ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
PERSEMBAHAN :
1. Kepada Ayah Maulana dan Ibu Maryam
2. Teman- teman VERTE13RAE
3. Almamater UNMAL
vi
vii
Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati
Skripsi, Maret 2017
Hubungan Antara Jumlah CD4 Dengan Stadium Klinis (WHO) Pada
Penderita HIV /AIDS Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2016.
ABSTRAK
Latar belakang : pemeriksaan jumlah CD4 (cluster of differentiation 4) saat ini
masih digunakan sebagai pedoman dalam menentukan mulai terapi ARV
(antiretroviral) dan terapi profilaksis pada penderita HIV/AIDS. Pemeriksaan ini
disamping mahal, juga sulit dijangkau dan tidak tersedia pada adaerah yang
dengan sumber daya terbatas. Stadium klinis WHO (World Health Organization)
dapat memainkan peran penting sebagai alternatif pengganti CD4, karena murah
dan mudah dilakukan.
Tujuan : Untuk menilai hubungan antara jumlah CD4 dengan stadium
klinis(WHO) pada penderita HIV/AIDS di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Bandar
Lampung Tahun 2016.
Metode penelitian : Penelitian merupakan penelitian analitik observasioanal
dengan pendekatan Croos- Sectional untuk melihat hubungan antara jumlah CD4
dengan stadium klinis(WHO) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
tahun 2016.
Hasil : Pada penelitian ini didapatkan total sampel adalah 100 sampel, stadium I =
14 orang, stadium II = 35 orang, stadium III = 40 orang, stadium IV = 11 orang.
Jumlah rerata CD4 pada stadium klinis I adalah 292,50 sel/mm3, stadium II
135,94 sel/mm3, stadium III 109,83 sel/mm3, stadium IV 29,82 sel/mm3. Jasil
penelitian korelasi didapatkan kemaknaan hubungan sedang antara jumlah CD4
dengan stadium klinis (WHO) dengan hasil p= 0,000 dan r= 0,496 yang
menunjukan besarnya kekuatan hubungan termasuk dalam katagori sedang.
viii
Fakultas Kedokteran
Universitas malahayati
Thesis, March 2017
Corerelation between HIV/AIDS CD4 Cell Count and clinical staging
(WHO) in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung 2016
ABSTRACK
Objective : To evaluate the correlation between CD4 Cell Count and clinical
staging (WHO) in HIV/AIDS patients.
Result : There were tottaly 100 people were divided into : stage I =14 people,
stage II = 35 people, stage III= 40 people, stage IV= 11 people. The mean of CD4
count is 292,82 cell/mm3 for stage I, stage II 135,94 cell/mm3, stage III 109,83
cell/mm3 and stage IV 29,82 cell/mm3. Result correlation study shows that there is
a significant correlation between CD4 Cell Count and clinical staging (WHO) in
HIV/AIDS with result p value = 0,000 and r = 0,496 show that there is a include
medium category strong.
Conclusion : There is medium correlation between CD4 Cell Count and clinical
staging (WHO).
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi dengan judul HUBUNGAN
5. dr. Resti Arania Sp.PA selaku penguji yang telah meluangkan waktunya
x
8. dr. Zulfian, SP.PK selaku Ketua Skripsi Kedokteran Umum Universitas
10. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung atas pemberian izin
Ibunda Maryam, S.Pd dan Ayahanda Maulana A Lee atas segala jerih
selalu diberikan.
13. Sahabat- sahabatku, Kartika Yulinda S, Ismi Hanifah, Larena Dwi R, Lia
Agiesta, Jessy Widiyanti, Julian Renaldo, Kiki Rizky E terima kasih atas
selama ini.
14. Teman-teman terbaik yang tidak kenal lelah untuk membantu saya
dalam penyelesaian skripsi ini, 101 E4 my room mate, midnite star team
xi
15. Teman-teman sejawat Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga kita semua diberikan
bantuan, dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti
pendidikan kiranya mendapat balsan yang berlipat ganda dari Tuhan YME.
