Anda di halaman 1dari 43

14

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN HASIL UJI SILANG SERASI PADA DARAH


PACKED RED CELL DI UNIT TRANSFUSI DARAH PMI
KOTA PADANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan


Program Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medis STIKes Perintis

Oleh :

ZULVA YOLANDRI
NIM :1713453120

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PERINTIS PADANG
PADANG
2020
14
14
14

Kata Persembahan

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan sholatmu Sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

“sekali terjun dalam perjalanan jangan pernah mundur sebelum


meraihnya, yakin usaha sampai. Karena sukses itu harus melewati
banyak proses, bukan hanya mengimginkan hasil akhir dan tahu
beres tapi harus selalu keep on progress. Meskipun kenyatannya
banyak hambatan dan kamu pun sering dibuat stres percayalah
tidak ada jalan lain untuk meraih sukses selain melewati yang
namanya proses”. (Armeliani)

Skripsi ini penulis dedikasikan kepada kedua orang tua dan mertua tercinta,
Ayahanda dan Ibunda, ketulusanya dari hati atas doa yang tak pernah putus,
semangat yang tak ternilai. Kepada imamku yang sangat hebat terima kasih
atas cinta kasih dan kesabaranmu, perjalanan hidup bersamamu sangat lah
indah, semoga kita bahagia till jannah yeobo. Serta Untuk Orang-Orang
Terdekatku Yang Tersayang.
14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Zulva Yolandri


Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 19 Mai 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Kolok Mudik Kecamatan Barangin Sawahlunto
No. Telp/ Handpone : 082288716330
Email : zulvayolandri@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

 1998 – 2003 : SDN 53 Kuranji Padang


 2004 – 2006 : SMPN 28 Padang
 2007 – 2011 : SMK – Smak Padang
 2017 – 2020 : Program Studi Diploma Tiga Teknologi
Laboratorium STIKes Perintis Padang

PENGALAMAN AKADEMIK

 2020, Praktek Lapangan di UTD PMI Kota Padang


14

 2020, Karya Tulis Ilmiah dengan judul : Gambaran Hasil Uji Silang
Serasi pada Darah Packed Red Cell Di Unit Transfusi Darah PMI Kota
Padang

ABSTRACT

Crossmatch is an examination of the suitability of patient and donor


blood. This examination is to determine whether the donor erythrocyte antigen
matches the antibody in the patient's serum and the patient's erythrocyte antigen
against the antibodies in the donor serum. Incompatible blood is a recipient that
on the crossmatch results in an incompatibility with donor blood, thus the donor's
blood cannot be transfused, so it is necessary to carry out further examinations to
find the cause of the incompatible reaction. This study aims to determine the
description of Crossmatch at the PMI Blood Donor Unit in Padang City using the
crossmatch gel test method. Samples were taken in 2020. Diagnostic tests are
carried out using the Frequency Distribution. The results of the study were men
with a higher percentage of women with a diagnosis of chronic kidney 24% and
the number of repeated cross-match examinations of 92.3% with incompatible
results due to repeated cross-match tests performed by recipients.

Key words: crossmatch, incompatible, compatible


14

ABSTRAK

Uji silang serasi adalah pemeriksaan kesesuaian darah pasien dan donor,
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah antigen eritrosit donor sesuai dengan
antibodi di serum pasien dan antigen eritrosit pasien terhadap antibodi di serum
donor. Darah inkompatibel adalah resipien yang pada uji silang serasi
memberikan hasil ketidakcocokan dengan darah donor, dengan demikian darah
donor tersebut tidak dapat di tranfusikan, sehingga perlu di lakukan pemeriksaan
lajutan untuk mencari penyebab reaksi inkompatibel. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan gambaran hasil pemeriksaan Uji silang serasi pada darah
packed red cell di Unit Tranfusi Darah PMI Kota Padang dengan metode gel test.
Sampel diambil pada tahun 2020. Uji diagnostik dilakukan dengan menggunakan
Distribusi Frekuensi. Hasil penelitian laki-laki dengan persentase lebih banyak
dari perempuan dengan diagnosa ginjal kronis 24% dan jumlah pemeriksaan uji
silang serasi berulang 92.3% dengan hasil inkompatibel disebabkan pemeriksaan
uji silang serasi yang dilakukan oleh resipien secara berulang.
Kata kunci : uji silang serasi, inkompatibel ,kompatibel
14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridha-Nya
jugalah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan
salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma Tiga Teknologi
Laboratorium Medis dan memperoleh gelar Ahli Madya Analis Kesehatan yang
berjudul ”GAMBARAN HASIL UJI SILANG SERASI PADA DARAH
PACKED RED CELL DI UNIT TRANSFUSI DARAH PMI KOTA
PADANG”. Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari partisipasi
banyak pihak. Maka pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Yendrizal Jafri., S.Kp., M.Biomed, selaku Ketua STIKes
Perintis Padang.
2. Ibu Endang Suriani, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi
Diploma tiga Teknologi Laboratorium Medis STIKes Perintis Padang.
3. Ibu Renowati, S.SiT.,M.Biomed selaku Dosen Pembimbing yang
telah mengarahkan, membina, dan memberi masukan sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Dr. Almurdi, DMM., M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah
banyak memberikan saran dan masukan dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar Diploma Tiga Teknologi Laboratorium
Medis STIKes Perintis Padang yang telah berkenan memberikan
ilmunya kepada penulis semoga bermanfaat nantinya.
6. Teristimewa buat suami tercinta drh. Syafri Jamil Putra yang telah
membimbing dengan sabar.
7. Orang tua, Mertua, Kakakku serta Adikku dan seluruh keluarga besar.
Tiada kata yang dapat terucap, tiada budi yang dapat terbalaskan atas
segala pengorbanan dan doa restu serta kasih sayang yang telah
mereka berikan.
14

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis


Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.

