Anda di halaman 1dari 15

PRODUCT PRICING AND LIFE CYCLE COSTING

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu: Rigel Nurul Fathah, SE., M.Ak., Akt

Disusun oleh:
Hanifah Adhe Amalia (2110701013)
Suviana Ningrum (2110701016)
Dwi Indah Ferika (2110701017)
Raisya Nurani Putri (2110701027)
M Jujujn Nurjaman (2110710133)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI, ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PRODUCT PRICING AND LIFE
CYCLE COSTING “dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyahan dan
Keaisyiyahan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan terkait profil ketua
Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Penulis mengucapkan terimakasih untuk semua pihak terkait pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, Senin 31 oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR-----------------------------------------------------------------------------------2
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------------------3
BAB I-------------------------------------------------------------------------------------------------------4
PENDAHULUAN----------------------------------------------------------------------------------------4
1.1 Latar Belakang-------------------------------------------------------------------------------------4
1.2 Batasan Masalah-----------------------------------------------------------------------------------4
1.3 Tujuan Penulisan-----------------------------------------------------------------------------------4
1.4 Sistematika Penulisan-----------------------------------------------------------------------------4
BAB II------------------------------------------------------------------------------------------------------5
PEMBAHASAN------------------------------------------------------------------------------------------5
2.1 Product Pricing-------------------------------------------------------------------------------------5
2.1.1 Pengertian--------------------------------------------------------------------------------------5
2.1.2 Tujuan Product Pricing----------------------------------------------------------------------5
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Di Pertimbangkan Dalam Product Pricing------------------------6
2.1.4 Strategi Product Pricing----------------------------------------------------------------------6
2.1.5 Metode Product Pricing----------------------------------------------------------------------7
2.2 Life Cycle Costing---------------------------------------------------------------------------------8
2.2.1 Pengertian--------------------------------------------------------------------------------------8
2.2.2 Penerapan Life Cycle Pada Perusahaan Jasa--------------------------------------------10
2.2.3 Tujuan Dan Manfaat Life Cycle Costing------------------------------------------------14
2.2.4 Komponen Biaya----------------------------------------------------------------------------14
2.2.5 Penggunaan Model Dalam LCC----------------------------------------------------------14
BAB III---------------------------------------------------------------------------------------------------15
PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------------15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penetapan harga produk adalah suatu proses untuk menentukan seberapa besar
pendapatan yang akan diperoleh perusahaan dari produk atau jasa yang di hasilkan.
Menurut Allen menetapkan harga untuk mengetahui secara persis biaya yang dikeluarkan
untuk suatau produk yang dan memastikan bahwa konsumen mampu membayar produk
dengan harga yang ditetapkan.
Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga
tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan
yang akan diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga
bukan hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non ekonomis lainnya.
Siklus hidup produk atau product life cycle adalah siklus yang pasti terjadi dalam
suatu produk. Menurut Anderson dan Zeithaml, pengertian siklus hidup produk adalah
konsep yang menggambarkan rangkaian tahapan dari suatu produk hingga layak
dipasarkan dan dikonsumsi khalayak umum.
Adanya siklus produk mampu membantu produsen dalam menetapkan strategi tepat
ketika memasarkan produk tersebut. Tak hanya itu, produsen bisa mengambil langkah
perpanjangan umur produk dengan peningkatan kualitas dan kuantitas.

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah pada makalah ini terkait dengan product pricing dan life cycle
costing baik dari pengertian, tujuan, dan lain-lain yang berkaitan dengan product pricing
dan life cycle costing.

1.3 Tujuan Penulisan


Disusunnya makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian, tujuan, dan hal lain
terkait product pricing dan life cycle costing.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini akan dibagi dalam tiga bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : PEMBAHASAN
Berisi materi yang kami angkat yaitu profil ketuan Muhammadiyah dan Aisyiyah.