Penulis
(Kenny Shelpa)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN
BIODATA PENULIS...................................................................................v
ABSTRAK ....................................................................................................vi
ABSTRACK .................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................xvi
C. Tujuan penelitian................................................................................5
D. Manfaat penelitian..............................................................................5
A. Definisi HIV.......................................................................................8
xiii
B. Etiologi...............................................................................................9
F. Diagnosa HIV.....................................................................................18
N. Kerangka Teori...................................................................................28
P. Hipotesa..............................................................................................29
1. Populasi ........................................................................................30
2. Sampel ..........................................................................................31
xiv
D. Cara Pengambilan Sampel ................................................................31
H. Pengelolaan Data................................................................................33
2. Analisa Bivariat............................................................................41
C. Pembahasan........................................................................................42
1. Univariat.......................................................................................42
2. Bivariat.........................................................................................46
xv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................49
A. Kesimpulan ........................................................................................49
B. Saran...................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
HALAMAN
HIV/AIDS .......................................................................................39
xvii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
xviii
DAFTAR SINGKATAN
Lingkungan
Gp41 : Glycoprotein 41
IO : Infeksi Oportunistik
IV : Intra Vena
xix
Immunodeficiency Syndrome
xx
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin untuk
walaupun virus dalam jumlah yang banyak. Dan juga memiliki fase tanpa
phenomena) dimana jumlah orang yang terinfeksi HIV sebenarnya bisa jauh
lebih banyak dari pada yang diperkirakan (Pusdatin Depkes RI, 2006). HIV
1
2
terjadi infeksi, virus harus masuk kedalam sel, dalam hal ini sel darah putih
terdapat 36,7 juta orang yang hidup dengan HIV dan hanya 55% yang
menyadari jika mereka mengidap penyakit HIV. Dari angka tersebut hanya
terdapat 17,0 juta orang atau sekitar 46% yang mendapat terapi ARV dan 2 juta
lebih banyak dari angka yang ditargetkan oleh United Nations General
Assembly pada tahun 2011. Pada Juni 2016 terjadi peningkatan penderita HIV
yang mendapat terapi ARV dengan angka 18,2 juta (UNAIDS, 2016).
cukup stabil, perkembangan jumlah kasus baru HIV positif pada tahun 2013
Tahun 2015 dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2015 jumlah infeksi
HIV yang baru dilaporkan sebanyak 6.144 kasus. Sedangkan laporan terakhir
untuk perkembangan AIDS yaitu dari bulan Oktober sampai dengan Desember
2015 jumlah AIDS yang dilaporkan baru sebanyak 2,954 orang. Kumulatif
orang hidup dengan HIV dan 77.112 telah mengalami AIDS (Ditjen PP dan
PL, 2016).
3
dilaporkan pertama kali di Provinsi Lampung pada tahun 2002 dari salah satu
dari seluruh Kabupaten/Kota tahun 2002 sampai dengan 2014 sejumlah 1.771
kasus, dimana kasus HIV dilaporkan sejumlah 1.217 kasus dan AIDS sejumlah
554 kasus. Kasus baru yang terjadi pada tahun 2015 berjumlah 365 kasus HIV
dan 128 kasus AIDS dengan angka kematian akibat AIDS berjumlah 19 kasus.
Total kasus HIV sampai RISKESDAS 2015 sebanyak 1568 kasus dan AIDS
sebanyak 682 kasus. Distribusi kasus HIV dan AIDS per Kabupaten Kota Se-
Provinsi Lampung tahun 2015 terlihat bahwa kasus terbanyak ada di kota
sampai Mei 2016 berjumlah 1525 kasus. Dari angka tersebut hanya 942 yang
menggunakan terapi ARV. Pada bulan Januari sampai dengan Desember 2016
sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya CD4,
infeksi lain (Mahdiana, 2010). Infeksi sel T dan replikasi virus didalam sel
4
yang terinfeksi adalah mekanisme utama penyebab lisis sel T CD4 oleh HIV
setelah HIV menginfeksi tubuh penderita, namun periode ini dapat lebih cepat.
Sekitar 10% penderita mulai mengalami gejala AIDS dalam waktu 2-3 tahun.
(Maksum, 2015).
dikuatkan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Elizabeth Fajar P.P.
jumlah CD4 (p=0,017). pada stadium klinis ringan, jumlah CD4 tinggi &
sebaliknya pada stadium klinis tinggi, jumlah CD4 rendah (Fajar E, 2013).
tertarik untuk melakukan penelitian dan analisa lebih mendalam dalam kajian
tentang hubungan antara jumlah CD4 dengan stadium klinis (WHO) pada
2016.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara jumlah CD4 dengan stadium klinis (WHO) pada
5
2016 ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Bandar Lampung.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
informatif.
selanjutnya.
penderita HIV.
1. Judul
2. Subyek Penelitian
3. Jenis Penelitian
Spearman.
4. Cara Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HIV-AIDS
HIV menginfeksi tubuh, memiliki masa inkubasi yang lama (masa laten
klinis) dan pada akhirnya menimbulkan tanda dan gejala Acquired immune
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV. AIDS merupakan
lain
2012).