Padang, Agustus 2020

Penulis
14

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PERSEMBAHAN .............................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 4
1.5.1 Bagi Akademik .............................................................. 4
1.5.2 Bagi Penulis ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Transfusi Darah ....................................................................... 5
2.1.1 Definisi Transfusi Darah ................................................ 5
2.1.2 Tujuan Transfusi Darah ................................................. 7
2.2 Uji Silang Serasi .................................................................... 7
2.2.1 Defenisi Uji Silang Serasi.. ............................................ 7
2.2.2 Tujuan Uji Silang Serasi.. .............................................. 7
2.2.3 Prinsip Uji Silang Serasi.. .............................................. 8
2.2.4 Metoda Pemeriksaan Uji Silang Serasi .......................... 8
2.2.5 Penyebab Inkopatibilitas pada Uji Silang Serasi ........... 9
2.3 Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cell) ............................. 10
2.3.1 Kandungan Sel Darah Merah Pekat.. ............................. 10
2.3.2 Transfusi Sel Darah Merah Pekat.. ................................ 12
2.3.3 Indikasi Transfusi Sel Darah Merah Pekat.. .................. 12
2.4 Reaksi Transfusi................................................................... 13
2.5 Penyebab Reaksi Transfusi .................................................. 14
2.6 Risiko Transfusi ................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian ................................................................... 17
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 17
3.3 Populasi Sampel ................................................................... 17
14

3.3.1 Populasi ....................................................................... 17


3.3.2 Sampel ........................................................................ 17
3.4 Persiapan Penelitian ............................................................. 17
3.4.1 Persiapan Alat ............................................................. 17
3.4.2 Persiapan Bahan .......................................................... 17
3.5 Prosedur Kerja ..................................................................... 18
3.5.1 Prosedur Persiapan Sampel Resipien dan Darah PRC 18
3.5.2 Pemeriksaan Uji Silang Serasi .................................... 18
3.5.3 Interpretasi Hasil Uji Silang Serasi.. ........................... 19
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .................................. 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian .................................................................... 21
4.2 Pembahasan ......................................................................... 23

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 26
5.2 Saran ................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
14

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.6 Interprestasi hasil uji silang serasi .................................................. 19


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Resipien Pada
Pemeriksaan Uji Silang Serasi ....................................................... 21
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada
Pemeriksaan Uji Silang Serasi ........................................................ 21
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Diagnosa Transfusi Resipien
Pada Pemeriksaan Uji Silang Serasi ............................................... 22
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hasil Kompatibel
dan Inkompatibel Pada Pemeriksaan Uji Silang Serasi ................. 22
14

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Penelitian ...................................................... 27


Lampiran 2. Surat Balasan Penelitian .............................................................. 28
Lampiran 3. Tabel Penelitian Hasil Uji Silang Serasi di UTD PMI Padang.. . 29
Lampiran 4. Dokumentasi Praktikum.. ............................................................ 32
14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari seorang
pendonor ke resipien. Trasnfusi darah dilakukan dengan pemberian
komponen darah yang sesuai kebutuhan. Komponen darah terdiri dari
komponen seluler dan non seluler. Komponen seluler terdiri dari darah
utuh (Whole Blood), sel darah merah pekat (Packed Red Cell), trombosit.
Komponen non seluler yaitu plasma segar beku (Fresh Frozen Plasma),
plasma donor tunggal (Liquid Plasma) dan kriopresipitat/anti hemophilic
factor (Nandini, 2014).
Transfusi darah dilakukan dengan pemberian Whole Blood (WB),
Packed Red Cell (PRC) atau komponen darah sesuai kebutuhan. Sesuai
laporan tahunan Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia
(PMI) Kota Padang tahun 2018 penggunaan komponen darah Packed Red
Cells (PRC) adalah 36.856 (54.4%) dari 67.752 seluruh permintaan darah
di UTD PMI Kota Padang (PMI, 2018).
Pemeriksaan uji silang serasi adalah pemeriksaan kesesuaian darah
pasien dan donor. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah antigen
eritrosit donor sesuai dengan antibodi di serum pasien dan antigen eritrosit
pasien terhadap antibodi di serum donor (Setyati, 2010).
Dalam pemeriksaan uji silang serasi yang dilakukan di PMI Kota
Padang menggunakan metode gel test dengan menambahkan suspensi sel
dan serum atau plasma dalam microtube. Microtube selanjutnya diinkubasi
selama 15 menit pada suhu 37ºC dan diputar menggunakan centrifuge
selama 10 menit. Jika kompatibel menunjukan jernih pada gel test maka
hasil negatif sedangkan yang inkompatibel menunjukkan keruh pada gel
test dan hasilnya positif (Permenkes, 2015).
Darah inkompatibel adalah resipien yang pada uji silang serasi
memberikan hasil ketidakcocokan dengan darah donor, dengan demikian
14

darah donor tersebut tidak dapat di transfusikan, sehingga perlu di lakukan


pemeriksaan lajutan untuk mencari penyebab reaksi inkompatibel
(Permenkes, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Nency dan Sumanti (2011) tentang
Latar Belakang Penyakit pada Penggunaan Transfusi Komponen Darah di
RSUP dr. Kariadi Semarang, diketahui bahwa transfusi darah PRC
diberikan pada pasien dengan penyakit dasar thalasemia, leukimia, sepsis,
tindakan perioperatif, keganasan non leukemia, sindrom syok dengue,
anemia aplastik, hemofilia, penyakit jantung dan penyakit ginjal (Nency,
2011).
Menurut asumsi peneliti, adanya perbedaan reaksi transfusi pada
pasien yang mendapatkan transfusi darah WB (whole blood) dengan pasien
yang mendapat transfusi darah PRC disebabkan karena pada transfusi
darah WB seluruh komponen darah diberikan pada pasien, karena plasma
mengandung bermacam-macam protein, zat kimia, faktor-faktor pembeku
dan kaya dengan zat metabolik. Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi
transfusi pada pasien yang mendapatkan darah WB yaitu berupa
kemerahan pada wajah yang segera timbul 1 orang, rasa hangat di vena
yang menerima darah 3 orang, demam dan menggigil 1 orang, nyeri
abdomen diserta mual dan muntah 1 orang, penurunan tekanan darah
disertai peningkatan kecepatan denyut jantung 1 orang dan gatal-gatal pada
kulit 5 orang (Handayani, 2008).
Reaksi-reaksi tersebut terjadi sebagai respon tubuh terhadap sel-
sel darah putih dalam darah yang disumbangkan. Hal ini terjadi pada
pasien yang pernah mendapat transfusi sebelumnya dan wanita pernah
beberapa kali mengalami kehamilan. Oleh sebab itu, pada pasien yang
mengalami reaksi demam atau yang beresiko terhadap reaksi transfusi
lainnya biasanya diberikan produk darah yang leukositnya telah dikurangi.
Artinya, sel-sel darah putih telah hilang setelah melalui filter atau cara
lainnya (Nency, 2011).
14

UTD PMI Kota Padang tepatnya dibagian laboratorium uji silang


serasi atau crossmatch, penulis sering menemukan hasil uji silang serasi
yang kompatibel maupun inkompatibel pada darah PRC, Hasil uji silang
serasi darah PRC yang inkompatibel masih dapat diberikan kepada pasien
dengan hasil grade tertentu dan di setujui oleh dokter, dengan demikian
penulis ingin mengetahui gambaran hasil uji silang serasi pada darah PRC
di UTD PMI Kota Padang (PMI, 2019).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang diangkat adalah
bagaimana gambaran hasil uji silang serasi pada darah packed red cell di
Unit Transfusi Darah PMI Kota Padang.