BAB III : PENUTUP


Berisi kesimpulan dan saran dari materi yang diangkat.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Product Pricing
2.1.1 Pengertian
Penetapan harga produk adalah suatu proses untuk menentukan seberapa besar
pendapatan yang akan diperoleh perusahaan dari produk atau jasa yang di hasilkan.
Menurut Allen menetapkan harga untuk mengetahui secara persis biaya yang
dikeluarkan untuk suatau produk yang dan memastikan bahwa konsumen mampu
membayar produk dengan harga yang ditetapkan.

Penetapan harga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor internal meliputi: tujuan pemasaran perusahaan, strategi
bauran pemasaran, biaya, dan metode penetapan harga. Faktor eksternal meliputi:
sifat pasar dan permintaan, persaingan, faktor lingkungan lain (perekonomian
pemerintah).

2.1.2 Tujuan Product Pricing


Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada
seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang
dimilikinya, sehingga tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat
keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya. Namun di dalam
perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya berdasarkan tingkat
keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan non ekonomis lainnya.

Tujuan penetapan harga meliputi:


1) Memaksimalkan laba
Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin
diperoleh. Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka
menjadi tinggi pula harga yang ditetapkan untuk konsumen.
2) Meraih pangsa pasar
Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market
atau target pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang
serendah mungkin. Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan
permintaan yang juga datang dari market share pesaing atau kompetitor,
sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan
dengan tingkat laba yang diinginkan.
3) Return on investment (ROI) / Pengambilan modal usaha
Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI
yang tinggi dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta
meningkatkan angka penjualan
4) Mempertahankan pangsa pasar
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan
harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada
5) Stabilisasi harga
Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan
harga pemimpin industri (industry leader).
6) Menjaga kelangsungan hidup perusahaan
Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala
kemungkinan agar tetap memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan
aktifitas usaha bisnis yang dijalani. Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini
mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan untuk memilih, menetapkan
dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan tujuan yang
ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Di Pertimbangkan Dalam Product Pricing


Secara umum ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam
menetapkan harga (Kotler dan Armstrong, 1994), yaitu faktor internal perusahaan dan
faktor lingkungan eksternal.
1. Faktor internal perusahaan
 Tujuan pemasaran perusahaan
Faktor utama yang menentukan dalam penetapan harga adalah tujuan
pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa maksimasi laba,
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan lain-lain
 Strategi bauran pemasaran
Harga hanyalah salah satu komponen dari bauran pemasaran. Oleh
karena itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan
bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi, dan promosi.
 Biaya
Biaya Merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu,
setiap perusahaan pasti menaruh perhatian besarpada aspek struktur
biaya (tetap dan variabel), serta jenis-jenis biaya lainnya.

2. Faktor lingkungan eksternal


 Sifat pasar dan permintaan
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang
dihadapinya apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan
monopolistik, oligopoli atau monopoli. Faktor lain yang tidak kalah
pentingnya adalah elastisitas permintaan.
 Persaingan
Informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menganalisis karakteristik
persaingan yang dihadapi antara lain meliputi; jumlah perusahaan
dalam industri, ukuran relatif setiap anggota dalam industri
Diferensiasi produk
Kemudahaan untuk memasuki industri yang bersangkutan

2.1.4 Strategi Product Pricing


Strategi penetapan harga menurut Kotler dan Armstrong (2001:481- 485) yakni:
a. Penetapan harga lini produk (product line pricing)
Menetapkan tingkatan-tingkatan harga antara berbagai produk dalam sebuah
lini produk berdasarkan perbedaan biaya antara produk, evaluasi pelanggan
terhadap sifat-sifat yang berbeda, dan harga pesaing.
b. Penetapan harga produk pilihan (optional product pricing)
Penetapan harga dari produk pilihan ataupun pelengkap bersama produk
utama.
c. Penetapan harga produk terikat (captive product pricing)
Menetapkan suatu harga untuk produk-produk yang harus digunakan bersama
satu produk utama.
d. Penetapan harga produk sampingan (by product pricing)
Menetapkan harga untuk produk sampingan dengan maksud membuat harga
produk utama lebih kompetitif.
e. Penetapan harga paket produk (product bundle pricing)
Menggabungkan beberapa produk dan menawarkan paket tersebut pada harga
yang lebih rendah.