9
B. ETIOLOGI
tahun 1983 oleh Luc Montagnier dari institut Pasteur Prancis dan diberi nama
Lymphadenopaty Virus (LAV). Kemudian pada tahun 1984 Robert Gallo dari
tipe 3 (HTLV-3). Satu tahun kemudian (1985) Cherman dan Barre, juga
nukleat genom virus penyebab AIDS yang mereka temukan tersebut, ternyata
merupakan virus yang identik. Oleh karena itu pada tahun 1986 International
virus HIV, yaitu HIV-1 dan HIV-2, yang masing-masing dapat menyebabkan
menimbulkan gejala AIDS klinik lebih lama dari pada HIV-1. Didunia HIV-1
kelas vertebare termasuk manusia. Virus AIDS yang termasuk golongan virus
C. STRUKTUR HIV
diselubungi envelop membran fosfolipid yang berasal dari sel pejamu. Protein
ditemukan dalam envelop. Retrovirus HIV terdiri dari lapisan envelop luar
polimerase DNA dalam retrovirus seperti HIV dan virus Sarkoma Rouse yang
Antigen p24 adalah core antigen virus HIV, yang merupakan petanda
glikoprotein permukaan HIV-1 yang mengikat reseptor CD4 pada sel T dan
makrofag. Usaha sintesis reseptor CD4 ini telah digunakan untuk mencegah
sebagai berikut : jumlah CD4 perifer menurun, fungsi sel T yang terganggu
telihat in vivo (gagal memberikan respons terhadap antigen recall) dan uji
anitobodi yang dapat menetralkan antigen gp120 dan gp41 diproduksi tetapi
tidak mencegah progres penyakit oleh karena kecepatan mutasi virus yang
Protein envelop adalah produk yang menyandi gp120 digunakan dalam usaha
integrase.
(Widoyono, 2011).
12
Secara ringkas perjalanan infeksi HIV dapat dijelaskan dalam tiga fase
yaitu 1. Fase Infeksi Akut (Sindroma Retroviral Akut), 2. Fase Infeksi Laten,
terkait dengan infeksi primer HIV ini ditandai oleh proses replikasi yang
yang menghasilkan dapat terdeteksi dalam darah dalam waktu sekitar tiga
minggu setelah terjadinya infeksi. Pada periode ini protein virus dan virus
107 per mililiter plasma. Viremia oleh karena replikasi virus dalam jumlah
yang besar akan memicu timbulnya sindroma infeksi akut dengan gejala
13
yang timbul sekitar 3-6 minggu setelah infeksi. Pada fase ini selanjutnya
akan terjadi penurunan sel limfosit T-CD4 yang signifikan sekitar 2-8
limfosit T karena mulai terjadi respons imun. Jumlah limfosit T pada fase
ini >500 sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah enam
humoral. Selama periode terjadinya respons imun yang kuat, lebih dari 10
milyar HIV baru dihasilkan tiap harinya, tetapi dengan cepat virus-virus
tersebut dihancurkan oleh sistem imun tubuh dan hanya memiliki waktu
paruh sekitar 5-6 jam. Pembentukan respons imun spesifik terhadap HIV
walaupun virion di plasma jumlahnya sedikit. Pada fase ini jumlah limfosit
infeksi primer, akan mencapai jumlah pada titik tertentu atau mencapai
suatu Set Point selama fase laten. Set point ini dapat memprediksi onset
waktu terjadinya penyakit AIDS. Dengan jumlah virus kurang dari 100
Sebagian besar pasien dengan jumlah virus lebih dari 100.000 kopi/ml,
jumlah virus antara 10.000 hingga 100.000 kopi/ml pada fase infeksi laten.
Pada fase ini pasien umumnya belum menunjukkan gejala klinis atau
asimtomatis. Fase laten berlangsung sekitar 8-10 tahun (dapat 3-13 tahun)
replikasi virus yang diikuti dengan kerusakan dan kematian sel dendritik
folikuler serta sel limfosit T-CD4 yang menjadi target utama dari virus
HIV oleh karena banyaknya jumlah virus. Fungsi kelenjar limfa sebagai
dalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion secara
15
mengatasi jumlah virion yang sangat besar. Jumlah sel limfosit T-CD4
pasien jarang bertahan hidup lebih dari dua tahun tanpa intervensi terapi.
terdapat periode masa jendela atau window period yaitu, periode saat
terhadap HIV dapat mulai terdeteksi 3-6 minggu hingga 12 minggu setelah
periode jendela ini pasien sudah mampu dan potensial menularkan HIV
kepada orang lain. Jika tidak diobati masa laten infeksi HIV dapat
Pada tahap ini penderita tidak rentan terhadap infeksi yang umum. Jumlah
sel CD4 sel T secara perlahan mulai turun dan fungsinya semakin
Gambaran klinis infeksi HIV terdiri atas tiga fase sesuai dengan
1. Serokonversi
(viremia) dan antibodi serum terhadap HIV mulai terbentuk. Sekitar 70%
yang terjadi dalam 3 hingga 6 minggu setelah infeksi awal, yang dikenal
Sindrom ini terjadi akibat infeksi awal serta penyebaran HIV terdiri dari
tenggerokan (sore throat). Selama masa ini terjadi viremia yang sangat
hebat dengan penurunan jumlah limfosit CD4 sekitar 2-8 minggu pertama
respon imun di dalam tubuh. Sekitar 6 minggu setelah virus terinfeksi akan
terjadi penurunan sel T-CD4 , jumlah sel T-CD4 masih diatas >500
sel/mm3.