1.3 Batasan Masalah


Pada penelitian ini penulis akan membahas tentang gambaran hasil uji
silang serasi pada darah packed red cell di Unit Transfusi Darah PMI Kota
Padang.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk menentukan gambaran hasil uji silang serasi pada darah packed
red cell di Unit Transfusi Darah PMI Kota Padang.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk menentukan distribusi frekuensi pemeriksaan uji silang serasi
berdasarkan umur pada resipien di Unit Transfusi Darah PMI Kota
Padang.
2. Untuk menentukan distribusi frekuensi pemeriksaan uji silang serasi
berdasarkan jenis kelamin pada resipien di Unit Transfusi Darah PMI
Kota Padang.
14

3. Menentukan kompatibel dan inkompatibel pada darah PRC terhadap


resipien berdasarkan diagnosa transfusi.

1.5 Manfaaat Penelitian


1.5.1 Bagi Akademik
Menambah referensi Karya Tulis Ilmiah di STIkes Perintis Padang.
1.5.2 Bagi Penulis
Dapat menambah kopetensi penulis sendiri dan memperdalam
pengetahuan penulis dibidang immunologi, serta menambah pengetahuan
tentang gambaran hasil uji silang serasi pada darah packed red cell, dan
meningkatkan ketelitian dalam melakukan pemeriksaan uji silang serasi
dengan hasil kompatibel dan inkompatibel.
14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Transfusi Darah


2.1.1 Definisi Transfusi Darah
Transfusi darah adalah serangkaian kegiatan mulai dari pengerahan
dan pelestarian donor sampai dengan pendistribusian darah. Transfusi darah
merupakan tindakan klinis yang penting untuk mengatasi penyakit dan
menyelamatkan jiwa serta memperbaiki kesehatan pasien yang memerlukan
darah. Hal penting yang harus diperhatikan dalam praktek transfusi darah
adalah faktor keamanan dan kualitas darah (Pratidina, 2001).
Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan
kesehatan modern. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat
menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi
tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi
yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat
diatasi dengan cara lain (Pratidina, 2001).
pelayanan transfusi darah yang terkoordinasi secara nasional,
pengumpulan darah hanya dari donor sukarela dari populasi risiko rendah,
pelaksanaan skrining terhadap semua darah donor dari penyebab infeksi,
antara lain HIV, virus hepatitis, sifilis dan lainya, serta pelayanan
laboratorium yang baik disemua aspek, termasuk golongan darah, uji
kompatibilitas, persiapan komponen, penyimpanan dan transportasi
darah/komponen darah, menjalankan quality control darah, agar tetap sesuai
standar; mengurangi transfusi darah yang tidak perlu dengan penentuan
indikasi transfusi darah dan komponen darah yang tepat, dan indikasi cara
alternatif transfusi. Apabila darah bisa dikatakan sebagai organ, Mungkin
tak banyak yang menyangsikan bahwa darah adalah “organ” yang paling
penting dalam tubuh. Begitu pentingnya darah, sampai-sampai darah pun
14

harus didonorkan dan ditransfusikan kepada yang memerlukan (Pratidina,


2001).
2.1.2 Tujuan Transfusi Darah
Tujuan transfusi darah adalah sebagai berikut:
1. Menambah jumlah darah yang beredar dalam orang sakit yang darahnya
berkurang karena suatu sebab misalnya operasi, pendarahan, waktu
melahirkan, kecelakaan hingga darahnya yang biasa 4-5 liter kurang
menjadi 3 liter dan harus ditambah dengan transfusi.
2. Menambah kemampuan darah dalam badan pasien untuk zat asam atau
O2, misalnya untuk penyakit yang sel-sel darahnya tidak berfungsi
(Rustam, 2014).

2.2 Uji Silang Serasi


2.2.1 Defenisi Uji Silang Serasi
uji silang serasi merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan
sebelum transfusi yaitu memeriksa kecocokan antara darah pasien dan
donor sehingga darah yang diberikan benar-benar cocok dan supaya darah
yang ditranfusikan benar-benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien
(Amiruddin, 2015).
Pemeriksaan uji silang serasi darah adalah pemeriksaan kesesuaian
darah pasien dan donor yang di lakukan secara invitro. Berdasarkan
standar dari American Association of Blood Bank (AABB), uji silang
serasi didefinisikan sebagai suatu pemeriksaan yang menggunakan
metode yang mampu menunjukkan inkompatibilitas sistem ABO dan
adanya antibodi signifikan terhadap antigen eritrosit dan juga
menyertakan pemeriksaan antiglobulin. Kecuali tidak tersedia fasilitas,
jika tidak ada antibodi yang signifikan pada sampel pasien yang baru atau
riwayat pemeriksaan sebelumnya, immediate spin crossmatch dapat
digunakan untuk mendeteksi inkompatibilitas ABO (Howard et al., 2013).
2.2.2 Tujuan Uji Silang Serasi
14

Mengetahui ada atau tidaknya antibodi komplit atau inkomplit


(IgM/IgG) yang bereaksi dengan antigen pada sel darah merah pasien atau
donor, serta untuk mengetahui ada atau tidaknya antibodi komplit atau
inkomplit (IgM/IgG) di dalam serum/plasma pasien yang bereaksi dengan
antigen pasien sendiri (Yuan, 2011).
Mengetahui ada atau tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien,
sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan kepada
pasien serta mendeteksi adanya antibodi antibodi yang tidak diharapkan
dalam serum/plasma pasien yang dapat mengurangi umur eritrosit donor
dan menghancurkan sel darah merah donor (Yuan, 2011).
1.2.3 Prinsip Uji Silang Serasi
Pada prinsipnya uji silang serasi dibagi menjadi dua prosedur yaitu
mayor merupakan bagian yang utama dalam uji silang serasi yaitu,
mereaksikan serum/plasma pasien dengan sel donor. Maksudnya apakah
sel donor itu akan di hancurkan oleh antibodi dalam serum/plasma pasien.
Pada minor kita mereaksikan plasma donor dengan sel pasien,dengan
maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor (Syafitri,
2016).
2.2.4 Metoda Pemeriksaan Uji Silang Serasi
Uji silang serasi metode tube test adalah sel donor dicampur dengan
serum/plasma pasien dan sel penerima dicampur dengan plasma donor
dalam albumin 22% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolysis
bila golongan darah tidak cocok. Sel dan serum kemudian di inkubasi
selama 15-30 menit ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita
mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan
(setyati, 2010).
Uji silang serasi metode gel test adalah penambahan suspensi sel dan
serum atau plasma dalam mikrotube yang berisi gel di dalam buffer berisi
reagen (anti-A,anti-B, anti-D, enzim,anti IgG, Anti complement).
Microtube selanjutnya di inkubasi selama 15 menit pada suhu 37°C dan di
14