2.1.5 Metode Product Pricing


1) Penentuan harga jual normal (Normal Pricing)
Manajer penentu harga jual memerlukan informasi biaya penuh masa yang
akan datang sebagai dasar penentuan harga produk atau jasa. Metode
penentuan harga jual normal seringkali disebut dengan istilah cost-plus
pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan
datang dengan suatu presentase mark up (tambahan diatas jumlah biaya) yang
dihitung dengan formula tertentu. Harga jual produk atau jasa dalam keadaan
normal ditentukan dengan formula sebagai berikut:

Harga jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan

2) Cost-Plus Pricing
Cost-plus pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba
yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk
memproduksi dan memasarkan produk. Harga jual berdasarkan cost-plus
pricing dihitung dengan rumus seperti yang digunakan untuk menghitung
harga jual dalam keadaan normal tersebut di atas, yaitu:

Harga jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan

3) Perhitungan harga jual perunit


Rumus perhutungan harga jual atas dasar biaya dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut ini:

Harga jual perunit = Biaya yang berhubungan langsung dengan volume


(per unit) + Presentasi mark up
Presentasi mark up = Laba yang diharapakan + Biaya yang tidak
dipengaruhi langsung oleh volume produk
Biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume
produk

4) Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan (Time and Material Pricing)
Penentuan harga jual waktu dan bahan ini pada dasarnya merupakan cost plus
pricing. Harga jual ditentukan sebesar biaya penuh ditambah dengan laba yang
diharapkan. Volume jaa dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan untuk
melayani konsumen, sehingga perlu dihitung harga jual per satuan waktu yang
dinikmati oleh konsumen. Sedangkan volume bahan dan suk cadang yang
diperlukan sebagai pelengkap penyerahan jasa dihitung berdasarkan kuantitas
bahan dan suku cadang yang diserahkan.

5) Penentuan Harga Jual dan Cost Type Contract (Cost Type Contract Pricing)
Harga jual produk jasa atau jasa yang akan dijual di masa yang akan datang
ditentukan dengan metode cost plus pricing. Berdasarkan taksiran biaya penuh
sebagai dasar dalam cost type contract harga jual yang dibebankan kepada
konsumen dihitung berdasarkan biaya penuh sesungguhnya yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan produk.

6) Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus (Special Order Pricing)


Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar
pesanan regular perusahaan. Biasanya konsumen yang melakukan pesanan
khusus ini meminta harga dibawah harga jual normal, bahkan seringkali harga
yang diminta oleh konsumen berada di bawah biaya penuh karena biasanya
pesanan khusus mencakup jumlah yang besar.

7) Penentuan harga jual produk atau jasa diatur peraturan pemerintah.


Produk dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat luas seperti listrik, air, telepon dan telegraf, transportasi dan jasa
pos diatur dengan peraturan pemerintah. Harga pokok dan jasa tersebut
ditentukan berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang ditambah dengan
laba yang diharapkan.