17
respons imun spesifik HIV, maka individu yang terinfeksi memasuki tahap
laten dulu digunakan untuk menandai tahap ini, tetapi istilah tersebut
tidak sepenuhnya akurat karena pada tahap laten sejati (true latency),
replikasi virus terhenti sementara. Jika tidak diobati masa laten infeksi
ratanya 8 tahun. Pada tahap ini penderita tidak rentan terhadap infeksi
yang umum. Jumlah sel CD4 sel T secara perlahan mulai turun dan
pasien tidak mampu lagi mengontrol infeksi oleh patogen opurtunis yang
rata-rata meninggal dalam jangka waktu satu hingga tiga tahun. Terapi
yang telah tersedia saat ini telah memperbaiki prognosis pasien infeksi
F. Diagnosa HIV/AIDS
pemeriksaan antibodi terhadap HIV dapat dilakukan dengan cara ELISA dan
hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut window periode. Bila
19
tes HIV yang dilakukan dalam masa jendela menunjukkan hasil negatif,
maka perlu dilakukan tes ulang satu bulan kemudian, terutama bila masih
Uji ini merupakan tes pertama dari tes HIV. Tes ini mendeteksi
yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini memberikan hasil positif 2-3
2. Western Blotting
ELISA. Tes ini mendeteksi pita protein spesifik yang terdapat pada
hasil Western Blot ini 99,9% akurat dalam mendeteksi infeksi HIV.
yang spesifik pada orang terinfeksi HIV. Setelah infeksi HIV terjadi, RNA
dan DNA virus HIV bersirkulasi didalam darah. Adanya potongan DNA
Gambar 2.2 Alur Pemeriksaan Laboratorium Infeksi HIV (Kemenkes RI, 2011)
21
Tabel 2.1 Interpretasi dan tindak lanjut hasil tes (Kemenkes RI, 2011)
tetap negatif
bulan
A1 (+) A2 (-)
A3 (-)
A1 (+) A2 (+) Reaktif atau Lakukan konseling hasil tes positif dan
PDP
22
H. Definisi CD4
Sel CD4 adalah sel darah putih atau limfosit dan ini bagian yang
penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Fungsi utama limfosit T CD4
adalah meregulasi sistem imun agar berjalan dengan baik, dengan mekanisme
fagosit untuk khemotaksis dan proses fagositosis benda asing, untuk sistem
antibodi dan produksi antibodi (Swain, McKinstr, Strutt, 2012). Disebut juga
sel T-4, sel pembantu atau kadang sel CD4. Ketika manusia terinfeksi HIV
sel yang paling sering terinfeksi adalah sel CD4, dan menjadi bagian dari sel
tersebut. Ketika sel CD4 menggandakan diri untuk melawan infeksi apa pun,
sel tersebut juga membuat banyak duplikasi HIV. Semakin menurunnya sel
CD4 berarti sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak dan semakin
rendahnya jumlah CD4 yang ada dalam tubuh manusia, semakin mungkin
kita akan mudah sakit atau mungkin akan mengalami infeksi oportunistik
(Ningrum, 2016).
Sel target utama virus HIV tersebut adalah sel yang mampu
makrofag. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, jumlah CD4
berkisaran 1400-1500 sel/mm3 (Sompa dkk, 2012). Ketika jumlah sel limfosit
akhir penyakit HIV) (Mishra S, Dwivedi SP, Dwivedi N SR, 2009). Tidak
hanya interaksi antara virus, limfosit T CD4 memulai fusi virus ke membran
sel dan masuk HIV. Selain itu interaksi molekul yang sama memulai fusi
antara limfosit T CD4 sel yang terinfeksi HIV dan tidak terinfeksi, sehingga
HIV menginfeksi sel limfosit T CD4+ maka proses replikasi virus mulai aktif,
melalui membrane sel atau dengan melisisiskan sel yang terinfeksi. Jumlah
limfosit T CD4 yang turun erat hubungannya dengan aktivasi imun serta
hubungannya yang tidak secara langsung dengan Viral load, ditandai juga
Pertama setelah HIV masuk kedalam tubuh dan berada dalam peredarah
darah HIV akan berikatan dengan reseptor CD4 pada sel T-helper melalui
glikoprotein 120 dan gp41yang terdapat pada selubung luar HIV. Selain
24
penting dalam proses infeksi yaitu untuk penempelan HIV pada sel T dan
makrofag.
sitoplasma sel CD4. Setelah itu disentesis DNA proviral oleh enzim reserve
DNA proviral ke dalam genom sel hospes dengan bantuan enzim integrase
viral.
pelepasan virus melalui budding sel. Virion baru yang terbentuk bersifat
kemudian direvisi tahun 2006. Stadium klinis WHO dapat membantu untuk
defisiensi kekebalan tubuh yang serius. Pasien yang mempunyai gejala dan
tubuh yang berat dan tidak mempunyai cukup banyak sel CD4 sehingga
2. Stadium Klinis 2
e. Herpes zoster : Papul disertai nyeri pada satu sisi tubuh, wajah atau
ekstremitas
3. Stadium Klinis 3
4. Stadium Klinis 4
e. Limfoma
sindrom
i. Pneumonia
batuk kering
28
j. TB Ekstraparu
l. Abses otak
m. Toksoplasmosis
kita semakin rusak dan semakin rendahnya jumlah CD4 yang ada dalam
tubuh manusia, semakin mungkin kita akan mudah sakit atau akan mengalami
M. Kerangka Teori
Infeksi HIV/AIDS
Penurunan sistem
kekebalan tubuh
Peningkatan gejala
klinis
= Tidak Diteliti
30
O. Hipotesa
METODE PENELITIAN
CD4 dengan stadium klinis (WHO) di RSUD DR.H. Abdul Moeloek Bandar
1. Waktu Penelitian
Febuari 2017.
2. Tempat Penelitian
Lampung.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
31
32
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh rekam medik dari pasien
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eklusi
Pada penelitian ini mengambil sampel dari data rekam medik dengan
E. Variabel Penelitian
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
(WHO).
F. Definisi Operasional
G. Pengumpulan Data
rekam medik yang terdapat di bagian rekam medik ruang KTS/PDP RSUD
H. Pengelolaan Data
penelitian. Oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Beberapa
(Budiarto, 2001).
I. Analisis Data
1. Analisa Univariat
dependen.
2. Analisa Bivariat
< 0,05 maka terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang
diuji. Jika nilai p > 0,05 maka tidak terdapat korelasi yang bermakna
hubungan dari uji spearman : Bila kekuatan korelasi (r) : 0,0 sampai
dengan <4,0 maka kekuatan korelasinya lemah, r : 0,4 sampai dengan <0,6
kuat (Dahlan.M.S.2012)
J. Alur Penelitian
Klinis HIV/AIDS
Pemeriksaan penunjang
HIV/AIDS
Analisa Data
Pembuatan Laporan
A. Gambaran Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan untuk
mengetahui hubungan antara jumlah CD4 dengan stadium klinis (WHO) pada
data sekunder berupa rekam medis pasien HIV/AIDS di konsling tes sukarela
Populasi pasien yang tercatat yaitu 148 pasien. Setelah populasi diseleksi
didapatkan 100 sampel kasus. Yang kemudian dilakukan analisa data berupa
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
37
38
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2016 . Yang disaji dalam
tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Usia pada penderita HIV/AIDS
Usia Frekuensi Persentase (%)
20 - 29 tahun 49 orang 49
30 - 39 tahun 42 orang 42
40 - 49 tahun 9 orang 9
Total 100 orang 100
Tabel 4.2
Distribusi jenis kelamin penderita HIV/AIDS
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 71 71
Perempuan 29 29
Total 100 100
39
presentase (29%).
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi jumlah CD4 pada penderita HIV/AIDS
Jumlah CD4 Frekuensi Presentase (%)
>500 sel/mm3 5 orang 5
350-499 sel/mm3 4 orang 4
3
200-349 sel/mm 16 orang 16
<200 sel/mm3 75 orang 75
Total 100 orang 100
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung yang disaji dalam tabel
4.5.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Stadium Klinis (WHO) HIV/AIDS
Stadium Klinis Frekuensi Presentase (%)
Stadium Klinis I 14 14
Stadium Klinis II 35 35
Stadium Klinis III 40 40
Stadium Klinis IV 11 11
Total 100 100
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi jumlah CD4 berdasarkan sebaran rerata setiap
Stadium Klinis (WHO)
Stadium Klinis (WHO) Rerata Jumlah CD4
Stadium Klinis 1 292,50 sel/mm3
Stadium Klinis II 135,94 sel/mm3
Stadium Klinis III 109,83 sel/mm3
Stadium Klinis IV 29,82 sel/mm3
jumlah CD4 135,94 sel/mm3. Stadium klinis III rerata jumlah CD4
2. Analisa Bivariat
penderita HIV/AIDS
Tabel 4.6.
Korelasi antara jumlah CD4 dengan stadium klinis (WHO)
pada penderita HIV/AIDS
Stadium Klinis
Jumlah CD4
(WHO)
Spearman's rho Jumlah CD4 r 1,000 ,496
p . ,000
Stadium Klinis
r ,496 1,000
(WHO)
p ,000 .
42
uji korelasi Spearman didapatkan nilai significancy (p) sebesar 0,000 dan
C. Pembahasan
1. Univariat
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada bulan Januari 2017 serta
perhitungan statistik dan teori penelitian terdahulu, maka penelitian ini dapat
terbanyak adalah pada kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 49 orang dengan
presentase (49%), dan terendah pada kelompok usia 40-49 sebanyak 9 orang
dengan presentase (9%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pada rentang usia tersebut selain memasuki usia produktif
seseorang juga diketahui berada dalam kategori usia seksual yang aktif dengan
dorongan seks yang juga tinggi. Bila tidak disalurkan dengan benar, dorongan
seksual yang tinggi ini dapat memicu seseorang untuk melakukan perilaku
seksual berisiko (Mutia Y, 2008) selain itu menurut Ditjen PP & PL umur 20-
43
(Kemenkes RI, 2016). Pada usia yang lebih matang mempunyai mental dan
kepribadian yang lebih stabil. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi mereka
Jadi, semakin meningkat usia akan meningkat pula kedewasaan secara teknis
2012). Hal ini juga sesuai dengan data Ditjen PP & PL yang menggambarkan
peningkatan kasus HIV/AIDS tertinggi pada usia 20-29 tahun dan terendah
pada usia 40-49 tahun (Ditjen PP & PL, 2014). Pada kasus yang dilaporkan
pada tahun 2015 di Indonesia, proporsi kasus AIDS dengan faktor risiko yang
RI, 2016).
berdasarkan jenis kelamin penderita HIV/AIDS dari 100 sampel kasus terdapat
71 orang laki-laki dengan presentase (71%) yang jumlahnya lebih banyak dari
dapat menyerang semua orang tetapi lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
jenis kelamin laki-laki dan perempuan berbeda. Salah satunya dalam hal
2016) bahwa laki-laki yang terinfeksi HIV/AIDS lebih banyak yaitu 69%
orang dengan presentase (75%), sedangkan yang terendah jumlah CD4 350-
499 sel/mm3 yaitu sebanyak 4 orang dengan presentase (4%). Hasil penelitian
ini sesuai dengan teori yang disampaikan Widiyanti dan Sandi dalam
penelitiannya gambaran subtipe HIV-1 dengan kadar CD4, stadium klinis, dan
dengan CD4 <200 sel/mm3 hal tersebut disebabkan karena pada tahun-tahun
pertama setelah terinfeksi tidak ada gejala atau tanda infeksi, kebanyakan
orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi.
muncul, dan baru memeriksakan dirinya pada saat itu, padahal saat itu imunitas
(Widiyanti., Sandi, 2016). Hal ini juga hampir sama dengan penelitian yang
yang menyatakan bahwa jumlah CD4 terbanyak adalah <200 sel/mm3 dengan
presentase 55.6% dan jumlah CD4 terendah jumlah CD4 >500 sel/mm3 dengan
Berdasarkan tabel 4.4. dan tabel 4.5. Sebaran rerata jumlah CD4 setiap
I dengan rerata 292,50 sel/mm3, stadium klinis II jumlah CD4 dengan rerata
135,94 sel/mm3, stadium klinis III jumlah dengan rerata 109,83 sel/mm3,
stadium klinis IV jumlah CD4 dengan rerata 29,82 sel/mm3. Dari hasil
stadium klinis I dengan rerata 292,50 sel/mm3 dan jumlah rerata CD4 terendah
di stadium klinis IV dengan rerata 29,82 sel/mm3. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ngakan Ketut Wira Suastika, yang meneliti
tentang akurasi diagnostik kombinasi total lymphocyte count (TLC) dan kadar
46
berat (jumlah limfosit CD4+ < 200 sel/mm3) didapatkan paling banyak yaitu
CD4 (Bonet, dkk, 2005). Selain itu gizi juga merupakan salah satu determinan
penduduk yang tinggi, kontaminasi pangan air dan pengetahuan gizi yang tidak
2. Bivariat
Pada penelitian ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan
antara jumlah CD4 dengan stadium klinis (WHO). Penilaian hubungan antara
jumlah CD4 dengan stadium klinis (WHO) dilakukan uji korelasi Spearman,
dimana dijumpai nilai p <0,05 yaitu p 0,000 dan nilai koefisien korelasi (r)
bermakna antara kadar CD4 dengan Stadium Klinis (WHO) dengan besarnya
kekuatan hubungan yang termasuk dalam kategori sedang. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa Jumlah CD4 adalah ukuran kunci
kesehatan sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah jumlah CD4 semakin tinggi
stadium klinis (Spiritia, 2014). Sel CD4 merupakan target utama HIV untuk
menghancurkan sel CD4, maka partikel virus baru akan mencari lagi dan
menginfeksi sel CD4 yang lain (Ningrum, 2016). Sehingga jumlah CD4 akan
imun juga akan menurun (Price S.,Wilson L, 2012). Dengan menurunnya status
imun terutama bila CD4 <200 sel/mm3, maka berbagai mikroorganisme seperti
bakteri, virus lain, protozoa cenderung tumbuh dan berkembang biak secara
progresif (Mandal A, 2010) sehingga sistem defensif tubuh akan menurun dan
tidak dapat melindungi tubuh dari infeksi sekunder (Price S.,Wilson L, 2012).
Bila CD4 semakin turun, maka akan menimbulkan infeksi sekunder yang
Oleh sebab itu pemantauan jumlah CD4 pada seseorang yang terinfeksi HIV
Penelitian ini juga sesuai dengan Ilovi dkk dalam penelitiannya pada
tahun 2011 juga mendapatkan bahwa korelasi sedang antar jumlah CD4 dengan
koefisien korelasi Spearman r = -0,583 (Ilovi dkk, 2011). Jumlah CD4 yang
48
yang timbul dan masuk ke dalam stadium klinis yang lebih berat (WHO, 2005).
Di Amerika, definisi AIDS (stadium klinis IV) adalah CD4 <200 sel/L,
karena tingginya risiko infeksi oportunistik pada level ini (Hull MW et al,
2012). Jumlah CD4 selain untuk melihat sistem kekebalan tubuh juga
penelitian yang dilakukan Sever P et al, pemberian ARV lebih dini dapat
terapi ARV terutama daerah yang dengan segala keterbatasan, yang mana
pemeriksaan CD4 tidak tersedia dan sulit dijangkau. Seperti pada penelitian
yang dilakukan oleh Athan E et al, menyimpulkan bahwa stadium klinis WHO
sangat efektif dalam hal pengeluaran biaya sebagai pengganti CD4 dalam
Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nina Oktaria, pada tahun 2015 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
stadium klinis (WHO) pada pasien HIV/AIDS dengan nilai signifancy (p)
hanya menggunakan 100 sampel dari 148 semua pasien HIV/AIDS tahun 2016.
Hal ini terjadi karena ada beberapa pasien di rekam medis yang tidak tercatat
sebelum dimulai terapi ARV. Sehingga tidak semua pasien dapat dianalisis
dalam penelitian ini. Data yang diambil dari rekam medik, sehingga kesalahan
dalam pencatatan tidak bisa dihindari. Namun demikian hasil penelitian ini
dengan stadium klinis (WHO) dengan hasil p= 0,000 dan r = 0,496 yang
A. Kesimpulan
presentase (29%).
pada stadium klinis 1 yaitu 292,50 sel/mm3 dan terendah pada Stadium
50
51
sedang (r = 0,496)
B. Saran
c. Pada pasien dengan kelompok usia kurang dari 30 tahun dan jenis
kelamin laki-laki harus mendapat perhatian yang lebih besar dalam hal
menjalani hidup.
pada pasiennya
teratur
parameter lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Athan, E., Daniel, PO., Legood R. 2010. Cost- Efectiveness Of Routine And Low-
Cost CD4 T-Cell Count Compared With Clinical Staging Of HIV To Guide
Initiation Of Antiretroviral Therapy In Resource- Limitted Seting. AIDS
2010;24. 1887-1895.
Buseri FI, Mark D, Jeremiah ZA. 2012. Evaluation of absolute lymphocyte count
as a surrogate marker for cd4+ cell count for the initiation of
antiretroviral therapy (art) in resource-limited settings. International
Journal Biomedical Laboratory Science (IJBLS).
Retrivied from http://www.ijbls.org/upfile/Issues/201287114113.pdf
Dahlan, M.S. 2012. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta. Salemba
Medika. VII. 167-169.
Depkes RI, 2013. Dalam : Fajrin, P. N. 2012. Evaluasi Terapi ARV Terhadap
Perubahan Jumlah CD4 Dan Berat Badan Dan Terapi OAT Terhadap
Perubahan Berat Badan PadaPasien Koinfeksi TB/HIV Di Unit Pelayanan
Terpadu HIV RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2009. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Dolin, R., Masur, H., Saag, M. 2008. Aids Therapy Third Edition. Canada.
Elsevier.
Fajar, E. 2013. Hubungan Antara Stadium Klinis, Viral Load Dan Jumlah CD4
Pada Pasien Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS) Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Fajrin, P. N. 2012. Evaluasi Terapi ARV Terhadap Perubahan Jumlah CD4 Dan
Berat Badan Dan Terapi OAT Terhadap Perubahan Berat Badan Pada
Pasien Koinfeksi TB/HIV Di Unit Pelayanan Terpadu HIV RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Hull, MW. Et al. 2012. Actors Associated With Discordance Between Absolute
CD4 Cell Count andCD4 Cell Percentage in Patients Coinfected With HIV
and Hepatitis C Virus. J Clin Infectious Dis. 54(12), hal.1798-1805.
Ilovi CS., Lule GN., Obel AO. 2011. Correlation of who clinical staging with cd4
counts in adult HIV/AIDS patients at Kenyatta National hospital,
Nairobi.East African med Journal.
Retrivied from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24968593
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Infeksi Hiv Dan Pengobatan
Antiretroviral Pada Orang Dewasa.
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.VI. Hal 173-174.
Kumar, V., Abbas, K.A., Fausto, N. 2010. Robbins & Cotran Dasar Patologis
Penyakit. Jakarta. EGC. Ed 7. 6. 253-266.
Maksum, R. 2015. Imunologi dan Virologi. Jakarta. ISFI Penerbitan. 14. 294-307.
Mishra, S., Dwivedi, S.P., Dwivedi, N.S. 2009. Immune Response and Possible
Causes of CD4+T-cell Depletion in Human Immunodeficiency Virus
(HIV) 1 Infection. Open Nutraceuticals J.
Severe, P., Juste, MA., Ambroise, A et al. 2010. Early Vs Standar Antiretroviral
Therapy For HIV Infected Adults In Haiti. N Eng J Med;363. 257-65.
Sompa, A.W., Kaela, C., Goysa, Y. 2012. Hubungan Jumlah CD4 Dengan
Derajat Distal Symmetrical Polyneuropathy (DSP) Pada Penderita HIV
AIDS.Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Sudoyo, A.W.Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Interna
Publishing. Ed V. Jilid III.38. 2861-2880.
Sousa, A. E., Carnier, J., Scahllersheim, M., Grossman, Z. 2002. VR CD4 T cell
depletion is linked directly to immune activation in the patogenesis of Hiv-
1 and HIV-2 but only directly to the viral load. J Immunol.
WHO. 2005. Interim WHO Clinical Staging Of HIV/AIDS And HIV/ Case
Definitions For Surveillance.
Retrivied from http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/clinicalstaging.pdf
Widiyanti, W., Sandi, S. 2016. Gambaran Subtipe HIV-1 Dengan Kadar CD4,
Stadium Klinis Dan Infeksi Oportunistik Penderita HIV/AIDS Di Kota
Dan Kabupaten Jayapura, Papua. Balai Litbang Biomedis Papua.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Retrivied from
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/738/pdf
JENIS_KELAMIN
Cases
Descriptives
Median 253,00
Variance 25366,885
CD4_STADIUM_1
Std. Deviation 159,270
Minimum 121
Maximum 695
Range 574
Interquartile Range 225
Percentiles
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Cases
Descriptives
Median 120,00
Variance 13506,350
Minimum 19
Maximum 508
Range 489
Percentiles
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Cases
Valid Missing Total
Descriptives
Variance 14503,481
Minimum 4
Maximum 515
Range 511
Percentiles
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Weighted 8,10 14,00 31,75 63,50 133,75 318,20 407,45
CD4_STADIUM_3
Average(Definition 1)
Tukey's Hinges CD4_STADIUM_3 32,50 63,50 133,50
Cases
Descriptives
Median 22,00
Variance 679,764
Minimum 3
Maximum 81
Range 78
Interquartile Range 29
Percentiles
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
CD4
STADIUM_KLINIS
Bar Chart
CD4 * STADIUM_KLINIS Crosstabulation
STADIUM_KLINIS Total
Count 4 1 0 0 5
(> 500
% of 4,0% 1,0% 0,0% 0,0% 5,0%
mm3)
Total
Count 2 1 1 0 4
(350 - 499
% of 2,0% 1,0% 1,0% 0,0% 4,0%
mm3)
Total
CD4
Count 6 6 4 0 16
(200 - 349
% of 6,0% 6,0% 4,0% 0,0% 16,0%
mm3)
Total
Count 2 27 35 11 75
(< 200
% of 2,0% 27,0% 35,0% 11,0% 75,0%
mm3)
Total
Count 14 35 40 11 100
Total % of 14,0% 35,0% 40,0% 11,0% 100,0%
Total
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Correlations
CD4 STADIUM_KLIN
IS
**
Correlation Coefficient 1,000 ,496
N 100 100
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,496 1,000
N 100 100