sentrifuse. Aglutinasi yang terbentuk akan terperangkap di atas


permukaan gel. Aglutinasi tidak terbentuk apabila eritrosit melewati pori-
pori gel dan akan mengendap di dasar microtube (Swarup et al, 2008).
Uji silang serasi metode otomatis adalah pemeriksaan
menggunakan reagen gel. Perbedaan keduanya terletak pada
meminimalisir manipulasi oleh tehnisi, dimana tehnisi hanya terlibat pada
tahap preparasi sampel kemudian selanjutnya mesin yang melakukan
tahap analitik, hasil di baca adanya aglutinasi memberi hasil positif, dan
tidak adanya aglutinasi di nyatakan negatif (Swarup et al, 2008).
2.2.5 Penyebab Inkopatibilitas pada Uji Silang Serasi
Pada beberapa penyakit, seperti thalasemia, anemia sickle cell,
aplastik anemia, haemoglobinophaties, transfusi sel darah merah
merupakan pengobatan utama, oleh karena itu transfusi darah untuk
pasien ini sering dilakukan pada pasien yang mendapatkan darah transfusi
berulang, kemungkinan timbulnya alloantibodi sangat besar (Gantini,
2010).
Darah inkompatibel adalah resipien yang pada uji silang serasi
memberikan hasil ketidakcocokan dengan darah donor, dengan demikian
darah donor tersebut tidak dapat di tranfusikan, sehingga perlu di lakukan
pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab reaksi inkompatibel
(PerMenKes, 2015).
Penyebab inkompatibel :
1. Golongan darah ABO pasien atau donor tidak benar.
2. Adanya alloantibodi pada serum pasien yang bereaksi dengan antigen
yang ada pada sel darah merah donor.
3. Eritrosit donor di selubungi anti bodi komplet (DCT donor positif).
4. Golongan darah ABO pasien atau donor tidak benar.
5. Antibodi spesifik pada plasma donor yang bereaksi dengan antigen sel
darah merah pasien.
14

6. Eritrosit Pasien di selubungi antibodi atau komplemen (DCT pasien


positif).
7. Kontaminasi. (Syafitri, 2016).

2.3 Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cell)


2.3.1 Kandungan Sel Darah Merah Pekat
Isi utama dalam sel darah merah pekat adalah eritrosit. Darah merah
pekat mengandung nilai hematokrit 70%. Temperatur simpan 4 ± 2oC.
Apabila dibuat dengan sistem terbuka, maka lama simpan selama 24 jam,
sedangkan apabila darah merah pekat dibuat dengan sistem tertutup, maka
masa simpan darah lengkap asalnya. Darah merah pekat/ packed red cell
(PRC) berguna untuk meningkakan jumlah eritrosit. Peningkatan kadar
hemoglobin (Hb) dan hematokrit post transfusi PRC yang berasal dari 450
mL sama dengan darah lengkap (Kiswari, 2014).
Darah merah pekat lebih efektif dibandingkan sel darah merah lengkap
dalam menyediakan kapasitas mengangkut oksigen dan meningkatkan
hematokrit pasien. Seperti darah lengkap sel darah merah dengan Citrate
Phosphate Dextrose-Adenin (CPD-A) yang disimpan dalam lemari
pendingin memiliki waktu simpan 35 hari. Dengan pemakaian larutan
antikoagulan aditif (Aditif Solution-AS1, Adsol dan nutricel), waktu simpan
dapat diperlama menjadi 42 hari (Kiswari, 2014).
Konsentrat eritrosit merupakan terapi pilihan untuk orang yang
mengalami penurunan kapasitas mengangkut oksigen simptomatik akibat
anemia akut atau kronis. Konsentrat eritrosit merupakan terapi pilihan untuk
orang yang mengalami penurunan kapasitas mengangkut oksigen
simptomatik akibat anemia akut atau kronis. Konsentrat eritrosit harus
digunakan hanya apabila individu mengalami gejala digunakan untuk
meningkatkan hematokrit ke suatu kada tertentu tanpa adanya gejala,
walaupun hal ini kadang-kadang dibenarkan sebelum pembedahan resipien
(Kiswari, 2014).
14

2.3.2 Tranfusi Sel Darah Merah Pekat


PRC berfungsi untuk mengurangi penularan penyakit dan mengurangi
reaksi imunologis, sehingga pasien sangat jarang mengalami reaksi
transfusi. Reaksi transfusi yang dialami pasien pada pemberian darah PRC
ini berupa kemerahan pada wajah yang segera timbul 1 orang, demam dan
menggigil 1 orang, dan gatal-gatal pada kulit 1 orang (Handayani, 2008).
Dapat disimpulkan bahwa transfusi darah PRC jauh lebih baik dan
memiliki resiko yang kecil dibandingkan dengan transfusi darah WB.
Namun demikian, pemberian darah WB ini banyak juga dilakukan karena
stok darah di UTD tidak selalu ada, sehingga digunakan darah baru yang
didonorkan oleh keluarga. Terkadang darah yang sudah di PRC kan
dikembalikan lagi ke UTD dengan alasan transfusi darah tersebut
menimbulkan demam pada pasien (Depkes RI, 2003).
2.3.3 Indikasi Transfusi Sel Darah Merah pekat
Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl
apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis
dan laboratorium. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl,
kecuali bila ada indikasi tertentu. Transfusi pada neonatus dengan gejala
hipoksia dilakukan pada kadar Hb ≤11 g/dL; bila tidak ada gejala batas ini
dapat diturunkan hingga 7 g/dL. Jika terdapat penyakit jantung atau paru
atau yang sedang membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk
memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL (McFarland, 2000).
kadar Hb bukan satu-satunya faktor penentu untuk transfusi sel
darah merah. Faktor lain yang harus menjadi pertimbangan adalah kondisi
pasien, tanda dan gejala hipoksia, kehilangan darah, risiko anemia karena
penyakit yang diderita oleh pasien dan risiko transfusi. Banyak transfusi
sel darah merah dilakukan pada kehilangan darah ringan atau sedang,
padahal kehilangan darah itu sendiri tidak menyebabkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas perioperatif. Meniadakan transfusi tidak
14

menyebabkan keluaran (outcome) perioperatif yang lebih buruk


(McFarland, 2000).