2.2 Life Cycle Costing


2.2.1 Pengertian
Siklus hidup produk atau product life cycle adalah siklus yang pasti terjadi dalam
suatu produk. Menurut Anderson dan Zeithaml, pengertian siklus hidup produk adalah
konsep yang menggambarkan rangkaian tahapan dari suatu produk hingga layak dipasarkan
dan dikonsumsi khalayak umum.
Adanya siklus produk mampu membantu produsen dalam menetapkan strategi tepat
ketika memasarkan produk tersebut. Tak hanya itu, produsen bisa mengambil langkah
perpanjangan umur produk dengan peningkatan kualitas dan kuantitas.
Sebagaimana para pemasar berpendapat bahwa seperti layaknya manusia melewati
tahap di dalam kehidupan mulai dari lahir sampai meninggal, produk (khususnya kategori
produk) juga melalui siklus hidup untuk produk. Product Life Cycle atau siklus hidup produk
adalah perjalanan penjualandari suatu produk dalam masa hidupnya. Siklus hidup produk
merupakan suatukonsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif
suatu produk. Tidak semua produk memiliki waktu siklus hidup yang sama, ada yang
bisa berjalan sangat lama, ada pula yang berjalan sangat cepat. Namun meski setiap
siklusmemiliki lama waktu yang beragam, secara umum siklus hidup sebuah produk semakin
pendek.
Dalam arah perkembangan akuntansi manajemen yang lebih modern serta kemajuan
teknologi, life cycle costing dianggap sebagai sebuah konsep yang dapat meningkatkan
akurasi perhitungan biaya suatu produk. Life cycle costing merupakan salah satu metode
yang ditawarkan dalam rangka penghitungan biaya yang lebih akurat dan lebih mendukung
dalam pengambilan keputusan serta dapat diaplikasikan baik pada perusahaan manufaktur
ataupun perusahaan jasa. Definisi life cycle costing (Mulyadi, 2001) adalah biaya yang
bersangkutan dengan produk selama daur hidupnya, yang meliputi biaya pengembangan
(perancanaan, desain, pengujian), biaya produksi, (aktivitas pengubahan sumber daya
menjadi produk jadi), dan biaya 13 dukungan logistik (iklan, distribusi, maintenance, dan
sebagainya). Sebesar lebih dari 80% biaya yang bersangkutan dengan produk telah ditentukan
selama tahap pengembangan dalam daur hidup produk. Product life cycle costing adalah
sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi biaya produk bagi manajemen untuk
memungkinkan manajemen memantau biaya produk selama daur hidup produknya.
Perkembangan dalam tiap daur hidup produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
biaya yang terjadi.
Konsep biaya pada LCC diasosiasikan dengan produk untuk seluruh daur hidupnya.
Biaya-biaya tersebut mencakup penelitian (terdiri dari konsep produk), pengembangan
(perencanaan, perancangan, dan pengujian), produksi (pembuatan produk atau penyediaan
jasa), dan dukungan logistik (periklanan, pendistribusian, jaminan, pelayanan konsumen, dan
lain-lain). Berikut adalah pembahasan dari tiap-tiap siklus daur hidup produk tersebut:
1. Biaya Penelitian dan Pengembangan
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya ini adalah seluruh biaya yang masuk ke
dalam siklus penelitian, perencanaan, perancangan, dan pengujian. Bagian ini
memegang peranan yang penting karena sebagian besar biaya yang bersangkutan
dengan produk telah ditentukan selama tahap pengembangan dalam daur hidup
produk. Pada siklus ini juga wajib diperhatikan mengenai kecepatan dalam
pengenalan produk. Kecepatan ini akan berdampak positif dan kumulatif dalam
perencanaan yang inovatif, perbaikan atas kualitas, dan reduksi biaya.
2. Biaya Produksi
Biaya ini mencakup seluruh biaya yang ada pada seluruh aktivitas yang mengubah
bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi ini masih menitikberatkan pada
perhitungan yang menggunakan akuntansi biaya tradisional. Biaya produksi
merupakan pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat
diprediksi dalam menghasilkan suatu barang. Proses produksi merupakan
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan, sehingga
setiap input dapat diproses dan kemudian diubah menjadi sebuah output berupa
barang atau jasa, yang akhirnya dapat didistribusikan kepada end user. Besarnya
biaya produksi merupkan besarnya pembebanan yang diperhitungkan atas
pemakaian faktor-faktor produksi berupa bahan baku, tenaga kerja, serta mesin
dan peralatan untuk menghasilkan produk tertentu.
3. Biaya Dukungan Logistik Biaya ini merupakan bagian terakhir dalam suatu siklus
hidup produk. Biaya ini mencakup biaya yang diserap pada kegiatan periklanan,
pendistribusian, pemasaran, pelayanan konsumen, garansi, maintenance, dan lain
sebagainya. Sebuah perusahaan setelah selesai dengan proses produksi, akan
menjual produk atau jasanya tersebut kepada pelanggan dimana itu
memungkinkan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profit margin) yang
telah dianggarkan dan diharapkan. Sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam mendukung penjualan produknya dinamakan dukungan logistic.

Adapun pengelompokan elemen biaya dalam life cycle costing dibagi menjadi empat
bagian utama, yaitu non-recurring cost, manufacturing cost, logistic cost, dan
customer’s post purchase cost. Non-recurring cost meliputi biaya planning, designing,
dan testing yang terjadi pada tahap pengembangan suatu produk. Manufacturing cost
meliputi biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung, serta biaya overhead pabrik yang
terjadi selama proses pembuatan produk. Logistic cost meliputi biaya advertensi,
biaya distribusi yang terjadi selama proses pembuatan produk. Sedangkan, customer’s
post purchase cost meliputi biaya purna jual, garansi, dan maintenance (perawatan)
yang terjadi setelah produk ada di konsumen.

2.2.2 Penerapan Life Cycle Pada Perusahaan Jasa


Definisi jasa dalam Hansen (2009) adalah tugas atau aktivitas yang
dilakukan untuk pelanggan atau aktivitas yang dijalankan oleh pelanggan dengan
menggunakan produk atau fasilitas organisasi. Jasa diproduksi dengan menggunakan bahan,
tenaga kerja, dan masukan modal. Perbedaan utama antara produk manufaktur dan jasa
terletak pada empat dimensi penting (Hansen, 2009), yaitu:
Fitur Sifat turunan Dampak pada Akuntansi
Manajemen
Intangibility (tidak pembeli jasa tidak dapat · Tidak ada persediaan
berwujud) melihat, merasakan, · Kode etik yang ketat
mendengar, atau mencicipi
suatu jasa sebelum dibeli
Perishability (tidak tahan jasa tidak dapat disimpan · Tidak ada persediaan
lama) untuk kegunaan masa depan · Perlu adanya standard
oleh klien, tetapi harus dan konsistensi
dikonsumsi saat diadakan kualitas yang tinggi
Inseparabaility (tidak dapat produsen dan pembeli jasa · Biaya diperhitungkan
dipisah) biasanya harus melakukan sesuai permintaan
kontak langsung saat terjadi pelanggan
pertukaran · Menuntut pengukuran
dan pengendalian
kualitas untuk
pertahankan
konsistensi
Heterogeneity (tidak selalu terdapat peluang variasi · Pengukuran
sama) yang lebih besar pada produktivitas,
penyelenggaraan jasa kualitas, dan
daripada produksi produk pengendalian harus
dilakukan terus
menerus
· Total Quality
Management adalah
hal penting

Penerapan life cycle costing dirasa juga lebih tepat bagi perusahaan yang menawarkan
produk jasa yang memiliki daur hidup produk yang pendek. Perusahaan yang memiliki
produk berdaur hidup pendek tidak memiliki waktu yang cukup untuk bertindak proaktif,
sehingga perencanaan yang baik menjadi sangat penting dan harus diatur dengan tepat agar
dapat menutupi semua biaya daur hidup dan tetap menghasilkan laba yang bagus. Hal ini
tidak berlaku pada produk yang berdaur hidup lebih panjang karena produk yang berdaur
hidup panjang memiliki waktu yang lebih leluasa untuk bersikap lebih proaktif dalam
mencari margin labanya.
Contoh:
PT. X memproduksi produk-produk elektronik yang mempunyai daur hidup kurang
lebih 24 bulan. Pada awal semester kedua tahun 2006, sebuah komponen baru
diajukan. Para perancang percaya bahwa produk tersebut siap diproduksi pada awal
2007. Untuk memproduksinya dan juga produk-produk lain yang serupa, beberapa
resistor harus dimasukkan ke dalam papan sirkuit. Pihak manajemen mengetahui
bahwa biaya untuk papan sirkuit, tergantung pada jumlah resistor yang dimasukkan.
Mengetahui hal ini, para perancang memproduksi komponen baru yang lebih sedikit
dalam penggunaan resistornya.
Biaya laba yang dianggarkan untuk daur hidup selama dua tahun di tabel 2.2.
Perhatikan bahwa biaya daur hidup unit Rp 100.000 dibandingkan dengan
perhitungan konvensional yang hanya Rp 60.000 dan biaya seluruh daur hidup produk
yang sebesar Rp 120.000. Agar dapat terus hidup, tentu saja, produk itu harus
menutup semua biaya daur hidup produk dan menghasilkan keuntungan yang dapat
diterima. Untuk mencapai tujuan ini dipasang harga Rp 150.000.
Informasi Harga dan Biaya Unit
Biaya Produksi Unit Rp 60.000
Biaya Daur Hidup Unit Rp 100.000
Biaya Seluruh Hidup Unit Rp 120.000
Anggaran Harga Jual Unit Rp 150.000
Anggaran biaya danpendapatan
Anggaran biaya (dalam ribuan rupiah)
Item
2006 2007 2008 Total item

Biaya 2.000 - - 2.000


Pengembangan
Biaya produksi - 2.400 3.600 6.000
Biaya logistik - 800 1.200 2.000
Sub total tahunan 2.000 3.200 4.800 10.000
Biaya stlh pembelian - 800 1.200 2.000
Total tahunan 2.000 4.000 6.000 12.000
Unit diproduksi 40.000 60.000

Laporan Anggaran Laba Produk (dalam ribuan rupiah)


Tahun Pendapatan Biaya Laba tahunan Laba
2006 - (2.000) (2.000) (2.000)
2007 6.000 (3.200) 2.800 800
2008 9.000 (4.800) 4.200 500

Dengan berfokus pada biaya sebesar Rp 60.000, bisa dibuat keputusan memberi harga
dibawah optimal. Perubahan fokus berarti mengharuskan manajer untuk pindah dari
pengertian biaya produk secara finansial yang tradisional. Sistem biaya tredisional
tidak secara langsung mengidentifikasikan biaya pengembangan dengan produk yang
sedang dikembangkan. Biaya seluruh hidup menyediakan lebih banyak informasi
yang terbukti vital bagi strategi daur hidup perusahaan. Sebagai contoh, jika pesaing
kita menjual barang yang sama dengan harga yang sama pula tetepi dengan biaya
setelah pembelian yang Cuma Rp 10.000 per unit, perusahaan dapat berada dalam
posisi tidak kompetitif. Denga mengetahui informasi ini bisa dilakukan tindakan yang
dianggap dapat menghilangkan posisi ini (dapat berupa perancangan ulang produk
dengan biaya setelah pembelian yang lebih rendah).
Umpan balik terhadap efektifitas perencanaan daur hidup juga membantu informasi
ini dapat membantu dalam merencanakan produk baru di masa depan dan juga
berguna dalam menaksir bagaimana keputusan rancangan mempengaruhi biaya
operasional dan dukungan. Biaya aktual yang dibandingkan dengan biaya yang
dianggarkan, dapat menjadi wawasan yang berharga. Tabel mengilustrasikan sebuah
lampiran life cycle costing yang sederhana. Seperti yang bisa dilihat, biaya produksi
lebih besar daripada yang diharapkan. Penelitian mengungkapkan bahwa biaya-biaya
dipengaruhi oleh jumlah total penyelipan, bukan hanya penyeipan resistor. Analisis
lebih lanjut mengungkapkan bahwa dengan mengurangi jumlah total penyelipan,
biaya setelah pembelian dapat dikurangi. Oleh sebab itu, pekerjaan untuk merancang
produk serupa di masa depan bisa diuntungkan dengan adanya perkiraan ini:
Laporan Kinerja Life Cycle Costing (dalam ribuan rupiah)
Tahun Item Anggaran Biaya Aktual Variasi
Biaya
2006 pengembangan 2.000 1.900 100
2007 Produksi 2.400 3.000 600
Logistik 800 750 50
2008 Produksi 3.600 4.350 750
Logistik 1.200 1.100 100

Dengan pembebanan biaya yang tepat, perusahaan dapat mengantisipasi dan


mengidentifikasi besarnya besarnya biaya yang muncul dalam tiap tahap life cycle,
selain itu juga dengan life cycle costing perusahaan akan mendapatkan informasi yang
bisa digunakan oleh manajer dalam melakukan pengambilan keputusan untuk jangka
panjang.
Pada umumya membuat produk dan sistem diagram selama pembuatan perencanaan
awal yang merupakan bagian dari sistem perancangan konseptual menjadi bagian
penting utama dalam proyek life cycle costing. Hal ini sesuai dengan syarat sistem
operasional, kinerja dan faktor efektifitas, konsep perawatan, konfigurasi sistem
perencanaan, jumlah barang yang diproduksi, faktor pemanfaatan, dukungan logistik,
dan lain sebagainya. Terdapat beberapa petunjuk dalam mengambil keputusan
berikutnya, aktivitas produksi, fungsi pendistribusian produk, dan beberapa aspek
pendukung sistem. Kemudian, jika pada akhirnya life cycle costing bisa dikendalikan,
penekanan biaya yang tinggi perlu ditampilkan dalam tahap awal sistem atau
pengembangan produk dalam cara yang tersusun.
Berdasarkan tahapan-tahapan yang ada dalam life cycle cost yang berlaku pada
software development ataupun web development, maka ada beberapa fase yang harus
dilalui. Tiap-tiap fase tersebut sudah memiliki persentase biaya standar yang telah
diserap. Berikut adalah tabel proporsi TIC (Total Installed Cost) dari software life
cycle cost.
TIC as a Proportion of Software Life Cycle Cost
Present Future
Cost elemen
% of TIC % of LCC % of TIC % of LCC
Assesment 12 6 15 6
Requirement Definition 8 4 10 4
Software Tools 10 5 20 8
H/W facilities for 2 1 - -
development
Design 20 9 20 8
Development 20 9 15 6
Implementation 10 4 5 2
Training 3 1 5 2
Project Management & 5 2 5 2
Admin
Operational Software 10 4 5 2
TIC 100% 45% 100% 40%
Operational Software - 15 - 5
System Maintenance - 10 - 5
System Development & - 20 - 35
Enhancement
Software life cycle cost - 90% - 90%
(LCC)
Hardware Tools - 10 - 10
Total Cost of Over System - 100% - 100%
Life

2.2.3 Tujuan Dan Manfaat Life Cycle Costing


1. Meningkatkan kesadaran akan biaya/ ongkos: faktor yang menyebabkan biaya
dan sumber yang dibutuhkan

2. Dapat mengevaluasi alternatif asset yang harus dipilih dengan memperhatikan kinerja
selama asset tersebut akan dipakai

3. Dapat mengevaluasi dan memilih asset dengan memperhatikan kesesuaian kinerja dan
layanan yang diinginkan

4. Dengan penerapan LCC biaya operasi dan pemeliharaan dapat dikurangi

5. Dapat menjelaskan hubungan antara fungsi dan keandalan dengan biaya/ongkos

6. Mengerti latar belakang secara teori tentang time value of money dalam proses
pengambilan keputusan

2.2.4 Komponen Biaya


Total biaya dalam Life Cycle Costing dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Biaya hulu, terdiri dari riset dan pengembangan, desain yang membuat prototype,
pengujian, teknis, dan pengembangan kualitas.

2. Biaya produksi, terdiri dari pembelian, biaya produksi langsung, biaya produksi tidak
langsung.

3. Biaya hilir, terdiri dari pemasaran dan distribusi pengemasan, pengangkutan, contoh,
promosi, advertensi, dan pelayanan serta garansi keluhan, pelayanan,
pertanggungjawaban produk, dukungan kepada pelanggan.

2.2.5 Penggunaan Model Dalam LCC


1. LCC untuk Customer
Dengan menggunakan LCC, pelanggan dapat mengevaluasi dan
membandingkan produk-produk alternatif. Dengan menggunakan LCC,
pelanggan dapat menilai kelayakan ekonomi proyek atau produk.

2. LCC untuk Supplier


Dengan menggunakan LCC, Supplier dapat mengoptimalkan desain
mereka dengan mengevaluasi alternatif dan dengan melakukan studi trade-off
dan dapat mengevaluasi berbagai strategi biaya operasi dan pemeliharaan
(untuk membantu pengguna produk).
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai