentuk setelah
terjadinya retakan (post-rift megasequence). Pada model syn-rift
megasequence sederhana sedimen diendapkan dalam deposenter-deposenter
yang keberadaannya dikontrol oleh sesar-sesar aktif dalam cekungan itu.
Subsidensi diferensial di sepanjang sesar-sesar ekstensi mengontrol
penyebaran fasies dalam deposenter- deposenter tersebut. Dalam post-rift
megasequence, setiap topografi yang terbentuk selama syn-rift phase sedikit
demi sedikit akan tertutup oleh sedimen yang diendapkan pada post-rift
phase. Sedimen-sedimen itu akan memperlihatkan pola onlap terhadap tepi
cekungan sehingga menghasilkan geometri “streers head” (McKenzie, 1978).
Syn-rift megasequence dan post-rift megasequence dalam cekungan bahari
mengandung sekuen- sekuen yang pembentukannya dikontrol oleh perubahan
muka air laut frekuensi tinggi. Foreland basin terbentuk sebagai hasil
tanggapan litosfir terhadap beban pada sabuk anjakan. Litosfir akan
melengkung dan amblas akibat beban baru yang diletakkan di atas litosfir itu
melalui proses pensesaran naik. Subsidensi tidak sama di setiap empat.
Subsidensi paling tinggi terjadi pada pusat beban. Sedimen pengisi cekungan
ini memiliki ciri khas, yaitu bentuknya membaji, dimana ketebalan sedimen
bertambah ke arah sabuk anjakan. Lebar cekungan ini sebanding dengan
ketegaran litosfir yang ada di bawah sabuk anjakan, sedangkan
kedalamannya sebanding dengan besarnya beban. Foreland basin di dekat
sabuk pegunungan yang sedang tumbuh umumnya besar serta memperoleh
pasokan sedimen dalam jumlah dan laju yang tinggi. Penghentian sementara
pensesaran naik serta tererosinya sabuk pegunungan menyebabkan
berkurangnya beban yang dipikul oleh litosfir dan, pada gilirannya,
menyebabkan cekungan terangkat.
61
Strike-slip basin tidak memiliki pola subsidensi yang khas. Walau
demikian, secara umum laju subsidensi dan pengangkatan pada cekungan itu
sangat tinggi. Di Lanos Basin, pasokan sedimen lebih tinggi daripada
subsidensi. Karena itu, cekungan tersebut terisi penuh oleh sedimen. Sedimen
lain yang masuk ke dalam cekungan tersebut di-bypass menuju laut yang
lebih dalam. Kurva subsidensi cekungan itu menunjukkan bahwa subsidensi
Jaman Kapur dan Tersier berlangsung lambat dan ditafsirkan sebagai
subsidensi termal dalam cekungan belakang busur. Dua kali penambahan laju
subsidensi yang terjadi pada Eosen Tengah-Akhir dan Miosen Tengah
ditafsirkan terjadi pada dua fasa pembentukan Pegunungan Andes. Di South
Viking Graben, sebuah rift basin, sedimentasi tidak selalu sejalan dengan
subsidensi tektonik. Pada Jaman Kapur, cekungan ini kekurangan sedimen
sehingga laju subsidensi lebih lambat daripada yang sewajarnya. Pada Jaman
Tersier, sewaktu daratan Skotlandia dan North Sea Basin terangkat, sedimen
banyak diangkut ke dalam cekungan ini sehingga kembali mengalami
subsidensi (Milton dkk, 1990). Bagian-bagian lain dari cekungan ini kemudian
terisi oleh sedimen sehingga akhirnya terbentuk laut dangkal seperti
keadaannya sekarang. Pemisahan fasa subsidensi syn-rift dan post-rift dalam
cekungan ini sukar dilakukan karena adanya perioda kekurangan sedimen
yang menjadi perioda transisi dari kedua fasa tersebut (Milton, 1993).
Sewaktu subsidensi berlangsung cepat, batas-batas sekuen yang terbentuk
akibat penurunan muka air laut akan terhapus sehingga sukar dikenal. Di
lain pihak, batas- /batas sekuen yang terbentuk pada waktu subsidensi atau
pengangkatan yang lambat akan tampak jelas.

C. Rangkuman
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendah, yang terbentuk oleh
proses tektonik, dimana sedimen terendapkan. Cekungan sedimen merupakan
depresi sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Teori geosinklin menyatakan
bahwa geosinklin terbentuk memanjang atau seperti cekungan dalam skala 62
ribuan meter, yang terus menurun akibat dari akumulasi batuan sedimen dan
volkanik, suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama
beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen yang tebal.
Proses pengendapan ini menyebabkan subsidencae (penurunan) pada dasar
cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat
proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses
ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.
Cekungan sedimen digolongkan menjadi beberapa golongan,diantaranya :
Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin), Renggang (Rift),Cekungan
berhubungan patahan mendatar/transform. Cekungan berhubungan dengan
subduksi, Cekungan tepian benua, dan Aulakogen (Aulacogen). Mekanisme
cekungan sedimen benua antara lain :
 Mantle-lithosperic thickening
 Sedimentary and volcanic loadingSubcrustal loading
 Astenosferik flow
 Penebalan Krustal
 Crustal thinning
 Subcrustal loading

D. Daftar Pustaka

Boggs,Jr.2006.Principal of Sedimentology and Stratigrahy 4th


Edition,hal 553-558.Pearson Education : Upper Saddle River New Jersey
Simandjuntak,TO.2004.Tektonika.Bandung : Pustlitbang Geologi.

E. Latihan dan Tugas

1. Jelaskan proses sedimentasi yang ada d kerak benua akibat tektonik


lempeng.

63

Anda mungkin juga menyukai