2.4 Reaksi Transfusi


Reaksi transfusi imun adalah semua jenis reaksi yang terjadi
pada pasien saat proses transfusi dan setelah transfusi. Reaksi tersebut, terjadi
melalui mekanisme imun tubuh, melibatkan antigen (Ag) dan antibodi (Ab).
Reaksi imun yang terjadi, mengakibatkan timbulnya gejala klinis pada pasien.
Gejala klinis yang timbul bervariasi, mulai dari gejala ringan sampai berat
dan bersifat akut atau tunda. reaksi transfusi imun terjadi karena reaksi Ag
dan Ab. Ag yang dimaksud di sini adalah Ag sel darah dan Ab yang berasal
dari plasma. membran sel darah terdiri atas unsur protein, karbohidrat dan
lipid. Molekul tersebut dapat menjadi Ag dan memicu respon imun jika
dipaparkan ke individu lain (Maxwell, 2006).
Jenis Ag yang terdapat pada sel darah merah, lekosit dan trombosit serta
Ab yang terbentuk karena paparan terhadap Ag tersebut dikategorikan ke
dalam suatu sistem. Ag dan Ab pada sel darah merah dikelompokkan ke
dalam sistem golongan darah. Ag dan Ab pada lekosit dikelompokkan ke
dalam sistem human leucoyte antigen (HLA) dan human neutrofil antigen
(HNA). Ag dan Ab pada trombosit dikelompokkan ke dalam sistem human
platelet antigen (HPA). Adanya ketidakcocokan antara darah donor dengan
pasien yang melibatkan Ag dan Ab pada darah dapat menyebabkan reaksi
transfusi imun. Jenis Ab pada sistem golongan darah dapat mempengaruhi
berat atau tidaknya reaksi transfusi. Untuk meminimalisir dan mencegah
reaksi transfusi, maka sebelum dilakukan transfusi darah, dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu yang mencakup kecocokan jenis golongan darah
dan reaksi antara darah donor dan pasien secara in vitro/di luar tubuh
(Maxwell, 2006).
14

2.5 Penyebab Reaksi Transfusi


Penyebab reaksi transfusi sebagai berikut:
1. Reaksi hemolitik tunda yaitu reaksi hemolitik tunda disebabkan karena
respon imun sekunder terhadap Ag pada sel darah merah donor. Hal ini
terjadi karena pasien sudah pernah terpapar dengan jenis Ag yang sama
sebelumnya sehingga pasien sudah mempunyai Ab terhadap Ag tersebut.
Jenis Ab pada respon imun sekunder, biasanya adalah jenis IgG yang
berada pada jumlah maksimal selama 3 – 7 hari setelah paparan dengan
Ag yang sesuai. Pada kisaran hari tersebut, sel darah merah donor masih
berada di aliran darah pasien, dan dapat dihancurkan secara cepat karena
bereaksi dengan Ab yang sesuai.
2. Aloimunisasi yaitu reaksi komplikasi jangka panjang karena transfusi,
salah satunya adalah reaksi aloimunisasi yaitu terbentuknya Ab terhadap
paparan dengan Ag sel darah merah, leukosit maupun trombosit
sebelumnya. Reaksi aloimunisasi biasanya terjadi pada pasien yang
mendapat beberapa kali transfusi darah. Gejala klinis yang timbul,
umumnya tidak terlalu parah, seperti demam dan penurunan konsentrasi
Hb. Namun demikian, reaksi aloimunisasi dapat mempunyai gejala klinis
yang berat jika terjadi perdarahan, sebagai contoh : pada transfusi
trombosit terjadi reaksi antara Ab trombosit pada pasien dengan trombosit
yang ditransfusikan, sehingga terjadi penurunan trombosit yang signifikan
(trombositopenia), jika reaksi berlanjut dapat menyebabkan perdarahan.
Jika allo Ab yang terbentuk mempunyai reaksi yang kuat, efeknya dapat
sulit untuk menemukan komponen darah yang sesuai pada transfusi
berikutnya (Hart, 2015).

2.6 Risiko Transfusi Darah


Risiko transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat, reaksi
lambat. Reaksi Akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24
jam setelah transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu
14

ringan, sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan


ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini
disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan
adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri
kepala (Carson, 2005).
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di
kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya
disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi
non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi
pirogen dan/ atau bakteri. Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan
gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di sekitar tempat masuknya infus, napas
pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda
kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20% tekanan darah sistolik),
takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas
(Carson, 2005).
Hal ini disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan antigen
spesifik trombosit pada resipien. Lebih banyak terjadi pada wanita. Gejala
dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia berat
akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila hitung trombosit.
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang
akan mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya
ditandai dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme
fisiologis untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat besi seperti
desferioksamin, diberikan untuk meminimalkan akumulasi besi dan
mempertahankan kadar serum feritin (Carson, 2005).
14

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini besifat deskriptif yaitu menyajikan gambaran hasil
kompatibel dan inkompatibel pada darah PRC dengan jenis penelitian yang
digunakan adalah uji silang serasi / crossmatch.

3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret sampai dengan
September 2020 di laboratorium Unit Transfusi Darah PMI Kota Padang.

3.3. Populasi Dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
resipien yang melakukan pemeriksaan uji silang serasi di Unit Transfusi
Darah PMI Kota Padang.
3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100
resipien yang telah melakukan pemeriksaan uji silang serasi diambil
secara acak/random di Unit Tranfusi Darah PMI Kota Padang pada bulan
Agustus tahun 2020.

3.4. Persiapan Penelitian


3.4.1 Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah ID dispenser,
Auto pipet, Working table, Inkubator, ID centrifuge
3.4.2 Persiapan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah
LISS/Coombs card, ID Diluent 2, saline, sampel resipien, dan darah
PRC (darah donor).
14

3.5 Prosedur Kerja


3.5.1 Prosedur Persiapan Sampel Resipien dan Darah PRC
Dilakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus resipien,
kemudian ambil stock darah yang akan dilakukan uji silang serasi terhadap
darah PRC dari pendonor dengan sampel resipien. Dilihat apakah produk
komponen darah PRC sudah berlabel nomor kantong darah, tanggal
pengambilan darah, jenis komponen darah, volume, golongan darah, nama
petugas, tanggal pembuatan, dan tanggal kadarluarsa.
3.5.2 Pemeriksaan Uji Silang Serasi
Buat suspensi sel darah merah 1 % dari sampel resipien dan darah PRC
dalam larutan LISS yaitu : 500 µL Diluent-II ditambah 5 µL sel darah
merah resipien / darah PRC. Siapkan ID Liss/Coombs Card, Beri identitas
resipien pada ID Liss/Coombs Card ( Nama, No MR, Rs/Bagian, golongan
darah pasien, tanggal pemeriksaan, nama petugas ). Buka penutup
Liss/Coombs Card ( alumunium foil ) : Microtube I (mayor) : 50 µL sel
donor 1% + 25 µL plasma resipien, Microtube II (minor) : 50 µL sel
resipien 1% + 25 µL plasma donor, Microtube III (autokontrol) : 50 µL sel
resipien 1% + 25 µL plasma resipien. Inkubasi ID Liss/Coombs Card
selama 15 menit pada suhu 37°C kemudian putar pada ID centrifuge 1010
rpm selama 10 menit dan baca hasil.
Metoda pemeriksaan Uji Silang Serasi
Metoda yang dilakukan pada penelitian ini adalah metoda gel test.
Prinsip pemeriksaan Uji Silang Serasi
Prinsip pemeriksaan uji silang serasi metode gel adalah penambahan
suspensi sel dan serum atau plasma dalam mikrotube yang berisi gel di
dalam buffer berisi reagen (anti-A,anti-B, anti-D, enzim,anti IgG, Anti
complement). Microtube selanjutnya di inkubasi selama 15 menit pada suhu
37°C dan di sentrifuge. Aglutinasi yang terbentuk akan terperangkap di atas
permukaan gel. Aglutinasi tidak terbentuk apabila eritrosit melewati pori-
pori gel dan akan mengendap di dasar microtube (Swarup et al.,2008).
14

3.5.3 Interpretasi Hasil Uji Silang Serasi

Mayor Minor Ac Kesimpulan Saran dan cara penyelesaian

Neg Neg Neg Kompatibel Darah dapat keluar

Pos Neg Neg Inkompatibel Ganti darah donor/rujuk


Neg Pos Neg Inkompatibel Ganti darah donor/rujuk
Neg Pos Pos Inkompatibel Darah keluar dengan persetujuan
dokter yang merawat

pos Pos Pos Inkompatibel Darah tidak keluar


Sumber : (SPO PMI, 2019)

Keterangan :
1.Mayor, Minor, Dan Ac = Negatif
Darah pasien cocok dengan darah donor Darah dapat diberikan
kepada pasien.
2. Mayor = Positif, Minor = Negatif, AC = Negatif,
Periksa kembali golongan darah pasien dan donor, Kemudian periksa
Direct Coombs Test (DCT) pada donor bila hasil positif maka darah donor
tersebut harus disingkirkan karena akan selalu positif pada crossmatch
mayor.
3. Mayor = Negatif, Minor = Positif, Ac= Negatif
Terdapat antibodi irreguler pada serum atau plasma donor. Solusinya
berikan Packed Red Cell ( PRC) atau ganti dengan darah donor lain, bila
yang diperlukan adalah plasma, trombosit, Whole Blood (WB) kemudian
lakukan uji silang serasi lagi.
4. Mayor = Negatif, Minor = Positif, AC = Positif
Dilakukan combs test pada pasien Apabila DCT = Positif, hasil
positif pada minor dan AC berasal dari autoantibodi. Apabila derajat
positif pada minor lebih besar dibandingkan derajat positif pada AC atau
14

DCT, darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan uji silang
serasi lagi sampai ditemukan positif pada minor sama atau lebih kecil
dibandin AC atau DCT.
5. Mayor, Minor, dan AC = Positif.
Periksa ulang golongan darah pasien maupun Donor baik dengan
cell grouphing maupun back typing, pastikan tidak ada kesalahan
golongan darah. Positif pada minor kemungkinan berasal dari
autoantibodi pada pasien. Sedangakan positif pada mayor dapat
disebabkan oleh irreguler antibodi pada serum pasien. Jika
memungkinkan lanjutkan pemeriksaan dengan screening dan identifikasi
antibodi (Syafitri, 2014).

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data


Data hasil penelitian gambaran hasil uji silang serasi pada darah
packed red cell di Unit Tranfusi Darah PMI Kota Padang diolah secara
manual dan dianalisa secara naratif.
14

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di Unit Transfusi Darah PMI


Kota Padang tentang gambaran hasil uji silang serasi pada darah PRC dengan
jumlah pemeriksaan sebanyak 100 resipien didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Resipien Pada


Pemeriksaan Uji Silang Serasi di UTD PMI Kota Padang
f Persentase (%)
Umur (tahun)
0-18 29 29
19-44 41 41
45-64 30 30
Total 100 100

Dari tabel 4.1 diatas berdasarkan semua resipien yang melakukan


pemeriksaan uji silang serasi di UTD PMI Kota Padang didapatkan hasil
kompatibel dan inkompatibel pada darah PRC paling banyak pada umur 19-
44 tahun sebanyak 41 orang (41%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Resipien


Pada Pemeriksaan Uji Silang Serasi di UTD PMI Kota
Padang
f Persentase (%)
Jenis Kelamin
laki-laki 55 55
perempuan 45 45
Total 100 100

Dari tabel 4.2 diatas berdasarkan semua resipien yang melakukan


pemeriksaan uji silang serasi di UTD PMI Kota Padang didapatkan hasil
14

kompatibel dan inkompatibel pada darah PRC paling banyak pada jenis
kelamin laki-laki sebanyak 55 orang (55%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Diagnosa Transfusi


Resipien Pada Pemeriksaan Uji Silang Serasi di UTD PMI
Kota Padang
f Persentase (%)
Diagnosa
Talasemia 14 14
Leukemia 9 9
Penyakit ginjal kronis 24 24
Auto imun hemolitik 9 9
Anemia 22 22
Tumor 22 22
Total 100 100

Dari tabel 4.3 diatas berdasarkan semua resipien yang melakukan


pemeriksaan uji silang serasi di UTD PMI Kota Padang didapatkan hasil
kompatibel dan inkompatibel pada darah PRC paling banyak pada diagnosa
transfusi penyakit ginjal kronis sebanyak 24 resipien (24%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hasil Kompatibel dan


Inkompatibel Pada Uji Silang Serasi Resipien Lebih Dari
Satu di UTD PMI Kota Padang
Crossmatch I Crossmatch II Crossmatch III
f % f % f %
Hasil
Kompatibel 5 38.5 3 23.1 1 7.6
Inkompatibel 8 61.5 10 76.9 12 92.3
Total 13 100 13 100 13 100

Dari tabel 4.5 diatas berdasarkan semua pemeriksaan uji silang serasi
terdapat hasil inkompatibel pada crossmatch resipien ke III sebanyak 12
orang (92.3%) di UTD PMI Kota Padang.

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengambilan data yang dilakukan di laboratorium uji silang


serasi Unit TranSfusi Darah PMI Kota Padang sebanyak 100 resipien yang
14

melakukan pemeriksaan uji silang serasi terdapat hasil paling banyak


berdasarkan umur adalah 41% (19-44 tahun), berdasarkan jenis kelamin yang
paling banyak melakukan pemeriksaan adalah laki-laki 55% (55 resipien),
dan berdasarkan diagnosa resipien dalam melakukan pemeriksaan uji silang
serasi paling banyak penyakit ginjal kronis 24% (24 resipien). Penelitian
yang dilakukan oleh Aditya tahun 2007, ditemukan bahwa 14,29 transfusi
darah PRC diberikan pada pasien dengan penyakit dasar thalasemia,
leukemia, sepsis, keganasan, anemia, keganasan, penyakit jantung, dan ginjal.

Transfusi darah tidak hanya sebagai pengobatan saja tetapi dapat


digunakan sebagai terapi sehingga permintaan darah donor semakin
meningkat. Oleh sebab itu, kemungkinan pasien yang mendapatkan transfusi
berulang beresiko terbentuknya antibodi ireguler. Penelitian yang dilakukan
di Unit Transfusi darah DKI oleh Gantini tahun 2007 ditemukan 90.14%
resipien yang sering mendapatkan transfusi darah membentuk lebih dari satu
aloantibodi, sehingga semakin sulit mendapatkan darah yang cocok.

Namun karena transfusi darah adalah satu-satunya pengobatan untuk


resipien tersebut maka darah yang inkompatibel tetap akan ditransfusikan,
sehingga memudahkan darah donor yang ditransfusikan menjadi cepat lisis,
atau bahkan juga dapat terjadi reaksi transfusi tipe lambat. Dari hasil
penelitian yang dilakukan terhadap gambaran hasil uji silang serasi pada
darah PRC di UTD PMI Kota Padang berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan oleh resipien secara berulang didapatkan hasil yang inkompatibel
pada crossmacth yang ke III sebanyak 12 resipien (92.3%).
14

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di UTD PMI kota


Padang terhadap gambaran hasil uji silang serasi pada darah PRC dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan umur dari resipien yang melakukan pemeriksaan uji silang


serasi paling banyak terdapat pada umur 19-44 tahun sebanyak 41 orang
(41%) dan paling sedikit pada umur 0-18 tahun sebanyak 29 orang (29%).
2. Berdasarkan jenis kelamin resipien terdapat paling banyak laki laki
dengan jumlah resipien 55 orang (55%).
3. Berdasarkan diagnosa resipien paling banyak pada diagnosa penyakit
ginjal kronis 24 orang (24%) dan paling sedikit diagnosa leukemia 9
orang (9%).
4. Berdasarkan hasil uji silang serasi resipien yang melakukan pemeriksaan
lebih dari satu kali dengan hasil inkompatibel terdapat sebanyak 12
resipien (92.3%).
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka penulis menyarankan
agar resipien mendapatkan transfusi darah dengan hasil kompatibel sehingga
tidak menimbulkan reaksi transfusi, untuk resipien yang mendapatkan hasil
inkompatibel agar dapat dilakukan pemeriksaan skrining antibodi sebagai
pemeriksaan lanjutan.
14

DAFTAR PUSTAKA

Akhdemila W. 2009. Analisis pengendalian darah pada Palang Merah Indonesia


(PMI) Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) Kota Depok Fakultas
Ekonomi dan Menejemen, Institut Pertanian Bogor.

Ariyadi, T, dkk., 2018. Perbedaan Hasil Crossmatch Metode Gel Tes Dengan
Inkubasi Dan Tanpa Inkubasi Pada Pre Transfusi Darah. Semarang.

Depkes RI. 2003. Buku Pelayanan Transfusi Darah: Mutu dan Keamanan dalam
Penyediaan Darah. Jakarta. Depkes RI
DepKes RI. 2003. Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah : Serologi
Golongan Darah. Jakarta. Depkes RI
Dhony, Fermadani. 2017 [thesis]. Perbedaan hasil crossmatch metode gel dengan
inkubasi dan tanpa inkubasi pada pre tranfusi darah. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Depkes, Permenkes RI, No.91/MenKes/Per/I/2015, Tentang Standar Pelayanan
Transfusi Darah (Jakarta: Depkes RI. 2015).
Departemen Kesehatan RI. 2001. Buku pedoman pelayanan transfusi darah:
skrining untuk penyakit infeksi. Modul 2. Jakarta : Depkes RI
Flagel WA. Fresh blood for transfusion: how old is too old for red blood cell
units. Blood transf 2012;10:247-51.
Force. (2004). Guidelines for compatibility procedures in blood transfusion
laboratories. In: Transfusion Medicine. 14, Blackwell Publishing Ltd;
59-73.
Hart S, Gazdewich CMC, McCluskey SA. Red cell transfusion and the immune
system. Anaesthasia.2015;70(Suppl.1):38-45.
Gantini, R.S. 2010. Analisis Berbagai kasus Inkompatibiltas Pada Transfusi
Darah. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
Irawanty. 2016. Ciri Inkompatibilitas Uji Cocok Serasi Metode Gel Terhadap
Diagnosis dan Golongan Darah. Surabaya, Volume 23, No 1
Kiswari R. 2014. Hematologi dan Transfusi.Semarang : Erlangga
14

Maxwell MJ, Wilson MJA. Complications of blood transfusion. British journal of


anaesthesia. 2006;6(6):225-229.
Menkes RI. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2011 tentang Pelayanan Darah. Jakarta. Kemenkes RI
McFarland JG. Perioperative blood transfusion: indications and options. Chest
1999;115:113S-21S
McCullough, 2012, Comparive study of blood crossmatching using convesional
and gel method.
Mjafi. 2008. Comparive Study Of Blood Crossmatching Using Convensional and
Gel Methode. Departemen Kesehatan Jakarta
Nency, YM dan Sumanti, D. 2011. Latar Belakang Penyakit pada Penggunaan
Transfusi Komponen Darah pada Anak di RSUP dr. Kariadi Semarang .
Sari Pediatri Vol. 13 No. 3 Oktober 2011
PMK. 2015: Peraturan Mentri Kesehatan Repoblik Indonesia. Tentang Standar
Pelayanan Tranfusi Darah. Jakarta
PMI, 2019: Standar Pelayanan Oprasional ( SPO ). Mengatasi Crossmatching
Incompatible. UUD PMI Kota Padang
PMK No 91. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan
transfusi dan peraturan Kementrian kesehatan Tentang Standar
Pelayanan Transfusi Darah. Jakarta.
Setyati, 2010. Tranfusi Darah yang Resional. Pelita Insani Semarang.
Syafitri, R.2014. Kasus-kasus Rujukan Imunohematologi. UDD PMI Pusat :
Jakarta.
Setyati. 2010. Transfusi darah Yang Rasional. Semarang. Pelita Insani.
Sudoyo, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. FK-UI
Veera R.R.R. Picken Fresh Frozen Plasma (FFP) Usage and Appropriateness in
Adult Medical in Patients A Retrospective Adult. ( The American
Somciety of Hematology ). 2012, Volume 120.
14

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


14
14

Lampiran 2 Surat Balasan Penelitian


14

Lampiran 3 Tabel Data resipien pemeriksaan Uji Silang Serasi bulan


agustus tahun 2020 di UTD PMI Kota Padang

Jenis Kelamin Umur Diagnosa Hasil Uji Silang Serasi


NH/P 48 Ca Ovarium Kompatibel
ZM / L 36 Anemia Kompatibel
HS / P 14 Thalasemia Kompatibel
FA / P 14 Thalasemia Kompatibel
PN / P 60 Paru Kompatibel
LN / L 42 Ginjal Kompatibel
FL / L 15 Thalasemia Kompatibel
FL / L 15 Thalasemia Kompatibel
FL / L 15 Thalasemia Inkompatibel
FL / L 15 Thalasemia Inkompatibel
FL / L 15 Thalasemia Inkompatibel
FL / L 15 Thalasemia Inkompatibel
DC / L 38 Leukemia Kompatibel
DC / L 38 Leukemia Kompatibel
DC / L 38 Leukemia Kompatibel
GN / P 26 Anemia Hemolitik Inkompatibel
SB/L 45 Anemia Hemolitik Inkompatibel
YS / L 53 Anemia Hemolitik Inkompatibel
KN / P 55 Anemia Hemolitik Inkompatibel
MS / L 43 Anemia Hemolitik Inkompatibel
AN / P 40 Anemia Hemolitik Inkompatibel
DS / P 38 Anemia Hemolitik Inkompatibel
AF / P 35 Anemia Hemolitik Inkompatibel
AR / L 49 Anemia Kompatibel
YN / P 48 Ginjal Kompatibel
AL / L 36 Pre op Kompatibel
DI / L 42 Tumor duodenum Inkompatibel
RT / P 52 Melena Kompatibel
14

SI / P 14 Thalasemia Kompatibel
SI / P 14 Thalasmia Kompatibel
SI / P 14 Thalasemia Inkompatibel
SI / P 14 Thalasemia Inkompatibel
SI / P 14 Thalasemia Inkompatibel
TL / L 47 Pre op Kompatibel
TL / L 47 Pre op Kompatibel
IH / L 40 Anemia Kompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
MR / P 56 Ginjal St V Inkompatibel
NB / P 62 Post SC Kompatibel
ND / P 18 Leukemia Inkompatibel
ND / P 18 Leukemia Inkompatibel
ND / P 18 Leukemia Inkompatibel
ND / P 18 Leukemia Inkompatibel
ND / P 18 Leukemia Inkompatibel
ND / P 18 Leukemia Inkompatibel
AL / L 50 Pendarahan Kompatibel
DI / L 48 Ca Colon Kompatibel
RT / P 43 Pendarahan Kompatibel
SI / P 37 Pertility Kompatibel
SI / P 40 Anemia Kompatibel
SI / P 56 Pendarahan Kompatibel
SI / P 50 Ca Ovarium Kompatibel
SI / P 39 Anemia Hemolitik Inkompatibel
14

TL / L 42 Ca mamae Kompatibel
TL / L 34 G5P4A2H Kompatibel
IH / L 40 Tumor Ovarium Kompatibel
MR / P 43 AML M4 Kompatibel
MR / P 33 ALL Kompatibel
MR / P 35 Kista Inkompatibel
MR / P 40 LB 33 % Kompatibel
MR / P 10 Thalasemia Kompatibel
MR / P 0 Hidrosepalus Kompatibel
MR / P 26 Uteria Bleedy Inkompatibel
MR / P 27 ALL Kompatibel
MR / P 29 HIV + TB MDR Inkompatibel
MR / P 33 Sepsis Kompatibel
NB / P 39 Multiple Fraktur Kompatibel
ND / P 55 HAP Inkompatibel
ND / P 52 Tumor Ginjal Kompatibel
ND / P 14 HAE Kompatibel
ND / P 8 Anemia Gravis Kompatibel
ND / P 38 Post SC Kompatibel
ND / P 12 Efusi Pleura Kompatibel
AL / L 58 Pre Op Inkompatibel
EM / P 43 Anemia Kompatibel
GY / P 40 HB Rendah Kompatibel
BY / L 24 Anemia Kompatibel
KS / L 48 Anemia Kompatibel
RN / L 48 Anemia Kompatibel
MN / P 0 Pre Op Kompatibel
RA/ L 38 Pre Op Kompatibel
MN / P 5 Pre Op Kompatibel
SM / P 30 Pre Op Kompatibel
AN / P 8 Anemia Kompatibel
HN / L 12 Pre Op Kompatibel
GC / L 33 Koreksi Kompatibel
AD / P 17 Anemia Kompatibel
AN / L 32 Bledding Disorder Kompatibel
14

MB / L 20 Bledding Disorder Kompatibel


BY M / P 49 Pre Op Kompatibel
CD / P 33 Anemia Kompatibel
FD / L 33 Anemia Kompatibel
Lampiran 4 Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai